Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS SISTEM PROTEKSI RELAI DIFERENSIAL PADA

TRANSFORMATOR STEP DOWN 150 KV DI GARDU INDUK


PUDAK PAYUNG

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian Tugas Akhir
pada Program Studi Teknik Elektro Universitas Singaperbangsa Karawang

Disusun oleh:

FITRI DWI FANI

NPM. 1510631160049

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Listrik merupakan kebutuhan yang sangat primer dalam kehidupan
manusia sehari-hari baik untuk kepentingan pribadi maupun bermasyarakat.
Selain itu listrik juga dibutuhkan untuk industri-industri besar maupun
industri kecil, perkantoran dan lain sebagainya. Pertambahannya kebutuhan
tenaga listrik yang terus meningkat di Indonesia menyebabnya peningkatan
pada jumlah pembangkit yang beroperasi dan penambahan sistem saluran
tenaga listrik yang semakin kompleks. Hal ini tentunya harus didukung
dengan sistem ketenagalistrikan meliputi peralatan dan SDM yang handal.
Secara umum sistem ketenagalistrikan terdiri dari Pusat Pembangkit
Listrik (Power Plant), Transmisi Tenaga Listrik,dan gardu induk merupakan
bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem proteksi merupakan sistem yang
menjaga sistem tenaga listrik dari gangguan sehingga sistem tenaga listrik
tetap andal dan stabil. Salah satu komponen sistem proteksi yang digunakan
untuk melindungi sistem transmisi adalah relai differensial.
Relai differensial merupakan suatu relai yang prinsip kerjanya
berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus
sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal
peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. Penggunaan relai
differensial sebagai relai pengaman, antara lain pada generator,
transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relai differensial
digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada transformator
daya yang berguna untuk mengamankan belitan transformator bila terjadi
suatu gangguan. Relai ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat.
Arus differensial didapat dengan cara membandingkan antara arus
primer dengan arus sekunder. Proteksi differensial ini bertujuan untuk
mendeteksi gangguan dalam (internal) pada transformator daya. Pada saat
transformator beroperasi normal dan atau terjadinya gangguan luar
(eksternal), arus differensial yang dihasilkan relatif kecil, sehingga pada
kondisi seperti ini rele differensial tidak akan memberikan sinyal trip.
Namun demikian, ada salah satu fenomena yang dapat menyebabkan
terjadinya operasi yang tidak diinginkan pada proteksi differensial, yaitu
fenomena arus magnetizing inrush. Arus magnetizing inrush bukanlah
gangguan, melainkan kejadian pada kondisi transien pada saat
transformator disuplay listrik (energized) dari kondisi mati. Pengaruh dari
arus magnetizing inrush (biasanya memiliki amplitudo yang cukup besar),
yaitu menyebabkan proteksi differensial konvensional cenderung untuk
memberikan sinyal trip. Untuk menghindari kesalahan operasi yang tidak
diinginkan pada proteksi differensial, maka dibutuhkan kemampuan relai
untuk membedakan antara arus gangguan dalam, arus magnetizing inrush,
dan arus gangguan luar yang terjadi pada suatu transformator daya.
Untuk menghindari kesalahan operasi akibat adanya arus
magnetizing inrush pada relai differensial konvensional dilakukan dengan
cara berikut, diantaranya:

a. Menambahkan delay time (waktu tunda) saat transformator energized,


namun waktu tunda harus dikoordinasikan dengan metode tertentu
untuk mencegah waktu tunda tersebut bekerja saat terjadinya
gangguan dalam (internal fault) yang sebenarnya.

b. Menambahkan relai tegangan yang mengukur tegangan ketiga fasa


transformator, suatu gangguan dalam dianggap terjadi apabila salah
satu fasa tegangan tersebut mengalami penurunan.

c. Menganalisa komponen harmonik dengan .menggunakan transformasi


wavelet. Ide utama dari analisa ini adalah menguraikan harmonik
fundamental (pertama), ke-2 dan ke-5 pada suatu sinyal arus
differensial. Kekurangan analisa harmonik ini adalah bahwa pada
transformator modern, yang memiliki rugi-rugi inti besi yang
rendah maka transformator mengandung arus dengan harmonik
ke-2 dan ke-5 yang rendah saat terjadinya arus magnetizing inrsuh
sehingga relai akan memberikan sinyal trip untuk kondisi ini.
Respon relai yang dihasilkan dari pendekatan analisa harmonik
adalah ¼ siklus sampai dengan 2 siklus.

Metode yang digunakan untuk menganalisa harmonik suatu sinyal


yaitu menggunakan transformasi Fourier (TF). Keluaran dari Transformasi
Fourier (TF) adalah sinusoidal pada berbagai frekuensi yang berbeda. Pada
beberapa tahun terakhir ini telah diketahui bahwa TF ternyata tidak tepat
untuk menganalisa gangguan pada sistem tenaga yang metoda proteksinya
berbasiskan pada kondisi transien sinyal. Hal ini dikarenakan pada kondisi
transien terkandung informasi yang berada pada domain frekuensi dan
domain waktu. TF hanya memberikan informasi pada domain frekuensi.

Dengan perkembangan teknologi pemrosesan sinyal dan peralatan


sistem cerdas, maka pengembangan sistem proteksi yang handal sebagai
sarana untuk menganalisa gangguan pada transformator daya cukup
berkembang pesat. Teknologi pemrosesan sinyal dan peralatan sistem cerdas
ini ditunjukkan dengan adanya penggunaan transformasi wavelet (TW),
transformasi Hilbert, dan Artificial Neural Network (ANN).

Relai diferensial bekerja tanpa koordinasi dengan relai yang lain,


sehingga kerja relai ini memerlukan waktu yang cepat. Berbeda dengan sifat
relai yang lain, relai ini bersifat sangat selektif. Sifat selektif yang dimaksud
adalah relai diferensial tidak akan bekerja pada saat normal atau gangguan
di luar daerah pengamanan. Relai ini juga tidak dapat dijadikan sebagai
pengaman cadangan dan relai ini memiliki daerah pengamanan yang
dibatasi oleh trafo arus (CT).
Gardu Induk Step Down 150 KV Pudak Payung memiliki 3 buah
transformator tenaga yang nantinya akan disalurkan ke sistem distribusi
melalui 6 feeder yang selanjutnya akan didistribusikan ke konsumen. Untuk
menjaga agar transformator bekerja dengan optimal, maka transformator
tersebut ditunjang dengan proteksi berupa rele diferensial. Berdasarkan
uraian diatas, maka setting rele diferensial harus dilakukan secara tepat
sehingga mencegah adanya kegagalan proteksi dan meningkatkan kehadalan
sebuah sistem transmisi tenaga listrik.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas maka
rumusan masalah pada proposal tugas akhir adalah:

a. Bagaimana membuat suatu teknik proteksi differensial trafo yang cukup


dengan menggunakan satu besaran listrik (dalam hal ini arus fasa)
tetapi mampu mendeteksi dan membedakan antara arus gangguan
dalam (internal fault) dan gangguan luar (external fault) serta mampu
menghindari kesalahan operasi akibat adanya arus megnetizing inrush.

b. Bagaimana membuat suatu teknik proteksi differensial trafo yang tidak


dipengaruhi oleh perubahan tap changer trafo, sehingga dapat
mengindari masalah CT rasio mismatch.

c. Bagaimana membuat suatu teknik proteksi differensial transformator


yang menghasilkan sensitifitas dan respon kecepatan yang tinggi,
sehingga mampu mengisolasi trafo dalam waktu cepat bila terjadi
gangguan maupun menjaga transformator tetap bekerja pada saat
adanya arus inrush.

1.3. Batasan Masalah


Untuk mengatasi permasalahan selama pembuatan tugas akhir agar
permasalahan yang ada tidak terlalu melebar maka diperlukan pembatasan
masalah sebagai berikut:

1. Data energi listrik yang digunakan adalah data perusahaan listrik PT.
PLN (Persero) pada Gardu Induk Pudak payung pada Transformator
step down 150 KV
2. Analisa yang akan dibahas yaitu perhitungan rasio CT, error mismatch,
arus sekunder CT, arus diferensial, arus restrain, arus seting, dan
gangguan pada trafo daya serta parameter2 relai diferensial pada
kondisi normal.
3. Hanya membahas analisis sistem proteksi relai diferensial pada
transformator di sisi 150 KV dan 20 KV.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prinsip kerja rele differensial sebagai rele proteksi pada
transformator.

2. Untuk mengetahui arus setting dari rele differensial transformator daya gardu
induk Pudak Payung dalam memproteksi gangguan.

3. Untuk mengetahui cara menghitung arus gangguan hubung singkat tiga fasa
pada transformator daya di gardu induk step down 150 KV 60 MVA Pudak
Payung
4. Untuk mengetahui kondisi tertentu yang menyebabkan trip pada relai
diferensial.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang


proteksi system tenaga listrik. Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Menghasilkan teknik proteksi diferensial trafo daya yang memiliki


selektifitas yang baik, yang mampu membedakan kondisi gangguan
dalam dan gangguan luar, serta menjaga trafo tetap bekerja pada saat
adanya arus inrush.

b. Menghasilkan teknik proteksi differensial yang memiliki respon rele


dengan kecepatan tinggi.

c. Menghasilkan teknik proteksi differensial yang mampu tetap bekerja


(robust) terhadap adanya variasi perubahan tahanan gangguan dan/atau
tahanan tanah serta tidak dipengaruhi oleh saturasi trafo arus (CT).
d. Menghasilkan teknik proteksi differensial yang mampu tetap bekerja
(robust) terhadap adanya variasi perubahan tap changer trafo.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Gardu Induk
Gardu induk adalah suatu sarana pertama dari penyaluran tenaga
listrik yang menghubungkan antara pembangkit dengan gardu distribusi.
Gardu induk merupakan kunci dari sistem tenaga listrik dan area itu tidak
dapat dirancang terpisah dari bagian sistem yang lain. Pertama-tama,
berdasarkan taksiran kebutuhan tenaga listrik, dirancang sistem tenaga
listrik secara menyeluruh, termasuk unsur-unsur pembangkitan, transmisi,
transformasi, dan distribusi, dan bersamaan dengan itu dirancang pula gardu
induk yang merupakan titik simpul dalam jaringan-jaringan sistem. Gardu
induk diklasifikasikan menurut jenis pasangan luar, pasangan dalam,
pasangan setengah luar, bawah tanah, jenis gardu mobil, dan sebagainya,
sesuai dengan kontruksinya.

Gardu Induk (GI) diklasifikasikan menurut jenis pasangan luar, jenis


pasangan dalam, jenis pasangan setengah luar, jenis bawah tanah, jenis
mobil dan sebagainya sesuai fungsinya:

a. Gardu Induk Jenis Pasangan Luar (GI Konvensional)

GI pasangan luar terdiri dari peralatan tegangan tinggi pasangan luar,


misaInya transformator utama, peralatan penghubung, dsb, yang
mempunyai peralatan kontrol pasangan dalam, seperti penghubung dan
batere. GI untuk transmisi, yang kondensator sinkron pasangan dalam
pada sisi transier trafo utama dan trafo pasangan dalam, pada umumnya
disebut juga sebagai jenis pasangan luar. Jenis pasangan luar
membutuhkan tanah yang luas, biaya kontruksi yang murah, dan
pendingin yang mudah. GI jenis ini dipakai di pinggir kota.
b. Gardu Induk Jenis Pasangan Dalam (GIS)
GI Jenis pasangan dalam terdiri dari peralatan tegangan tinggi,
transformator utama, Peralatan penghubung, dsb, dan peralatan
kontrolnya, seperti meja penghubung dan sebagainya terpasang di
dalam. Meskipun ada sejumlah kecil peralatan ada yang dipasang di
luar GI ini disebut juga sebagai jenis pasangan dalam. Jenis ini dipakai
untuk menghindari kebakaran dan gangguan suara.

c. Gardu lnduk Jenis Setengah Pasangan Luar

Sebagian peralatan tegangan tinggi terpasang disisi gedung, GI ini


disebut juga GI setengah pasangan dalam.

d. Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah

Hampir semua peralatan terpasang didalam bangunan bawah tanah. Alat


pendinginnya biasa terletak diatas tanah. Kebanyakan GI di bawah jalan
raya.

e. Gardu lnduk Jenis Mobil

Dilengkapi peralatan di atas kereta hela (trailer) atau semacam truk GI


guna mencegah beban lebih berkala dari pemakaian sementara di
tempat pembangunan. GI ini juga banyak dipakai untuk kereta listrik.
Untuk penyediaan tenaga listrik GI tidak dipakai secara luas, melainkan
sebagai transformator atau peralatan penghubung yang mudah
dipindahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam keadaan darurat.

2. Peralatan Gardu Induk


Peralatan pada gardu induk sangat banyak, karena gardu menyuplai
beberapa gardu distribusi, sehingga pengamanan pada gardu ini sangatlah
penting. Komponen-komponen proteksi itu antara lain :
a. Trafo Arus (CT)
Trafo arus digunakan sebagai pengukur arus line pada gardu induk dan
juga digunakan untuk memperoleh jumlah arus yang proposional
dengan arus line. Atau juga biasa disebut sebagai trafo ukur.
b. Trafo Tegangan (PT)
Trafo tegangan digunakan sebagai pengukur tegangan line pada gardu
induk dan beroperasi sebagai trafo tanpa beban. Trafo tegangan akan
menyediakan suatu sumber tegangan yang lebih kecil daripada
tegangan sistem. Karena tegangan sistem sangat besar (20 - 150 kV)
maka trafo arus dan tegangan dipakai sebagai pengukur.
c. Pemutus Daya (CB)
Setiap sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan sistem dan
mempertahankan kestabilan sistem ketika terjadi gangguan,
sehinggakontinuitas pelayanan dapat dipertahankan. Salah satu
komponen sistem proteksi adalah pemutus daya (circuit breaker).
d. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga atau PMT adalah suatu. alat yang fungsinya sama
dengan saklar atau CB, hanya bedanya PMT digunakan pada jenis
tegangan atau arus yang tinggi. PMT sama dengan saklar yang
digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus tegangan
listrik sesuai dengan ratingnya. Pemutusan dan penghubungan kembali
bisa dilakukan secara otomatis dan bisa juga secara manual. Pada waktu
pemutusan biasanya didalam PMT itu akan terjadi suatu busur api yang
besar, sehingga PMT di desain tidak hanya sekedar memutus tetapi bisa
meredam busur api yang terjadi akibat pemutusan.
e. Pemisah (PMS)
Pemisah/PMS ialah suatu saklar yang digunakan untuk
memisahkan/menghubungkan bagain-bagian yang bertegangan satu
sama lain dalam keadaan tanpa beban. Pada saat penyulang mengalami
masalah (trip), maka pemisah ini akan bekerja untuk memindahkan
penyulang tersebut ke rel yang lain, agar penyulang tersebut tetap
teraliri arus listrik. PMS ada yang bergerak secara otomatis dan manual.
PMS tidak dilengkapi media pemadam busur listrik, oleh sebab itu PMS
tidak boleh dioperasikan dalam keadaan berbeban dengan kata lain
hanya bisa dioperasikan pada beban "nol". Dan tujuan dari PMS ini
yaitu untuk menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan sudah
bebas dari tegangan kerja (untuk GI konvensional).
f. Rell
Rell adalah line jaringan sebagai tempat aliran listrik utama yang
menyuplai penyulang-penyulang. Jaringan disini adalah Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) 20 kV.
g. Relai
Relai adalah sebuah alat yang apabila diberi energi oleh besaran-
besaran sistem yang tepat memberi indikasi suatu kondisi abnormal dan
bersifat mendeteksi arus lebih. Apabila kontak-kontak relai menutup,
maka rangkaian-rangkaian trip CB yang terkait mendapat energi dan
kontak-kontak breaker membuka, mengisolir bagian yang terganggu
dari sistem keseluruhan.
h. Transformator utama
Trafo utama digunakan untuk menaikan dan menurunkan tegangan,di
GI menurunkan tegangan, di pusat pembangkit trafo menaikan
tegangan. Ada 2 jenis transformator 1 fasa dan 3 fasa. Trafo 3 fasa
banyak dipakai karena menguntungkan.
Dengan diketahuinya peramalan penambaahan kebutuhan akan energi
listrik pertahun, akan diketahui kenaikan daya yang tersalurkan oleh GI
pertahunya. Kebutuhan penambahan gardu induk baru di suatu wilayah
APJ memiliki pertimbangan yang sesuai dengan standard PLN dan
tentunya menjadi opsi terakhir akibat gardu induk yang ada hampir
mendekati overload dan kriteria gardu induk maksimal 3x60 MVA dan
perbaikan drop tegangan dan susut daya. Penentuan lokasi untuk gardu
induk baru salah satu yang menjadi alasan bahwa daerah ini dekat
dengan ujung penyulang fedeer-feeder.

3. Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Sistem jaringan distribusi tenaga listrik meliputi Gardu Induk lalu ke
jaringan tegangan menengah selanjutnya ke jaringan tegangan rendah lalu
ke beban. Berikut penjelasan lengkapnya.

a. Gardu Induk
Gardu induk berfungsi menerima daya listrik dari sistem tegangan
tinggi 150 kV dan menurunkan tegangannya menjadi tegangan jaringan
distribusi primer 20 kV (Jaringan Tegangan Menengah/ JTM). Jadi pada
bagian ini terjadi penurunan tegangan dari tegangan tinggi ataupun
tegangan extra tinggi ke tegangan menengah 20 kV.

b. Jaringan Distribusi Primer / Jaringan Tegangan Menengah (JTM)


Jaringan distribusi tegangan menengah yang menyalurkan daya listrik
hingga transformator distribusi. Jaringan distribusi primer dilayani
langsung oleh dari gardu induk dan atau dari pusat pembangkit.
c. Jaringan Distribusi Sekunder/ Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan/
menghubungkan sisi tegangan rendah transformator distribusi ke
konsumen mengunakan jaringan hantaran udara 3 fasa 4 kawat dengan
tegangan distribusi sekunder 127/ 220 Volt atau 220/ 380 Volt. Kecuali
untuk daerah-daerah khusus dengan pertimbangan keindahan,
keselamatan dan keandalan yang tinggi dipergunakan sistem kabel
bawah tanah. Berdasar konfigrasi jaringan, maka sistem jaringan
distribusi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Sistem Jaringan Distribusi Radial
b. Sistem Jaringan Distribusi Loop
c. Sistem Jaringan Distribusi Spindle

4. Relai Diferensial
Relai diferensial merupakan salah satu pelindung utama pada
transformator daya. Relai ini sangat selektif sehingga biasanya tidak perlu
dikoordinasikan dengan relai proteksi lainnya, dan bekerjanya sangat
cepat,tidak memerlukan waktu.

Sifat relai diferensial diantaranya Sangat selektip dan cepat, Sebagai


pengaman utama, Tidak dapat digunakan sebagai pengaman cadangan, dan
Daerah pengamanannya dibatasi oleh pemasangan trafo arus ( CT ). Apliasi
Relai diferensial digunakan sebagai pengaman utama untuk : Generator,
Transformator tenaga, Busbar dan Motor listrik kapasitas besar

5. Prinsip Kerja Relai Proteksi Diferensial

Prinsip kerja relai proteksi diferensial adalah membandingkan dua


vektor arus atau lebih yang masuk ke relai (lihat gambar 1), apa bila pada
sisi primer trafo arus(CT1) dialiri arus I1, maka pada sisi primer trafo arus
(CT2) akan mengalir arus I2, pada saat yang sama sisi sekunder kedua trafo
arus (CT1 dan CT2), akan mengalir arus i1 dan i2 yang besarnya tergantung
dari rasio yang terpasang, jika besarnya i1 = i2 maka relai tidak bekerja,
karena tidak ada selisih arus (∆i = 0), tetapi jika besarnya arus i 1 ≠ i2 maka
relai akan bekerja, karena adanya selisih arus (∆i ≠ 0). Selisih arus ini
disebut arus diferensial. arus inilah yang menjadi dasar bekerjanya relai
diferensial.

Dalam keadaan normal (tidak ada gangguan), arus yang mengalir ke


relai pengaman sama dengan nol, arus hanya bersikulasi dalam sirkit
sekunder kedua trafo arus (CT). Untuk daerah pengamanan dari relai
diferensial dibatasi antara dua buah CT (lihat gambar 1.)
Gambar 1. Prinsip kerja relai diferensial

Agar relai diferensial dalam kondisi normal (tidak terjadi


gangguan) relai tidak bekerja, maka persyaratannya adalah sebagai berikut :

1. CT1, CT2 dan ACT harus mempunyai rasio sehingga besar arus i1 = i2
2. Sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 maupun ACT nya harus benar.

6. Karakteristik Relai Diferensial


Gambar 2 menunjukan karakteristik relai diferensial, bila terjadi arus
gangguan yang besar akan menimbulkan perbedaan arus (∆i’), tetapi relai
tidak bekerja.

Gambar 2. Karakteristik persentase diferensial


I0 (arus diferensial) merupakan arus yang mengalir menuju relai. I0
dapat dihitung dengan menentukan selisih antara I1 dan I2 yaitu dengan
rumus I0 = I1 – I2. Kecuraman Karakteristik (sloope) dapat diatur dengan
memilih KR ( V% ) dan Iomin dinyatakan dalam g%, besarnya Io min
diyatakan dalam persen dari arus nominal relai (I n).g% yang menunjukan
arus kerja minimum hal ini dimaksud untuk mengatasi keadaan :

- Ketidak seimbangan antara arus i1 dan i2.


- Ketidak seimbangan antara CT bantu.
- Arus magnetisasi.
- Perubahan rasio trafo daya akibat perubahan tap Changer.

Sedangkan V% adalah untuk mengantisipasi besaran arus kerja relai


(I), yang disebabkan oleh kejenuhan CT1 dan CT2. jika terjadi gangguan
diluar (eksternal) transformator.

7. Pengawatan Relai Diferensial

Didalam pemasangan atau wiring relai diferensial perlu diperhatikan,


Syarat-syarat sebagai berikut :

- Besarnya arus yang masuk dan keluar dari relai diferensial harus sama.
- Phasa arus yang masuk dan yang keluar dari relai harus sama atau
berlawanan.

Agar persyaratan tersebut terpenuhi, dapat dipergunakan trafo arus bantu


(ACT), yang berfungsi untuk :

- Mencocokan arus yang masuk ke relai diferensial dari masing-masing


sisi, Ini disebut penyesui arus.
- Mencocokan pergeseran phasa dari arus-arus yang akan masuk kerelai
diferensial, ini disebut penyesuai phasa .

Persyaratan pengawatan suatu proteksi diferensial untuk trafo dapat dilihat


pada tabel dibawah, dengan penjelasan sebagai berikut.: Jika trafo daya
dihubungkan bintang (Y), maka CTdan ACT primer dihubungkan bintang
sedangkan ACT sekunder dihubungkan segitiga. Dan apabila trafo
dayanya dihubungkan segitiga maka CT,ACT primer dan ACT sekunder
dihubungkan bintang.

Tabel 1 hubungan CT pada trafo daya dengan ACT


Hubungan Hubungan Auxilary CT
Hubungan CT
Trafo Daya Primer Sekunder

Y Y Y 

 Y Y Y

Jika pengawatan relai diferensial tidak menggunakan ACT maka


pengawatannya dapat dilihat pada tabel dibawah, dimana bila trafo daya
dihungkan bintang maka trafo arusnya(CT) dihubungkan segitiga dan
sebaliknya jika trafo daya hubungannya segitiga maka hubungan CT nya
adalah bintang.

Tabel 2. hubungan CT pada trafo daya (tanpa CT Bantu)

Hubungan Trafo Daya Hubungan CT

Y 

 Y

Pada pengawatan Vektor Group Trafo terdapat dua macam sambungan Yy


pada trafo, yaitu Yy0 dan Yy6 ( dapat di lihat pada tabel dibawah )
Tabel 3. Sambungan Yy

Tabel 4. Sambungan Yd
Tabel 5. Sambungan Trafo Arus

Misalnya berdasarkan tabel hubungan CT dan ACT trafo di atas maka pada
pengawatan relai diferensial dengan trafo hubung bintang-bintang maka
ACT yang digunakan adalah ACT bintang-delta pada primer dan ACT
bintang-delta pada sekunder.

Gambar 3. Pengawatan Hubung Bintang-Bintang


Demikian pula untuk pengawatan trafo bintang-bintang

Gambar 4. Pengawatan Hubung Bintang-Bintang

8. Auxiliary Current Transformer (ACT)

ACT adalah trafo bantu trafo arus. ACT digunakan untuk membantu
agar nilai arus yang masuk ke relai mendekati arus nominal misalnya 5A.
Cara untuk Menentukan ACT agar memperoleh suatu perbandingan adalah
sebagai berikut.

Misalnya ACT yang digunakan adalah 100:68 adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Menentukan ACT 100:68


9. Seting Relai Diferensial

Untuk menyetel atau menyetting relai diferensial diperlukan Data


peralatan yang diperlukan dan Perhitungan untuk setelan relai. Data
peralatan yang diperlukan untuk menyetel relai diferensial adalah sebagai
berikut :

- Trafo daya :meliputi : Daya nominal, sistem tegangan dan Vektor


grup. (Sambungan trafo arus)
- Trafo arus (CT): meliputi: Rasio CT
- Trafo arus bantu (ACT) meliputi: Rasio ACT
- Type relai diferensial yang digunakan.

Untuk perhitungan relai diferensialnya yaitu, menghitung Arus nominal


trafo daya dari sisi primer dan sisi sekunder :

In = MVA Trafo/ 3.VL (Tergantung wektor group trafo)

Menghitung besar arus sekunder CT yang terpasang pada sisi primer dan
sekunder trafo daya:

i’S CT = IS/IP X In trafo

Menghitung Arus sekunder ACT ( arus yang menuju relai) :

i”SACT = arus secunder CT X rasio ACT X 3

Menghitung besarnya ketidak seimbangan arus(∆i) yang sebenarnya (ideal)


adalah :

∆i = (i1 – i2)/ Inominal relai X 100%

Maka untuk menyetel besarnya g% (arus kerja minimum) pada relai


diferensial, adalah lebih besar dari ∆i. Sedangkan penyetelan V% (faktor
restrain) digunakan untuk memilih kecuraman karakteristik, dimana untuk
penyetelan V% tergantung dari besarnya arus gangguan diluar daerah
pengamanan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini


dibagi dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi literatur dengan mempelajari jurnal-jurnal


ilmiah. Kemudian dilanjutkan dengan membaca beberapa buku yang
berhubungan secara langsung dengan materi maupun metode penelitian
yang akan dipakai.

2. Metode Interview
Dilakukan terhadap narasumber baik dosen maupun mahasiswa lainnya
dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan dari narasumber yang
mengerti dan paham akan pokok bahasan yang penulis angkat.
3. Pengambilan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan berupa


spesifikasi transformator, kabel dll. Selain itu juga berupa data single line
gardu induk pudak payung. Untuk data penelitian ini berupa data dari
instansi-instansi seperti PLN.

4. Pengolahan Data
Pengolahan diawali dengan pengambilan data sekunder. Setelah semua
data terkumpul kemudian mulai menghitung arus nominal trafo guna
mendapatkan nilai rasio CT terpasang. Kemudian menghitung arus
diferensial dan arus setting diferensial serta error mismatch hingga
gangguan yang terjadi saat pengoperasian transformator tenaga.
5. Pembuatan Laporan
Pada tahap ini akan dibuat laporan lengkap penelitian dengan
menyertakan perhitungan dan hasil simulasi serta penggambaran
kesimpulan dari tugas akhir ini. Kesimpulan tersebut merupakan solusi
dari permasalahan yang ada.
BAB VI
JADWAL PENELITIAN

Jadwal Penelitian
Pelaksanaan Tugas Akhir ini diharapkan dapat terselesaikan dalam waktu 6 bulan.
Perincian waktunya digambarkan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Waktu pelaksanaan tugas akhir.

2017
Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
Literatur
Perancanga
n Camera
Tracker
Pembuatan
Fisik
Camera
Tracker
Pengujian
Kerja
Sistem Self
Tracking
Penulisan
Laporan
Revisi
Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Network Protection and Automation Guide : Protective Relay, Measurement &


Control. Alstom Grid. Ed. May. 2011.

Sulasno, Teknik dan Sistem Tenaga Distribusi Tenaga Listrik Edisi I, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.

Marsudi Djiteng, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006

Arismunandar, A dan S. Kuwahara. 1993. Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik


Jilid III: Gardu Induk, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Ariwibowo,C, Trafo Distribusi pada JTM 20 KV di PT PLN Persero UPJ


Semarang Selatan, Kerja Praktek S-1, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.

Sulasno,Ir. Dasar Teknik Konversi Energi Listrik dan Sistem Pengaturan Edisi II,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.

Diklat profesi penyaluran. 2012. Perhitungan setting proteksi gardu induk. Jakarta
: pusdiklat PLN
Diklat profesi penelitian dan pengembangan.2009. Pengujian sistem proteksi dan
control. Jakarta: PT PLN PUSDIKLAT.
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Tugas Akhir dengan judul “....................................................................”


yang diajukan oleh Fitri Dwi Fani, NPM 1510631160049 ini telah dipertahankan
di hadapan Tim Pembimbing/Penguji Seminar Proposal Tugas Akhir Program
Studi Teknik
Elektro, Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang pada
hari ...................
tanggal .................. bulan .................... tahun ............................ dan dinyatakan
LAYAK
untuk dilanjutkan ke tahap penelitian Tugas Akhir pada Program Studi Teknik
Elektro.

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

..................................... .....................................
NIDN. ......................... NIDN. .........................

Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknik Elektro,

............... ......................
NIDN. ..........................
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai