Anda di halaman 1dari 26

FENOMENA PADA

SALURAN TRANSMISI

TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Masalah Penerapan
Tegangan Tinggi
Meskipun peninggian tegangan transmisi akan mengurangi rugi-rugi
daya, peninggian tegangan itu tetap ada batasnya karena tegangan
tinggi menimbulkan beberapa masalah, antara lain:
1. Tegangan tinggi dapat menimbulkan korona pada kawat
transmisi. Korona ini menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat
menimbulkan gangguan terhadap komunikasi radio
2. Jika tegangan transmisi semakin tinggi, maka peralatan transmisi
dan gardu induk membutuhkan isolasi yang volumenya semakin
banyak agar peralatan mampu memikul tegangan tinggi tersebut.
Hal ini mengakibatkan kenaikan biaya investasi.
Masalah Penerapan
Tegangan Tinggi
3. Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi
(switching operation), timbul tegangan lebih surja hubung sehingga
peralatan sistem tenaga listrik harus dirancang mampu memikul
tegangan lebih tersebut. Hal ini juga mengakibatkan kenaikan biaya
Investasi
4. Jika tegangan transmisi ditinggikan, menara transmisi harus
semakin tinggi untuk menjamin keselamatan makhluk hidup di
sekitar transmisi. Peninggian menara transmisi mengakibatkan
transmisi mudah disambar petir. Sambaran petir pada transmisi akan
menimbulkan tegangan lebih surja petir pada sistem tenaga listrik,
sehingga peralatan sistem tenaga listrik harus dirancang mampu
memikul tegangan lebih tersebut.
Masalah Penerapan
Tegangan Tinggi
5. Peralatan sistem perlu dilengkapi dengan peralatan proteksi untuk
menghindarkan kerusakan akibat adanya tegangan lebih surja
hubung dan surja petir. Penambahan peralatan proteksi ini
menambah biaya investasi dan perawatan.
VOLTAGE SAG

Voltage sag atau yang sering juga disebut sebagai voltage dip
merupakan suatu fenomena penurunan tegangan rms dari nilai
nominalnya yang terjadi dalam waktu yang singkat, sekitar 10 ms
sampai beberapa detik. IEC 61000-4-30 mendefinisikan voltage sag
(dip) sebagai penurunan besar tegangan sementara pada titik di
bawah nilai threshold-nya. IEEE Standard 1159-1995
mendefinisikan voltage sag sebagai variasi tegangan rms dengan
besar antara 10% sampai 90% dari tegangan nominal dan
berlangsung selama 0,5 siklus sampai satu menit..
VOLTAGE SAG

Gambar berikut menunjukkan gelombang tegangan saat terjadi


voltage sag dengan besar 0,3 pu dan berlangsung selama 0,3 detik
VOLTAGE SAG

Sebagian besar penyebab terjadinya voltage sag adalah :


• Arus hubung singkat yang terjadi baik di dalam fasilitas industri
itu sendiri maupun yang terjadi dalam sistem penyaluran tenaga
listrik. Short-Circuit fault menyebabkan tegangan menurun dan
hampir bernilai nol pada titik terjadinya
• Adanya penyalaan motor besar
VOLTAGE SAG

Secara umum, akibat yang ditimbulkan akibat adanya


voltage sag yaitu:
 Motor tiba-tiba berhenti
 Peralatan digital ter-reset menyebabkan hilangnya
data
 Kerusakan / kegagalan peralatan
 Produksi terhenti
 Produk harus dikerjakan ulang
 Pengaruh pada kualitas produk
 Pengaruh pada konsumen seperti keterlambatan
pengiriman dan hilangnya penjualan
 Biaya tambahan untuk investigasi masalah.
VOLTAGE SAG

Gambar Terjadinya Voltage Sag akibat Fault


MITIGASI VOLTAGE SAG
1. Mencegah terjadinya gangguan
Langkah yang dapat dilakukan al: pemangkasan
pohon, penambahan arrester petir, maupun
penambahan pengaman terhadap binatang.
Fault yang terjadi karena petir dapat dikurangi dengan
menurunkan resistansi tanah pada kaki tiang transmisi
pada saluran transmisi overhead.
2. Mengurangi terjadinya gangguan
Langkah yang dapat dipertimbangkan al:
menggantikan saluran transmisi overhead dengan
kabel bawah tanah
TEKNIK MITIGASI VOLTAGE SAG

1. Pengunaan Dynamic Voltage Restorer (DVR)


DVR merupakan alat yang menggunakan teknologi elektronika daya
khususnya teknologi inverter dan dikonfigurasikan sebagai
pengendali tegangan yang dihubungkan secara seri. DVR dapat
dioperasikan dengan sebuah kapasitor yang relatif kecil untuk meng-
exchange daya reaktif atau dapat mensuplai daya aktif ke beban
dengan menggunakan energy storage. Capacitor bank yang besar,
flywheel, dan baterai dapat digunakan sebagai media penyimpanan
energi.
TEKNIK MITIGASI VOLTAGE SAG
TEKNIK MITIGASI VOLTAGE SAG
2. Penggunaan Unified Power Flow Controller (UPFC)
adalah kombinasi kompensator seri dan kompensator paralel dengan
adanya DC-link energy storage capacitor. UPFC dapat
mengendalikan daya aktif dan daya reaktif. Oleh karena itu, UPFC
dapat memaksimalkan kapabilitas saluran dan mengurangi
power loss pada sistem.
KORONA
Ketika arus bolak balik mengaliri konduktor dari sebuah saluran
transmisi dengan jarak antara konduktor ke konduktor yang lain lebih
besar dibandingkan dengan diameter konduktor itu sendiri, maka
udara disekitar konduktor yang terdiri dari ion-ion mengalami stres
dielektrik.
Ketika tegangan pada saluran transmisi tersebut masih rendah, stres
dielektrik yang dialami oleh udara disekeliling konduktor tersebut tidak
cukup untuk mengionisasi udara disekitar konduktor. Tapi ketika tegangan
pada saluran transmisi ditingkatkan melebihi nilai ambang batas sekitar 30
kV yang dikenal sebagai titik critical disruptive voltage, maka udara
disekitar konduktor mengalami stres cukup tinggi sehingga terjadi ionisasi
terhadap ion-ion yang dikandung didalam udara tersebut. 
KORONA
Terjadinya ionisasi pada ion-ion diudara disekitar konduktor akan
menimbulkan cahaya redup bersamaan dengan suara mendesis
disertai dengan pembebasan ozon, yang mudah diidentifikasi karena
baunya yang khas.
KORONA
Peristiwa korona ditandai dengan timbulnya cahaya violet karena
terjadi ionisasi udara di sekitar permukaan konduktor ketika gradien
tegangan permukaan konduktor melebihi nilai kuat medan listrik
disruptifnya. Terjadinya korona juga ditandai dengan suara mendesis
(hissing) dan bau ozone (O3).
Korona makin nyata kelihatan pada bagian yang kasar,runcing dan
kotor.Peristiwa korona semakin sering terjadi jika pada saluran
transmisi diterapkan tegangan yang lebih tinggi daripada tegangan
kritis dan ketika udara yang lembab serta cuaca buruk. Peristiwa
korona menimbulkan rugi-rugi penyaluran, merusak bahan isolasi
serta gejala tegangan tinggi berupa gangguan berisik dan interferensi
radio.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KORONA
1 ) Kondisi Fisik Saluran Transmisi
Adanya kotoran atau kekasaran konduktor mengurangi tegangan
rusaknya kritis, membuat konduktor lebih rentan terhadap kerugian
korona . Oleh karena itu di sebagian besar kota dan daerah industri
yang memiliki polusi yang tinggi , faktor ini sangat penting untuk
melawan efek buruk tersebut.

2) Jarak antar konduktor ,


Harus cukup besar dibandingkan dengan diameter garis .
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KORONA
3)  Keadaan Atsmosfir
Efek korona di saluran transmisi terjadi karena ionisasi udara
atmosfir yang mengelilingi kabel , hal ini terutama dipengaruhi oleh
kondisi kabel serta keadaan fisik atmosfer.

4) Tingginya tegangan pada saluran transmisi


Efek corona mulai timbul pada  tegangan kritis 30 kV, dan terus
meningkat seiring dengan tegangan yang diterapkan pada saluran
transmisi tersebut.
KORONA
KORONA
DAMPAK KORONA
EFEK KULIT (SKIN EFFECT)

Merupakan fenomena pada saluran transmisi yang disebabkan


karena tidak meratanya distribusi arus pada penampang konduktor
disepanjang saluran transmisi jarak jauh. Fenomena ini muncul
sesuai dengan peningkatan panjang efektif konduktor saluran
trasnmisi sehingga skin effect pada saluran pendek jarang ditemui.
EFEK KULIT (SKIN EFFECT)

Pada saluran transmisi sistim tegangan arus searah (DC- Direct


Current), distribusi arus pada penampang disepanjang saluran
penghantar cukup merata, sehingga hampir tidak pernah ditemukan
skin effect pada sisitim saluran transmisi Tegangan DC.  Lain
halnya dengan saluran transmisi Tegangan AC, pada saluran
transmisi ini terjadi effect di mana aliran arus cenderung mengalir
dengan kepadatan tinggi melalui permukaan konduktor ( yaitu kulit
konduktor ) , meninggalkan inti konduktor, bahkan kandang kala
muncul suatu kondisi ketika benar-benar tidak ada arus mengalir
melalui inti , dan berkonsentrasi seluruhnya pada daerah permukaan.
Fenomena ini dapat mengakibatkan peningkatan nilai resistansi
efektif konduktor
EFEK KULIT (SKIN EFFECT)

Mengapa efek kulit terjadi pada jalur transmisi


Ketika dilihat dari arah penampangnya, sebuah kabel dengan ukuran
tertentu terdiri dari kumpulan beberapa buah kabel kecil yang kita
sebut sebagai filamen dengan jumlah tertentu (n). Apabila kabel
tersebut dialiri arus (I), maka masing masing filamen tersebut dialiri
arus sebesar i, sehingga total arus yang melewati kabel adalah :

Selama aliran arus bolak-balik (AC) melintasi konduktor kabel ,


berarti semua filamen pada kabel tersebut akan membawa arus
sebesar I/n
EFEK KULIT (SKIN EFFECT)
Karena pda setiap konduktor yang dialiri arus akan menimbulkan
fluks,  maka ketika sekian banyak filamen dialiri arus, maka akan
timbul flux yang saling terkait didalam kabel tersebut ,  baik
filamen permukaan maupun yang di inti. Fluks yang terbentuk
oleh filamen bagian terluar tidak memiliki keterkaitan fluks yang
cukup besar bila dibandingkan dengan flux yang ditimbulkan oleh
filamen disebelah dalam dan semakin kedalam menuju inti kabel
keterkaitan flux antara tiap-tiap filamen menjadi semakin kuat.
Dengan meningkatnya flux dibagian inti kabel maka secara
proporsional juga meningkatkan nilai induktansi kabel kearah inti.
Hal ini menghasilkan reaktansi induktif lebih besar kearah inti
kabel dibandingkan dengan bagian luar konduktor
EFEK KULIT (SKIN EFFECT)

Tingginya nilai reaktansi dibagian sebelah dalam (inti kabel)


memaksa sebagian besar arus mengalir melalui permukaan luar atau
kulit sehingga menimbulkan fenomena yang disebut efek kulit (skin
efferct) dalam jalur transmisi .

Anda mungkin juga menyukai