II
TEORI DASAR GANGGUAN PETIR
II.1 Umum
Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran
petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Gangguan akibat sambaran langsung, yang terdiri dari :
a. Gangguan petir pada kawat tanah,
b. Gangguan petir pada kawat fasa atau kegagalan perisaian.
2. Gangguan petir akibat sambaran tidak langsung atau sambaran induksi.
Satuan gangguan akibat sambaran petir diberikan dalam jumlah gangguan
per 100 km per tahun. Pada saluran transmisi tegangan tinggi, gangguan akibat
sambaran induksi sangat kecil kemungkinannya sehingga dapat diabaikan. Hal ini
gelombangnya lebih dari 10µs.
II.2 Mekanisme Sambaran Petir
Petir adalah mekanisme pelepasan muatan listrik di udara yang dapat
terjadi di dalam awan, antara awan, awan dengan udara, dan antara awan dengan
tanah. Antara awan dan permukaan bumi dapat dianalogikan seperti kapasitor
raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan dan lempeng kedua adalah bumi.
Proses terjadinya muatan pada awan adalah akibat adanya pergerakan awan secara
Universitas Sumatera Utara
teratur dan terus menerus. Dan selama pergerakannya, awan akan terpolarisasi
sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi, sedangkan muatan
positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Biasanya muatan negatif berada di bagian
bawah awan dan muatan positif berada di bagian atas.
Muatan listrik pada awan ini mengakibatkan adanya beda potensial
antara awan dengan bumi, sehingga timbul medan listrik antara awan dengan
bumi. Jika medan listrik lebih besar daripada kekuatan dielektrik udara yang
mengantarai bumi dengan awan, maka akan terjadi pelepasan muatan.
Pelepasan pertama terjadi di udara yang berada di sekitar awan
bermuatan. Pelepasan ini disebut pilot reader. Di ujung pilot leader terjadi proses
ionisasi sehingga terjadi pelepasan kedua yang disebut dengan downward leader.
Di ujung downward leader terjadi lagi pelepasan muatan menuju ke bumi.
Demikian seterusnya proses pelepasan berlangsung terus sehingga downward
leader semakin mendekati bumi. Ujung dari downward leader semakin mendekati
bumi disebut sebagai leader. Gambar mekanisme proses terjadinya petir dapat
dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:
Pilot Leader Pilot Leader
Downward leader
leader
d
(a) (b)
Universitas Sumatera Utara
Multiple stroke
Striking point
(c) (d)
Gambar 2.1 Tahapan Sambaran Petir ke Tanah
Ketika leader mendekati bumi terjadi medan listrik yang sangat tinggi
antara ujung leader dengan bumi, sehingga terjadi penumpukan muatan di ujung
suatu objek yang berada di permukaan bumi. Dengan demikian muatan yang
berasal dari bumi bergerak menuju ujung leader.
Titik bertemunya kedua aliran yang berbeda muatan ini disebut striking
point dapat dilihat pada Gambar 2.1.c. Sesaat setelah itu terjadi perpindahan
muatan dari tanah ke awan melalui sambaran balik. Perpindahan muatan dari
awan ke tanah akan kembali memunculkan beda potensial yang tinggi antara pusat
muatan di awan seperti pada Gambar 2.1.d. Akibatnya, terjadi pelepasan muatan
susulan atau yang disebut pelepasan muatan berulang (multiple stroke).
II.3 Gangguan Sambaran Langsung Petir
Gangguan akibat sambaran langsung petir adalah adanya sambaran petir
yang langsung mengenai suatu objek tertentu.
gangguan yang tidak hanya membahayakan peralatan listrik namun juga bisa
Universitas Sumatera Utara
mengancam keselamatan jiwa manusia. Besarnya tegangan yang diakibatkan
sambaran petir ini dapat mencapai 3000 kV.
Gangguan pada jaringan listrik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
fasa.
mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
• Terputusnya kawat tanah. Arus yang besar menyebabkan panas yang
tinggi pada kawat tanah yang dapat melampaui kekuatan kawat untuk
menahannya.
• Naiknya potensial kawat tanah yang diikuti oleh backflashover ke kawat
fasa. Pada saat terjadi sambaran pada kawat tanah, dengan cepat
potensialnya naik mencapai nilai yang cukup tinggi sehingga dapat
mengakibatkan lompatan muatan listrik ke kawat fasa di dekatnya.
Sambaran langsung mengenai kawat fasa mengakibatkan kenaikan
tegangan tinggi pada kawat fasa. Kenaikan tegangan yang cukup tinggi ini dapat
menyebabkan pecahnya isolator, kerusakan trafo tenaga dan pecahnya arrester.
II.4 Kawat Tanah sebagai Pelindung Saluran Transmisi
Kawat tanah digunakan untuk melindungi kawat fasa dari sambaran yang
langsung mengenai kawat fasa. Kawat tanah berfungsi sebagai perisai dari kawat
fasa sehingga sering juga disebut pengamanan saluran transmisi dengan cara
perisaian atau shielding.
Universitas Sumatera Utara
Pada sambaran langsung, kawat tanah akan menangkap energi sambaran
petir lalu dialirkan ke dalam tanah secara langsung melalui menara atau tiang
yang ditanahkan. Dengan mengalirnya energi sambaran ini ke dalam tanah maka
tegangan lebih yang timbul pada isolator dan saluran dapat dikurangi sehingga
kerusakan pada isolator dapat dihindarkan.
Salah satu yang harus menjadi pertimbangan dalam pembangunan
jaringan transmisi adalah letak kawat tanah di atas kawat fasa. Kawat tanah harus
dipasang sedemikian rupa agar sambaran-sambaran petir dapat terpusat pada
kawat tanah saja dan tidak sampai mengenai kawat fasa sehingga tidak terjadi
kegagalan perisaian.
Posisi kawat tanah terhadap kawat fasa dapat dinyatakan dengan
besarnya suatu sudut yang disebut dengan sudut perisaian yaitu sudut yang
dibentuk oleh garis vertikal yang melalui kawat tanah dan garis yang
menghubungkan kawat tanah dan kawat fasa paling luar pada konfigurasi
horizontal dan kawat fasa paling atas pada konfigurasi vertikal.
Kawat tanah
Kawat fasa
Gambar 2.2 Sudut Perisaian pada Menara Transmisi
Universitas Sumatera Utara
Besarnya sudut perisaian dalam prakteknya dipengaruhi oleh ketinggian
kawat tanah di atas kawat fasa. Semakin tinggi kawat tanah maka sudut perisaian
semakin kecil yang berarti kawat fasa semakin terlindung dari sambaran langsung.
II.5 Efektivitas Perlindungan Kawat Tanah
Efektivitas perlindungan kawat tanah diharapkan mampu melindungi
kawat fasa dengan baik, sehingga tidak terjadi sambaran petir langsung ke kawat
fasa. Keefektipan perlindungan kawat tanah bertambah baik jika kawat tanah
semakin dekat dengan kawat fasa. Untuk memperoleh perlindungan (perisaian)
yang baik, harus memenuhi persyaratan penting sebagai berikut:
• Jarak kawat tanah di atas kawat fasa diatur sedemikian rupa agar
mencegah sambaran pada kawat-kawat fasa.
• Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di
atas kawat fasa untuk mencegah terjadinya lompatan api karena tegangan
pantulan negatif dari dasar menara yang kembali ke tengah gawang.
• Saat petir menyambar menara secara langsung, tidak terjadi flashover pada
isolator.
• Tahanan kaki menara harus cukup kecil untuk menurunkan tegangan yang
membebani isolator agar tidak terjadi lompatan api (flashover) pada
isolator.
10
Universitas Sumatera Utara
II.6 Sambaran Petir pada Menara Transmisi
Skema sambaran pada menara terdapat pada Gambar 2.3. Arus sambaran,
I dibagi menjadi 3 bagian, It mengalir melalui menara, dan sisanya dibagi secara
rata dan mengalir dengan arah yang berlawanan pada kawat tanah,
Tiga gelombang tegangan yang besarnya sama dengan tegangan awal
puncak menara (Vo) akan berjalan dari titik sambaran pertama sepanjang menara
ke arah tanah dengan kecepatan kurang dari kecepatan cahaya di ruang bebas, dan
gelombang lainnya berjalan dengan arah yang berlawanan sepanjang kawat
lindung dengan kecepatan sebanding dengan kecepatan cahaya di ruang bebas.
Ketiga gelombang tersebut akan direfleksikan dan ditransmisikan pada titik
transisi terdekat. Tegangan menara akan secara berulang direfleksikan antara
tahanan kaki menara dan puncak menara. Tegangan kawat tanah akan
direfleksikan dan ditransmisikan pada menara yang terdekat. Gelombang tegangan
yang ditransmisikan pada menara terdekat akan berjalan melalui menara yang
lebih jauh dan juga naik turun pada menara yang terdekatnya. Proses ini akan
berjalan sebagai gelombang tegangan yang ditransmisikan sepanjang kawat
lindung.
Dikarenakan kesimetrisan sepanjang menara yang disambar, saluran
dengan kawat lindung dapat disederhanakan seperti diperlihatkan pada Gambar
2.2b. Konsekuensinya, semua impedansi akan menjadi setengahnya, kecuali Zt
dan Rtf pada menara yang kena sambaran. Tegangan yang direfleksikan dari
karena kombinasi paralel dari Zs dan Zt pada menara yang terdekat. Karenanya
11
Universitas Sumatera Utara
tegangan puncak menara yang kena sambaran akan berkurang setiap kali refleksi
terjadi dan datang dari menara yang berdekatan. Sementara itu tegangan
sepanjang menara yang disambar akan direfleksikan dari tahanan kaki menara.
I
0,5 I S 0,5 I S
Zs Zs Z s Z s
It
Zt
Zp Z p Z p
I
a tt a st a sr IS
0,5 Z s 0,5 Z s
a tr It
a gr
Zt 0,5 Z p 0,5 Z t 0,5 Z p
a gt
Rtf 0,5 Rtf
a st a sr a’ st a’ sr
I
Vtt
a gt a gr a tr a tt
Gambar 2.3 Sambaran ke Menara untuk Saluran Terlindung
Polaritas tegangan yang direfleksikan ini akan tergantung dari magnitude
` `
Rtf berbanding dengan Zt, jika Rtf < Zt maka gelombang tegangan yang
direfleksikan akan berlawanan kutub dan akan mengurangi tegangan puncak
naik. Karena pendeknya jarak menara dibandingkan dengan panjang rentang,
12
Universitas Sumatera Utara
refleksi dari tahanan kaki menara akan datang pada puncak menara secepatnya
sehingga sangat penting bahwa Rtf dibuat serendah mungkin.
dengan diagram lattice. Tegangan untai isolator menentukan laju kegagalan
saluran. Tegangan untai isolator dari menara yang disambar terjadi pada tegangan
tinggi. Refleksi yang berturut-turut menaikturunkan tegangan menara yang
tersambar akan menentukan faktor probabilitas kegagalan untai isolator.
Penambahan dari refleksi pertama dari menara yang terdekat akan menambah
sepanjang menara yang tersambar sepanjang adanya kawat tanah.
Impedansi surja ekivalen dapat dilihat dengan arus sambaran balik ketika
menyambar puncak menara (Gambar 2.2b) adalah:
(2.2)
𝑍𝑠+2𝑍𝑡
Tegangan puncak menara awal dari menara yang disambar (V
𝑍𝑠𝑍𝑡
o) adalah:
𝑍𝑒𝑞 =
𝑉 = 𝐼𝑍𝑒𝑞 (2.3)
dan (2.4)
𝑅𝑡𝑓+𝑍𝑡
𝑎𝑔𝑡 = 1𝑅𝑡𝑓 −𝑍
+𝑡 𝑎𝑡𝑟 (2.5)
𝑎𝑔𝑟 =
Tegangan direfleksikan pada Rtf, berjalan melewati menara, sebagian lagi
direfleksikan kembali ke menara, dan sisanya ditransmisikan pada puncak menara
ke kawat lindung. Koefisien ini adalah:
13
Universitas Sumatera Utara
(2.6)
𝑍𝑠+2𝑍𝑡
𝑎𝑡𝑡 = 1𝑍𝑠 −2𝑍
+𝑡 𝑎𝑡𝑟 (2.7)
𝑎𝑡𝑟 =
Refleksi berganda terjadi sepanjang kawat lindung antara menara yang
disambar dan menara yang berdekatan. Koefisien refleksi dan transmisi pada
menara yang berdekatan adalah:
′ (2.8)
′ ′
𝑍𝑠
𝑎𝑠𝑟 = − dan
𝑍𝑠+2𝑍𝑡
Koefisien yang bersesuaian dengan menara yang disambar adalah:
2𝑍𝑡
𝑎𝑠𝑡 = 1 + 𝑎𝑠𝑟 = (2.9)
𝑍𝑠+2𝑍𝑡
dan (2.10)
2𝑍𝑡+𝑍𝑠
𝑎𝑠𝑡 = 1 +𝑠 𝑎𝑠𝑟
2𝑍𝑡 −𝑍
(2.11)
𝑎𝑠𝑟 =
Tegangan puncak menara (Vtt) adalah:
𝑎−1
𝑉𝑡𝑡 = 𝑉 (𝑡)𝑢(𝑡) + 𝑎𝑡𝑡𝑎𝑔𝑟 ∑ ��𝑎𝑡𝑟𝑎𝑔𝑟� 𝑉 (𝑡 − 2𝑛𝜏𝑡)𝑢(𝑡 − 2𝑛𝜏𝑡)� +
𝑎𝑠𝑡𝑎𝑠𝑟′𝑉 (𝑡 − 2𝑛𝜏𝑠)𝑢(𝑡 − 2𝑛𝜏𝑠) (2.12)
𝑜 𝑜
Dengan τs dan τt adalah waktu jalan sepanjang jarak rentang dan panjang
𝑜
menara, n berubah antara 1 dan harga integer dari t/2τt. Jika lengan menara
dengan puncak menara, tegangan untai isolator menjadi:
Jika tangan menara tidak terlalu dekat dengan puncak menara, maka
tegangan lengan menara (Vca) dapat ditentukan dari diagram lattice. Maka
tegangan untai isolator:
14
Universitas Sumatera Utara
Tegangan lengan menara akan berbeda dengan tegangan puncak menara,
khususnya untuk konfigurasi saluran vertikal, tegangan bagian atas lengan menara
akan mempunyai tegangan yang lebih tinggi, karena refleksi dari kaki-kaki
yang lebih jauh akan lebih rendah juga. Kopling elektromagnetik bagian atas
konduktor fasa pada kawat lindung akan lebih tinggi dan bagian bawah konduktor
fasa akan lebih rendah. Oleh karenanya tidak mungkin untuk menyatakan bahwa
untai isolator akan mempunyai tegangan yang lebih tinggi tanpa menghitung
masing-masing bagian. Jika Vins lebih besar dari critical flashover (CFO) untai
isolator, maka backflashover akan terjadi melewati untai isolator. Oleh karenanya
haruslah diperhatikan bahwa magnitude kritis arus sambaran balik lebih tinggi
yang menyambar menara akan menimbulkan backflashover.
15
Universitas Sumatera Utara