Oleh :
Zaka Adi Pamungkas
Dosen Pembimbing :
Yuniarto, ST, MT
NIP. 197106151998021001
ABSTRAK
Sistem proteksi berfungsi untuk mendeteksi dan memisahkan gangguan dari sistem yang
masih sehat sehingga tenaga listrik dapat terus disalurkan. Salah satu komponen proteksi
adalah relai yang berfungsi sebagai alat perasa yang mendeteksi adanya gangguan dan
selanjutnya memberi perintah trip kepada PMT.
Proteksi utama trafo adalah proteksi relai diferensial yang bekerja berdasarkan prinsip Hukum
Kirchoff I. Sebagai proteksi utama, relai diharuskan bekerja instan tanpa waktu tunda
sehingga diperlukan pemeliharaan berkala guna mengetahui keandalan dan ketepatan relai
dalam bekerja serta mampu mendeteksi adanya kerusakan pada relai sedini mungkin.
Pemeliharaan relay dilakukan dengan pengujian individual pada masing-masing relai R-S-T
meliputi uji arus pick-up, arus reset, waktu kerja, dan uji karakteristik serta uji fungsi.
Hasil dari pengujian dinyatakan bahwa arus pick-up menyimpang 1% dari setting, namun hal
ini masih dalam batas standar penyimpangan relai statik yakni ±5% serta relai mampu bekerja
secara instan dibawah 100 ms. Kesimpulannya, relai diferensial pada Trafo 1 GIS Randu
Garut 150/20 kV dalam keadaan baik dan mampu bekerja sesuai dengan fungsinya.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Proteksi
Sistem proteksi adalah susunan satu atau lebih peralatan proteksi dan peralatan
lain yang dimaksudkan untuk mengerjakan satu atau lebih fungsi proteksi. Sistem ini
1
terdiri dari satu atau lebih peralatan proteksi, CT, wiring, rangkaian tripping, catu daya,
dan jika diperlukan, sistem telekomunikasi. (IEV 448-11-04).
2.2 Tujuan Utama Sistem Proteksi
Tujuan utama sistem proteksi adalah sebagai berikut :
Mendeteksi kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik.
Memerintahkan trip pada PMT dan memisahkan peralatan yang terganggu dari
sistem yang sehat, sehingga sistem dapat terus berfungsi.
2.3 Pola Proteksi Trafo Tenaga 150/20 kV
Sistem proteksi pada trafo dibagi menjadi dua kelompok, yakni :
1. Proteksi Utama
Proteksi utama terdiri dari :
a. Proteksi mekanik dan deteksi panas contohnya relai Bucholz, relai
Jansen, relai tekanan lebih, relai suhu minyak, dan relai suhu belitan.
b. Proteksi elektrik, yakni relai yang mengambil parameter pengukurn
dari besaran analog listrik yaitu tegangan dan arus.
Pada trafo tenaga, proteksi utama elektrik terdiri dari :
Relai diferensial
Relai gangguan tanah terbatas (REF).
2. Proteksi Cadangan
Proteksi cadangan pada trafo adalah :
a. OCR (Over Current Relay) sisi 150 dan 20 kV.
b. GFR (Ground Fault Relay) sisi 150 dan 20 kV.
c. SBEF NGR (Standby Earth Fault Netral Grounding Resistor) trafo
sekunder 20 kV.
2
Penyebab Overpressure : pelepasan gas akibat overheating, hubung singkat
antar belitan sefasa, dan pelepasan gas akibat proses kimia.
b. Active Fault, merupakan gangguan yang disebabkan kegagalan
isolasi/komponen lain yang terjadi secara cepat dan menyebabkan kerusakan
yang parah. Penyebabnya antara lain :
Hubung singkat antar fasa atau fasa-tanah,
Hubung singkat antar lilitan sefasa (intern turn),
Core faults,
Tank faults,
Bushing flashover.
2. Gangguan Eksternal
Adalah gangguan yang terjadi diluar daerah proteksi trafo. Umumnya gangguan
terjadi di jaringan namun dirasakan dan berdampak terhadap ketahanan kumparan
primer dan sekunder trafo. Contohnya hubung singkat pada penyulang, overload,
overvoltage, dan under/over frequency.
2.5 Relai Diferensial Trafo (87)
Relai diferensial trafo merupakan proteksi utama elektrik yang ada pada trafo
tenaga sebagai pengaman dari gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam, antara lain
hubung singkat antara kumparan dengan kumparan atau antara kumparan dengan tangki.
Relai diferensial ini bekerja berdasarkan perbedaan arus (besaran dan sudut) yang melalui
daerah pengamanan.
Sifat relai diferensial yakni :
Sangat selektif dan cepat (tanpa waktu tunda).
Merupakan pengaman utama (main protection).
Tidak dapat digunakan sebagai pengaman cadangan untuk daerah/seksi
selanjutnya.
Tidak perlu koordinasi dengan relai proteksi lain..
Daerah pengamanannya dibatasi oleh pemasangan trafo arus (CT).
2.6 Prinsip Kerja Relai Diferensial Trafo
Didasari dari Hukum Kirchoff I yang menyatakan bahwa jumlah arus yang masuk
sama dengan jumlah arus yang keluar pada titik percabangan sirkuit listrik.
3
Jika besar arus sekunder CT menunjukkan i1=i2 maka relai tidak akan bekerja
karena tidak ada selisih arus (i=0). Namun jika besar arus sekunder CT menunjukkan
i1≠i2 maka relai akan bekerja karena adanya selisih arus (i≠0). Selisih arus ini yang
dinamakan arus diferensial yang mendasari bekerjanya relai.
Dalam keadaan normal (tanpa gangguan), arus yang mengalir ke relai sama
dengan nol, karena arus dari kedua sisi saling meniadakan satu sama lain.
2.7 Relai Diferensial Bias (Persentase)
Ketika tidak ada gangguan di dalam daerah pengamanan (kondisi normal), ada
kemungkinan munculnya arus tidak seimbang (i’) yang menyebabkan relai bekerja. Hal
ini disebabkan oleh :
1. Karakteristrik CT
Dengan karakteristik, rasio, dan tingkat kejenuhan CT yang tidak sama, maka
pada saat gangguan eksternal yang besar, nilai output sekunder CT menjadi tidak
linear terhadap arus primernya yang mampu mengerjakan relai.
2. Perubahan rasio akibat OLTC
Dengan adanya OLTC (On Load Tap Changer) pada trafo daya, maka
perbandingan trafo akan selalu berubah-ubah sesuai dengan tegangan yang masuk,
sementara tap CT/ACT tidak mengalami perubahan. Hal ini mengakibatkan
munculnya arus tidak seimbang.
Melihat adanya faktor diatas yang menyebabkan relai diferensial menjadi tidak
stabil, maka dibuatlah relai diferensial bias (persentase) yang mempunyai karakteristik
kerja mengikuti kemungkinan terjadinya i’ dengan cara memasang kumparan penahan
(restrain) pada kedua sisinya. Fungsinya, apabila arus beban semakin naik atau adanya
arus gangguan yang semakin besar di luar daerah pengamanan, maka arus
ketidakseimbangan juga semakin besar dan dalam keadaan demikian relai ditahan agar
tidak bekerja.
Ir =
4
Io = i1 – i2
Slope (kurva kemiringan) merupakan batas antara daerah kerja dan daerah blok
relai dengan persentase kecuraman tertentu. Penyettingan slope inilah yang menentukan
tingkat sensitifitas dan stabilitas relai diferensial. Melihat kurva diatas terlihat bahwa
semakin besar Ir (arus restrain), maka Io yang merupakan arus operating relai juga akan
semakin besar.
2.8 Setting Relai Diferensial
Idiff = (0.2-0.3) x In transformator
Setting diatas harus memperhatikan :
Kesalahan sadapan Arus eksitasi
Kesalahan trafo arus Faktor error
Mismatch
Gambar 3.1
(a) Alat Uji Omicron CMC 356 (b) Tampilan “Software “Test Universe
2. Laptop dengan Software “Test Universe”
Merupakan software bawaan dari Omicron sebagai pendukung alat uji CMC
356. Dengan software ini dapat diatur setting pengujian sesuai dengan fungsi kerja
relai proteksi yang akan diuji, dalam hal ini relai diferensial maka yang diatur adalah
penginjeksian arusnya.
5
3. Relai Diferensial (Merk GEC; Tipe MBCH12)
6
3.5 Hasil Pengujian
3.5.1 Pengujian arus pick-up, reset, dan waktu kerja
Persentase penyimpangan =
= 1%
Penyimpangan diatas masih memenuhi batas standar penyimpangan relai statik
yakni ±5%, berarti relai masih dinyatakan baik dan mampu bekerja sesuai setting.
Sedangkan arus reset (arus kembali relai) yang menunjukkan nilai maksimal dimana
relai tidak lagi bekerja yang berdasarkan pengujian adalah 0,32 A pada masing-masing
fasa R-S-T sisi primer maupun sisi sekunder.
Waktu pick-up untuk masing-masing fasa terlihat berbeda namun selisihnya
masih sedikit, tidak lebih dari 0,02 sekon. Jika dirata-rata, waktu pick-up yang
dibutuhkan adalah 0,0716 sekon. Nilai ini masih memenuhi standar waktu kerja
instant yakni dibawah 100 ms, sehingga waktu kerja relai diferensial dinyatakan
sesuai dengan fungsinya sebagai proteksi utama
3.5.2 Pengujian Karakteristik
7
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Karakteristik Relay Diferensial
Untuk pengujian karakteristik relai diferensial, terlihat bahwa nilai I2, Ih, dan Id
memiliki nilai yang hampir sama untuk semua fasa R-S-T. Jika dibuat dalam bentuk
grafik, maka karakteristik relai diferensial akan terlihat dalam grafik 4.1 dibawah ini.
4. KESIMPULAN
8
1) Relai diferensial merupakan pengaman utama pada trafo yang bekerja tanpa waktu tunda
dan bersifat selektif, yakni hanya bekerja di dalam daerah pengamanannya yang dibatasi
oleh 2 trafo arus (CT) primer dan sekunder.
2) Relai diferensial bias (persentase) adalah relai diferensial yang memiliki kurva
karakteristik yang menunjukkan bahwa semakin besar arus gangguan eksternal maka arus
yang menyebabkan relai bekerja (Io) akan semakin besar pula, sehingga relai tidak akan
salah kerja.
3) Jenis relai diferensial yang dipakai pada GIS Randu Garut adalah relai merk GEC tipe
MBCH12 dengan setting pick-up sebesar 0,3 x In.
4) Pemeliharaan relai diferensial menggunakan alat uji Omicron CMC 356 yang bekerja
menginjeksikan arus ke relai sesuai setting yang dimasukkan oleh user.
5) Hasil pengujian relai diferensial 2 tahunan di GIS Randu Garut tahun 2017 menunjukkan
hasil yang baik jika dilihat dari I pick-up yang hanya berselisih 0,03 dari setting-nya,
berarti memiliki penyimpangan 1%. Nilai ini masih memenuhi standar penyimpangan
relai statik yakni ±5%.
6) Dalam pengujian karakteristik, semakin besar arus beban yang dirasa oleh CT bagian
primer maka arus kerja relai juga akan semakin besar. Ini dimaksudkan supaya relai tidak
bekerja disaat keadaan normal/tidak ada gangguan di daerah pengamanannya.
7) Perbandingan dengan hasil pengujian pada tahun 2015 (pemeliharaan 2 tahunan), untuk
arus pick-up dan reset tiap-tiap fasanya naik sebesar 0,01A pada tahun 2017. Sedangkan
untuk waktu pick-up relai masih berada dibawah 0,08 sekon. Untuk hasil uji karakteristik
diferensial, nilai I2, Id, dan Ih memiliki hasil yang lebih besar dari tahun 2015. Hal ini
disebabkan faktor usia relai yang otomatis menyebabkan waktu kerja dan nilai Idiff
semakin besar.
8) Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengujian
individual yang terdiri dari pengujian arus pick-up, waktu kerja relai, arus reset, dan
karakteristik diferensial maupun pengujian fungsi relai menunjukkan bahwa relai
diferensial Trafo 1 GIS Randu Garut 150/20 kV dalam keadaan baik dan mampu bekerja
sesuai dengan fungsinya.
5. SARAN
1) Pengujian relai-relai proteksi harus dilakukan dengan serius, teliti, seksama, dan
selengkap-lengkapnya agar didapatkan hasil uji yang akurat dan baik.
2) Hasil pengujian harus diteliti dan dibandingkan dengan hasil perhitungan dan pengujian
tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui error/kesalahan relai dari tahun ke tahun.
3) Pada saat pemeliharaan dilakukan juga pengecekkan wiring proteksi, polaritas CT dan
ACT, serta kekencangan mur dan baut untuk mengantisipasi timbulnya gangguan non
sistem.
4) Pada saat bekerja harus selalu menerapkan prinsip K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) untuk menghindari kecelakaan kerja.
5) Kedisiplinan dalam bekerja harus ditingkatkan agar pekerjaan selesai tepat waktu tanpa
halangan.
6) Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan agar lebih banyak tenaga ahli di bidang
proteksi.
6. DAFTAR PUSTAKA
Himpunan Buku Pedoman Pemeliharaan Peralatan Sekunder Gardu Induk SKDIR
05202.K/DIR/2014 Proteksi dan Kontrol Transformator No. Dokumen:
PDM/PGI/16:2014). Jakarta: PT. PLN (Persero)
Himpunan Buku Pedoman Pemeliharaan Peralatan Primer Gardu Induk SKDIR
9
05202.K/DIR/2014 Trafo Tenaga No. Dokumen: PDM/PGI/01:2014). Jakarta: PT.
PLN (Persero)
Himpunan Buku Pedoman Pemeliharaan Peralatan Sekunder Gardu Induk SKDIR
05202.K/DIR/2014 GIS (Gas Insulated Substation) No. Dokumen:
PDM/PGI/14:2014). Jakarta: PT. PLN (Persero)
Tim Penulis PT PLN (Persero) Pusdiklat. 2011. Materi Pembidangan SMK Sistem
Proteksi Gardu Induk. Gandul: PT PLN (Persero).
Tim Penulis PT PLN (Persero) P3B. 2013. Pedoman dan Petunjuk Sistem
Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali. Jakarta: PT PLN (Persero) P3B
Jawa-Bali.
Prasetyo, Sidik. 2015. Workshop Setting dan Scanning Sistem Proteksi 2015
Bidang Sistem Transmisi – P3B JB Buku 2. Gandul: PT PLN (Persero)
Omicron. 2007. User Manual Omicron CMC 356.
ALSTOM. 1999. Service Manual Type MBCH 12 Biased Differential Relay
10