Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini tingkat kesadaran masyarakat untuk mendapatkan pelayanan atas


hak-nya akan kebutuhan akan tenaga listrik semakin meningkat maka dapat
dipastikan bahwa tuntutan masyarakat pelanggan listrik untuk mendapatkan
pelayanan listrik yang cepat dan andal, sehingga PLN harus mampu menjawab
tuntutan pelanggan tersebut dengan meningkatkan profesionalisme di bidang
ketenagalistrikan dengan meningkatkan penguasaaan terhadap konstruksi
jaringan distribusi dalam hal ini jaringan tegangan menengah. Inspeksi ini
bertujuan untuk mengamati secara langsung Jaringan Distribusi Tegangan
Menengah yaitu penyaluran beban di sistem 20 kV sebagai sarana latihan bagi
Mahasiswa Politeknik Negeri Malang khususnya Program Studi Sistem
Kelistrikan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian JTM dan GTT ?


2. Apakah faktor penyebab kerusakan JTM dan GTT ?
3. Bagaimana keadaan JTM di lapangan sesuai inspeksi dan cara
mengatasinya?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian JTM dan GTT
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan JTM dan GTT
3. Untuk mengetahui JTM di lapangan sesuai dengan inspeksi dan cara
mengatasinya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH DAN GARDU


TRAFO TIANG
A. Pengertian Gardu Trafo Tiang
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen
instalasi tenaga listrik yang terpasang di jaringan distribusi. Berfungsi sebagai trafo
daya penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, dan
selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga
trafo tersebut cukup mahal bila dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya,
maka pemeliharaan preventif yang dilakukan secara intensif, dengan kriteria
pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen GTT dan ditangani oleh tenaga
yang terampil dengan peralatan yang memadai agar pemeliharaan tersebut berjalan
dengan efektif. Komponen-komponen utama GTT:

1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah


(20kV) menjadi tegangan rendah (380/200)Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan
di gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut
tidak rusak. CO dipasang pada sisi tegangan menengah (20kV)
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan
oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73)
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang pada
sisi tegangan rendah (20kV), maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : Untuk menyalurkan arus ketanah yang disebabkan
oleh tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.
6. Grounding Trafo : Untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang
sehat bila terjadi gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan
oleh beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor yang
mengalir pada LV Panel.
8. Isolasi : sebagai penyekat antara bagian bertegangan dengan tidak
bertegangan. Digunakan sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat
dengan tiang.

B. Pengertian Jaringan Tegangan Menengah

Jaringan Tegangan Menengah merupakan jaringan yang mempunyai tegangan 20


KV. Jaringan Tegangan Menengah ini secara umum dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tegangan
Menengah (SKTM).

Konstruksi JTM terdiri dari :

a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian


utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang
digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2
dan 35 mm2.

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di
tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis
dari luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu
menahan tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada
SUTM maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :

 · Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.


 · Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
 · Pemeliharaannya hampir tidak ada.
Peralatan Kontruksi Untuk SKTM

Kabel

Jenis kabel tegangan menengah adalah :

a. Poly Vinil Chlorida (PVC)

Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.

b. Poly Ethylene (PE)

Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.

Contoh : CPT dan VIC

c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)

Contoh : CVC5ZV, Jointing, Termination, Sepatu kabel (Schoen cable), Instalasi


Pembumian

Peralatan Konstruksi Untuk SUTM

a. Tiang Listrik

Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu
tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik
jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian
sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa
pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai
diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.

Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor


mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban
penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut
kegunaanya :
 · Tiang awal / akhir
 · Tiang penyangga
 · Tiang sudut
 · Tiang Peregang / tiang tarik
 · Tiang Topang

b. Cross Arm (Lengan Tiang)/ Travers

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang
diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada
tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan
mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan
peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat
lubang-lubang baut.

c. Isolator

Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross
Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah
isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan
isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.
2.2 FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN JTM DAN GTT
Gangguan Pada Gardu Trafo Distribusi
A. Gangguan Sambaran Petir
Gangguan sambaran petir dibagi atas dua, yaitu sambaran langsung dan
sambaran tidak langsung. Sambaran langsung adalah sambaran petir dari awan
yang langsung menyambar jaringan sehingga menyebabkan naiknya tegangan
dengan cepat. Daerah yang terkena sambaran dapat terjadi pada tower dan juga
kawat penghantar. Besarnya tegangan dan arus akibat sambaran ini tergantung
pada besar arus kilat, waktu muka, dan jenis tiang saluran. Sambaran tidak
langsung atau sambaran induksi adalah sambaran petir ke bumi atau sambaran
petir dari awan ke awan di dekat saluran sehingga menyebabkan timbulnya
muatan induksi pada jaringan. Pada saluran udara tegangan menengah (SUTM),
gangguan akibat sambaran tidak langsung ini tidak boleh diabaikan. Gangguan
akibat sambaran tidak langsung ini pada umumnya lebih banyak terjadi
dibandingkan akibat sambaran langsung, dikarenakan luasnya daerah sambaran
induksi.
Spesifikasi dari suatu gelombang petir :
a) Puncak (crest) gelombang, E (kV), yaitu amplitudo maksimum dari gelombang.
b) Muka (front) gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai
puncak. Ini diambil dari 10% E sampai 90% E.
c) Ekor (tril) gelombang, yaitu bagian belakang puncak. Panjang gelombang, t2
(mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada ekor
gelombang.

B. Gangguan Hubung Singkat


Hubung singkat dapat terjadi melalui dua atau tiga saluran fasa sistem
distribusi. Arus lebih yang dihasilkan hubung singkat tergantung pada besar
kapasitas daya penyulang, besar tegangan, dan besar impedansi rangkaian yang
mengalami gangguan. Hubung singkat menghasilkan panas yang cukup tinggi pada
sisi primer trafo sebagai akibat dari naiknya rugi-rugi tembaga sebagai
perbandingan dari kuadrat arus gangguan. Arus gangguan yang besar ini
mengakibatkan tekanan mekanik (mechanical stress) yang tinggi pada trafo.
C. Gangguan Kegagalan Minyak Transformator
Kegagalan isolasi (insulation breakdown) minyak trafo disebabkan oleh
beberapa hal antara lain minyak trafo tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya
kekuatan dielektrik dankarena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada
prinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress)
yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar isolator tersebut tidak
gagal. Dalam struktur molekul material isolator, elektron-elektron terikat erat pada
molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang
disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka
sifat isolasi pada tempat itu akan hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan
tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul
lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik isolator akan
berubah bila material kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya
arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan tembus.
Oksigen yang terdapat di udara yang berhubungan dengan minyak yang panas
dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi dan terbentuknya bahan asam dan
endapan. Kadar asam yang terdapat pada minyak trafo merupakan suatu ukuran
taraf deteriorasi dan kecenderungan untuk membentuk endapan. Endapan ini sangat
mengganggu karena melekat pada semua permukaan trafo dan mempersulit proses
pendinginan. Endapan ini juga akan meningkatkan kemungkinan terjadinya bunga
api antara bagian-bagian trafo yang terbuka. Suatu endapan setelah mencapai tebal
0,2 mm sampai 0,4 mm pada inti dan kumparan akan dapat meningkatkan suhu
sampai 10°C sampai 15°C. Bila dalam minyak terdapat kelembaban, maka
kelembaban tersebut dapat membentuk jalur-jalur yang membuka jalan terhadap
terjadinya hubung singkat. Kelembaban tidak saja menurunkan daya isolasi
minyak, melainkan kelembaban itu dapat pula diserap oleh bahan isolasi lainnya,
sehingga seluruh trafo menjadi terancam.
Gangguan Pada Jaringan Tegangan Menengah
A. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan Hubung Singkat ini sendiri dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Gangguan Asimetris, merupakan gangguan yang mengakibatkan
tegangan dan arus yang mengalir pada beberapa fasanya menjadi tidak
seimbang, gangguan ini terdiri dari :
 Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah.
 Gangguan hubung singkat dua fasa.
 Gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah.
2. Gangguan Simetris, merupakan gangguan yang terjadi pada semua
fasanya sehingga arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang
setelah gangguan terjadi. Gangguan ini terdiri dari :
 Gangguan hubung singkat tiga fasa.
 Gangguan hubung singkat tiga fasa ke tanah.
Kedua kelompok gangguan ini akan mengakibatkan arus lebih pada fasa
yang terganggu dan juga akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada
fasa yang tidak terganggu.
Hampir semua gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah
gangguan asimetri. Gangguan asimetri ini terjadi sebagai akibat gangguan
hubung singkat satu fasa ke tanah, gangguan hubung singkat dua fasa, atau
gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah.
B. Gangguan Beban Lebih (overload)
Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun karena
beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila dibiarkan terus
berlangsung dapat membahayakan peralatan.
Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena beban yang
dipasoknya terus meningkat, atau karena adanya maneuver atau perubahan
aliran beban di jaringan setelah adanya gangguan. Beban lebih dapat
mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya panas yang
berlebihan itu dapat mempercepat proses penuaan atau memperpendek umur
peralatan listrik.
C. Gangguan Tegangan Lebih
Dalam keadaan operasi, suatu sistem tenaga sering mengalami gangguan
yang dapat mengakibatkan teputusnya pelayanan daya ke pelanggan.
Gangguan tersebut lebih sering terjadi pada jaringan distribusi. Terjadinya
gangguan disebabkan oleh peningkatan tegangan pada hantaran distribusi,
yang dikenal dengan tegangan lebih, yang besar tegangan itu melampaui
tingkat ketahanan isolasi dari hantaran distribusi. Dengan demikian terjadi
hubung singkat. Tegangan lebih ini antara lain ditimbulkan oleh:
1. Sambaran petir pada hantaran distribusi, baik merupakan sambaran
langsung atau tidak langsung.
2. Surja hubung.

2.3 KEADAAN JTM DAN GTT SESUAI INSPEKSI DAN CARA


MENGATASI
Cara Mengatasi Gangguan

Dalam usaha menjaga kontinuitas pelayanan tenaga listrik dan menjaga agar
peralatan pada jaringan primer 20 kV tidak mengalami kerusakan total akibat
gangguan, maka mutlak diperlukan peralatan pengaman dan pemeliharaan. Adapun
peralatan pengaman yang digunakan pada jaringan tegangan menengah 20 kV
terbagi menjadi :
1. Peralatan pemisah atau penghubung.
2. Peralatan pengaman arus lebih.
3. Peralatan pengaman tegangan lebih.
Agar suatu sistem distribusi dapat berfungsi secara baik, gangguan – gangguan
yang terjadi pada tiap bagian harus dapat dideteksi dan dipisahkan dari sistem
lainnya dalam waktu yang singkat, bahkan sebisa mungkin pada awal terjadinya
gangguan. Keberhasilan berfungsinya proteksi memerlukan adanya suatu
koordinasi antara berbagai alat proteksi yang dipakai. Fungsi sistem pengaman
adalah :
1. Melokalisir gangguan untuk membebaskan perlatan dari gangguan.
2. Membebaskan bagian yang tidak bekerja normal, untuk mencegah
kerusakan.
3. Memberi petunjuk atau indikasi atas lokasi serta macam dari kegagalan.
4. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen.
5. Untuk mengamankan keselamatan manusia terutama terhadap bahaya yang
ditimbulkan listrik.
Dalam upaya menanggulangi terhadap bahaya tegangan lebih atau arus lebih,
maka persyaratan yang diperlukan bagi alat pengaman yang baik adalah :

1. Kepekaan (Sensitivity)
Pada prinsipnya relay harus cukup peka sehingga dapat mendeteksi
gangguan di kawasan pengamannya, termasuk kawasan pengaman cadangan –
jauhnya.
Untuk relay arus – lebih hubung singkat, yang bertugas pula sebagai
pengaman cadangan jauh bagi seksi berikutnya, relay itu harus dapat
mendeteksi arus gangguan hubung singkat dua fasa yang terjadi diujung akhir
seksi berikutnya dalam kondisi pembangkitan minimum.
Sebagai pengaman peralatan seperti motor, generator atau trafo, relay yang
peka dapat mendeteksi gangguan pada tingkat yang masih dini sehingga dapat
membatasi kerusakan. Bagi peralatan tersebut diatas hal ini sangat penting
karena jika gangguan itu sampai merusak besi laminasi stator atau inti trafo,
maka perbaikannya akan sangat sukar dan mahal.
Sebagai pengaman gangguan tanah pada SUTM, relay yang kurang peka
menyebabkan banyak gangguan ke tanah, dalam bentuk sentuhan dengan
pohon yang tertiup angin, yang tidak bisa terdeteksi. Akibatnya, busur apinya
berlangsung lama dan dapat menyambar ke fasa lain, maka relay hubung –
singkat yang akan bekerja. Gangguan demikian bisa terjadi berulang kali di
tempat yang sama yang dapat mengakibatkan kawat cepat putus. Sebaliknya,
jika terlalu peka, relay akan terlalu sering trip untuk gangguan yang sangat
kecil yang mungkin bisa hilang sendiri atau resikonya dapat diabaikan atau
dapat diterima.

2. Keandalan (Reliability)
Ada 3 aspek :
a. Dependability
Yaitu tingkat kepastian bekerjanya (keandalan kemampuan
bekerjanya). Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan
bekerjanya (dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu),
tidak boleh gagal bekerja.
b. Security
Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah kerja (keandalan untuk tidak
salah kerja). Salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak harus kerja,
misalnya karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamanannya atau
sama sekali tidak ada gangguan atau kerja yang terlalu cepat atau
terlalu lambat. Salah kerja mengakibatkan pemadaman yang
sebenarnya tidak perlu terjadi. Jadi pada prinsipnya pengaman tidak
boleh salah kerja, dengan kata lain security-nya harus tinggi.
c. Availability
Yaitu perbandingan antara waktu di mana pengaman dalam keadaan
berfungsi/siap kerja dan waktu total dalam operasinya. Dengan relay
elektromagnetis, jika rusak/tak berfungsi, tak diketahui segera. Baru
diketahui dan diperbaiki atau diganti. Disamping itu, sistem proteksi
yang baik juga dilengkapi dengan kemampuan mendeteksi terputusnya
sirkit trip, sirkit sekunder arus, dan sirkit sekunder tegangan serta
hilangnya tegangan searah, dan memberikan alarm sehingga bisa
diperbaiki, sebelum kegagalan proteksi dalam gangguan yang
sesungguhnya, benar – benar terjadi. Jadi availabilitinya harus tinggi.

3. Selektifitas (Selectivity)
Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil
mungkin yaitu hanya seksi atau peralatan yang terganggu saja yang termasuk
dalam kawasan pengaman utamanya. Pengaman sedemikian disebut pengaman
yang selektif. Jadi relay harus dapat membedakan yaitu :
a. Gangguan terletak di kawasan pengaman utamanya dimana ia (alat
pengaman) harus berkeja cepat.
b. Gangguan terletak di seksi berikutnya dimana ia (alat pengaman) harus
bekerja dengan waktu tunda (sebagai pengaman cadangan) atau
menahan diri untuk tidak trip.
c. Gangguan di luar daerah pengamannya, atau sama sekali tidak ada
gangguan, dimana ia (alat pengaman) tidak harus bekerja sama sekali.
Untuk itu relay – relay, yang didalam sistem terletak secara seri, di
koordinir karakteristiknya. Dengan pemilihan jenis dan karakteristik
rele yang tepat, spesifikasi trafo arus yang benar, serta penentuan
setting rele yang terkoordinir dengan baik, selektifitas yang baik dapat
diperoleh.
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, mungkin saja suatu
pengaman terpaksa diberi waktu tunda (td) namun waktu tunda tersebut
harus sesingkat mungkin (seperlunya saja) dengan memperhitungkan
resikonya.

4. Kecepatan (Speed)
Untuk memperkecil kerugian/kerusakan akibat gangguan, maka bagian
yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya.
Waktu total pembebasan sistem dari gangguan adalah waktu sejak munculnya
gangguan, sampai bagian yang terganggu benar-benar terpisah dari bagian
sistem lainnya. Kecepatan penting untuk :
a. Menghindari kerusakan secara thermis pada peralatan yang dilalui arus
gangguan serta membatasi kerusakan pada alat yang terganggu.
b. Mempertahankan kestabilan sistem.
c. Membatasi ionisasi (busur api) pada gangguan disaluran udara yang
akan berarti memperbesar kemungkinan berhasilnya penutupan balik
PMT (reclosing) dan mempersingkat dead timenya (interval waktu
antara buka dan tutup).
5. Ekonomis
Biaya adalah faktor yang paling penting. Hal yang sangat mendasar adalah
memperoleh proteksi yang maksimum dengan biaya yang minimum. Untuk
biaya yang sangat minimum, akan sangat sukar mendapat sistem proteksi yang
baik, bahkan dapat menimbulkan kesulitan dalam pengaplikasian sistem
proteksi tersebut. Untuk itu harus ada pertimbangan antara kualitas sistem
proteksi dan biaya yang diperlukan.
Oleh karena itu kontinuitas penyaluran tenaga listrik banyak tergantung pada
kualitas sistem jaringan distribusi itu sendiri, Makin komplek konfigurasi jaringan
distribusi (seperti bentuk network atau mesh) makin banyak peralatan yang
digunakan.
Untuk memperkecil adanya gangguan maka dilakukan pemeliharaan sebagai
berikut :
1. Pemeliharaan Preventif
Melakukan upaya-upaya pencegahan agar dimungkinkan jaringan tidak
terganggu, misalnya inspeksi jaringan secara rutin dan berkesinambungan serta
langsung diupayakan pencegahannya, contoh sederhana adalah pemangkasan
pepohonan. Penanggulangan lain yang sifatnya preventif misalnya
penggunaan material yang sesuai standard dan bermutu, pemeriksaan unjuk
kerja peralatan proteksi, pada daerah-daerah yang sering terjadi gangguan
tidak jelas yang sering terjadi sambaran petir dapat diupayakan pencegahannya
misalnya perbaikan / pemasangan arrester disertai kelengkapan pentanahan
yang baik dan lain sebagainya.

2. Pemeliharaan Predictive
Pemeliharaan predictive dilaksanakan dengan mengacu pada kondisi-
kondisi tertentu. Kondisi tertentu yang dimaksud adalah parameter-parameter
teknis dari peralatan yang tidak terpenuhi. Pemeliharaan ini disebut juga
dengan pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition Base Maintenance).
3. Pemeliharaan Corrective
Pemeliharaan corrective dilaksanakan setelah terjadi kerusakan atau
pemeliharaan yang sifatnya darurat
3.1 KEADAAN JTM DAN GTT SESUAI INSPEKSI DAN CARA MENGATASI

1. GTT M737 PENYULANG MAWAR UP DINOYO

Letak : Jalan Bunga Kopi

Kondisi Tiang
 Memiliki penyangga berupa 2 (dua) Tiang Beton
 Dudukan GTT dalam keadaan baik dan tidak rapuh
 Kondisi isolator terlihat cukup bersih
 FCO dalam keadaan bagus
 Arrester dalam keadaan bagus
 Kondisi penghatar tidak terlihat andongan yang terlalu kebawah
 Penghantar yang menuju panel GTT terlihat rapi dan kondisi normal
Potensi Gangguan
 Tidak ada gangguan yang disebabkan oleh kondisi dari GTT
tersebut
 Tidak ada potensi gangguan selain adanya gangguan pada sistem
yang berhubungan dengan GTT ini atau karena petir, karena GTT
dan penghantar letaknya jauh dengan pohon atau ranting

Solusi
 Terus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan terhadap peralatan
yang terpasang, dan juga terhadap tiang agar tidak menyebabkan
gangguan pada sistem
 Pemangkasan pohon, atau penebangan pohon harus segera
dilakukan agar tidak terjadi gangguan pada penghantar
 Adanya lambang tanda bahaya diperlukan untuk memberitahu
kepada lingkungan sekitar tentang bahayanya mendekati tiang listrik
 Tiang bagian bawah perlu dibersihkan agar menjaga estetika

2. PANEL PADA GTT M737
Kondisi Panel
 Busbar pada panel memiliki warna tanda fasa yang jelas dan baik
 Panel dalam keadaan kotor dan berdebu
 Kondisi NH Fuse baik namun ada yang berkarat
 Tidak ada indicator tegangan dan arus pada panel
 Pintu panel tidak terkunci dan engselnya berkarat sehingga sulit
untuk dibuka
 Bodi panel dipenuhi dengan pamflet

Potensi Gangguan
 Bodi panel berpotensi menghantarkan listrik apabila grounding
tidak terpasang, hilang atau tidak sesuai

Solusi
 Terus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan terhadap peralatan
yang terpasang, dan juga terhadap busbar agar tidak menyebabkan
gangguan pada sistem
 Penggantian pintu panel atau memberikan pelumas pada engsel
pintu panel agar mudah dibuka
 Panel diberi kunci agar tidak sembarangan dibuka sehingga
meminimalisir kecelakaan
 Bodi panel dibersihkan atau di cat ulang agar estetika terpenuhi
3. Tiang TM 5C ( dengan cut out switch)
Kondisi Tiang
 Berupa Tiang Beton
 Tidak mengalami kerusakan, tidak miring
 Kondisi isolator terlihat cukup bersih
 Kondisi penghatar tidak terlihat andongan yang terlalu kebawah
 Kondisi traves dan baut juga terlihat lengkap
 Ground Wire juga terpasang dengan baik
 Current transformer yang ada pada tiang sebagai alat pengukur arus
di batas meter rayon dalam keadaan baik

Potensi Gangguan
 Kerusakan yang ada pada CT menyebabkan pembacaan meter
terganggu

Solusi
 Terus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan terhadap peralatan
yang terpasang, dan juga terhadap tiang agar tidak menyebabkan
gangguan pada sistem
 Perawatan pada CT dan penghantar agar meminimalisir gangguan
baik sistem maupun pengukuran kwh
 Adanya lambang tanda bahaya diperlukan untuk memberitahu
kepada lingkungan sekitar tentang bahayanya mendekati tiang listrik

4. Tiang TM 8
Letak : Didepan SDN Tulusrejo 1

Kondisi Tiang
 Berupa Tiang Beton
 Tidak mengalami kerusakan, tidak miring
 Kondisi isolator terlihat cukup bersih
 Kondisi penghatar tidak terlihat andongan yang terlalu kebawah
 Kondisi traves dan baut juga terlihat lengkap
 Ground Wire juga terpasang dengan baik

Potensi Gangguan
 Tidak ada gangguan yang disebabkan oleh kondisi dari tiang
tersebut
 Gangguan yang ada berupa pohon yang letaknya cukup berbahaya,
karena tinggi pohon tersebut dapat menyebabkan gangguan satu
fasa ke tanah apabila menyentuh penghatar
 Selain itu kondisi yang dekat dengan lingkungan sekolah yang
ramai dengan anak kecil, rawan terjadi keteledoran / gangguan
akibat ketidaktahuan masyarakat khususnya anak – anak

Solusi
 Terus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan terhadap peralatan
yang terpasang, dan juga terhadap tiang agar tidak menyebabkan
gangguan pada sistem
 Pemangkasan pohon, atau penebangan pohon harus segera
dilakukan agar tidak terjadi gangguan pada penghantar
 Adanya lambang tanda bahaya diperlukan untuk memberitahu
kepada lingkungan sekitar tentang bahayanya mendekati tiang listrik
5. Tiang TM1 dengan GTT 3x1ø

Lokasi :
Kondisi Tiang
 Berupa Tiang Beton
 Tidak mengalami kerusakan, tidak miring
 Kondisi isolator terlihat cukup bersih
 Kondisi penghatar tidak terlihat andongan yang terlalu kebawah
 Kondisi traves dan baut juga terlihat lengkap
 Ground Wire juga terpasang dengan baik
 Terdapat tiga trafo 1 fasa
 Kondisi peralatan yang terpasang untuk pengaman GTT lengkap
 Terdapat PJU yang menempel pada tiang

Potensi Gangguan
 Tidak ada gangguan yang disebabkan oleh kondisi dari tiang
tersebut
 Terlalu banyak kabel Telkom yang ada pada tiang sehingga
menggangu keindahan dan kerapihan pada tiang

Solusi
 Terus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan terhadap peralatan
yang terpasang, dan juga terhadap tiang agar tidak menyebabkan
gangguan pada sistem
 Perlunya pemeliharaan pada peralatan yang terpasang pada GTT
agar tidak menyebabkan gangguan pada trafo yang dapat
menyebabkan pemadaman
 Perlu adanya penataan kembali kabel – kabel Telkom yang ada pada
tiang, agar kondisi tiang terlihat rapih
6. Tiang Tm 1 Tiang Penyangga

Lokasi : Depan kantor BRI Kendalsari


kondisi tiang

 Tiang kondisinya miring dan sedikit bengkok


 cross arm dalam keadaan keropos
 arm tie keadaan baik
 bolt + nut 400 mm berkarat
 tinggi tiang 11 m
 tidak memiliki asesoris tambahan
 kontruksi tiang berupa tiang besi namun berkarat
 Tiang tersebut merupakan single circuit

potensi gangguan

 tidak ada gangguan yang disebabkan oleh kondisi dari tiang tersebut
 potensi gangguan yang ada berupa kabel fiber optik yang letaknya cukup
berbahaya, karena kurang rapinya tersebut dapat menyebabkan gangguan
satu fasa ke jaringan lain apabila menyentuh penghatar
 tiang berkarat dan korosi yang menyebabkan tegangan tembus antar fasa ke
tanah dikarenakan struktur tiang telah berkarat
 suatu saat tiang akan menceng atau doyong bahkan bisa roboh

solusi

 perlu dirubah ke kontruksi beton


 merubah menjadi double cross arm atau tm 2 karena posisi agak menyudut
 penambahan tspd atau skur druk
7. TM 5 (TIANG PENEGANG TEMPAT SAMBUNGAN)

letak : depan salon angel


kondisi tiang

 cross arm dalam keadaan baik


 arm tie band dalam keadaan baik
 bolt + nut pada tiang tersebut 400 mm
 tinggi tiang memiliki tinggi 11 m
 Tiang tersebut tidak memiliki assesoris tambahan
 kontruksi tiang terbuat dari beton
 Tiang tersebut merupakan single circuit

potensi gangguan

 tidak ada gangguan yang disebabkan oleh kondisi dari tiang tersebut
 potensi gangguan yang ada berupa kabel fiber optik yang letaknya cukup
berbahaya, karena kurang rapinya tersebut dapat menyebabkan gangguan
satu fasa ke jaringan lain apabila menyentuh penghatar
 suatu saat tiang akan menceng atau doyong bahkan bisa roboh karena tidak
ada penahan untuk tegangan tarikan antar tiang

Saran

 perlu penambahan tspt atau schoor treek, horizontal guy wire (kontra mas)
1. TM 5 (TIANG PENEGANG TEMPAT SAMBUNGAN)

letak : jl. tapak jalak


kondisi tiang

 Kondisi tiang miring dan sedikit bengkok


 cross arm dalam keadaan keropos
 arm tie dalam keadaan baik
 bolt + nut 400 mm berkarat
 tiang memiliki tinggi 11 m
 tiang tersebut tidak memiliki asesoris tambahan
 kontruksi tiang terbuat dari besi yang kondisinya berkarat
 tiang tersebut merupakan single circuit

potensi gangguan

 tidak ada gangguan yang disebabkan oleh kondisi dari tiang tersebut
 potensi gangguan yang ada berupa kabel fiber optik yang letaknya cukup
berbahaya, karena kurang rapinya tersebut dapat menyebabkan gangguan
satu fasa ke jaringan lain apabila menyentuh penghatar
 tiang berkarat dan korosi yang menyebabkan tegangan tembus antar fasa ke
tanah dikarenakan struktur tiang telah berkarat
 suatu saat tiang akan menceng atau doyong bahkan bisa roboh

saran

 perlu penambahan tspt atau schoor treek, horizontal guy wire (kontra mas)
 perlu dirubah ke kontruksi beton
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan trafo daya penurun
tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah, Jaringan
Tegangan Menengah merupakan jaringan yang mempunyai tegangan 20
KV.
2. Gangguan pada jaringan tegangan menengah yaitu gangguan hubung
singkat, kegagalan minyak trafo, gangguan sambaran petir, dan lain-lain
3. Sesuai dengan inspeksi, keadaan JTM dan GTT secara keseluruhan baik
namun ada beberapa yang perlu diperhatikan dan dipelihara untuk
meminimalisir gangguan

Anda mungkin juga menyukai