Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TRANSMISI

JUDUL : KONSTANTA PRIMER DAN KONSTANTA SEKUNDER


SALURAN TRANSMISI

NAMA : NUURU ALHUSNA SHUFIYA PUTRI


NIM : 161344022
KELAS : 2 NK 2
TGL. PERCOBAAN : 17 SEPTEMBER 2018
PENYERAHAN LAPORAN : 24 SEPTEMBER 2018
INSTRUKTUR : Ir. ELISMA, M, Sc.
HEPI LUDIYATI, Amd., ST., MT
RIFA HANIFATUNNISA, SST., MT

NILAI : ………………………………………………………………...
KETERANGAN : ………………………………………………………………...
I. TUJUAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Mempelajari konstanta-konstanta primer dan sekunder saluran koaksial

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Memahami bahwa saluran memiliki resistansi, induktansi, kapasitansi dan


konduktansi per satuan panjang.
2. Mengukur resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi saluran koasial
dengan menggunakan jembatan Wheatstone dan Maxwell sebagai alat bantu
dan menentukan impedansi karakteristik saluran.
3. Mengamati pengaruh frekuensi terhadap resistansi, induktansi, kapasitansi
dan konduktansi saluran.
4. Menentukan model rangkaian dari saluran transmisi.

II. LANDASAN TEORI

Walaupun tidak berlaku umum, saluran transmisi dapat dimodelkan sebagai berikut :

Gambar 1.1. Model rangkaian saluran transmisi

Dengan : R = resistansi per satuan panjang (Ohm/meter)

L = induktansi per satuan panjang (Henry/meter)

G = konduktansi per satuan panjang (Siemens/meter)

C = kapasitansi per satuan panjang (Farad/meter)


R, L, G dan C merupakan konstanta-konstanta primer saluran transmisi. Setiap saluran
transmisi memiliki konstanta primer yang berbeda-beda, bergantung pada dimensi fisik saluran
, bahan pembuat saluran yang terdiri dari konduktor dan bahan dielektrik dan frekuensi operasi
saluran transmisi. Sebagai contoh saluran koaksial, geometri dari saluran ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Konduktor
Dielektrik
Luar
a Konduktor

dalam
b

Gambar 1.2. Geometri saluran koasial.

Dilihat dari gambar di atas, saluran koaksial memiliki dua konduktor, yaitu konduktor
dalam atau inner conductor dengan jari-jari a dan konduktor luar atau outer conductor dengan
jari-jari b . Konstanta primer dari saluran koaksial adalah sebagai berikut :

1. Resistansi Saluran Per Satuan Panjang

Resistansi saluran per satuan panjang dari saluran koasial terdiri dari resistansi dalam
per satuan panjang dan resistansi luar per satuan panjang. Atau :

R = R konduktor dalam + R konduktor luar (1.1)

Resistansi saluran per satuan panjang untuk konduktor dalam dari saluran koasial memenuhi
persamaan berikut :
1
R (1.2)
2..a..

Resistansi per satuan panjang untuk konduktor luar dari saluran koasial memenuhi persamaan
berikut :

1
R (1.3)
2..b..

dengan asumsi bahwa konduktivitas (  ) kedua konduktor dan harga efek kulit (  ) sama.

Disini :

σ merupakan konduktivitas konduktor dalam siemens/meter dan δ merupakan skin


depth atau kedalaman kulit yang dirumuskan sebagai berikut :

1
 (1.4)
f r  o 

δ diukur dalam mm.

Untuk mengukur resistansi saluran dapat digunakan alat bantu berupa rangkaian
jembatan Wheatstone, dapat dilihat pada gambar 1.3, dimana kondisi saluran untuk mengukur
resistansi total (resistansi konduktor dalam + resistansi konduktor luar) dibuat seperti pada
gambar 1.3 bagian I dan kondisi saluran untuk mengukur resistansi konduktor dalam dibuat
seperti pada gambar 1.3 bagian II. Sedangkan untuk mengetahui besar resistansi konduktor
luar adalah resistansi konduktor total dikurangi resistansi konduktor dalam. Dengan mengatur
potensiometer dari jembatan, sehingga jembatan setimbang (Uy1 = 0), akan dapat diketahui
nilai resistansi saluran (Rx) dengan menggunakan persamaan berikut :

R3 R 4
 (1.5)
RX R2

Tetapi pada praktiknya sangat sulit sekali memperoleh Uy1 =0.


Resistansi Rx ini merupakan resistansi untuk panjang saluran 100 meter (karena
saluran koasial yang digunakan panjangnya 100 meter). Sehingga resistansi saluran per
satuan panjang, R diberikan oleh :

Rx
R Ohm/meter (1.6)
100meter

Atau secara umum untuk panjang saluran sembarang, resistansi saluran per satuan panjang
dinyatakan dalam :

RX
R (1.7)

Disini  = panjang saluran (meter)

2. Induktansi Saluran Per Satuan Panjang

Induktansi saluran per satuan panjang dari saluran koasial dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :


L ln( b / a ) (1.8)
2.

Dengan :

µ = permeabilitas medium dielektrik antara konduktor.

  ro

 r = permeabilitas relative medium dielektrik terhadap permeabilitas ruang hampa

r  1

 o = permeabilitas ruang hampa  4.10 7 Henry/meter

Untuk mengukur induktansi saluran dapat digunakan alat bantu jembatan Maxwell
(gambar 1.4). Pada kondisi jembatan Maxwell setimbang, berlaku :

L x  R 2 .R 3 .C (1.9)

R 2 .R 3
dan Rx  (1.10)
R4
dari sini juga dapat dihitung faktor kualitas yang dihasilkan :

.L x
Q  1 (1.11)
Rx

3. Kapasitansi Saluran Per Satuan Panjang

Kapasitansi per satuan panjang dari saluran koasial dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :

2..
C (1.12)
ln( b / a )

Dengan :

   r  o = permitivitas bahan dielektrik

1
 o  permitivitas ruang hampa = .10  9 Farad/meter
36

 r = permitivitas relative medium terhadap permitivitas ruang hampa ;  r  1

Untuk mengukur kapasitansi saluran dapat digunakan alat bantu jembatan Wien-
Robinson (gambar 1.5). Pada kondisi jembatan Wien- Robinson setimbang, berlaku :

C.R 4 R .R
Cx  , Rx  2 3 (1.13)
R3 R4

4. Konduktansi Saluran Per Satuan Panjang

Konduktansi saluran per satuan panjang dari saluran koasial dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :

2..
G (1.14)
ln( b / a )

Dengan :

σ = konduktivitas dielektrik antara konduktor.

Dari hasil Rx akan didapatkan :

Gx  1 (1.15)
Rx

Resistansi dan konduktansi dari saluran mewakili redaman pada saluran. Resistansi
mewakili redaman pada konduktor sedangkan konduktansi mewakili redaman pada dielektrik.
Kapasitansi dan induktansi dari saluran mewakili energi yang dapat disimpan dalam saluran,
kapasitansi mewakili energi listrik sedangkan induktansi mewakili energi magnet.

Selain konstanta primer, saluran transmisi juga memiliki konstanta sekunder, yaitu
salah satu diantaranya adalah impedansi karakteristik saluran dan konstanta propagasi saluran.

Impedansi karakteristik saluran, memenuhi persamaan :

R  jL
Zo  (Ohm) (1.16)
G  jC

Untuk saluran tanpa rugi-rugi (Losless line), Nilai R  G  0 , sehingga :

L
Zo  (Ohm) (1.17)
C

Konstanta propagasi saluran, memenuhi persamaan :

 R  jLG  jC (1.18)

Konstanta propagasi ini umumnya di saluran transmisi merupakan bilangan komplek,


dimana konstanta propagasi memiliki komponen riil dan imajiner. Bagian riil dari konstanta
propagasi adalah konstanta redaman yang menyatakan berapa redaman saluran untuk setiap
panjang 1 meter, satuannya dalam neper/meter, sedangkan bagian imajiner dari konstanta
propagasi adalah konstanta fasa yang menyatakan berapa pergeseran fasa yang terjadi untuk
setiap panjang 1 meter, satuannya dalam radian/meter.

III. DIAGRAM RANGKAIAN

1. Jembatan Wheatstone (untuk mengukur resistansi saluran) :


Gambar 1.3 Rangkaian jembatan Wheatstone untuk pengukuran resistansi saluran

2. Jembatan Maxwell : (untuk mengukur induktansi saluran) :


Gambar 1.4. Rangkaian jembatan Maxwell untuk pengukuran induktansi saluran

3. Jembatan Wien-Robinshon : (untuk mengukur kapasitansi dan konduktansi saluran)


:

Gambar 1.5. Rangkaian Jembatan Wien-Robinshon untuk pengukuran kapasitansi dan


konduktansi saluran
IV. PERALATAN DAN KOMPONEN

1. Generator fungsi : 1 buah

2. Osiloskop dua kanal : 1 buah

3. Saluran koasial 50 m : 2 buah

5. Multimeter : 1 buah

6. Resistor 100 Ohm, 1 %, 0,5 W : 2 buah

7. Potensiometer, 1 Kohm, 2W : 2 buah

8. Potensiometer 470 kOhm : 1 buah

9. Kapasitor 10 nF, 1% : 1 buah

10. Kabel BNC to banana : 1 buah

11. Soket (jumper) dan kabel sambungan : secukupnya.

V. LANGKAH PERCOBAAN :

V.1 Pengukuran Resistansi saluran :

1. Susun diagram rangkaian gambar 1.3.


2. Hubungkan bagian a-b dari jembatan wheatstone ke titik a-b pada saluran
koasial yang ujungnya dihubungsingkat (kondisi saluran I) seperti pada rangkaian
gambar 1.3 bagian 1.

3. Berikan input tegangan 4 Vpp, f = 1 KHz pada jembatan Wheatstone.

4. Seimbangkan jembatan, yaitu dengan cara mengatur potensiometer 1 KΩ sehingga


diperoleh tegangan di titik Uy1 seminimum mungkin (Uy1  0), catat tegangan yang
diperoleh pada kondisi ini.

5. Baca resistansi potensiometer.

6. Hitung nilai resistansi saluran, Rx dengan menggunakan pers. (1.5) (Nilai

resistansi ini adalah resistansi total saluran).

7. Ulangi langkah 1, tetapi untuk kondisi saluran koasial II (ini untuk mencari resistansi
konduktor dalam saluran)
8. Tentukan nilai resistansi konduktor luar dari saluran, yaitu resistansi total
(hasil 1) – resistansi konduktor dalam (hasil 2).
9. Hitung resistansi per satuan panjang dari saluran dengan menggunakan
persamaan (1.7)

V.2 Pengukuran Induktansi saluran :

1. Susun diagram rangkaian gambar 1.4.

2. Berikan input tegangan 4 Vpp, f = 20 KHz pada jembatan Maxwell.

3. Seimbangkan jembatan, yaitu dengan cara mengatur potensiometer R2 dan R4 secara


bergantian sehingga diperoleh tegangan di titik Uy1 seminimum mungkin (Uy1 
0).

(saran : set dulu R4 = 100 Ohm, lalu atur R2 untuk memperoleh

keseimbangan).

4. Baca resistansi potensiometer R2 dan R4 dan hitung L X dan Q (faktor

kualitas) dengan menggunakan pers. (1.9), (1.10) dan pers.(1.11).

5. Hitung induktansi saluran per satuan panjang, dengan cara hasil Lx dibagi

dengan panjang saluran yang digunakan.

V.3 Pengukuran kapasitansi, konduktansi dan impedansi karakteristik saluran :

1. Susun diagram rangkaian gambar 1.5.

2. Berikan input tegangan 4Vpp, f = 20 KHz pada jembatan Wien-Robinson.

3. Seimbangkan jembatan, yaitu dengan cara mengatur potensiometer R2 dan

R 4 secara bergantian sehingga diperoleh tegangan di titik Uy1 seminimum

mungkin (Uy1  0).

4. Baca resistansi potensiometer R2 dan R4 dan hitung C X dan G X dengan

menggunakan pers. (1.13) dan (1.15).

5. Hitung kapasitansi dan konduktansi per satuan panjang saluran koasial.


6. Hitung Impedansi karakteristik saluran koasial pada frekuensi f = 20 KHz

pengukuran dengan menggunakan pers. (1.16) dan konstanta propagasi

pada frekuensi f = 20 KHz dengan menggunakan persamaan (1.17) .

7. Hitung konstanta redaman dan konstanta fasa saluran.

VII. HASIL PERCOBAAN & ANALISA

Pengukuran Resistansi Saluran :

Rx total = 43,9 Ω (Resistansi total )

R x total
Resistansi saluran per satuan panjang : R = = 0,439 Ω/meter

Pengukuran Induktansi Saluran :

R2 = 50 Ω

R4= 130 Ω

Lx = L x  R 2 .R 3 .C = 50 µH

2𝜋𝑓𝐿x
Q= = 0,163
𝑅x

𝐿x
L= = 0,5 𝐻
𝑙

Lx merupakan nilai induktansi ketika dalam keadaan setimbang, dapat dicari dengan
mengalikan nilai R2, R4 dan nilai kapasintansi dari saluran. Q merupakan nilai dari faktor
kualitas suatu saluran. Nilai faktor kualitas saluran akan selalu bernilai dibawah 1. L
merupakan nilai induktansi per satuan panjang, karena panjang saluran ialah 100 m maka nilai
induktansi dibagi dengan 100.

Pengukuran Kapasitansi dan Konduktansi Saluran :

R2 = 4 Ω

R4= 102 Ω

𝑅4 .𝐶
Cx = =1,02 x10 -8 F
𝑅3
1
Gx = 𝑅x = 0,255 ℧

1,02 x10 −8 F
C= =1,02 x10 -10 F/m
100 𝑚

0,255 ℧
G= =2,55 x10 -10 ℧/m
100 𝑚

𝑅2.𝑅3
Rx = = 3.92 Ω
𝑅4

Impedansi Karakteristik Saluran

Impedansi karakteristik saluran :


𝑅+𝑗𝜔𝐿 0,43+𝑗2.3,14.20000.0,5.10^−6
Zo = √𝐺+𝑗𝜔𝐶 = √2,55.10−3 +𝑗.3,14.20000.10^−10 =√170,55 + 𝑗2462,6 = √2467,68 < 86,05 ˚

= 49,6 Ω < 43,025 ˚

Konstanta propagasi saluran :


ɤ = √(𝑅 + 𝑗𝜔𝐿)(𝐺 + 𝑗𝜔𝐶)

= √(0,439 + 𝑗2𝜋20. 10−3 .50.10−6 )(2,55. 10−3 + 𝑗2𝜋20. 10−3 . 1,02. 10−10 )

= √(0,439 + 𝑗6,28)(2,55. 10−3 + 𝑗12,8 10−12 )


= 0,092 < 𝑗0,086 ˚
Konstanta redaman :
α = 0,092
Konstanta fasa :
β = 0,086

Impedansi karakteristik saluran ialah nilai dari konstatnta sekunder saluran. Selain itu ada
pula konstanta propagasi saluran yang dimana nilai riilnya berupa konstanta redaman dan
nilai imajinernya berupa konstanta fasa, nilai dihitung perpanjang saluran yang dimana
panjangnya adalah 100 m. Nilai dari impedansi dapat diketahui dari rumus yang telah
𝑅+𝑗𝜔𝐿
diberikan yaitu Zo = √𝐺+𝑗𝜔𝐶 yang didapatkan hasil 49,6 Ω < 43,025 ˚. Konstanta propagasi

saluran didapatkan dari perhitungan √(𝑅 + 𝑗𝜔𝐿)(𝐺 + 𝑗𝜔𝐶) dan didapatkan hasil 0,092 <
𝑗0,086 ˚. Hsil dari nilai riil nya ialah konstanta redaman dan nilai imajinernya adalah
konstanta fasa.

VIII. KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini ialah melakukan pengukuran konstanta primer pada saluran
yaitu resistansi saluran, induktansi saluran, kapasitansi, impedansi dan konduktansi
karakteristik saluran. Ketika menghitung konstanta primer dapat diketahui dari nilai dari
konstanta sekunder karena konstanta sekunder yang berupa konstanta propagasi yang
dimana pada bagian riilnya berupa satuan dari konstanta redaman dan pada bagian
imajinernya merupakan satuan dari konstanta fasa. Dalam perhitungan konstanta dapat
dihitung dengan hasil pengukuran dibagi dengan 100 meter karena panjang saluran yang
dihitung ialah 100 meter. Semakin besar redaman pada suatu saluran maka semakin besar
pula frekuensinya. Dalam praktikum ini dapat diketahui hasil dari nilai impedansi
karakteristik (nilai dari konstanta sekunder) yaitu 49,6 Ω. Dan nilai konstanta
propagasainya ialah 0,12 < 𝑗0,086 ˚ yang dimana nilai konstanta redamannya ialah 0,092
dan nilai konstanta fasa nya 0,086.

IX. REFERENSI

1. Hayt, William H, JR.: (1991) “Elektromagnetika Teknologi,” Penerbit Erlangga, Jakarta,


hal. 350-351.

2. Lehr dan Messgerate, “Measurement on Coaxial Transmission Lines”, Lucas Nulle, TAT.
5/1, TAT. 5/2 dan TAT. 5/3.

Anda mungkin juga menyukai