Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak
tahun 1910, terlebih-terlebih dalam tahun 1930-an.
Persoalan gelombang berjalan ini sangat sukar, sehingga harus diadakan banyak
penyerderhanaan agar dapat digunakan untuk keperluan teknik.
Pada saat ini, gelombang berjalan telah diselidiki pada :
a. Kawat tunggal,
b. Kawat majemuk, dan
c. Kecepatan majemuk dari gelombang berjalan
Bagian terbesar dari studi mengenai gangguan pada system transmisi ialah teori
gelombang berjalan yang membahas mengenai sumber gelombang, karakteristik gelombang serta
keadaan pada titik peralihan dari kawat transmisi.
Untuk kebutuhan sehari-hari, teori kawat tunggal yang memandang hanya satu kawat dan
tanah sebagai jalan balik telah memadai.

BAB II
KAJIAN TEORI
1. SUMBER-SUMBER GELOMBONG BERJALAN
Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang berjalan yang diketahui ialah :
a. Sambaran kilat secara langsung pada kawat,
b. Sambaran kilat tidak langsung pada kawat (induksi)
c. Operasi pemutusan (switching operations)
d. Busur tanah (arcing grounds)
e. Gangguan-gangguan pada system oleh berbagai-bagai kesalahn, dan
f. Tegangan mantap system.
Semua macam sebab-sebab ini menimbulkan surja (surge) pada kawat, yaitu surja
tegangan dan surja arus.
Dari sudut energy, dapat dikatakan bahwa surja pada kawat disebabkan oleh penyuntikan
energy tiba-tiba pada kawat. Energy ini merambat pada kawat, sama halnya seperti bila kita
melemparkan batu pada air yang tenang dalam sebuah kolam. Energy yang merambat ini terdiri
dari arus dan tegangan.
Kecepatan merambat gelombang berjalan bergantung dari konstanta-konstanta kawat.
Pada kawat di udara, kecepatan merambat ini kira-kira 300 meter per mikro-detik jadi sama
dengan kecepatan cahaya. Pada kabel tanah kira-kira 150 meter permikrodetik.
Bila gelombang mencapai titik peralihan atau diskontinuitas akan terjadi perubahan pada
gelombang tersebut sehingga terdapat sedikit perbedaan gelombang asal.

2. KECEPATAN MERAMBAT

Apabila suatu gelombang energy listrik merambat sepanjang kawat dengan konstanta L
dan C, maka gelombang tegangan dan arus merambat dengan kecepatan yang sama. Kedua
besaran ini di hubungkan oleh suatu factor proporsional, yaitu karakteristik kawat itu.

Gambar 2.1 Kawat Transmisi dengan batere


Bila gelombang tegangan E pada gambar 2.1 sampai pada titik a, maka arus yang
bersamaan dengan tegangan itu akan kapasitor mengisi kapasitor C pada tegangan E.
Muatan yang di butuhkan untuk menaikkan tegangan pada suatu satuan panjang = C E.
Bila kecepatan merambat gelombang v cm/detik,maka jumlah muatran yang di butuhkan
untuk mengisi kawat sepanjang v cm/detik = C E v.
Muatan ini di berikan oleh arus uniform yang mengalir pada kawat, dan untuk member
muatan CEv dalam satu detik dibutuhkan arus sebesar :
I = C.E.v

(1.1)

Bila gelombang itu telah merambat sejauh x cm, maka energy elektrostatis pada bagian
ini (x cm) ialah :
Wc = C.x. E-2

V = E.X/2

(1.2)

Bila L = induktansi kawat per cm, maka dalam waktu yang sama, energy elektromagnetis
pada kawat sepanjang x itu =
WL = L.x.I2

(1.3)

Bila dibutuhkan gelombang waktu t untuk merambat sepanjang x cm maka,


v=

x
t

energy yang di berikan oleh batere :


We = E.I.t
We = Wc + Wl
E I t = C.x.E2 + L.x.I2

Jadi,

E I = C v E 2 + L v I2

Atau

v=

2
cm/detik
E
I
C +L
I
E

Dari persamaan (1.1), I = C E v, atau


E/I = 1/Cv dan I/E = Cv
Substitusi I/E = Cv dalam Persamaan (1.4), di peroleh :
v=

2
1
+ LC v
v

Atau

v2

Jadi,

v=

1
LC

Kedua harga + v dan v ini berlaku, yaitu :


V positif = gelombang maju
V negative = gelombang mundur

1
cm/detik
LC

(1.4)

Pada kawat udara dengan jari-jari r dan tinggi h di atas tanah.


L = ( + 2 ln 2h/r ) 10-9 henry/cm
10-11

C=

farad/cm

(1.6)
(1.7)

18 ln 2h/r
Faktor dalam persamaan (1.6) di sebabkan adanya fluks lingkup di dalam kawat (internal
flukx), dengan pemisalan bahwa distribusi arus merata.
Tetapi pada gelombang berjalan efek kulit transien atau transient skin effect sangat
besar sehingga arus berkumpul pada permukaan kawat. Dengan demikian fluks lingkup dalam
sangat kecil dan dapat di abaikan.
Jadi

L = 2 (ln 2h/r)10-9 henry/cm


V=1/

LC =18ln2h/r.10-11

(1.6a)
(1.8)

2 ln 2h/r. 10-9
= 3 x 1010 cm/detik
Terlihat bahwa kecepatan merambat dari gelombang berjalan pada kawat udara adalah
sama dengan kecepatan cahaya dalam hampa udara.
Sedangkan untuk kabel konduktor padat dengan jari-jari r dan isolasi pembungkus
berjari-jari R serta permitivitas ,
L= 2(lnR/r + + r2 /3R2 r4/12R4 + r6/60R6 - )10-9

(1.6b)

henry/cm
C = 10-11 farad/cm
18 ln R/r

(1.7a)

Tetapi fluks lingkup dalam dapat di abaikan, dank arena r jauh lebih kecil dari R, maka sukusuku r2/3R2 dan seterusnya dapat diabaikan.
Jadi kecepatan merambat pada kabel menjadi,
V = 3.1010 /

cm
detik

(1.8a)

Untuk kabel-kabel yang tersedia, umumnya harga = 2,5 4


Jadi kecepatan merambat dalam kabel kira-kira sampai 2/3 dari kecepatan cahaya.

3. .IMPEDANSI SURJA (SURGE IMPEDANCE)


Untuk hantaran udara:
z = e/I = 1/ Cv = vL
z=

L/C = 60 ln 2h/r ohm

(1.9a)

sedangakn untuk kabel:


z = 60/

ln R/r ohm
(1.9b)

besar impedansi surja untuk kawat udara =400

600 ohm, san untuk kabel = 50

4. BENTUK DAN SPESIFIKASI GELOMBANG BERJALAN


Bentuk umum gelombang berjalan digambarkan sebagai berikut, gambar 1.2.

60 ohm

Gambar 2.2. spesifikasi gelombang berjalan.


Spesifikasi dari duatu gelombang berjalan:
a. Puncak (crest) gelombang, E (kV), YAITU AMPLITUDO MAksimum dari gelombang.
b. Muka gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak.
c. Dalam praktek ini diambil dari 10% E sampai 90% E, lihat gambar 1.2b
d. Ekor gelombang, yaitu bagian dibelakang puncak
e. Panjang gelombang, t2 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada
ekor gelombang
f. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang, positif atau negative.
Suatu gelombang berjalan (surja) dinyatakan sebagai
E,t1 X t2
Jadi sutu gelombang dengan polaritas positif, punack 1000 kV, maka 3 mikrodetik, dan panjang
21 mikrodetik dinyatakan sebagai : + 3 x 21.
5. EKSPRESI MATEMATIS GELOMBANG BERJALAN
Ekspresi dasar dari gelombang berjalan secara sistematis dinyatakan dengan persamaan
dibawah ini.

E(t) = E(e-at-e-bt)

(1.10)

dimana E,a dan b adalah konstanta.

Dari variasi a dan b dapat dibentuk berbagai macan bentuk gelombang yang dapat
dipakai sebagai pendekatan dari gelombang berjalan, gambar 2.3
a. Gelombang persegi yang sangat
panjang

d. Gelombang sinus teredam

a=0

a=-jw

b=

b= +jw

e=E

E=E0/2j e-t (ejwt -e-jwt)

b. Gelombang eksponensial

e. Gelombang kilat tipikal

b=

e=Ee-at

B
E

c. Gelombang dengan muka linier


a=0
b

(b,E terbatas atau finite)

e = E(1-e-bt)/
E

=(bE)t

0 =E(bt-b2t2/2+)

terbatas serta rill

Bentuk gelombang yang lain dapat dimisalkan sebagai kombinasi dari bentuk-bentuk
gelombang gambar 1.3 seperti diberikan pada gambar 1.4
Gelombang persegi yang sangat panjang sering digunakan dalam menghitung gelombang
berjalan terhadap keamanan system karena gelombang sepert ini paling berbahaya bagi
peralatan. Kecuraman gelombang dapat menyebabkan gradient yang maksimum, sedangkan ekor
yang panjang menyebabkan osilasi maksimum pada belitan kumparan mesin.
a.

b.

c.

Gambar. 2.4: gelombang kombinasi

Gelombang kilat tipikal (gambar 2.3.e) merupakan bentuk yang paling mirip dengan
bentuk gelombang surja kilat (lighting surge) yang dilihat pada osiloskop. Bentu bentuk
gelombang ini tergantung dari harga harga a dan b. sebaliknya bila spesifikasi gelombang
diberikan a,b,E dapat dicari dan bila E, a,b diketahui, dapat dicari spesifikasi gelombang:
puncak, uka dan panjang gelombang itu.

5.1. Puncak dan muka gelombang


Puncak terjadi pada saat t=t1., yaitu waktu untuk mencapai tegangan puncak.
Jadi, untuk t=t1
de(t )
=E ( aeat 1 + Bebt 1 )=0
dt

ae-at1=1/abe-ht1
ln b/a
=
ba
maka t1=

1
b
ln
a
a
b
1
a

( )

(1.11)
EPUNCAK=E(e-B-e-B/a)

5.2. Panjang Gelombang


Waktu Sampai Puncak = t2, Jadi
EPUNCAK=E(e-at2-e-bt2)
=E(e-Bt2/t1-e-(b/a)Bt2/t1)

=B/a

1/2E (e-B-e-Bb/a) = E(e-Bt2/t1-e-(b/a)Bt2/t1)


Persamaan ini menyatakan hubungan antara t1/t2 untuk berbagai harga tertentu dari b/a.
tetapi karena persamaan ini transcendental, maka untuk mencari t2/t1 harus dengan jalan mengisi
harga harga tertentu, misalnya membuat grafik seperti gambar 1.5 atau dengan jalan pendekatan.

Grafik gambar 2.5 menunjukkan hubungan:


At1 sebagai fungsi b/a dari persamaan (1.11).
E1/E sebagai fungsi b/a dari persamaan (1.12), dan
T1/t2 sebagai fungsi b/a dari persamaan (1.13).
Cara menggunakan grafik gambar 1.5 adalah sebagai berikut:
Untuk harga-harga t1 dan t2 yang diketahui, dicari harga b/a, at1, dan harga E1/E2 dari lengkung
t1/t2 dan kemudian cari harga a dari at1 dan b dari b/a.
Contoh 2.1: tentukan harga harga a, b dan E, untuk gelombang +1000, 3 x 21; t2/t1=7
Dari lekungan t2/t1 didapat b/a=28,5 selanjutnya dari b/a ini didapat at1=0,122 dan E1/E=0,82
JADI: a= 0,122/T1=0.122/3=0.041

b=28,5a = 28,5 x 0,041 = 1.15


E=E1/0.852=1000/0,852=1175
Gelombang tersebut ialah :
E=1175(e-0,041t e-1,15t)
6. CARA PENDEKATAN UNTUK MENCARI a,b DAN E BILA DIKETAHUI
SPESIFIKASI GELOMBANG
Misalkan persamaan gelombang itu,
e = E (e-at - e-bt )
Biasanya ekor gelombang sangat panjang dibandingkan dengan mukanya. Jadi bila b jauh
lebih besar dari a,maka ekor gelombang itu praktis tidak tergantung lagi pada b.
Maka :
e = E (e-at - e-bt ) untuk t >> t1
jadi bila t2 dan t3 merupakan dua titik pada gelombang itu,
e2 / e3 = E e-at2 / E e-at3 ) = e-a (t2-t3)

(2.14)

e3 = In e2 / e3

(2.15)

Maka :
E = e2 . e-at2 = e3 . e at3)

(2.16)

Pada suatu titik t0 pada suatu gelombang :


e0 = E (e-at0 - e-bt0 )
maka : e-bt0 = e-at0 - e0 /E
b = 1/ t0 In / e-at0 - e0

(2.17)

harga harga a,b dan E ini dapat dicari bila bentuk gelombang diberikan, jadi bila e0 , e2, e3, t0 , t2 dan
t3 diketahui.

7. PERSAMAAN DIFERENSIAL YANG MENGHUBUNGKAN TEGANGAN DENGAN


LAJU RUGI ENERGI (RATE OF ENERGI LOSS)
Misalkan bentuk gelombang arus dan tegangan sama dan dihubungkan oleh hubungan e/i = z.

Gambar 2.6 gelombang tegangan merambat dengan kecepatan v


Pandanglah gelombang tegangan e ( x,t) yang panjang seluruhnya = D,dengan arus i(x, t)
yang bersangkutan. Akan dilihat perubahan tegangan e pada titik x pada kawat itu. Titik x itu
diambil pada jarak yang konstan dari kaki gelombang, gambar 1.6 , dan kaki gelombang itu
bergerak dengan kecepatan konstan = v, maka
dx/dt = v
tegangan e ( x,t) adalah fungsi dari jarak x dan waktu t, jadi:
de ( x,t)/dt = e / e . dx /dt + e / t
= v e / x + e / t

(2.18)

Energi tersimpan pada bagian kecil dx dari gelombang e :


W = C dx e2

(2.19)

Besar laju perubahan energi terhadap waktu ( rate of change of energi):


dw/dt = C dx de2/dt
dw/dt = 2C dx e de/dt
= 2C dx e (v e / x + e / t)

(2.20)

Tetapi laju rugi energi ( rate of energi loss) pada seksi dx sebagai fungsi tegangan (e)
pada bagian dx adalah:
dw/dt = -(e) dx = energi yang hilang atau disipasi

(2.21)

karena laju rugi energi = laju energi tersimpan, maka


-(e) = 2C dx e (v e / x + e / t)

(2.22)

8. Pengaruh korona pada gelombang berjalan

Untuk menyelidiki korona pada gelombang berjalan dapat dipakai rumus (1.22)
Korona terjadi apabila gradien tegangan melebihi suatu harga tertentu yang disebut harga
kritis,dan akibatnya ialah memperlambat tiap titik pada gelombang tegangan yang melampaui
harga kritis itu,dengan demikian pada pengukuran kecepatan.
Pada sirkuit yang tahanan tahanannya diabaikan:
V2 = 1/LC
Persamaan ini menyatakan bahwa akibat korona itu dapat diterangkan dengan bertambah
besarnya kapasitansi.
E.W BOEHNE menyarankan bahwa dengan peninggian tegangan di atas tegangan
kritis,kapasitansi bertambah besar, tetapi tidak merubah induktansinya. Jadi bila e naik, c makin
besar, dan v makin kecil.
Bila daerah korona bertambah besar, kapasitansi bertambah besar, maka tiap tegangan
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda. Jadi laminasi-laminasi yang paling atas merambat
dengan kecepatan yang lebih kecil, sehingga puncak gelombang menjadi mengisi bagian
belakang dari gelombang itu, gambar 1.7.

P = 172

f
2
10

r /2h (e e0 )2 watt/cm

(2.23)

Gambar 2.7. pengaruh korona pada distorsi gelombang


Dimana:

f = frekuensi
r = jari-jari kawat
h = tinggi kawat di atas bidang netral
e = tegangan puncak
e0 = tegangan puncak korona kritis

energi korona per hertz (cycle),


w = Pt = P/f = 172/1013

r /2h (e e0 )2 joule/cm

redaman oleh korona adalah lebih besar untuk gelombang positif daripada untuk gelombang
negatif. Rugi-rugi pada bagian positif adalah kira-kira 2 x dari bagian negatif. Kita misalkan 70%
rugi-rugi energi terjadi pada bagian positif dan 30% pada bagian negatif.
Jadi: W = -k (e e0 )2 joule/cm
Di mana:

K = 120 x 10-13
K = 52 x 10-13

r /2h untuk gelombang positif


r /2h untuk gelombang negatif

Laju rugi energi diperoleh dengan mendiferensi persamaan : W = -k (e e0 )2 joule/cm terhadap


t,
Dw/dt = - 2k (e e0 ) e/t
Tetapi laju perubahan energi pada gelombang itu menurut persamaan (2.20), untuk panjang
gelombang = D,adalah:
Dw/dt = - 2Ce (e/t + ve/t)
Jadi :
2Ce (e/t + ve/t) = -2 k (e e0 ) ve/t
Dimana :
C = 5,55 x 10-13/ Ln 2h/r farad/cm
k/C = 21,7 . Ln 2h/r /
= 9,3 Ln 2h/r /

r /2h untuk gelombang positif

r /2h untuk gelombang negatif

(2.28)

Gambar 2.8. Terjadinya kelandaian pada muka gelombang.


Pada saat t, = x/v ordinat e menjadi terbelakang dari kedudukan semula (diukur dengan waktu),
gambar 1.8,
t t = x/v x/v
= x/v . k/C (1 e0/e).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak
tahun 1910, terlebih-terlebih dalam tahun 1930-an.
Persoalan gelombang berjalan ini sangat sukar, sehingga harus diadakan banyak
penyerderhanaan agar dapat digunakan untuk keperluan teknik.
Pada saat ini, gelombang berjalan telah diselidiki pada :
a. Kawat tunggal,
b. Kawat majemuk, dan
c. Kecepatan majemuk dari gelombang berjalan
Spesifikasi dari duatu gelombang berjalan:
a. Puncak (crest) gelombang, E (kV), YAITU AMPLITUDO MAksimum dari gelombang.
b. Muka gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak.
c. Dalam praktek ini diambil dari 10% E sampai 90% E, lihat gambar 1.2b

d. Ekor gelombang, yaitu bagian dibelakang puncak


e. Panjang gelombang, t2 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada
ekor gelombang
f. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang, positif atau negative.

Anda mungkin juga menyukai