Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI

KELAS TE2B

“MENGUKUR KONSTANTA PRIMER DAN SEKUNDER SALURAN TRANSMISI


COAXSIAL ”

KELOMPOK PRAKTEK:

Nama Pembuat Laporan :


1. Ika Rahmawati 4.31.22.1.12
Nama Anggota Kelompok :
2. Ahmad Hisyam Mahdi 4.31.22.1.02
3. Amrizal Bintang Ramadani 4.31.22.1.04
4. Daffa Pawahyangan 4.31.22.1.09
5. Irfan Hanafi Shihab 4.31.22.1.13
6. Maidatus Zahraul Maulida 4.31.22.1.14

Pelaksanaan Praktek : Senin, 13 November 2023

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2023
1. JUDUL PERCOBAAN : Mengukur Konstanta Primer dan Sekunder Saluran Transmisi
Coaxial

2. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
a. Dapat mengukur konstanta primer dan konstanta sekunder saluran transmisi
b. Dapat mengukur impedansi karakteristik saluran transmisi

3. LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Saluran Balance


Saluran balance
Saluran balance pada gambar 1 terdiri atas 2 konduktor sejajar, masing-masing
dengan medan magnit (H) yang mengelilingi konduktor sebanding dengan arus yang
mengalir. Disamping itu dengan adanya beda potensial antara konduktor 1 dengan lainnya,
menyebabkan timbul medan listrik (E) yang sebandung dengan beda potensial antar
konduktor. Keadaan ini menyebabkan terjadinya medan listrik dan medan magnit yang
saling tegak lurus membentuk gelombang elektromagnetik (EM). Pada kondisi saluran
terbuka seperti saluran balance tersebut, jika frekuensi sinyal yang dikirimkan semakin
tinggi (panjang gelombang semakin pendek), dan panjang saluran ≥
terjadinya kondisi lepasnya energy ke udara yang disebut
energy RF dan bersifat liar, karenanya juga disebut (spurious RF). Karena itu saluran
balance hanya sesuai untuk mengirimkan sinyal pada frekuensi rendah. Keadaan ini
diperbaiki dengan membuat saluran unbalance.

Saluran unbalance
Saluran unbalance adalah saluran yang dibuat dari 2 konduktor, dengan konstruksi
satu konduktor sebagai feeder diletakkan didalam konduktor lainnya yang berfungsi
sebagai (shielding). Dengan konstruksi tersebut maka pada shielding hanya terjadinya
medan magnit, karena medan listrik terjadi di dalam konduktor shielding sedangkan pada
feeder terdapat medan listrik dan medan magnit, ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Saluran Unbalance

Pada gambar 2.2, pada shielding hanya memiliki medan magnit (garis putus putus
warna merah) dan tidak memiliki medan listrik, sehingga tidak mungkin terjadi pelepasan
RF ke udara. Didalam shielding terdapat medan listrik dan medan magnit, sehingga
kemungkinan melepaskan RF mungkin terjadi, tetapi begitu RF lepas akan ditangkap
shielding, sehingga RF tidak akan pernah lepas ke udara. Sehingga saluran unbalance
sangat sesuai digunakan pada frekuensi tinggi sampai gelombang mikro orde MHz sampai
40 GHz.
Saluran transmisi mempunyai elemen-elemen rangkaian yang berupa R,L,G,C yang
tersebar di sepanjang saluran transmisi dengan susunan elemen rangkaian sebagai berikut

Gambar 2.3 Rangkaian ekivalen saluran transmisi

Keterangan :

R adalah resistansi (Ω/m)


L adalah induktansi (H/m)
G adalah konduktansi (S/m)
C adalah kapasitansi (F/m)
Konstanta primer akan menghasilkan koefisien perambatan (ˠ) yang terdiri atas
koefisien redaman (α) dan koefisien pergeseran phasa (β) dan juga impedansi karakteristik
(Zo). Untuk mendapatkan nilai koefisien rambatan (γ) maka digunakan rumus :

Sedangkan untuk mencari nilai impedansi karakteristik dapat menggunakan rumus :


Saluran Transmisi Tanpa Rugi (Lossless Transmission Line)
Coaxial biasanya digunakan pada aplikasi yang tidak memerlukan saluran
transmisi panjang (cukup pendek) sehingga kerugian yang diakibatkan oleh R dan G
sangat kecil dan bisa diabaikan (dianggap=0), kondisi ini dikenal dengan saluran tanpa
rugi (Lossless line), konstanta primer hanya berupa L dan C, sehingga nilai impedansi
karakteristik dapat ditulis dalam persamaan berikut :

(Persamaan 2.1)

Keterangan :
Z0 : Impedansi (Ω)
L : Induktansi (H/m)
C : Kapasitansi (F/m)
Z0 bersifat resistif. Karena R dan G diabaikan, maka koefisien redaman dapat
dianggap sama dengan 0, sehingga koefisien rambatan hanya dipengaruhi oleh koefisien
pergeseran phasa yang menyebabkan saluran transmisi bersifat induktif atau kapasitif
sesuai panjang potongan saluran transmisi dan kondisi ujungnya (terbuka atau tertutup)
atau (End Open or End Short) sehingga bisa dicari nilai impedansi inputnya (Zin)
dengan persamaan berikut.

Gambar 2-4. Saluran transmisi tanpa rugi dengan ujung tertutup dan hubung singkat
Keterangan :
Zin = Impedansi input (Ω) berupa reaktansi (X)
Zo = Impedansi Karakteristik saluran (Ω)
β = Koefisien pergeseran phasa (derajat/lamda)
l = Panjang lossless line (lamda)

Gambar 2-5
Saluran transmisi tanpa rugi dengan ujung terbuka dan hubung singkat
Keterangan :
Zin = Impedansi input (Ohm) berupa reaktansi (X)
Zo = Impedansi Karakteristik saluran (Ohm)
Β = Koefisien pergeseran phasa (derajat/lamda)
l = Panjang lossless line (lamda)

Dari persamaan Zin pada ujung terbuka dan ujung tertutup, jika panjang
saluran berubah, maka nilai impedansi input (Zin) juga berubah yang digambarkan
pada Gambar 2-6 berikut.

Gambar 2-6 Perubahan impedansi terhadap panjang saluran, pada lossless line

Berdasarkan persamaan Zin diatas, maka untuk saluran coaxial panjang 100
meter, dengan ujung dihubung singkat, pada frekuensi 50,5 MHz diperoleh sifat Zin
adalah kapasitif, sedangkan jika frekuensi diturunkan menjadi 50 MHz, maka sifat Zin
adalah induktif. Yang ditampilkan pada Gambar 2-7.

Gambar 2-7 Sifat Zin pada saluran ujung hubung singkat


Jembatan Wheatstone

Pengukuran elemen rangkaian dalam saluran transmisi dilakukan dengan


bantuan rangkaian jembatan wheatstone dengan rangkaian sebagai berikut :

Gambar 2.8 Jembatan Wheatstone

Prinsip kerja jembatan wheatstone adalah jika dicapai kondisi setimbang


(R1xR4=R2xR3), pada kondisi Vs ± 0, maka VA-B = 0. Karenanya jembatan
wheatstone ini dapat digunakan untuk mencari nilai resistansi atau impedansi yang tidak
diketahui. Missal R1 tidak diketahui, maka pada kondisi setimbang dapat ditulis

persamaan :

Pada Percobaan pertama yaitu resistor konduktor, menunjukkan bahwa pada


saat pengukuran frekuensi tinggi, dan hanya satu pengatur keseimbangan (untuk
besaran tegangan), sedangkan penampakan minimum yang baik tidak dapat
diperlihatkan. Komponen
reaktif dari objek pengukuran harus juga diperhitungkan. Besaran fase harus juga
diseimbangkan. Penambahan peralatan utnuk penyeimbang ditunjukkan oleh Jembatan
Maxwell (bagian diagram 2). Penyeimbangan tegangan dibuat dengan R2 seperti
sebelumnya serta penambahannya. Fase diatur kemudian diseimbangakn dengan R4.
Prosedur penyeimbang diulangi, perubahan R2 dan R4, beberapa saat sampai hasil yang
minimum tampak jelas. Keseimbangan Jembatan Maxwell menurut persamaan :

Komponen reaktif kecil, bila frekuensi digunakan untuk pengukuran adalah 20 KHz.
Penghalang untuk faktor Q dapat dicapai apabila : Q = wL/R. Sekarang pemakaian secara
komersial dari jembatan RLC tidak sesuai untuk pengukuran ini.
4. ALAT DAN BAHAN

1) Function Generator : 1 buah


2) Multimeter analog : 1 buah
3) Osiloskop : 1 buah
4) Test probe, 10:1 / 1:1 yang dapat diubah : 2 buah
5) Probe adaptor 4 mm : 2 buah
6) Resistor 1 Ohm, 1%, 0,5W : 1 buah
7) Resistor 100 Ohm, 1%, 0,5W : 1 buah
8) 10 lilitan helical potensiometer 1 K2Ω 2W : 1 buah
9) Modul koaksial line : 2 buah
10) Jembatan universal : 1 buah
11) Kabel BNC / 4 mm Banana : 1 buah
12) Set kabel hubung dan plugs : 1 buah
13) Potensiometer 470k Ω : 1 buah
14) Kapasitor 10 nF, 1 % : 1 buah
15) Modul universal measuring bridge : 1 buah

5. RANGKAIAN

6. LANGKAH PERCOBAAN
Pengukuran Resistansi Hubung Singkat
1) Membuat rangkaian seperti gambar 1
2) Menghubungkan kabel BNC dari CH 2 osiloskop ke terminal output pada modul
3) Mengatur generator fungsi
- Mengubah frequensi menjadi 1 KHz
- Mengubah amplitudo = 4 Vpp
4) Menghubungkan function generator ke kanal 1 osiloskop, mengatur agar
mendapatkan gambar sinyal yang jelas
5) Menghubungkan generator fungsi dan kanal 1 osiloskop ke terminal input
6) Menghubungkan kanal 2 osiloskop ke terminal Uy1. R2 potensiometer diatur, agar
Uy1 minimum. Serta mencatat nilai Uy1 minimum
7) Melepaskan R2 potensio, mengukur nilai tahanannya atau resitensintat nilainya R2 =
...
8) Menghitung Rx = (R2.R3)/R4 Rx = (R2 . 100) / 100 = R2
9) Mengulangi percobaan untuk terminal output dibiarkan terbuka, akan diperoleh R
dalam.
10) Menghitung Resitansi saluran =R dalam + Rx
Pengukuran Induktansi
1) Memasang C = 10 nF paralel dengan R4
2) Menghubungkan kabel BNC dari osiloskop ke terminal output pada modul
3) Mengatur generator fungsi V = 4 VPP dan frekuensi 1 KHz
4) Menghubungkan chanel 1 osiloskop dengan generator fungsi, dan menghubungkan
ke input rangkaian
5) Menghubungkan chanel 2 osiloskop ke Uy1
6) Mengatur R2 potensio, agar Uy1 minimum. Catat Uy1 minimum
7) Melepaskan R2, mengukur dengan ohm meter (multimeter difungsikan pada ohm)
mencatat R2 =...
8) Menghitung Lx = R2.R3.C = R2.100.10.10-9
9)

Pengukuran Kapasitansi
1) Mengganti R4 dengan Rpotensio 1 KΩ
2) Mengatur R2 potensio dan R4 potensio sehingga Uy1 minimum. Mencatat Uy1
minimum
3) Melepaskan R2 potensio dan R4 potensio, mengukur dengan Ohm meter. Mencatat
nilai R2 dan R4
4) Menghitung Gx = 1/Rx Rx = (R2.R3) / R4
5) Menghitung Impedansi karakteristik saluran

W=2
PERCOBAAN 1 RESISTNSI HUBUNG SINGKAT

OUTPUT HASIL DATA

Frek : 470 kHz


V : Vpp
R2 : Ω
R3 : Ω
R4 : Ω
PERCOBAAN 2 PENGUKURAN INDUKTANSI

OUTPUT HASIL DATA

Frek : 1 kHz
V : Vpp
C : nF
R2 : Ω
R3 : Ω
PERCOBAAN 3 PENGUKURAN INDUKTANSI

R2 R4

OUTPUT HASIL DATA

Frek : 2 kHz
V : 4 Vpp
C : 10 nF
R2 : Ω
R3 : Ω
R4 : Ω

Anda mungkin juga menyukai