PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Koordinasi Proteksi Sistem
Distribusi
2.1. PENDAHULUAN
Bab ini membahas, bagaimana cara menghitung arus gangguan hubung singkat,
koordinasi proteksi antara Penyulang masuk Penyulang keluar, Gardu Hubung dan
Recloser yang mempunyai proteksi, serta perhitungan untuk setting relai.
Seperti telah dijelaskan pada bab II dan bab III, bahwa gangguan hubung singkat
mungkin terjadi pada setiap titik pada jaringan distribusi. Dalam hal ini kita perlu
menghitung besarnya arus gang-guan hubung singkat, sehingga bila gangguan
hubung singkat itu benar-benar terjadi didalam sistem, dapat di ketahui terlebih
dahulu besar arus gangguannya dan arus gangguan yang dihitung dapat juga
dipergunakan untuk mensetting peralatan proteksi.
Dimana :
I = Arus yang mengalir pada hambatan Z (Amp)
E = Tegangan sumber (volt)
Z = Impedansi jaringan, nilai ekIIalen dari seluruh impedansi
didalam jaringan dari sumber tegangan sampai titik
gangguan (ohm).
Lebih lanjut besarnya Arus yang mengalir pada tiap komponen jaringan juga dapat
dihitung dengan bantuan rumus tersebut. Yang membedakan antara gangguan
hubung singkat 3 fase, 2 fase, 2 fase ketanah atau 1 fase ketanah adalah
impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan hubung singkat itu
sendiri, seperti ditunjukkan berikut ini:
Dimana:
Z1 = Impedansi urutan Positif
Z2 = Impedansi urutan Negatif
Z0 = Impedansi urutan Nol
Reaktansi urutan negatif, diperoleh dari data Transformator tenaga itu sendiri, yaitu
melihat adanya belitan delta sebagai belitan ketiga dalam transformator tenaga
tersebut:
202
XT = 10% x 1,33 Ohm.
30
Saat terjadi gangguan satu fase ketanah, akan timbul arus urutan Nol yang mengalir
pada penghantar dan selanjutnya mengalir ke tanah seperti terlihat pada gambar
2.3, tegangan E0 dapat direpresentasikan sebagai berikut :
Karena dalam hitungan untuk memperoleh arus gangguan, dimana titik gangguan
terjadi di jaringan 20 kV, maka impedansi ini dikalikan dengan panjang penyulang,
sebagai berikut:
a) Untuk Relai arus lebih yang terpasang di Penyulang keluar (outgoing feeder),
dihitung berdasarkan arus beban maksimum (beban puncak) yang mengalir
di penyulang tersebut.
Persyaratan lain, yang harus dipenuhi adalah penyetelan waktu minimum dari Relai
arus lebih ( terutama di penyulang ) tidak lebih kecil dari 0,3 detik. Pertimbangan
ini diambil agar Relai tidak sampai trip lagi, akibat arus Inrush current dari
transformator distribusi yang memang sudah tersambung di jaringan distribusi,
sewaktu PMT penyulang tersebut di operasikan.
Penyetelan Ground Fault Relay (GFR) dapat di setel mulai 6% s/d 12% x arus
gangguan hubung singkat 1 fase terjauh/terkecil) atau = 6% s/d 12% x IF1fase
terkecil , nilai ini untuk mengantisipasi jika peng-hantar tersentuh pohon, dimana
tahanan pohon besar (sesuai standard 26 ohm) yang dapat memperkecil besarnya
arus gangguan hubung singkat 1 fase ketanah.
Setelan Time multiple setting (Tms) dan setelan waktu Relai pada jaringan distribusi
mempergunakan standard Inverse, yang dihitung mempergunakan rumus kurva
waktu Vs arus, dalam hal ini juga diambil persamaan kurva arus waktu dari standard
British, sebagai berikut:
dan
Dimana:
, = Konstanta.
Nama kurva
Standard Inversee 0,02 0,14
Very Inversee 1 13,2
Extremely Inversee 2 80
Long inversee 1 120
2.7.1. Koordinasi proteksi antara incoming dan outgoing feeder (tanpa Gardu
Hubung)
Sebagai contoh perhitungan arus gangguan hubung singkat dari system distribusi
20 kV yang dipasok dari suatu Gardu Induk seperti terlihat pada gambar 2.4 dan
uraiannya sebagai berikut:
Data yang diperlukan untuk perhitungan arus gangguan hubung singkat dan
koordinasi relai (OCR dan GFR), adalah:
Data Trafo:
- Kapasitas transformator tenaga (MVA)
- Reaktansi urutan positif transformator tenaga (%)
- Ratio tegangan
Ratio CT di penyulang.
A. PERHITUNGAN IMPEDANSI
Perlu dIIngat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai tahanan pada sisi
150 kV, yang mewakili semua unit pembangkit beroperasi. Adapun
reaktansi (impedansi) sumber mencakup: impedansi sumber pembangkit,
impedansi transformator tenaga di Pusat Listrik dan impedansi transmisi,
seperti terlihat pada gambar 2.5 dibawah ini.
Daya transformator tenaga antara sisi primer dan sekunder sama, maka:
Dimana :
Dengan demikian nilai impedansi penyulang urutan positif, negatif dan Nol
untuk lokasi gangguan yang diperkirakan terjadi pada 1%, 5%, 10%, 15%
s/d 100% panjang penyulang 10 km, dapat dihitung sebagai berikut (lihat
table II.2 dan II.3 dibawah ini):
Karena lokasi gangguan di asumsikan terjadi pada titik 1%, 5%, 10%, 15%
s/d 100 % panjang jaringan, maka Z1eq = Z2eq yang didapat adalah (lihat
table II.4):
Karena lokasi gangguan di asumsikan terjadi pada 1%, 5%, 10%, 15% s/d
100 % panjang jaringan, maka Z0eq yang diperoleh adalah: (lihat tabel II.5
dibawah ini).
Dimana:
I = Arus gangguan 3 fase yang dicari (Amp)
Eph = Tegangan fase netral sistem 20 kV = 20.000/3
Z1eq = Impedansi equIIalent urutan positif yang diperoleh dari perhitungan diatas
(Lihat tabel II.4)
Sehingga arus gangguan hubung singkat 3 fase dapat dihitung, untuk lokasi
gangguan di 1% didepan Gardu Induk, sebagai berikut:
Dimana:
Sehingga arus gangguan hubung singkat 2 fase, dapat dihitung pada lokasi 1%
depan Gardu Induk, sebagai berikut:
Dimana:
Sehingga arus gangguan hubung singkat 1 fase ketanah, untuk lokasi gangguan
1% dari panjang jaringan, dapat dihitung sebagai berikut:
Perhitungan arus gangguan hubung singkat 3 fase, 2 fase dan 1 fase ketanah,
untuk lokasi yang diasumsikan gangguan terjadi 1%, 5%, 50%, 10% s/d 100 %
panjang jaringan, hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Dengan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat ini (3 fase, 2 fase dan
1 fase ketanah) seperti terlihat pada tabel II.6, dapat digunakan:
Untuk koordinasi relai proteksi Arus lebih (Over current Relay) , Ground
Fault Relay maupun setelan moment.
Bila Relai yang terpasang mempunyai rekaman besarnya arus gangguan.
lokasi gangguan hubung singkat dengan mudah dan cepat dapat
ditemukan.
Contoh:
Rekaman di relai = 23,3 (tergantung jenis relainya)
CT terpasang = 300/5-5
IN relai = 5 Amp (arus nominal ini tergantung dari pabrikan)
Perhitungan arus gangguan hubung singkat (sisi primer) =
Dengan arus sebesar 6990 Amp, di cocokkan dengan hasil hitungan (lihat tabel
II.6), diperoleh lokasi gangguan hubung singkat 3 fase mendekati di 60%
panjang saluran = 60% x 10 km = 6 km dari GI.
Lebih lanjut, akan dihitung nilai setelan Arus dan waktu (T d atau Tms/Time
mutiplesetting) dari relai Arus lebih, sebagai berikut:
Nilai setelan ini adalah nilai Primer, untuk menperoleh nilai setelan
sekunder yang akan disetkan pada Relai arus lebih, maka harus
dihitung dengan menggunakan data ratio Trafo Arus yang terpasang
di Penyulang tersebut:
Karena Tms Relai arus lebih, pada penyulang yang akan disetel
(disetkan) pada Relai arus lebihnya diambil pada angka arus gangguan
hubung singkat (Ifault) sebesar arus gangguan 3 fase atau arus
gangguan 2 fase pada lokasi gangguan 1% depan Gardu Induk untuk
contoh ini diambil arus gangguan 3 fase = 12862,0 Amp (lihat tabel
II.7), dan waktu kerja relai arus lebih di Penyulang itu (sesuai
penjelasan II.3) diambil selama 0,3 detik, maka nilai Tms yang akan
disetkan pada relai arus lebih dari persamaan (II.3) dengan
karakteristik standar inverse, adalah :
Selisih waktu kerja Relai di Incoming 20 kV ( sisi hulu ) lebih lama 0,4
detik dari waktu kerja Relai di penyulang ( sisi hilir ) disebut Grading
Time, yang maksudnya relai Incoming 20 kV memberi kesempatan
Relai di penyulang bekerja lebih dahulu, bila gangguan hubung singkat
terjadi di penyulang tersebut, penyulang itu saja yang trip dan Bus bar
20 kV masih bertegangan untuk memasok penyulang lainnya yang
Catatan:
Arus sebesar 288,37 Amp (lihat persamaan diatas), diambil arus gangguan
hubung singkat 1 fase ketanah dari tabel II.7 pada 1% didepan GI, titik ini
adalah titik koordinasi antara outgoing dan incoming feeder.
Dari hasil perhitungan diatas dan untuk mempermudah penglihatan dapat
dibuat tabel seperti terlihat pada tabel II.8
Catatan:
Atau Bila pada NGR mempergunakan jenis relai 51N, jenis relai ini
dapat disetel sesuai besaran arus gangguan hubung singkat. Setelan
arusnya, sebagai berikut: Setelan arus: 6% x arus gangguan satu fase
terkecil.
Sesuai hitungan diatas, maka setelan arusnya adalah:
E. SETELAN MOMENT
Setelan high set adalah setelan di incoming feeder yang gunanya untuk
mengamankan transformator tenaga, bila ada gangguan hubung singkat
yang nilainya besar di penyulang distribusi.
Untuk perhitungan ini diambil besaran arus dari transformator tenaga
sebesar = 4 x In trafo.
Hasil perhitungan setelan relai arus lebih yang didapat pada bab II masih harus
diperiksa, apakah untuk nilai arus gangguan hubung singkat yang lain (lihat
lokasi gangguan hubung singkat 1%, 5%, 10%, 15% s/d 100% panjang
penyulang) kerja relai arus lebih antara yang terpasang dipenyulang keluar
(outgoing feeder) dan yang terpasang di penyulag masuk (incoming feeder),
masih bekerja selektif atau memberikan beda waktu kerja (grading time) yang
terlalu lama.
Untuk grading time yang terlalu lama, bila terjadi kegagalan kerja relai arus lebih
di Penyulang, maka relai arus lebih di incoming feeder yang dalam hal ini
bekerja sebagai pengaman cadangan menjadi terlalu lama membuka
(mentripkan) PMT nya.
Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada relai arus lebih dari jenis standar
(normal) inverse, karena setelan waktu (Tms) pada relai arus lebih jenis
inversee bukan menunjukan lamanya waktu kerja relai tersebut. Lamanya waktu
kerja relai ini ditentukan oleh besarnya arus gangguan yang mengalir di relai.
Makin besar arus gangguan hubung singkat yang mengalir di relai makin cepat
kerja relai tersebut menutup kontaknya, kemudian memberikan triping PMT.
G. PEMBUATAN GRAFIK
Dalam pembuatan grafik diambil dari data (hitungan) pemeriksaan waktu kerja
relai seperti terlihat diatas, hasil yang diperoleh sebagai berikut:
A. PERHITUNGAN IMPEDANSI.
Impedansi seri antara penghantar A3C 240 mm 2 dan A3C 150 mm2
dengan total panjang penyulang 11 km adalah:
Untuk setelan OCR (over current Relay) diambil arus gangguan hubung
singkat 3 fase dilokasi 1% didepan GI dan 1% didepan GH.
Untuk setelan moment diambil arus gangguan hubung singkat 3 fase 40%-
60% depan GI dan 40%-60% depan GH, perhitungan selanjutnya sebagai
berikut:
(GI GH)
Dengan mempergunakan persamaan (III.5) dan persamaan (II.1) dapat
dihitung besarnya arus gangguan hubung singkat 3 fase, dilokasi 1%
depan Gardu Induk, sebagai berikut:
(GI GH)
Dengan mempergunakan persamaan (III.9) dapat dihitung besarnya
arus gangguan hubung singkat 1 fase ketanah:
Nilai setelan ini adalah nilai Primer, untuk menperoleh nilai setelan
sekunder yang akan disetkan pada Relai arus lebih, maka harus
dihitung dengan menggunakan data ratio Trafo Arus yang terpasang di
Penyulang tersebut:
Dimana:
t = 0,3 detik
Ifault = arus fault (gangguan) = 2335,51 Amp
ISET = 99 Amp
Maka:
Nilai setelan ini adalah nilai Primer, untuk menperoleh nilai setelan
sekunder yang akan disetkan pada Relai arus lebih, maka harus
dihitung dengan menggunakan data ratio Trafo Arus yang terpasang di
outgoing feeder tersebut, Setelan relai arus lebih dapat dihitung,
sebagai berikut:
Arus gangguan ini diambil adalah sebagai titik koordinasi antara Relai
di outgoing feeder dengan Relai di GH.
Nilai setelan ini adalah nilai Primer, untuk menperoleh nilai setelan
sekunder yang akan disetkan pada Relai arus lebih, maka harus
dihitung dengan menggunakan data ratio Trafo Arus yang terpasang di
outgoing feeder tersebut, Setelan relai arus lebih dapat dihitung,
sebagai berikut:
Arus gangguan ini diambil adalah sebagai titik koordinasi antara Relai
di outgoing feeder dengan Relai di incoming feeder.
2.8. RINGKASAN
3. Setelan arus Over Current Relai dan Tms (diambil Normal Inverse).
Setelan arus:
a. Arus sisi primer diambil dari arus beban dikalikan dengan konstanta 1,05 s/d
1,3
b. Arus sisi sekunder, diambil dari arus primer dikalikan dengan ratio CT
hubung singkat IF3atau IF2(sumber GI), IF2 (sumber PLTD) di depan relai
yang akan dihitung.