Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNIK TEGANGAN TINGGI

“TRANSMISI TEGANGAN TINGGI”

OLEH :

RAYA PASANGKUNAN

1724041001

PTE01/2017

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO (S1)


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat Kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul “Transmisi Tegangan Tinggi” tepat pada waktunya. Penulisan Makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Teknik Tegangan
Tinggi”.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini


masih jauh dari kata sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan
didalamnya. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan
untuk kemajuan penulis dimasa yang akan datang.

Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak semata-mata atau terselesaikan


atas usaha dan kerja keras penyusun sendiri, tetapi turut pula di dukung oleh batuan
dari pihak yang terkait secara langsung atau tidak langsung. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar
besarnya kepada pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan
dalam penyelesaian Makalah yaitu, kepada Bapak Firdaus, S.Pd,M.T. selaku dosen
mata kuliah Teknik TeganganTinggi atas partisipasinya.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi penyusun dan para pembaca umumnya, terutama kontribusi
keilmuan. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Aamiin.

Makassar, 25 Juni 2020

Raya Pasangkunan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pusat pembangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan tenaga air,


pada umumnya jauh letaknya dari tempat dimana tenaga listrik tersebut digunakan
(pusat beban). Tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui saluran
transmisi, saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) atau Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Thermis
(PLTT) ke pusat beban. Saluran transmisi dibedakan dari saluran distribusi karena
tegangannya, sebagai contoh : Di Indonesia saluran transmisi mempunyai
tegangan diatas 20 kV dan dibawah 20 kV adalah saluran distribusi. Di Jepang
saluran transmisi mempunyai tegangan 7 kV keatas, sedangkan saluran ditribusi 7
kV kebawah. Di Amerika Serikat dikenal tiga jenis saluran yaitu, saluran
distribusi dengan tegangan primer 4 s/d 23 kV, saluran subtransmisi dengan
tegangan 13 kV s/d 138 kV dan saluran transmisi dengan tegangan 34,50 kV
keatas.
Terdapat dua kategori saluran transmisi yaitu : saluran transmisi udara
(overhead line) dan saluran transmisi kabel bawah tanah (Underground cable),
saluran transmisi udara menyalurkan tenaga listrik melalui kawat penghantar yang
digantung pada menara transmisi dengan perantaraan isolator gantung, sedangkan
saluran transmisi kabel bawah tanah menyalurkan tenaga listrik melalui kabel
bawah tanah. Terdapat pula saluran transmisi kabel laut (submarine cable) yang
umumnya dipasang pada selat, contohnya yang dipasang di selat Bali dan selat
Madura.
Saluran transmisi bawah tanah tidak terpengaruh adanya cuaca buruk,
taufan, hujan angin, bahaya sambaran petir dan sebagainya. Lagi pula saluran
bawah tanah lebih indah karena tidak kelihatan, karena alasan yang terakhir ini
saluran kabel bawah tanah banyak digunakan di kota besar yang sangat padat
penduduknya. Saluran bawah tanah beaya pembangunannya jauh lebih mahal dari
pada saluran transmisi udara, serta perbaikan lebih sukar apabila terjadi gangguan
hubung singkat atau kerusakan yang lainnya, saluran transmisi kabel bawah tanah
hanya digunakan pada daerah perkotaan yang relatif padat penduduk.
Menurut jenis arus yang mengalir pada saluran transmisi dikenal sistem
penyaluran arus bolak-balik (sistem AC) dan sistem penyaluran arus searah
(sistem DC). Dalam sistem arus bolak-balik, penaikkan dan penurunan tegangan
mudah dilakukan dengan menggunakan transformator, dan hampir sebagian
besar sistem penyaluran tenaga listrik di dunia menggunakan sistem penyaluran
arus bolak-balik. Sistem penyaluran arus searah mempunyai keuntungan
dibanding sistem arus searah antara lain : isolasi lebih sederhana, efisiensi tinggi
dan tidak ada masalah stabilitas. Namun yang menjadi persoalan adalah masalah
ekonomisnya, beaya peralatan yang mahal, terutama peralatan pengubah
tegangan dari tegangan arus bolak-balik ke tegangan arus searah (Rectifier) dan
peralatan pengubah tegangan dari tegangan arus searah ke tegangan arus bolak-
balik (Inverter). Dari hasil penelitian saluran transmisi arus searah akan
ekonomis, apabila daya yang disalurkan sebesar 750 MVA, dengan jarak
penyaluran berkisar antara 500 km sampai dengan 750 km, ditambah lagi bahwa
saluran transmisi tidak boleh bercabang.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dala makalah ini yaitu
sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh timbulnya korona terhadap rugi-rugi daya pada saluran


transmisi ?
2. Sebutkan syarat-syarat isolator ang digunakan pada saluran transmisi !
3. Apa penyebab timbulnya tegangan surja pada saat switching ?
4. Sebutkan jenis-jenis menara pada saluran transmisi !
C. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh timbulnya korona terhadap rugi-rugi daya pada
saluran transmisi.
2. Memahami syarat-syarat isolator ang digunakan pada saluran transmisi.
3. Mengetahui penyebab timbulnya tegangan surja pada saat switching.
4. Memahami jenis-jenis menara pada saluran transmisi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menimbulkan Korona

Korona dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa pelepasan muatan


listrik (elektron) yang diemisikan dari permukaan sebuah kawat penghantar atau
konduktor, yang disebabkan karena besarnya kuat medan atau gradien tegangan
pada permukaan kawat penghantar melebihi dari kuat medan tembus udara.
Korona mulai muncul pada harga tegangan sistem tertentu dan akan menjadi
semakin kuat jika tegangan sistem dinaikkan. Adanya fenomena korona ini dapat
menyebabkan terjadinya rugi-rugi daya pada saluran transmisi tegangan tinggi
dan gangguan pada sistem komunikasi karena interferensi seperti sinyal berisik
pada radio dan juga gangguan gambar pada pesawat penerima televisi.
Korona merupakan salah satu dari gejala tegangan tinggi. Korona dapat
didefinisikan sebagai suatu peristiwa pelepasan muatan listrik (elektron) yang
diemisikan dari permukaan sebuah kawat penghantar atau konduktor, yang
disebabkan karena besarnya kuat medan atau gradien tegangan pada permukaan
kawat penghantar tersebut. Korona terjadi jika pada daerah di sekitar kawat
penghantar atau konduktor tegangan tinggi, kuat medannya lebih tinggi dari kuat
medan tembus udara sehingga akan terjadi pelepasan muatan listrik ke udara.
Pada saluran transmisi untuk harga tegangan sistem di atas 100 kV, masalah
korona sudah mulai muncul (serius) dan akan menjadi semakin kuat jika tegangan
sistem dinaikkan. Umumnya korona terjadi pada saluran udara tegangan tinggi
dan tegangan ekstra tinggi dimana terdapat perbedaan tegangan antara masing-
masing phasa dan juga antara phasa dengan tanah.

Pada tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi, korona terjadi pada
setengah perioda gelombang tegangan positif dan negatif. Dari bukti-bukti
eksperimen yang dilakukan bahwa korona AC selalu dimulai pada siklus negatif.
Umumnya korona pada setengah siklus negatif ini terjadi pada daerah yang kuat
medannya tinggi karena kondisi permukaan konduktor tidak beraturan, misalnya
akibat adanya partikel-partikel kecil yang menempel pada permukaan konduktor
tersebut. Apabila korona pada setengah siklus negatif terjadi pada suatu tempat
berupa titik tunggal maka arus pelepasan terdiri atas sejumlah pulsa-pulsa pendek
yang terkonsentrasi pada puncak dari tegangan yang digunakan. Pulsa-pulsa ini
akan meningkat jumlahnya dengan meningkatnya tegangan disertai suara
mendesis yang ditunjukkan oleh frekuensi yang tinggi dan memancarkan sinar
violet.
Permulaan dari korona pada setengah siklus positif tergantung dari
beberapa faktor. Apabila korona pada setengah siklus positif terjadi pada suatu
tempat berupa titik tunggal maka arus pelepasan biasanya terdiri atas satu pulsa
per setengah siklus. Magnitudo dari pulsa ini mempunyai ketinggian seribu kali
dari pulsa-pulsa negatif dan magnitudo ini akan naik seiring dengan naiknya
tegangan.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi rugi-rugi daya yang ditimbulkan oleh
peristiwa korona yaitu :
1. Faktor listrik
 Frekuensi dari supply
Frekuensi dapat memperbesar (menaikkan) arus dan rugi-rugi daya
korona pada saluran transmisi tegangan tinggi
 Kuat medan atau gradien tegangan di sekitar kawat penghantar
Rugi-rugi daya korona merupakan fungsi dari kuat medan atau gradien
tegangan.
2. Faktor cuaca di sekitar kawat penghantar
 Kerapatan udara dan temperatur
Rugi-rugi daya korona pada kawat penghantar yang melalui daerah
dataran tinggi lebih besar daripada daerah dataran rendah karena
turunnya harga kerapatan udara relatif () pada daerah yang tinggi.
 Hujan, kabut, salju, hujan es
Hujan dapat menaikkan rugi-rugi daya korona karena titik hujan pada
permukaan kawat penghantar dapat mengawali tembus korona lokal,
sedangkan kabut, salju dan hujan es juga dapat menaikkan rugi-rugi
daya korona tetapi efeknya kurang bila dibandingkan dengan pengaruh
hujan.

 Konduktivitas udara (daya hantar udara) Daya hantar ion dari udara
sangat tergantung pada daerah. Hujan badai akan menaikkan medan
listrik bumi sehingga atmosphir menjadi lebih konduktif.
3. Faktor dari kawat penghantar
 Diameter dari kawat penghantar
Dengan memperbesar diameter kawat penghantar maka kuat medan
pada permukaan kawat penghantar akan diperkecil sehingga rugi-rugi
daya korona akan berkurang.
 Jumlah penghantar per phasa
Pada penghantar berkas efek perisaian bersama (mutual shielding
effects) dari sub penghantar akan mengurangi gradien tegangan masing-
masing penghantar yang akan menyebabkan berkurangnya rugi-rugi
daya korona
 Kondisi permukaan kawat penghantar
Karena kawat penghantar beroperasi padaatmosphir normal maka pada
permukaan kawat penghantar akan terdapat kotoran, minyak dan lain-
lain. Pengotoran permukaan dan ketidakrataan permukaan akan dapat
menyebabkan terjadinya tegangan tembus yang lebih awal sehingga
rugi-rugi daya korona akan menjadi bertambah besar

 Pemanasan kawat penghantar karena arus beban


Kawat penghantar yang panas akan mencegah terjadinya kondensasi
uap air, sehingga secara tidak langsung mencegah terbentuknya titik-
titik embun pada kawat penghantar yang dapat menyebabkan
terjadinya korona dengan tegangan tampak lebih rendah sehingga rugi-
rugi daya korona akan bertambah besar.
 Konduktivitas material
Konduktivitas hanya tergantung pada temperatur. Pada kawat
penghantar yang panas, kuat medan permukaan konduktor akan
berkurang.

B. Isolasi Peralatan Pada Saluran Transmisi dan Gardu Induk


Isolator  mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya aliran
arus dari konduktor phasa ke bumi melalui menara pendukung. Dengan
demikian,  isolator merupakan bagian penting dalam sistem transmisi energi
listrik. Beberapa persyaratan penting yang harus dimiliki suatu isolator adalah:
 Isolator harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.
 Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.
 Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor 
yang  terjadi.
 Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun  cairan-
cairan ke dalam   bahan isolator.
 Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.

Adapun bahan-bahan isolator yaitu sebagai berikut :


1. Isolator Porselen
Porselen berasal dari tanah liat yang mengandung aluminium silikat,
kemudian aluminium silikat ini direaksikan dengan plastik kaolin, felspar, kwarsa
dan campuran ini dipanaskan pada tempat pembakaran dengan suhu yang diatur.
Komposisi bahan bakunya adalah: 50% tanah liat, 25% felspar, 25% kwarsa.
Isolator yang dihasilkan harus keras, permukaannya halus/licin dan bebas dari
sifat perembesan. Kehalusan  bahan pada permukaan akan membebaskan isolator
dari jejak air. Sifat menyerap pada bahan isolator akan menurunkan kekuatan
dielektrik, dan adanya kotoran ataupun gelembung udara di dalam bahan isolator
juga akan mengakibatkan  penurunan kekuatan dielektrik.
Jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang rendah maka  sifat
mekaniknya akan menjadi lebih baik, tetapi bahan tersebut bersifat menyerap air
dan ketika bahan tersebut digunakan, kondisinya  mungkin akan memburuk.
Sebaliknya jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang lebih tinggi, sifat
menyerapnya akan berkurang, tetapi bahan isolasi tersebut menjadi rapuh. Jadi di
dalam membuat isolator perlu dirancang sedemikian rupa antara kekuatan
dielektrik, sifat rembesan terhadap air  dan suhu tempat pengeringannya. Secara
mekanis isolator porselen  memiliki kekuatan dielektrik ± 60.000 V/cm, tekanan
dan kuat regangannya adalah 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
2. Isolator Gelas
Sering kali gelas digunakan sebagai bahan isolasi. Gelas diproduksi
dengan proses penguatan yaitu dipanaskan dulu lalu didinginkan. Isolator yang
terbuat dari bahan gelas  ini memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
 Kekuatan dielektriknya tinggi kira-kira 140 kV/cm
 Dengan pemanasan yang tepat akan diperoleh resistivitas yang tinggi.
 Koefisien muai panasnya rendah.
 Karena kekuatan dielektriknya tinggi, maka isolator gelas memiliki bentuk
yang lebih sederhana dan bahkan dapat digunakan satu lapis sebagai bahan
isolator.
 Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga sedikit
cacat, ketakmurnian gelembung udara, retak-retak, kotoran-kotoran yang lain
dapat dideteksi dengan mudah dan bersifat homogen.
 Daya rentanganya lebih besar dari porselen.
 Lebih murah dari pada porselen

Kelemahan dari isolator gelas antara lain :


 Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator, sehingga
hal ini dapat menyebabkan penumpukan kotoran-kotoran  pada permukaan
isolator dan mempercepat terjadinya arus bocor.
 Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang (casting) dalam
bentuk atau model yang tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur
akan menyebabkan terjadinya kegentingan-kegentingan didalam isolator dan
keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.
3. Isolator Steatite
Steatite adalah magnesium silikat dan dijumpai pada berbagai bagian dari
oksida magnesium dengan silikat. Daya rentang dari isolator steatite jauh lebih
besar dibandingkan dengan isolator porselen, dan dapat menguntungkan jika
digunakan  pada keadaan dimana isolator mengalami regangan sempurna
misalnya ketika jaringan saluran transmisi mengalami belokan tajam.

Isolator transmisi hantaran udara diklasifikasi menurut penggunaan dan


konstruksinya  menjadi isolator gantung (suspension), jenis pasak (pin-type), jenis
batang panjang (long-rod) dan jenis pos-saluran (line post). Gandengan isolator
gantung pada umumnya dipakai pada saluran transmisi tegangan tinggi, sedang
isolator batang panjang dipakai ditempat-tempat dimana pengotoran udara karena
garam dan debu banyak terjadi. Kedua jenis yang lain dapat dipakai pada saluran
transmisi yang relatip rendah (kurang dari 22-33 kV).
Pada isolator gantung dikenal dua jenis, yakni clevis type dan ball-and-
socket type, yang masing-masing terbuat dari porselen dengan tutup (cap) dari
besi tempaan (malleable iron), yang keduanya diikatkan pada porselennya dengan
semen berkualitas baik.

Gambar Isolator Gantung

Keuntungan-keuntungan dari isolator gantung :


 Setiap unit dirancang untuk tegangan 11 kV sehingga dengan
menghubungkan beberapa buah isolator secara seri, maka sederetan isolator
tersebut dapat digunakan untuk setiap tegangan yang diinginkan.
 Bila didalam deretan isolator yang telah dihubungkan tersebut salah satu
isolator rusak, maka proses penggantiannya lebih mudah dan harganya relatif
lebih murah.

 Tekanan mekanis pada rangkaian isolator akan berkurang karena tempat


pengikat kawat penghantarnya fleksibel.

 Apabila deretan isolator tersebut digantungkan pada menara yang terbuat dari
baja maka konduktor tegangan tinggi hanya sedikit berpengaruh terhadap
sambaran kilat, karena penghantar kawat tersebut posisinya lebih rendah dari
pada lengan menara yang ditanahkan dan mempunyai sifat sebagai penangkal
petir.

 Jika beban yang diberikan pada transmisi bertambah, maka potensial jaringan
yang ada dapat diperbesar lagi dengan menambahkan sejumlah deretan atau
rangkaian isolator.
Isolator jenis pasak dan jenis pos-saluran terbuat dari porselen, yang
bagian bawahnya diberi tutup (thimble, cap) besi cor yang disemenkan pada
porselen serta pasak baja yang disekrupkan padanya. Karena jenis ini dipakai
secara sendirian (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah,
maka tidak dibuat dalam ukuran-ukuran yang besar.

Jenis batang-panjang mempunyai sedikit bagian logam sehingga tidak mudah


menjadi rusak. Oleh karena rusuknya yang sederhana maka ia mudah tercuci oleh
hujan, sehingga jenis ini sesuai sekali untuk penggunaan pada tempat-tempat yang
banyak dikotori garam dan debu.

Gambar Isolator Batang Panjang

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pada suatu isolator adalah :


a. Keretakan Isolator
Penyebab utama pecahnya atau retaknya suatu isolator adalah tekanan
yang dihasilkan didalam bahan porselen yang diakibatkan oleh ketidakseragaman
pemuaian dan penyusutan yang terdapat dalam bahan semen, baja, dan porselen
yang disebabkan oleh musim panas, dingin, kekeringan dan kelembaban atau
akibat adanya pemanasan pada isolator tersebut. Untuk menghindari keretakan
pada isolator tersebut, maka telah dilakukan beberapa perbaikan dalam desain
pembuatannya, yakni dengan cara menempatkan sejenis pelindung yang kecil
diantara lapisan terluar dari porselen dengan pasak baja sehingga pemuaiannya
dapat terlaksana secara merata.

b. Ketidakmurnian Bahan Isolator


Jika bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator tersebut amat buruk,
hal ini akan menimbulkan kebocoran pada isolator sehingga isolator tidak baik
untuk pemakaian yang kontiniu.

C. Tegangan Lebih (Surja Hubung) Pada Saat Switching


Pemilihan level tegangan transmisi 500 kV didasarkan pada pertimbangan
bahwa transmisi 500 kV memiliki kemampuan menyalurkan daya listrik kira-kira
11 kali kapasitas transmisi 150 kV, untuk jenis penghantar yang sama dan
jaringan yang digunakan lebih sedikit serta mempunyai kemampuan menyalurkan
daya listrik yang lebih jauh. Pemakaian tegangan saluran transmisi yang tinggi,
mengakibatkan tegangan lebih transien yang dialami oleh saluran transmisi
tersebut akan semakin tinggi juga. Tegangan lebih tersebut bisa merusak
peralatan isolasi jika magnitude tegangannya melebihi BIL (Basic Insulation
Level) peralatan isolasi yang dipakai.

Tegangan lebih transien adalah tegangan yang mempuyai amplitudo


sangat besar dan berlangsung sangat singkat yang disebabkan karena sambaran
petir atau karena operasi pensaklaran. Tegangan lebih transient yang disebabkan
karena sambaran petir disebut surja petir sedang tegangan lebih transient yang
disebabkan oleh operasi pensaklaran disebut surja hubung. Surja hubung salah
satunya disebabkan oleh proses pemberian tenaga (energized), yaitu proses
mengaliri sebuah saluran transmisi dalam keadaan tanpa beban dengan sumber
tegangan, melalui operasi penutupan saklar. Kenaikan tegangan yang terjadi
karena surja hubung harus diperhatikan jangan sampai menyebabkan kerusakan
koordinasi isolasi peralatan pada sistem.

Pada sistem interkoneksi Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan)


dipergunakan sistem transmisi SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) 150kV.
Semakin tinggi tegangan yang digunakan pada sistem, maka akan semakin
tinggi pula tegangan lebih yang disebabkan oleh sistem tersebut, khususnya surja
hubung (switching surge). Pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik
merupakan salah satu operasi pensaklaran yang dapat menimbulkan tegangan
lebih, pada operasi pensaklaran (pembukaan atau penutupan) akan menghasilkan
gejala surja hubung atau transien energi listrik, yang berupa tegangan lebih
transien (transients over voltage) yang dapat berupa gelombang impuls yang
mempunyai muka gelombang dan ekor gelombang. Untuk menghindari hal
tersebut perencanaan pelepasan beban terhadap tegangan lebih. Salah satu cara
yang dipakai adalah dengan mengetahui level kenaikan tegangan lebih yang
disebabkan oleh pertambahan beban saat pelepasan beban ini, maka dapat
ditentukan pembebanan maksimum yang masih diperbolehkan pada suatu
sistem. Penentuan beban optimal juga harus diperhatikan agar pada keadaan
normal atau tidak ada gangguan level tegangan tersebut masih berada pada batas
tegangan yang masih diperbolehkan yaitu tidak boleh lebih dari 105% dari
tegangan nominal serta tidak kurang 90% dari tegangan nominal (Sesuai dengan
standard PT. PLN).

D. Menara Transmisi
Ada penyaluran sistem tenaga listrik khususnya tegangan tinggi dari
sumber pembangkitan ke gardu induk melalui konduktor atau penghantar dalam
hal ini Overhead Transmission Line biasaya menggunakan tiang sebagai
penopang dari konduktor tersebut agar tetap pada jalurnya. Adapun jenis-jenis
tiang (tower) transmisi yang biasa digunakan berdasarkan konstruksinya adalah
sebagai berikut :
1. Lattice Tower  merupakan jenis tower transmisi yang konstruksinya
menggunakan susuan baja profil yang berukuran kecil, sehingga dalam
pengerjaan atau pembangunan tower menjadi lebih mudah. Tower jenis ini
biasanya dirancang untuk ketinggian 20 – 120 meter. Berdasarkan susunan
atau konfigurasi penghantarnya lattice tower dibedakan menjadi 3 yakni :
a. Konstruksi Delta
Konstruksi lattice tower jenis Delta digunakan untuk mentransmisikan
energi listrik dalam konfigurasi penghantar single circuit dengan dua buah earth
wire. Konstruksi tower jenis ini biasanya digunakan untuk mentransmisikan
tegangan 220 kV – 500 kV karena pada konstuksi jenis ini pengaruh akibat
mutual induktansi antar penghantar dapat diperkecil karena menggunakan single
circuit dengan jarak antar penghantar yang cukup jauh.Konstruksi dari tower ini
juga sangat efektif unuk menahan beban berat kabel yang besar.
b. Konstruksi Piramida
Konstruksi lattice tower jenis piramida digunakan untuk mentransmisikan
energi listrik dalam konfigurasi penghantar double circuit. Konstruksi tower ini
terdiri dari dua jenis yakni double circuit-single earth wire untuk mentransmisikan
tenaga listrik pada tegangan 30 – 380 kV dan double circuit-double earth wire
untuk mentransmisikan tenaga listrik pada tegangan 70-500 kV. 

c. Konstruksi Zig-Zag
            Konstruksi lattice tower jenis zig-zag pada dasarnya sama seperti tower
jenis piramida hanya saja tower jenis zig-zag ini digunakan untuk
mentransmisikan energi listrik dalam konfigurasi penghantar sigle circuit.
Konstruksi tower jenis ini biasanya digunakan untuk mentrasmisikan tenaga
listrik pada tegangan 30 – 150 kV. 
2. Tubular Steel Tower
Tubular Steel Tower adalah tiang baja berongga berbentuk sisi poligonal.
Memiliki konstruksi baja belahan berbentuk setengah atau sepertiga lingkaran
bergantung pada diameter yang kemudian melalui proses penyatuan-
penyambungan dengan pengelasan khusus. Tower jenis ini kurang efisien
untukdigunakan untuk transmisi sebab dibutuhkan keahlian dan ketelitian khusus
dalam pemasangan serta lokasi tower harus berada dekat dengan jalan karena
tower ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup besar sehingga menyulitkan
pekerjaan bila berada jauh dari jalan.

3. Concrete pole Tower


Concrate pole tower adalah tower transmisi dengan konstruksi berupa
beton. Tower jenis ini biasanya berjenis tower H dan tower I seperti pada gambar
4. Tower ini memiliki konfigurasi penghantar single circuit dan double circuit.
Tower ini sering digunakan pada wilayah perkotaan karena tidak memakan tempat
terlalu banyak dan juga biayanya lebih murah dari tiang baja.

4. Wooden Pole Tower


Wooden Pole Tower adalah tower transmisi dengan konstruksi berupa Kayu.
Tower jenis ini biasanya berjenis tower H dan tower I. Tower ini memiliki
konfigurasi penghantar single circuit dan double circuit. Tower ini jarang
digunakan karena daya tahan tiang ini tidak terlalu bagus dan sangat tergantung
cuaca (pelapukan). Tower jenis ini biasanya digunakan sebagai tower sementara
selama masih ada pembangunan tower lattice.

Berdasarkan fungsinya tower transmisi dapat dibagi mejadi 7 jenis yakni:

 Dead end tower

Dead end Tower yaitu tiang akhir yang belokasi di dekat gardu induk,
tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik. Biasanya konstruksi tiang
yang digunakan adalah tiang lattice delta.

 Section Tower  

Section Tower yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga


dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan
pembangunan (penarikan kawat) umumnya mempunyai sudut belok yang kecil.
Biasanya konstruksi tiang yang digunakan adalah tiang lattice tipe delta.

 Suspension Tower  

Suspension Tower yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya


menanggung daya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan. Biasanya
konstruksi tiang yang digunakan adalah tiang lattice tipe piramid atau zig-zag.

 Tension Tower

Tension Tower yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik
yang lebih besar dari pada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belok.
Biasanya konstruksi tiang yang digunakan adalah tiang lattice tipe piramid.

 Transposision Tower 

Transposision Tower yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat


melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impedansi transmisi. 

 Gantry Tower

Gantry Tower yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan


antara dua saluran  transmisi. Tiang ini dibangun di bawah saluran transmisi
existing.

 Combined tower

Combined Tower yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran
transmisi yang berbeda tegangan operasinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korona merupakan salah satu dari gejala tegangan tinggi. Korona dapat
didefinisikan sebagai suatu peristiwa pelepasan muatan listrik (elektron) yang
diemisikan dari permukaan sebuah kawat penghantar atau konduktor, yang
disebabkan karena besarnya kuat medan atau gradien tegangan pada permukaan
kawat penghantar tersebut. Korona terjadi jika pada daerah di sekitar kawat
penghantar atau konduktor tegangan tinggi, kuat medannya lebih tinggi dari kuat
medan tembus udara sehingga akan terjadi pelepasan muatan listrik ke udara.
Pada saluran transmisi untuk harga tegangan sistem di atas 100 kV, masalah
korona sudah mulai muncul (serius) dan akan menjadi semakin kuat jika tegangan
sistem dinaikkan. Umumnya korona terjadi pada saluran udara tegangan tinggi
dan tegangan ekstra tinggi dimana terdapat perbedaan tegangan antara masing-
masing phasa dan juga antara phasa dengan tanah.
Isolator  mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya aliran
arus dari konduktor phasa ke bumi melalui menara pendukung. Dengan
demikian,  isolator merupakan bagian penting dalam sistem transmisi energi
listrik.

Surja hubung salah satunya disebabkan oleh proses pemberian tenaga


(energized), yaitu proses mengaliri sebuah saluran transmisi dalam keadaan tanpa
beban dengan sumber tegangan, melalui operasi penutupan saklar. Kenaikan
tegangan yang terjadi karena surja hubung harus diperhatikan jangan sampai
menyebabkan kerusakan koordinasi isolasi peralatan pada sistem.

Ada penyaluran sistem tenaga listrik khususnya tegangan tinggi dari


sumber pembangkitan ke gardu induk melalui konduktor atau penghantar dalam
hal ini Overhead Transmission Line biasaya menggunakan tiang sebagai
penopang dari konduktor tersebut agar tetap pada jalurnya.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat saya paparkan, besar
harapan saya makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Kursniasih Novi. 2014. Analisis Pengaruh Akibat Korna Terhadap Rugi-Rugi


Daya Saluran Udara Tegangan Tinggi 500kV.
https://jnte.ft.unand.ac.id/index.php/jnte/article/view/55. Diakses pada 25 Juni
2020.

Yuniarto. 2010. Profil Surja Hubung Karena Proses Energized Pada Saluran
Transmisi 500kV. https://www.neliti.com/id/publications/275921/profil-surja-
hubung-karena-proses-energized-pemberian-tenaga-pada-saluran-transm. Diakses
pada 25 Juni 2020.

Mitro. 2006. Isolator Sakuran Transmisi Udara.


https://modalholong.wordpress.com/2011/03/25/isolator-saluran-transmisi-
hantaran-udara/. Diakses pada 25 Juni 2020.

Dinataat Andi. 2018. Jenis-Jenis Tiang Transmisi Tenaga Listrik.


https://dalamcangkang.blogspot.com/2018/07/jenis-jenis-tiang-transmisi-
tenaga.html/. Diakses pada 25 Juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai