Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK TRANSMISI

“KONSTANTA PRIMER DAN SEKUNDER PADA SALURAN


TRANSMISI”
NAMA PRAKTIKAN:
Marsani Shadra Ibnu Hibban (191331050)

Kelas :
2B

TANGGAL PERCOBAAN :
31 Maret 2021

TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN:


4 April 2021

NAMA INSTRUKTUR
Mohammad Farid Susanto, ST., M.Eng
Ir. Elisma, M.Sc
Rifa Hanifatunnisa, S.ST., M.T

PROGRAM STUDI D3 – TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari konstanta-konstanta primer dan sekunder saluran koaksial
2. Memahami bahwa saluran memiliki resistansi, induktansi, kapasitansi, dan
konduktansi persatuan Panjang
3. Mengukur resistansi, induktansi, kapasitansi, dan konduktansi saluran koaksial
dengan menggunakan jembatan Wheatstone dan MaxWell sebagai alat bantu dan
menentukan impendansi karakteristik saluran
4. Mengamati pengaruh frekuensi terhadap resistansi, induktansi, kapasitansi, dan
konduktansi saluran
5. Menentukan model rangkaian dari saluran transmisi

II. LANDASAN TEORI


2.1 Pendahuluan

Saluran transmisi adalah suatu perangkat yang dirancang untuk memandu energi listrik
dari suatu titik ke titik yang lain. Sebagai contoh untuk mentransfer outputsinyal RF dari
sebuah pemancar ke antena. Energi ini tidak disalurkan menggunakan kabel listrik biasa yang
tentu saja akan menimbulkan rugi yang besar. Walaupun antena dapat dihubungkan langsung ke
pemancar, antena umumnyaberada pada lokasi dengan jarak tertentu dari pemancar. Pada suatu
kapal, pemancar ditempatkan pada ruang radio dan antenanya dipasang pada tiang. Saluran
transmisi digunakan untuk menghubungkan pemancar dan antena tersebut.
Bagi pemancar maupun antena, saluran transmisi berperan mentrasnfer energi dari
output pemancar ke antena dengan rugi yang serendah mungkin. Transfer energi yang
optimal bergantung kepada karakteristik fisik dan listrik (impedansi dan resistansi) dari
saluran transmisi.
Setiap saluran transmisi mempunyai dua ujung (lihat Gambar 1-1). Ujung pertama
saluran terhubung kepada suatu sumber yang biasa dinamakan sebagai ujung input (input
end) atau ujung generator (generator end). Nama lainnya yang biasa digunakan adalah
ujung pemancar (transmitter end), ujung kirim (sending end) dan sumber (source).
Ujung lainnya dari saluran ini dinamakan output atau ujung penerima (receiver end).
Istilah lain dari ujung output adalah ujung beban (load end) dan sink.

Gambar 2.1 Dasar saluran transmisi


2.2 Konstanta Saluran

Merupakan parameter atau konstanta yang dimiliki suatu saluran. Dalam


menetapkan konstanta ini diasumsikan:
 Panjang saluran adalah tidak berhingga, kawat tersusun paralel, saluranhomogen dan
penampang yang seragam (uniform) sepanjang saluran
 Saluran jauh dari pengaruh objek lain
 Pengaruh kelengkungan kawat, tanah, isolator pada tiang diabaikan
(dianggap kecil)

Konstanta saluran terbagi atas konstanta primer saluran dan konstanta


sekunder saluran.

2.2.1 Konstanta Primer Saluran

Konstanta primer saluran dapat didefinisikan sebagai paramater konstan yang


timbulkarena adanya sifat listrik pada saluran tersebut yaitu:

 Sifat tahanan (resistansi) seri per satuan panjang R/l (Ω/m)


 Sifat lilitan (induktansi) seri per satuan panjang L/l (H/m)
 Sifat kapasitansi paralel per satuan panjang C/l (F/m)
 Sifat konduktansi paralel per satuan panjang G/l (ʊ/m)

1. Sifat Resistansi Seri (R)


Pada frekuensi rendah, kerapatan arus sepanjang saluran homogen adalah
merata ke seluruh penampang kawat dengan nilai sebesar:

.l
R
A
R = Resistansi / tahanan (Ω)
ρ = Tahanan jenis (Ω/m)
l = Panjang saluran (m)
A = Luas penampang saluran (m2)

Berdasarkan pengaruh suhu maka resistansi seri dapat ditentukan dengan:

Rt  R0 1  X .t Ohm

Rt = Resistansi pada suhu t0 C (Ω)


R0 = Resistansi pada suhu 0o C (Ω)
X = Koefisien suhu resistansi (oC)-1
t = Besarnya perubahan suhu (oC)
Pada frekuensi tinggi, kerapatan arus pada saluran terdistribusi secara tidak merata
karena cenderung mengarah ke bagian tepi/luar dari penampang. Peristiwa ini
dinamakan Efek Kulit (Skin Effect), yang menyebabkan meningkatnya resistansi dan
terjadi induksi.
2. Sifat Induktansi Seri (L)

Pada saat suatu kawat dialiri arus yang berubah-ubah maka akan timbul medan
magnet dalam bentuk fluks magnet yang mengelilingi kawat tersebut. Jika kawat adalah
berupa lilitan maka induktansi seri (L) dapat ditentukan dengan:

..n
L Henry
l
Ф = Fluks magnet (Wb)
µ = Permeabilitas (H/m)
n = Jumlah lilitan
l = Besarnya arus (A)

Besarnya reaktansi induktif (XL)X

L  .L Ohm

3. Sifat Kapasitansi Paralel (C)

Jika di antara kawat penghantar suatu saluran transmisi terdapat beda potensial
akibat adanya muatan elektron pada kawat yang satu terhadap kawat yang lain, maka
medan listrik yang timbul di antara kedua konduktor akan menyebabkan adanya garis-
garis fluks dari arah positif menuju negatif.

Q
C Farad
V
Q = Muatan listrik salah satu kawat (Coulomb)
V = Perbedaan potensial antara dua kawat penghantar (V)

Besarnya kapasitansi juga ditentukan oleh jarak antara kawat dan


juga dielektrik yang digunakan

 .A
C Farad
d
ɛ = Permitivitas listrik (F/m)
A = Luas pelat (m2)
d = Jarak kedua plat (m)

Besarnya reaktansi kapasitif

X C  1 Ohm   2.. f
.C
4. Sifat Konduktansi Paralel (G)

Konduktasi paralel dapat didefinisikan sebagai kejadian saat munculnya arus yang
mengalir melalui isolator atau permukaan kawat (arus bocor) akibat adanya kehilangan
daya listrik yang disebabkan oleh dielektrik yang digunakan. Arus bocor ini adalah
dalam bentuk pancaran di sekeliling kawat.
1
G Mho
R

2.2.1 Konstanta Sekunder Saluran

Konstanta sekunder saluran adalah konstanta yang timbul akibat adanya konstantaprimer
saluran.

Konstanta sekunder saluran terdiri atas:

 Konstanta Propagasi (Ɣ)


 Impedansi Karakteristik (Zo)

1. Konstanta Propagasi (Ɣ)

Konstanta propagasi merupakan konstanta sekunder saluran yang menyebabkan terjadinya


penurunan daya (redaman) dan pergeseran fasa pada suatu sinyal yang merambat melalui
saluran tersebut. Konstanta propagasi dapat ditentukandengan persamaan:

  
    j

α = konstanta redaman (Neper/m) 🡪1Np = 8,686dB


β = konstanta pergeseran fasa (rad/m)

dimana:

   cos
   sin



 

  R2   L2 G 2   C 2 
2 2

1 L C
 tan1  tan1

2 R G
R  jL
= impedansi seri saluran
G  jC = impedansi paralel saluran

2. Impedansi Karakteristik Saluran (Zo)

Perbandingan tegangan dan arus yang terdapat pada tiap titik sepanjang saluran
adalah selalu sama yaitu sebesar impedansi karakteristik saluran tersebut.


Z 0 
 

atau

Z
Z0 
Y
III. ALAT DAN BAHAN
1. Modul Universal Bridge
2. Modul coaxial .
3. Jumper
4. Osiloskop dua kanal.
5. Multimeter
6. Kabel BNC to banana
7. Kabel BNC to capit buaya
8. Resistor 100 Ohm
9. Potensiometer
10. Capasitor 10nF

IV. LANGKAH PERCOBAAN


1. Pengukuran Resistansi Saluran Jembatan Wheatstone
a. Resistansi yang dicari ( Rx ) yang terdapat pada universal bridge
b. Terdapat R3 = 100 ohm
c. Lalu setting R4 = 100 ohm dengan posisi ke bawah
d. Lalu R2 = Menggunakan Resistor Variabel Potensiometer
e. Hubungkan bagian a-b dari jembatan wheatstone ke titik a-b pada saluran
koaksial dengan jumper dan keadaan ujung coaxial yang dihubungkan
singkat atau (Short Circuit)
f. Maka Rx yang dicari merupakan Resistansi dari saluran Coaxial
g. Berikan input tegangan 4Vpp , dan f=1KHz pada jembatan wheatstone
menggunakan function Generator
h. Hubungkan kanal 1 pada Osiloskop dengan input pada saluran atau
universal bridge untuk mengetahui besaran tegangan dan frekuensi yang
dimasukkan
i. Channel 1 : Membaca Input saluran ( Ouutput Function Generator )
j. Channel 2 : Untuk mengukur tegangan pada UY1
k. Setting input menggunakan function generator dengan mengubah kanal
amplitude.
l. Lalu setting frekuensi = 1Khz pada Function Generator
m. Lihat pada osiloskop tegangan atau frekuensi sudah sesuai atau belum
n. Untuk mendapat kondisi jembatan yang seimbang harus didapatkan kondisi
Tegangan UY1 minimum yaitu dengan cara mengatur potensiometer 1KΩ
sehingga diperoleh tegangan di titik Uy1 seminimum mungkin, catat
tegangan yang diperoleh pada kondisi ini
o. Baca resistansi potensiometer
p. Hitung nilai resistansi saluran (total), Rx dengan menggunakan persamaan
yang ada
q. Ulangi langkah1, tetapi unutk kondisi saluran koaksial II
r. Tentukan nilai resistansi konduktor luar dari saluran, yaitu resistansi total
dan dalam
s. Hitung resistansi per satuan panjang dari saluran dengan menggunakan
persamaan
2. Pengukuran Induktansi Saluran :
a. Susun diagram rangkaian seperti gambar 1.2
b. Berikan input 4Vpp, f=1KHz pada jembatan MaxWell
c. Seimbangkan jembatan, yaitu dengan cara mengatur potensiometer R2 dan
r4 secara bergantian sehingga memperoleh tegangan seminimum mungkin
di Uy1 (R4=100Ω)
d. Baca resistansi potensiometer R2 dan R4. Hitung Lx dan Q
e. Hitung induktansi saluran per satuan panjang dengan cara hasil Lx dibagi
dengan panjang saluran yang digunakan
3. Pengukuran kapasitansi, konduktansi, dan impedansi karakteristik saluran:
a. Susun diagram rangkaian gambar 1.3
b. Berikan input 4Vpp, f=1Khz, pada jembatan Wien Robinson
c. Seimbangkan jembatan, yaitu dengan cara mengatur potensiometer R2 dan
R4 secara bergantian sehingga titik Uy1 bernilai seminimum mungkin
d. Baca resistansi R2 dan R4, hitung Cx dan Gx
e. Hitung kapasitansi dan konduktansi per satuan panjang saluran koaksial
f. Hitung impedansi karakteristik saluran koaksial dan konstanta propagasi
g. Hitung konstanta redaman dan konstanta fasa saluran
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Konstanta Primer Saluran Transmisi
a) Pengukuran Resistansi Saluran Transmisi
R2 = 702 ohm
R3 = 100 ohm
R4 = 100 ohm

Rx total = (R3.R2)/R4
= 100.702/100
Rx total = 702 ohm
Rx dalam = 8.6 ohm
Rx luar = Rx total – Rx DALAM
= 702 ohm – 8,6 ohm
= 693,4 ohm
Perhitungan Resistansi per satuan panjang

𝑅𝑥
R = 𝑙

702
=
100

= 7,02 ohm /m

b) Pengukuran Induktansi Saluran Transmisi


C=10Nf
R3=100 ohm
R2=675 ohm
R4=100ohm
Lx = R2.R3.C

= 675.100.10^-8

= 675 𝜇H

𝑅2.𝑅3
Rx =
𝑅4

675.100
=
100

=675 ohm

𝑤.𝐿𝑥
Q =
𝑅𝑥

2𝜋𝑓 .𝐿𝑥
= 𝑅𝑥

2.3,14.1000.675.10−6𝐻
=
675 𝑜ℎ𝑚

= 0,00628 = 6,28× 10−3

𝐿𝑥
L’ = 𝑙

675.10^−6
=
100

= 6.75× 10−6 H / m

c) Pengukuran Kapasitansi dan Konduktansi Saluran Transmisi


R3=100 ohm
R2= 418 ohm
R4=942 ohm
C=10nf
Cx = (C.R4)/R3
= (10^-8 × 942)/100.

= 94,2 nF

Rx = R2.R3/R4
= 418 . 100/942
= 44,37 ohm
Gx = 1/Rx
= 1/44,37
= 22,5 x 10^-3
𝐶𝑥
C = 𝑙
94,2×10^−9
=
100
= 0,942× 10−9 F/m
22,5×10^−3
G = 100
= 22,5×10^-5 mho/m

2. Konstanta Sekunder Saluran Transmisi

Impedansi Karakteristik

𝑅+𝑗𝑤𝐿 7,02+𝑗(2𝜋1000)(6,75𝜇𝐹) 7,022<0.345°


Zo =√𝐺+𝑗𝑤𝐶 = √22.5×10 −5 +𝑗(2𝜋1000)(0,942𝑛𝐹) = √22,5 ×10−5 <1.50° = 176,6 < −0.5775°

Konstanta Propagasi

Y = 𝛼 + 𝑗𝛽 = √(𝑅 + 𝑗𝑤𝐿)(𝐺 + 𝑗𝑤𝐶) = √(7,022 < 0.345°)(22,5 × 10−5 < 1.50°)

=0,0397< 0.9225

= 0.0397+j 6,39 × 10−4 /m

Konstanta Redaman 𝛼 = 0,0397 Np/m

Konstanta Fasa 𝛽 = 6,39 × 10−4 rad/m


VI. ANALISIS

Pada percobaan mata kuliah Teknik Transmisi kali ini, praktikan melakukan
tiga kali percobaan yaitu pengukuran resistansi dengan jembatan Wheatstone,
pengukuran induktansi dengan jembatan Maxwell dan pengukuran kapasitansi,
konduktansi dengan jembatan Wien Robinson. Pengertian dari saluran transmisi itu
sendiri adalah alat atau media yang digunakan untuk mengirimkan informasi dari satu
titik ke titik lainnya.

Terdapat dua macam konstanta pada saluran, yaitu “konstanta primer” dan
“konstanta sekunder”. Konstanta primer mencakup resistansi per satuan panjang,
induktansi panjang gabungan, kapasitansi panjang gabungan dan konduktansi panjang
gabungan. Percobaan pertama yang dilakukan adalah pengukuran resistansi dengan
bantuan jembatan Wheatstone. Jembatan Wheatstone adalah perangkat sirkuit untuk
mengukur jumlah hambatan yang tidak diketahui. Agar dapat menghitung resistansi
tersebut maka terlebih dahulu susunlah rangkaian seperti yang telah tertera pada
langkah percobaan. Untuk mendapat kondisi jembatan yang seimbang harus didapatkan
kondisi Tegangan UY1 minimum yaitu dengan cara mengatur potensiometer pada R2
sehingga diperoleh tegangan di titik Uy1 seminimum mungkin. Dikarenakan untuk
mencari harga UY1=0 sangat sulit dilakukan, sehingga yang memungkinkan adalah
harga UY1 mendekati 0. Mengukur induktansi dan kapastansi pun mengunakan cara
yang sama seperti mengukur resistansi, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu dalam
pengukurannya ditambahkan nilai capasitor 10nF. Mengukur konduktansi mengunakan
cara 1/Rx dengan Rx=R2.R3/R4.

Konstanta sekunder adalah konstanta yang diperoleh saat konstanta primer


sudah ditentukan atau sudah ada. Konstanta sekunder ini meliputi impedansi
karakteristik dan konstanta propagasi. Saat konstanta propagasi diperoleh maka
terdapat parameter lain yaitu konstanta redaman yang dilambangkan dengan 𝛼 dan

konstanta fasa yang dilambangkan dengan 𝛽.


VII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut.
Pengertian dari saluran transmisi adalah alat atau media yang digunakan
untuk mengirimkan informasi dari satu titik ke titik lainnya.
Terdapat dua macam konstanta pada saluran, yaitu “konstanta primer”
dan “konstanta sekunder”. Konstanta primer mencakup resistansi per
satuan panjang, induktansi panjang gabungan, kapasitansi panjang
gabungan dan konduktansi panjang gabungan.
Konstanta sekunder adalah konstanta yang diperoleh saat konstanta
primer sudah ditentukan atau sudah ada. Konstanta sekunder ini meliputi
impedansi karakteristik dan konstanta propagasi. Saat konstanta
propagasi diperoleh maka terdapat parameter lain yaitu konstanta
redaman yang dilambangkan dengan 𝛼 dan konstanta fasa yang

dilambangkan dengan 𝛽.
Untuk membuat jembatan seimbang maka nilai dari UY1 harus
mendekati 0 dengan cara mengatur potensiometer
DAFTAR PUSTAKA

Puspita, Dekna Wati. Saluran Transmisi. Academia.edu. Diakses pada 3 April 2021 melalui
https://www.academia.edu/11133583/SALURAN_TRANSMISI

Anda mungkin juga menyukai