Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2021

Makassar, 21 September 2021

Analisis Fuse Cut Out Sebagai Proteksi Penyulang Tondon pada


Jaringan Distribusi di PT. PLN (Persero) ULP Rantepao
Evan Januar Paembonan 1), Ahmad Rizal Sultan 2), Sofyan 3)
1,2,3
Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
1
evanpaembonan11@gmail.com
2
rizal.sultan@poliupg.ac.id
3
sofyantato@poliupg.ac.id

Abstrak
Pada sistem distribusi tenaga listrik masih sering terdapat gangguan sehingga diperlukan peralatan proteksi
agar berfungsi untuk mengamankan sistem jaringan dari gangguan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetauhi nilai arus gangguan hubung singkat, menentukan rating FCO serta melakukan simulasi ETAP 12.6.0.
Analisis dilakukan dengan menghitung arus gangguan hubung singkat, menghitung rating FCO serta melakukan
simulasi pada software ETAP 12.6.0. Hasil dari penelitian ini adalah jika jarak titik gangguan semakin panjang
maka nilai arus hubung singkat semakin kecil, begitupun sebaliknya. Nilai hubung singkat pada jarak 4,45km = 2,35
kA untuk 3 fasa, 2,04 kA untuk 2 fasa dan 268,547 A untuk 1 fasa ke tanah, jarak 13,7km = 1,15 kA untuk 3 fasa , 1
kA untuk 2 fasa dan 249,803 A untuk 1 fasa ke tanah, jarak 16,05km = 1,01 kA untuk 3 fasa, 0,876 kA untuk 2 fa sa
dan 225,650 A untuk 1 fasa ke tanah. Untuk mengatasi hal tersebut, Fuse Cut Out (FCO) pada sisi beban atau sisi
hilir harus dapat bekerja atau melebur dahulu untuk mengamankan gangguan sebelum FCO yang berada pada sisi
hulu bekerja .

Kata kunci: Titik Gangguan, Arus Hubung Singkat, Fuse Cut Out

I. PENDAHULUAN merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang


paling dekat dengan pelanggan atau konsumen.
Jaringan distribusi adalah suatu saluran atau Sebaik apapun saluran distribusi terpasang
jaringan yang menghubungkan dari sumber daya selalu memerlukan alat proteksi diantaranya FCO
listrik besar (gardu induk) dengan para konsumen yang berfungsi untuk mengamankan jaringan [1].
atau pemakai listrik baik itu pabrik, industri, atau Tujuan pengamanan sistem tenaga listrik ialah
rumah tangga. Sistem distribusi ini berguna untuk terjaminnya penyaluran tenaga listrik, artinya bila
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik terjadi gangguan (misalnya gangguan pada sistem
besar (bulk power source) sampai ke konsumen. distribusi yang sering terjadi) kalau mungkin tidak
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan menimbulkan pemutusan daya, ataupun bila terpaksa,
Tegangan Menengah (JTM) 20 KV dan semua pemutusan tersebut diusahakan sesingkat mungkin .
jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt Pada Pemutus Tenaga (PMT) di Gardu Hubung (GH)
hingga ke KWh meter pelanggan. Pendistribusian khususnya penyulang Tondon untuk bulan Januari –
daya listrik dilakukan dengan menarik kawat–kawat Agustus 2020 telah terjadi 13 kali trip. Adapun
distribusi melalui penghantar udara. penyebab utama terjadinya trip disebabkan oleh
Pada sistem distribusi tenaga listrik masih pohon dengan presentase 67%.
sering terdapat gangguan sehingga diperlukan Oleh karena itu, dalam hal ini akan membahas
peralatan proteksi agar berfungsi untuk mengenai FCO sebagai proteksi pada penyulang
mengamankan sistem jaringan dari gangguan Tondon. Penelitian ini berisi tentang analisis besar
tersebut. Sistem di Unit Layanan Pelanggan arus hubung singkat yang bisa terjadi yang dirasaka n
khususnya di Rantepao sering terjadi gangguan dan oleh FCO penyulang Tondon yang nantinya akan
terdapat beberapa penyebab terjadinya gangguan, menentukan rating FCO sebenarnya yang harus
seperti pohon, bambu yang tumbang, serta dipasang pada penyulang Tondon agar memperkecil
tersangkutnya layang-layang, Gangguan yang sering daerah padam bila terjadi gangguan. Karena
terjadi adalah gangguan hubung singkat dan pemilihan FCO yang tepat pada sistem proteksi
gangguan beban lebih (over load). Sehingga jaringan tegangan menengah akan meningkatkan
dibutuhkannya Fuse Cut Out (FCO) sebagai salah keandalan dan kontinu pelayanan tenaga listrik.
satu alat proteksi untuk melindungi jaringan
distribusi dari kerusakan. Jaringan distribusi

74
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2021
Makassar, 21 September 2021

II. KAJIAN LITERATUR terhada p tegangan lebih, baik yang berasal dari dalam
maupun yang berasal dari luar (akibat sambaran
A. Sistem Jaringan Distribusi petir). Gangguan hubung singkat adalah gangguan
Sistem distribusi adalah bagian dari sistem yang terjadi karena adanya kesalahan antara b agia n -
tenaga listrik. Sistem distribusi tersebut berfungsi bagian yang bertegangan [6]
untuk menyalurkan atau mendistribusikan tenaga Gangguan hubung singkat dapat dibedakan atas:
listrik dari gardu induk sebagai pusat beban ke 1. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
pelanggan-pelanggan secara langsung[2]. Klasifikasi 2. Gangguan hubung singkat 2 fasa
jaringan distribusi primer menurut strukturnya : [3] 3. Gangguan hubung singkat 3 fasa
1. Jaringan radial
2. Jaringan distribusi jaring-jaring D. Persamaan yang digunakan dalam Analisa
3. Jaringan lingkaran (Loop) 1. Perhitungan impedansi sumber [7]
4. Jaringan spindle
𝑘𝑉2
Xs = (1)
B. Fuse Cut Out (FCO) 𝑀𝑉𝐴𝑠𝑐

FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja Di mana :


apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan Xs = Impedansi sumber (Ω)
memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan ya n g kV2 = Tegangan sisi primer trafo tegangan (kV)
lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas MVASC = Daya pada transfoemator (short circuit)
kerjanya. 2. Perhitungan reaktansi transformator [7]
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi ganggu a n
kV2
arus maka fuse pada cut out akan putus, sepert i y a n g XT 100% = 2)
MVA
ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari Dimana:
pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga 𝑋𝑇1 = Impedansi trafo urutan positif (Ω)
tidak ada arus yang mengalir ke sistem [4].
𝑋𝑇2 = Impedansi trafo urutan negatif (Ω)
Hubungan antara arus dengan waktu meleburnya 𝑘𝑉 = Tegangan operasi (kV)
elemen FCO disebut kara kteristik arus waktu.
𝑀𝑉𝐴 = Kapasitas daya trafo (MVA)
Meleburnya elemen FCO disebabkan oleh arus yang
% = Presentase impedansi tercantum
mengalir pada elemen fuse tersebut. Kecepatan
meleburnya elemen FCO tergantung pada besarnya
a. Reaktansi trafo urutan positif dan negatif (XT1 =
arus yang mengalir pada elemen itu [5].
XT2 )
FCO digunakan sebagai pengaman jaringan dari XT1 = 12,41% × XT 100% 3)
gangguan hubung singkat antar fasa dan hubung
Dimana:
singkat antara fasa ke tanah. Pada sistem jaringan
𝑋𝑇1 = Impedansi trafo urutan positif (Ω)
distribusi FCO dipasang untuk mengamankan
𝑋𝑇2 = Impedansi trafo urutan negatif (Ω)
komponen atau peralaan listrik lainnya seperti,
b. Reaktansi trafo urutan nol (XT0 )
transformator distribusi, kapasitor jaringan tegangan
XT0 = 3 × XT (4)
menengah, pengatur tegangan menengah dan titik
Dimana:
percabangan jaringan tegangan menengah.
𝑋𝑇0 = Impedansi trafo urutan nol (Ω)
% = Presentase impedansi tercantum

3. Perhitungan impedansi penyulang [7]

a. Urutan positif dan negatif


ZPenyulang = (R + jXL) 𝑙 (5)
Gambar 1. Fuse Cut Out
Dimana:
C. Gangguan Arus Hubung Singkat 𝑅 = Resistansi kawat saluran (Ω)
Gangguan hubung singkat adalah suatu kondisi 𝑗𝑋𝐿 = Reaktansi kawat saluran (Ω)
pada sistem tenaga dimana penghantar yang b era ru s 𝑙 = Panjang saluran (km)
terhubung dengan penghantar lain atau dengan tanah.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi akibat adanya b. Urutan nol
isolasi yang tembus atau rusak karena tidak tahan ZPenyulang = (R + jXL) 𝑙 (6)

75
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2021
Makassar, 21 September 2021

Dimana: dokumen yang berkaitan dengan laporan tugas


𝑅 = Resistansi kawat saluran (Ω) akhir ini. Pencarian informasi ini dilakukan
𝑗𝑋𝐿 = Reaktansi kawat saluran (Ω) untuk memperoleh dasar teori mengenai protek si
𝑙 = Panjang saluran (km) Fuse Cut Out dan beberapa hal yang berkaitan
c. Ekivalen urutan positif dan negative dengan masalah yang akan dianalisa.
Z1eq = XS2 + XT1 + Z1Penyulang (7) B. Melakukan observasi yaitu metode dimana
Di mana : peneliti mengumpulkan data -data real serta
Xs = Impedansi sumber (Ω) melakukan pengamatan secara langsung terhadap
𝑋𝑇1 = Impedansi trafo urutan positif (Ω) peralatan yang ada pada Penyulang To n d o n PT.
d. Ekivalen urutan nol PLN (Persero) ULP Rantepao.
Z0eq = XT0 + 3 RN + Z0Penyulang (8) C. Mengadakan wawancara dengan Staff Teknik,
Dimana: Supervisor Teknik dan Mitra Kerja Unit Layanan
𝑋𝑇0 = Impedansi trafo urutan nol (Ω) Pelanggan Rantepao. Penulis bermaksud untuk
RN = Nilai pentanahan tahanan (Ω) memahami lebih jauh mengenai pemilihan fuse
4. Perhitungan arus gangguan hubunng singkat [7] link dan memperjelas data -data yang diperoleh
pada saat observasi.
a. Arus gangguan 1 fasa ke tanah
3𝑉𝐿 −𝑁
I sc = (9) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑍1𝑒𝑞+𝑍2𝑒𝑞+𝑍0𝑒𝑞
Di mana : A. Deskripsi data
VL-N = Tegangan fasa -netral (V) PT. PLN (Persero) ULP Rantepao merupakan
Z1 = Impedansi urutan positif rangkaian (Ω) perusahaan pelayanan listrik pada jaringan distribusi
Z2 = Impedansi urutan negative rangkaian (Ω) kepada pelanggan. Jaringan tersebut terdiri dari
Z0 = Impedansi urutan nol rangkaian (Ω) beberapa penyulang yang saling terhubung. Salah
b. Arus gangguan 2 fasa satu penyulang di PT. PLN (Persero) ULP Rantepao
𝑉𝐿 −𝐿
I sc = (10) adalah penyulang Tondon yang terhubung dengan GI
𝑍1𝑒𝑞+𝑍2𝑒𝑞
Di mana : Makale yaitu pada Trafo I Makale dengan daya
sebesar 20 MVA dan nilai reaktansi trafo 12,41%.
VL-L = Tegangan fasa -fasa (V)
Panjang total penyulang Tondon yaitu 49,72 km yang
Z1 = Impedansi urutan positif rangkaian (Ω)
Z2 = Impedansi urutan negative rangkaian (Ω) di mulai dari GH Rantepao sampai ke gardu
distribusi GD. 680.KZ di daerah Kaleakan. (Unit
c. Arus gangguan 3 fasa
𝑉 Teknik PLN ULP Rantepao). Pada penyulang
I sc = 𝐿 −𝑁 (11) Tondon terdapat 59 trafo distribusi sebagai beban
𝑍1𝑒𝑞
Di mana : dengan tegangan kerja 150/20 kV.
VL-N = Tegangan fasa -netral (V) B. Kondisi Gangguan pada Penyulang Tondon
Z1 = Impedansi urutan positif rangkaian (Ω) Terdapat beberapa wilayah yang mengalami
5. Perhitunngan rating fuse link [8] gangguan pada titik FCO yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
𝑆 1. Gangguan FCO Panga
In = (12) FCO Panga sering mengalami kegagalan kerja.
𝑉 ×√3
Penyebab kegagalan kerja pada FCO Panga adalah
Di mana : seringnya putus pada FCO tersebut akibat ganggu a n
𝐼𝑛 = Arus pengenal pada sisi primer atau hubung singkat antar fasa dan hubung singkat antara
sekunder (A) fasa ke tanah. Titik gangguan ini terjadi pada
𝑆 = Daya pengenal Trafo (kVA) wilayah Panga dengan panjang penghantar 4 ,4 5 k m
𝑉 = Tegangan pengenal pada sisi primer atau dari penyulang.
sekunder (V) 2. Gangguan FCO Penanian-Basokan
FCO Penanian dan FCO Basokan sering
mengalami kegagalan kerja khususnya koordinasi
III. METODE PENELITIAN
antar FCO tidak bekerja dengan semestinya,
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, sehingga menyebabkan daerah pemadaman semakin
sebagai berikut: luas. Penyebab kegagalan kerja adalah seringnya
A. Melakukan metode studi literatur dimaksudkan putus pada FCO tersebut akibat gangguan hubung
untuk mempelajari referensi melalui buku, singkat antar fasa dan hubung singkat antara fasa k e
jurnal, halaman web, dan juga catatan atau tanah. Titik gangguan ini terjadi pada wilayah

76
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2021
Makassar, 21 September 2021

Penanian-Basokan dengan panjang penghantar 1 3 ,7 1502


Xs = = 20,77 Ω (sisi primer)
km dari penyulang. 1083
Untuk menghitung impedansi sumber disisi
sekunder yaitu disisi 20 kV maka :
kV (tegangan sisi sekunder trafo) 2
Xs(sisi 20 kV) = × Xs (sisi
kV (tegangan sisi primer trafo)2
primer)
202
Xs(sisi 20 kV) = × 20,77 Ω = 0,37 Ω (sisi sekunder)
1502

2. Perhitungan reaktansi transformator


Data reaktansi trafo tenaga di gardu induk
Makale adalah sebesar 12,41%, maka untuk
mengetahui besarnya nilai reaktansi urutan positif,
Gambar 2. Wilayah kerja FCO Panga negative, dan reaktansi urutan nol perlu diketahui
besar nilai 100% yang dapat dihitung sebagai berikut
:
kV2
XT 100% =
MVA
202
XT 100% = = 20 Ω
20
a. Reaktansi trafo urutan positif dan negatif (XT1 =
XT2 )
Setelah nilai reaktansi trafo 100% diketahui
kemudian mencari nilai reaktansi trafo urutan positif
dan negatif, dapat di lihat sebagai berikut.
Gambar 3. Wilayah kerja FCO Penanian-Basokan XT = 12,41% × XT 100%
XT = 12,41% × 20 Ω = 2,482 Ω
3. Gangguan FCO Nanggala -Karre XT = XT1 = j2,482 Ω
FCO Nangggala dan FCO Karre sering b. Reaktansi trafo urutan nol (XT0 )
mengalami kegagalan kerja khususnya koordinasi Untuk mencari nilai reaktansi trafo urutan nol adala h
antar FCO tidak bekerja dengan semestinya, sehingga sebagai berikut.
menyebabkan daerah pemadaman semakin luas. XT0 = 3 × XT
Penyebab kegagalan kerja adalah seringnya putus XT0 = 3 × 2,482 Ω = 7,446 Ω
pada FCO tersebut akibat gangguan hubung singkat XT0 = j7,446 Ω
antar fasa dan hubung singkat antara fasa ke tanah.
Titik gangguan ini terjadi pada wilayah Nanggala - 3. Perhitungan arus hubung singkat
Karre dengan panjang penghantar 16,05 km dari Berdasarkan persamaan yang telah dijelaskan
penyulang. khususnya untuk menghitung nilai arus gangguan
hubung singkat, maka hasil yang diperoleh dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat


% Panjang Arus Hubung Singkat (A)
Penyulang 3 Fasa 2 Fasa 1 Fasa
Gangguan 1
𝑙 = 4,45 𝑘𝑚 2358,456 2044,571 268,547
(8,95%)
Gambar 4. Wilayah kerja FCO Nanggala-Karre Gangguan 2
𝑙 = 13,7 𝑘𝑚 1155,740 1000,900 249,803
C. Pembahasan (27,55%)
1. Perhitungan impedansi sumber Gangguan 3
𝑙 = 16,05 𝑘𝑚 1012,362 876,693 225,650
Data hubung singkat pada sisi primer 150 kV di
(37,50%)
gardu induk Makale adalah sebesar 1083 MVA, dari
persamaan maka impedansi sumber (Xs ) adalah :
kV2
4. Perhitungan nilai rating fuse link
Xs = Berdasarkan persamaan yang telah dijelaskan
MVA
khususnya untuk menghitung nilai rating fuse link

77
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2021
Makassar, 21 September 2021

maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2


sebagai berikut.

Tabel 2. Nilai Rating Fuse Link

Nilai Rating FCO


Nama fco Terpasang Perhitungan
(A) (A)
FCO Panga 8 12
FCO Basokan 4 2
FCO Penanian 2 8
FCO Nanggala 6 20
FCO Karre 10 6 Gambar 5. Kurva Kerja FCO Panga

Setelah mendapatkan hasil perhitungan arus b. Gangguan pada wilayah FCO Penanian dan FCO
gangguan hubung singkat dan perhitungan nilai Basokan
rating FCO, maka dapat dilakukan simulasi ETAP Berdasarkan data lapangan yang diperoleh n ila i
12.6.0 untuk melihat cara kerja dari FCO tersebut. rating FCO yang terpasang pada FCO Penanian
Karena gangguan terjadi di beberapa titik FCO, maka adalah sebesar 2 A dan FCO Basokan sebesar 4 A.
hasil simulasinya dapat dijabarkan sebaagai berikut. Sedangkan dari hasil perhitungan FCO Penanian di
a. Gangguan pada wilayah FCO Panga dapatkan nilai sebesar 8 A dan FCO Basokan 2 A.
Berdasarkan data lapangan yang diperoleh n ila i Titik gangguan tersebut terjadi karena rating FCO
rating FCO yang terpasang pada FCO Panga adalah Penanian dan FCO Basokan yang terpasang tidak
sebesar 8 A. Sedangkan dari hasil perhitungan sesuai. Untuk itu nilai rating FCO Penanian dan FCO
didapatkan nilai sebesar 12 A. Titik gangguan Basokan yang terpasang harus sesuai dan tepat y a it u
tersebut terjadi karena rating FCO yang terpasang dengan nilai sebesar 8 A dan 2 A. Untuk melihat cara
tidak sesuai. Untuk itu nilai rating FCO yang kerja FCO ini dapat dilakukan simulasi Protective
terpasang harus sesuai dan tepat yaitu dengan nilai Device Coordination dengan menggunakan ETAP
sebesar 12 A agar FCO dapat berkerja dengan 12.6.0 yang dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
semestinya dan memperkecil daerah pemadaman.
Untuk melihat cara kerja FCO ini dapat dilakukan
simulasi Protective Device Coordination dengan
menggunakan ETAP 12.6.0 yang dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 6. Proteksi Gangguan pada Wilayan Kerja FCO


Penanian-Basokan
Gambar 4. Proteksi Gangguan pada Wilayan Kerja FCO
Panga Berdasarkan hasil simulasi Protective Device
Coordination yang di dapatkan pada gambar 6
Berdasarkan hasil simulasi Protective Device gangguan terletak pada bus 88. Maka dapat di
Coordination yang di dapatkan pada gambar 4 analisis bahwa ketika terdapat arus gangguan sebesa r
gangguan terletak pada bus 23. Maka dapat di 1,15 kA untuk 3 fasa, 1 kA untuk 2 fasa dan 249,8 0 3
analisis bahwa ketika terdapat arus gangguan sebesa r A untuk 1 fasa ke tanah, FCO yang bekerja terlebih
2,35 kA untuk 3 fasa, 2,04 kA untuk 2 fasa dan dahulu adalah FCO Basokan dengan nilai rating f u se
268,547 A untuk 1 fasa ke tanah yang berada link sebesar 2 A akan putus karena titik gangguan
dibawah FCO Panga, maka fuse link sebesar 12 A berada pada wilayah kerja FCO Basokan.
yang berada pada FCO Panga akan putus pada waktu
tertentu. Berikut kurva FCO yang melebur pada saat
terjadi gangguan yang ditunjukkan pada Gambar 5.

78
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2021
Makassar, 21 September 2021

Kurva FCO yang melebur pada saat terjadi VI. REFERENSI


gangguan ditunjukkan pada Gambar 7
[1] Bahri, Maslim. (2018). Analisa Penempatan
Recloser dan Fuse Cut Out terhadap Keandalan
Sistem Tenaga Listrik di Jaringan Distribusi di
PT. PLN (Persero) Rayon Rimo. Medan:
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara .
2018
[2] Pabla, A. S. (1986). Electric Power Distribution
Systems (Sistem Distribusi Daya Listrik). (A.
Hadi, Penerj.) Jakarta: Erlangga.
[3] Suhadi dkk. (2008). Teknik Distribusi Tenaga
Listrik Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
[4] SPLN64:1985. (1985). Petujuk Pemilihan dan
Gambar 7. Kurva Kerja FCO Penanian-Basokan Penggunaan Pelebur pada Sistem Distribusi
Tegangan Menengah. Jakarta: Departemen
V. KESIMPULAN Pertambangan dan Energi Perusahaan Listrik
Negara.
A. Gangguan hubung singkat yang sering terjadi [5] Yusmartato, Nasution, R., & Armansyah.
pada penyulang Tondon dititik FCO yaitu antara (2019). Pemilihan Fuse Cut Out untuk
lain berada pada sisi percabangan FCO Panga Pengaman Transformator Distribusi 400 KVA.
dengan nilai sebesar 2,35 kA untuk 3 fasa, 2,04 Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No. 2.
kA untuk 2 fasa dan 268,547 A untuk 1 fasa ke [6] Suswanto, Daman. (2009). Sistem Distribusi
tanah, sisi Percabangan FCO Basokan dan FCO
Tenaga Listrik Edisi Pertama. Padang: Jurusan
Penanian dengan nilai sebesar 1,15 kA untuk 3 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
fasa, 1 kA untuk 2 fasa dan 249,803 A dan p a d a Negeri Padang.
sisi percabangan FCO Karre dan FCO Nanggala
dengan nilai sebesar 1,01 kA untuk 3 fasa, [7] Andi Alfian, Faqih. (2020). Analisis Fuse Cut
876,693 kA untuk 2 fasa dan 225,650 A un t u k 1 Out sebagai Proteksi pada Sistem Jaringan
fasa ke tanah. Distribusi PT. PLN (Persero) Rayon Tulung
B. Untuk mengoptimalkan kinerja FCO pada Menggunakan Program ETAP. Yogyakarta:
jaringan distribusi khususnya pada penyulang Institut Sains & Teknologi AKPRIND.
Tondon maka diperlukan pemasangan FCO [8] Ibnu Khair, Muhammad. (2020). Analisis
dengan nilai rating fuse link yang tepat yaitu Koordinasi FCO (Fuse Cut Out) terhadap
antara lain pada FCO Pa nga sebesar 12 A, FCO Recloser di Penyulang Asabri pada PT. PLN
Basokan sebesar 2 A, FCO Penanian sebesar 8 (Persero) ULP Panakukang. Makassar:
A, FCO Karre sebesar 6 A dan FCO Nanggala Politeknik Negeri Ujung Pandang.
sebesar 20 A agar FCO tersebut mampu bekerja
dengan baik dan meminimalisir daerah
pemadaman jika terjadi gangguan. 876,693 kA
untuk 2 fasa dan 225,650 A untuk 1 fasa ke
tanah.

79

Anda mungkin juga menyukai