Anda di halaman 1dari 9

RESUME

ARUS LISTRIK

Disusun oleh,

1. FATRUROZI (2120201008)
2. AHMAD HIDAYAT (2120201002)
3. ROBY ILHAM LAHIA (2120201050)

UNIVERSITAS MUHAMDIYAH TANGERANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
1. Arus Listrik

Jika terminal-terminal baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang kontinu,


maka akan dapat digambarkan sebagai rangkaian listrik. Pada diagram rangkaian (Gambar
3.1b), baterai disimbolkan dengan

Garis yang lebih panjang menyatakan terminal positif dan yang lebih pendek
menyatakan terminal negatif Alat yang diberi daya oleh baterai bisa berupa bola lampu
(yang hanya merupakan kawat halus di dalam bola kaca hampa udara), pemanas, radio, dll.
Ketika rangkaian terbentuk, maka muatan dapat mengalir melalui kawat rangkaian dari satu
terminal baterai ke yang lainnya. Aliran muatan seperti ini disebut sebagai arus listrik.

Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah total muatan yang melewatinya persatuan
waktu pada suatu titik dan dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut:
∆𝑄
I= ∆𝑡

dimana AQ adalah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu lokasi selama jangka
waktu Ar. Arus listrik diukur dalam coulomb per detik (ampere atau A).

2. Hukum Ohm: Hambatan Dan Resistor

Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar yang berbanding dengan tegangan yang diharapkan.

Berikut macam-macam rumus dalam hukum ohm:

a. Untuk mencari arus rumusnya


𝑉
I=𝑅
b. Untuk mencari hambatan
𝑉
R= 𝐼
Dimana:
I = kuat arus
V= tegangan (beda potensial yang melewati kawat)
R= hambatan

Satuan untuk hambatan disebut ohm (Ω).

Semua alat listrik akan memberikan hambatan terhadap aliran arus. Resistor dapat
digunakan untuk mengendalikan arus listrik. resisitor mempunyai dua jenis utama antara
lain:

a. Resisitor gulungan kawat, yaitu resistor yang terdiri dari kumparan kawat halus
b. Resistor komposis, yaitu kapasitor yang terbuat dari bahan karbon semikonduktor.

Cara memahami kode pada resisitor antara lain:

a. Warna gelang kesatu dan kedua menyatakan dua digit pertama nilai hambatan.
b. Warna gelang ketiga menyatakan pangkat 10 yang digunakan untuk mengalikan.
c. Warna gelang keempat merupakan toleransi pembuatan.

Gambar 1.1 (gelang resistor)

3. Daya Listrik

Daya listrik adalah besarnya usaha dalam memindahkan nilai per satuan waktu atau
lebih singkatnya adalah jumlah energi listrik yang digunakan tiap detik. Untuk satuan SI dari
daya listrik adalah (1W = 1 J/detik).

Persamaan yang ada dalam daya listrik antara lain:

energi yang diubah 𝑄.𝑉


P = Daya = waktu
= 𝑡
dengan demikian akan diperoleh persamaan P = I.V

Dimana:

P = Daya energi yang diubah

I = Arus listrik

V= Beda potensial

Q= waktu

T= Waktu

Untuk perubahan energi pada hambatan R dapat dituliskan dengan hukum ohm (V = I.R)
dalam beberapa cara antara lain:

a. P = I.V
b. P = I. V (IR) = 1². R
𝑉 .𝑉²
c. P = I.V =( 𝑅 ) . V = 𝑅

4. Hambat Jenis
Hambatan R kawat logam berbanding lurus dengan panjang L dan
berbanding terbalik dengan luas penampang lintnang A, yaitu:
R= q.L/A
dimana q, konstanta pembanding, disebut hambat jenis (resistivitas) dan
bergantung pada bahan yang digunakan. Hambat jenis (q) mempunyai satuan
fim. Nilai-nilai tersebut sebagian bergantung pada kemurnian, perlakuan
kalor, temperatur dan faktor-faktor lainnya.
Contoh soal:
Misalkan stereo dihubungkan ke speaker jarak jauh/remote. (a) Jika panjang
setiap kawat harus 20 m, berapakah diameter kawat tembaga yang harus
digunakan agar
hambatannya lebih kecil dari 0,1 * per kawat?
(b) Jika arus ke setiap speaker adalah 4 A, berapakah penurunan tegangan
melalui setiap kawat?
PENYELESAIAN. (a) Dengan menggunakan persamaan 3.3 dan tabel 3.1, maka
diperoleh:
R= q.L/A =(1,68 × 10–8)(20)/0,1=3,4 × 10–6 N 2

Luas penampang lintang A dari kawat yang berupa lingkaran berhubungan dengan
diameter d dengan A= nd2/4 sehingga diameter bernilai
4A
d=J
n

= 2,1 × 10–3
N = 2,1 NN
(b) dari hukum Ohm

V = IR = (4)(0,1) = 0,4 V
5. Superkonduktivitas

Pada temperatur yang sangat rendah, hampir nol mutlak, hambat jenis logam logam
tertentu dan senyawa atau campurannya menjadi nol sebagaimana terukur oleh teknik
presisi paling tinggi. Bahan-bahan pada keadaan demikian dikatakan sedang ber-
superkonduksi. Fenomena ini pertama kali dikembangkan oleh H.K Onnes (1853-1926) pada
tahun 1911 ketika mendinginkan air raksa di bawah 4,2 K (-269 °C). la menemukan bahwa
pada temperatur ini, hambatan air raksa tiba-tiba turun menjadi nol. Pada umumnya,
superkonduktor menjadi superkonduksi hanya di bawah temperatur transisi Te tertentu,
yang biasanya beberapa derajat dari nol mutlak. Arus pada bahan superkonduksi yang
berbentuk cincin terlihat mengalir bertahun-tahun dengan tidak adanya beda potensial,
tanpa penurunan yang terukur. Pengukuran menunjukkan bahwa hambat jenis p dari
superkonduktor lebih kecil dari 4 x 10-25 m.

6. Arus Bolak Balik

arus listrik dibagi menjadi 2 yaitu:


a. Arus AC (Alternative Current)
Arus AC merupakan arus listrik yang memiliki arah arus yang berubah-ubah dengan
bolak-balik. Sifat arus listrik AC berbentuk gelombang sinusoida sehingga memungkinkan
pengaliran energi secara efisien. Umumnya arus AC ini adalah arus yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti alat-alat elektronik yang dimanfaatkan untuk
kebutuhan manusia. Arus listrik bolak-balik dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik
yang bernama generator pada pembangkit listrik.
b. Arus DC (Dirrect Current)
Arus DC merupakan arus listrik yang nilainya tidak berubah yaitu positif atau hanya
negatif saja, dan mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap satuan waktu. Sumber
arus DC diperoleh dari elemen-elemen yang memberikan energi listrik yang mengalir
secara merata setiap saat, seperti elemen volta, baterai, dan akumulator.
1. Cara mencari rumus arus puncak
𝑉 𝑉ₒ
I= 𝑅
= 𝑅
sin 2πft = Iₒ sin πft
2. Cara mencari tegangan puncak
V = Vₒ sin 2πft
3. Cara menghitung daya
P = I²R = I²ₒ R sin² πft, dengan demikian gaya rata-rata yang dihasilkan
1 .𝑉ₒ²
P̄ = 2 𝑅
4. Nilai Arus rms
1
P̄ = 2 I²ₒ R = I²rms R
5. Tegangan rms
1 .𝑉ₒ² .𝑉²𝑟𝑚𝑠
P̄ = =
2 𝑅 𝑅

7. Pandangan Mikroskoptik Terhadap Arus Listrik

Ketika medan listrik ada pada elektron-elektron menerima gaya dan mulai dipercepat.
Akan tetapi, elektron akan segera mencapai laju yang merupakan laju rata-rata (disebabkan
oleh tumbukan dengan atom-atom kawat) yang disebut sebagai laju alir (Vd ).

Dalam waktu ∆t ,elektron-elektron akan menempuh jarak I=Vd∆𝑡 pada rataratanya.


Misalkan kawat mempunyai penampang lintang A. Maka dalam waktu ∆𝑡 , elektron-elektron
dengan volume akan melalui penampang lintang A dari kawat tersebut

Jika ada a elektron bebas (masing-masing dengan muatan e) per satuan volume (n =
N/V) maka muatan total AQ yang melalui laas A selama waktu At adalah

AQ (jumlah muatan, N) x (muatan per partikel) AQ (V)(e)=(nAvAt)(e)


∆𝑄
Arus I pada kawat tersebut menjadi I= = 𝑛𝑒𝐴𝑣𝑑
∆𝑡

•Contoh soal

Kawat tembaga dengan diameter 3,2 mm membawa arus 5 A. Tentukan (a) laju alir elektron-
elektron bebas dan (b) laju rms elektron-elektron dengan menganggap perilaku gas ideal
pada 20 "C. Anggap bahwa satu elektron per atom. Cu bebas untuk bergerak (yang lainnya
tetap terikat pada atom).

PENYELESAIAN (a) Luas penampang lintang kawat adalah

A=πr² = (3,14) (1,6 x 10-³) = 8 x 10 m²

Massa atom Cu adalah 63,5 u, sehingga 63.5 g Cu berisi satu mol atau 6,02 x 102 elektron
bebas. Massa jenis tembaga adalah p = 8,9 x 10 kg/m³, sehingga jumlah elekton bebas per
satuan volume adalah

8. Sifat Kelistrikan Pada Batuan Mineral

Menurut Telford (1990) aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara
elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.

a. Konduksi Secara elektronik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas
sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas
tersebut. Aliran listrik ini juga dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing
batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah
resistivitasi (tahanan jenis). Resistivitas adalah karakteristik bahan yang menunjukan
kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai
resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik.
Resistivitas mempunyai pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana
resistansi tidak hanya tergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor
geometri atau bentuk bahan tersebut. Sedangkan resistivitas tidak bergantung pada
faktor geometri.

b. Konduksi Secara Elektrolitik


Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas
yang sangat tinggi. Batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh
fluida, terutama air. Batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana
konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan
resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya.
Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak,
dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan
berkurang.

c. Konduktifitas Secara Dielektrik


Konduksi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran listrik, artinya
batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak ada sama
sekali. Tetapi adanya pengaruh medan listrik dari luar maka elektron dalam bahan
berpindah dan berkumpul terpisah dari inti, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini
tergantung pada konduksi dielektrik masing-masing batuan yang bersangkutan, contoh :
mika.

9. Tahanan Jenis Batuan

Tahanan jenis merupakan sifat fisika yang menunjukan kemampuan material dalam
menghambat aliran arus listrik. nilai tahanan jenis pada batuan atau mineral tidak hanya
dipengaruhi oleh minerrologi batuan, melainkan juga tergantung pada porositas, cairan
elektrolit serta kandungan air yang terdapat dalam pori batuan. Beda potensial yang
diberikan pada batuan akan mengakibatkan adanya aliran arus listrik.
a. Cara mencari kuat arus listrik batuan
𝐴
I = JA = σ . V
𝐿
Dimana:
J = rapat arus
σ = daya hantar listrik
V = beda potensial
I = arus
b. Menghitung resistansi
𝑉
R= 𝐼
c. Menghitung tahanan jenis
𝑉 𝐿
𝐼
=ρ𝐴
Dimana:
V = beda potensial
I = arus
ρ= tahanan jenis

Faktor yang mempengaruhi porositas antara lain:

a. Susunan batuan
b. Pemilahan
c. Komposisi mineral
d. Sementasi
e. Ompaksi
f. Angularitas
g. Bentuk butir atau Sphericity

10. Permeabilitas

Permeabilitas adalah kemampuan lapisan batuan untuk melewatkan atau meloloskan


air. Berdasarkan kemampuan permeabilitas dalam meloloskan air per satuan waktu dapat
dikelompokkan menjadi tiga Kelas yaitu:

tiga kelas yaitu, lambat, sedang, dan cepat. Kemampuan dalam meloloskan air
tergantung pada nilai permeabilitasnya. Semakin besar nilai permeabilitas suatu material,
kemampuan meloloskan air semakin cepat. Nilai permeabilitas suatu bahan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi permeabilitas salah satunya adalah
ukuran rata-rata pori. Secara garis besar ukuran butir suatu partikel sebanding dengan
ukuran pori dan nilai permeabilitasnya.
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan
menjadi tiga, yaitu:

a. Permeabilitas absolute (Kabs) Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida


dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau
disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak atau gas saja.
b. Permeabilitas efektif (Keff) Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana
fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas
dan minyak) atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg,
kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas dan air.
c. Permeabilitas relatif (Krel) Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi
saturasi tertentu terhadap permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara
𝐾𝑒𝑓𝑓
0±1 darcy. Dapat juga dituliskan sebagai berikut: 𝐾𝑟𝑒𝑙 = 𝐾𝑎𝑏𝑠

Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga didalam


reservoir akan terdapat Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas relatif minyak (Kro),
Permeabilitas relatif gas (Krg) dimana persamaannya adalah:

𝐾𝑤
𝐾𝑟𝑤 =
𝐾𝑎𝑏𝑐
𝐾𝑜
𝐾𝑟𝑜 =
𝐾𝑎𝑏𝑐
𝐾𝑔
𝐾𝑟𝑔 =
𝐾𝑎𝑏𝑐

Dimana:

Krw = permeabilitas relatif air

Kro = permeabilitas relaitf minyak

Krg = permeabilitas relatif gas

Anda mungkin juga menyukai