Anda di halaman 1dari 36

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Relai

Suatu peralatan yang dirancang untuk menghasilkan perubahan pada rangkaian

output apabila nilai parameter input telah mencapai nilai yang ditetapkan

sebelumnya (SPLN T5.002-1: 2010)

3.2 Relai Proteksi

Perlengkapan untuk mendeteksi gangguan atau kondisi ketidaknormalanpada

sistem tenaga listrik, dalam rangka untuk membebaskan/mengisolasi gangguan,

menghilangkan kondisi tidak normal, dan untuk menghasilkan sinyal atau indikasi

(SPLN T5.002-1: 2010)

3.3 Waktu Kerja Relai (Relay Operating Time)

Rentang waktu sejak gangguan muncul sampai dengan saat kontak keluaran relai

terhubung (mengeluarkan perintah trip) (SPLN T5.002-1:2010)

3.4 Trasmisi Tenaga Listrik

Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari

tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga saluran distribusi sehingga

tenaga listrik dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik melalui

suatu bahan konduktor. Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya letaknya jauh dari

tempat-tempat dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang

dibangkitkan disalurkan melaui penghantar-penghantar dari pusat pembangkit


2

tenaga listrik ke pusat-pusat beban, baik langsung maupun melalui saluran

penghubung, yaitu GI

Fungsi dari saluran transmisi yaitu menyediakan servis untuk merubah dalam

menaikan dan menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan

serta meliputi regulasi tegangan Standarisasi range tegangan internasional yaitu

345 kV hingga 765 kV untuk Saluran tegangan Ekstra Tinggi dan 115 kV hingga

230 kV untuk saluran tegangan tinggi. Standarisasi tegangan Transmisi listrik di

Indonesia adalah 500 kV untuk Saluran ekstra Tinggi dan 150 kV untuk saluran

Tegangan tinggi

Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu

• Saluran kabel bawah tanah (underground cable)

Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang

dipendam didalam tanah. Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk

pemasangan didalam kota. Karena berada didalam tanah maka tidak

mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat

kondisi cuaca atau kondisi alam Namun tetap memiliki kekurangan, antara

lain, mahal dalam instalasi dan investasi serta sulitnya menentukan titik

gangguan dan perbaikkannya

• Saluran Udara (Overhead Lines)

Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat

yang digantung pada isolator antara menara atau tiang transmisi

Keuntungan dari saluran transmisi udara antara lain:


3

1. Mudah dalam perbaikan

2. mudah dalam perawatan

3. mudah dalam mengetahui letak gangguan

4. Lebih murah

Kerugian dari saluran transmisi udara antara lain

1. Karena berada diruang terbuka, maka cuaca sangar berpengaruhterhadap

keandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan dari luar, seperti

gangguan hubungan singkat, gangguan tegangan bila tersambar petir, dan

gangguan lainnya.

2. Dari segi estetika/keindahan kurang, sehungga saluran transmisi bukan

pilihan yang ideal untuk transmisi di dalam kota

Pada transmisi saluran udara terdapat beberapa kompnen pendukung yang

penting yaitu

1. Penghantar

Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi

tegangan tinggi selalu tanpa pelindung isolasi kawat Ini hanya kawat

berbahan tembaga atau alumunium dengan inti baja (steel-reinforced

alumunium conduktor/ACSR) telanjang besar yang terbentang untuk

mengalirkan arus listrik

Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan antara lain:


4

1. Tembaga dengan konduktivitas 100% (cu 100%)

2. Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (cu 97,5%)

3. Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)

Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat

penghantar alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi.

Akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang

sama, tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu

kawat penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat

tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat alumunium, digunakan

campuran alumunium (alumunium alloy) Untuk saluran transmisi tegangan

tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, maka dibutuhkan kuat

tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR.

Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang

sebagai berikut:

1. AAC (All-Aluminum Conductor), yaitu kawat penghantar yang

seluruhnya terbuat dari alumunium.

2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar

yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu

kawatpenghantar alumunium berinti kawat baja

4. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat

penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.


5

2. Konstruksi Saluran Tiang Penyangga

Saluran transmisi dapat berupa saluran udara dan saluran bawah tanah,

namun pada umumnya berupa saluran udara Energi listrik yang disalurkan

lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang

sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antar kawat penghantar.

Dan untuk menyanggah/merentangkan kawat penghantar dengan ketinggian

dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat

penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh,

yang biasa disebut menara/tower. Antar menara/tower listrik dan kawat

penghantar disekat oleh isolator.

Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran

transmisi tegangan tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra

tinggi (SUTET yang paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah

dirakit terutama untuk permasangan didaerah pegunungan dan jauh dari jalan

raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan

saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah. Namun demikian

perlu pengawasan yang intensif, karena best- besinya rawan terhadap

pencurian, dimana pencurian besi-besi baja pads menara/tower listrik

mengakibatkan menara/tower listrik tersebut roboh sehingga penyaluran listrik

ke konsumen pun terganggu

Suatu menara tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja,

antara lain ;

- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan)


6

- Gaya tarik akibat rentangan kawat

- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun hadan tower.

3. Isolator

Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik berfungsi untuk penahan

bagian konduktor terhadap ground Isolator disini bisanya terbuat dari bahan

porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi sintetik juga sering digunakan

Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi untuk melindungi

kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar)

untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai

pertahanan fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan

apapun dan beban konduktor.

Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis

porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator

diklasifikasikan menjadi

a. Isolator jenis pasak

b. Isolator jenis pos-saluran

c. Isolator jenis gantung

Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada

saluran transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 22- 33kV),

sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi


7

rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan

kebutuhan contoh penggunaanya yaitu jika satu piring isolator untuk isolasi

sebesar 15 kV, jika tegangan yang digunakan adalah 150 kV, maka jumlah

piring isolatornya adalah 10 pringan.

4. Kawat Tanah

Kawat tanah atau "ground wires" juga disebut kawat pelindung (shield wires),

berfungsi untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat- kawat fasa

terhadap sambaran petir Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa. Kawat

tanah yang umum digunakan yaitu kawat baja (steel wires).

3.5 Sistem Proteksi

Sistem proteksi adalah suatu sistem pengamanan terhadap peralatan listrik,

yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi, dan

penyebab yang lainnya.

Dua fungsi utama proteksi, adalah:

1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian

sistem yang diamankannya

2. Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya

yang tidak mengalami gangguan dapat terus beroperasi

Syarat sistem proteksi


8

Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu

sistem proteksi yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. Sensitivity

Pada dasarnya suatu relay harus memiliki kepekaan yang sangat tajam dimana

relay harus dapat mendeteksi gangguan di kawasan pengamanannya walaupun

dalam kondisi rangsangan minimum.

2. Realtability

Pada keandalan pengaman ada 4 aspek, yaitu

a. Dependability

Yaitu tingkat kepastian bekerjanya (keandalan kemampuan

bekerjanya). Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan

bekerjanya (dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu),

tidak boleh gagal bekerja. Dengan lain perkataan dependebility-nya

harus tinggi.

b. Security

Yaitu pengaman harus benar dalam bekerja dan mendeteksi gangguan

agar tidak salah kerja. Salah kerja adalah pengaman bekerja yang

seharusnya pengaman tidak boleh bekerja. Sebagai contohnya

pengaman bekerja pada saat tidak terjadi gangguan apapun.

c. Availability
9

Availability adalah perbandingan antara waktu di mana pengaman

dalam keadaan siap kerja (actually in service) dan waktu total oprasinya

Pengaman harus benar-benar dalam posisi yang baik atau tidak rusak

agar dapat bekerja dalam keadaan gangguan.

d. Selectivity

Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu

sekecil mungkin yaitu hanya seksi yang terganggu saja yang menjadi

kawasan pengaman utamanya.

3.6 Distance Relai

Distance relay digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada

SUTT/SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Distance Relay bekerja

dengan mengukur besaran impedansi (Z) transmisi dibagi menjadi beberapa daerah

cakupan yaitu Zone-1, Zone-2, Zone-3, serta dilengkapi juga dengan teleproteksi (TP)

sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif di dalam daerah

pengamanannya.

3.7 Prinsip Kerja Distance Relay

Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang terlihat

dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik

terjadinya gangguan dapat di tentukan. Perhitungan impedansi dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:


10

Zf =Vf/If….

Dimana : Zf =Impedansi (ohm)

Vf =Tegangan (Volt)

If =Arus gangguan

Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan

yang terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan :

• Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai

maka relai akan trip.

• Bila harga impedansi ganguan lebih besar dari pada impedansi seting relai

maka relai akan tidak trip.

Menurut jenis gangguan pada sistem tenaga listrik, terdiri dari gangguan

hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dua fasa ke tanah dan satu fasa ke tanah. Relai jarak

sebagai pengaman utama harus dapat mendeteksi semua jenis gangguan dan kemudian

memisahkan sistem yang terganggu dengan systemyang tidak terganggu.

3.8 Gangguan pada Sistem Transmisi

Distance relay secara keseluruhan harus dapat menditeksi semua jenis

gangguan, baik gangguan antar fasa maupun gangguan satu fasa ke tanah, dengan batas

daerah pengananan yang benar. Pada dasarnya cara pengukuran impedansi sampai ke
11

titik gangguan oleh distance relay adalah dengan cara mengukur tegangan dan arus

yang terganggu, maka tegangan dan arus dari fasa yang terganggu masuk ke relay lah

yang digunakan untuk mengukur impedansi sampai ke titik gangguan tersebut.

Bila di tinjau dari macamnya, gangguan hubung singkat dapat dibedakan

menjadi:

a. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa (L-L-L)

Gambar 3.2 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa

Untuk gangguan tiga fasa seperti gambar 3.2. Didapat bahwa untuk

pengukuran jarak sampai ke titik gangguan adalah dengan mengukur tegangan fasa

dan arus fasa yang masuk ke relay. Pada saat terjadi gangguan tiga fasa yang simetris

maka amplitudo tegangan fasa VR, VS,VT turun dan beda fasa tetap 120 Derajat.

Impedansi yang di ukur distance relay pada saat terjadi gangguan hubung singkat tiga

fasa adalah sebagai berikut:

Vrelay = VR………………………..()
12

Irelay = IR

ZR = VR/IR…………………………()

Dimana ZR = Impedansi terbaca oleh relay

VR = Tegangan fasa ke netral

IR = Arus fasa

b. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa (L-L)

Gambar 3.3 gangguan dua fasa

Untuk gangguan dua fasa terlihat seperti Gambar 3.3. didapat bahwa

untuk pengukuran jarak sampai ke titik gangguan adalah dengan mengukur

tegangan antar fasa yang terganggu, dan selisih arus-arus yang terganggu yang

masuk ke relay. Maka pengukuran impedansi untuk hubung singkat antara fasa

S dan T adalah sebagai berikut:

V relai = VS – VT………………(3,4)
13

I relai = IS – IT………………...(3,5)

Sehingga,

ZR = ( VS – VT ) / ( IS – IT )…….(3.6)

Tegangan dan Arus Masukan Relay untuk Gangguan Hubung Singkat Dua

Fasa

Fasa yang Tegangan Arus

terganggu

R-S VR - VS IR - IS

S-T VS - VT IS - IT

T-R VT - VR IR - IT

Dimana :

VS = Tegangan pada fasa S

VT = Tegangan pada fasa T

VR = Tegangan pada fasa R

IR = Arus pasa fasa R

IS = Arus pasa fasa S

IT = Arus pasa fasa T


14

c. Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Tanah

Gambar 3.4. Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Tanah

Gangguan Hubung singkat fasa ke tanah dapat dilihat pada Gambar 3.4. Untuk

mengukur impedansi pada saat hubung singkat satu fasa ke tanah, tegangan yang

dimasukkan ke relay adalah tegangan yang terganggu, sedangkan arus fasa terganggu

di tambah arus sisa dikali faktor kompensasi.

Misalnya terjadi gangguan hubung singkat satu fasa R ke tanah, maka pengukuran

impedansi dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Tegangan pada relai ; Vrelai = VR

Arus pada relai ; Irelai = IR+KO. In


15

Arus netral ; In = IR+IS+IT

Kompensasi urutan nol:

KO-1/3((ZO-Z1)/Z1)………………..(3.7)

Z1-VR/(IR-KO.In)..............................(3.8)

Teganggan dan Arus Masukan relai untuk Gangguan Hubung Singkat Satu ke fasa

Tanah.

Fasa yang Tegangan Arus

terganggu

R-N VR IR + KO.In

S-N VS IS + KO.In

T-N VT IT + KO.In

Impedansi urutan nol akan timbul pada gangguan tanah Adanya KO adalah

untuk mengkompensasi adanya impedansi urutan nol tersebut. Sehingga impedansi

yang terukur menjadi benar.


16

3.9 Karakterist ik Relay Jarak

Karakteristik distance relay merupakan penerapan langsung dari prinsip dasar

distance relay. Berikut adalah beberapa karakteristik distance relay:

3.9.1 Karakteristik Impedansi

Karakteristik impedansi digambarkan seperti gambar 3.5. Ciri-cirinya

• Merupakan lingkaran dengan titik pusat ditengah-tengahnya, sehingga

mempunyai sifat non directional Untuk diaplikasikan sebagai pengaman SUTT

perlu ditambahkan directional relay

• Mempunyai keterbatasan mengantisipasi gangguan tanah high resistance

Gambar 3.5 Karakteristik impedansi

3.9.2 Karakteristik Mho

Karakteristik mho digambarkan seperti Gambar 3.6, Ciri-cirinya ;

• Titik pusat di geser sehingga pempunyai sifat directional


17

• Mempunyai keterbatasan untuk mengantisipasi gangguan tanah high residence

Gambar 3.6 Karakteristik mho

3.9.3 Karakteristik Reaktansi

Karakteristik reaktansi digambarkan seperti Gambar 3.7. Ciri-cirinya :

• Karakteristik reaktansi pempunyai sifat non directional.untuk aplikasi di

SUTT, perlu ditambah directional relay

• Dengan setting jangkauan resistif cukup besar, maka distance relay dapat

mengantisipasi gangguan tanah dengan high resistance.

Gambar 3.7. Karakteristik reaktansi


18

3.9.4 Karakteristik Quadrilateral

Karakteristik quadrilateral digambarkan seperti gambar 3.8.Ciri-cirinya :

• Karakteristik quadrilateral meerupakan kombinasi dari 3 macam komponen

yaitu reaktansi, impedansi, dan resitansi.

• Dengan setting jangkauan resistif cukup besar, maka karakteristik relay

quadrilateral dapat mengantisipasi ganggguan tanah dengan high resistance.

• Umumnya kecepatan relay lebih lambat.

Gambar 3.8. Karakteristik quadrilateral

3.9.5 Distance Relay dengan Tiga Tingkat Pengamanan

Distance relay selain dapat digunakan sebagai proksi utama, dapat juga digunakan

sebagai proteksi cadangan untuk saluran transmisi yang berdekatan. Daerah kerja

distance relay pada umumnya dibagi menjadi tiga zone yang dikoordinasikan dengan
19

zone proteksi saluran transmisi pada seksi berikutnya agar tidak terjadi overlapping.

Berikut adalah pemagian zona pada distance relay:

• Zone 1

Merupakan daerah proteksi utama. Pada daerah ini distance relay

bekerja seketika (instantaneous), tanpa adanya perlambatan waktu. Batas zone

1 ini yaitu dari lokasi distance relay sampai 80% panjang saluran transmisi

• Zone 2

Merupakan daerah proteksi cadangan dari zone 1, dengan daerah

bekerja meliputi seluruh daerah pada saluran pertama ditambah dengan 20%

daerah yang berada setelah bus depan. Dengan kata lain 100% panjang saluran

berikutnya ditambah 20% panjang saluran sebelumnya, berarti daerah proteksi

distance relay sampai 120% panjang saluran transmisi. Reaksi distance relay

ini mengalami perlambatan waktu, karena daerah ini adalah daerah cadagan

zone 1

Setting zone 2 ini biasanya diseting mencakup hingga beberapa bagian

saluran depan kedua Impedansi setting zone 2 ini yakni 100% saluran depan

ditambah 20% saluran depan kedua. Prinsip penyetelan rele pada zona 2 yakni:

Zone-2 min = 1,2 . ZL1……………… (3.9)

Zone-2 max = 0,8 (Z L1 + 0,8 . Z L2)……….(3.10)

Dengan
20

ZL, = Impedansi saluran yang diamankan

ZL2 = Impedansi saluran berikutnya yang terpendek

Waktu kerja relai t2= 0.4 s/d 0.8 dt.

• Zone 3

Merupakan daerah proteksi cadangan dari zone 2, dengan daerah

meliputi seluruh daerah pada saluran pertama dan kedua ditambah 20%

panjang saluran ketiga. Dengan kata lain zone 3 ini bekerja mengamankan

220% dari panjang saluran pertama Dikarenakan fungsinya sebagai cadangan

dari zone 2, maka perlambatan waktunya lebih besar daripada zone 2

selain zone 1, zone 2, dan zone 3, biasanya rele jarak juga memiliki

daerah (e) pembalikan arah daerah ketiga (one 3 reversed). Zone 3 reversed ini

berfungsi untuk menutupi kelemahan pada zone 3, dikarenakan zone ini mudah

terpengaruh jika sistem mengalami kondisi ayunan daya (power wong).

Kondisi mengakibatkan nilai impedansi pada saat behan lebih mendekati nila

impedan stat gangguan sehingga rele jarak dapat bekerja. Oleh sebab itu,

dengan adanya zone 3 reversed, maka rele jarak tidak bekerja apabila terjadi

ayunan daya (power swing) Namun untuk distance relay yang sering

digunakan saat ini, come 3 reverse sudah tsäak digunakan lagi Karena prinsip

proteksi saat ini, distance relay hanya melindungi daerah yang berada di

depannya saja.
21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Spesifikasi Relai Distance

Dalam melakukan pengujian tentu diperlukan alat-alat adapun spesifikasi alat yang

digunakan sebagai berikut. Relay distance pada GI Cigereleng Bay Lagadar 2 seperti Gambar

4.1

Merk = Schneider Elektrik

Type = Miqom P443

Ratio CT = 800/5

Ratio PT = 150/0,1

No. Series = 39623865/08/17

Gambar 4.1 Relay Distance Lagadar 2 GI Cigereleng


22

4.2. Pengujian Relay Distance

4.2.1 Persiapan Alat

Menyiapkan peralatan

a) Alat Uji Injeksi dan kabel accesories. (Omicron CMC 356)

b) Data loader.

c) Avo Meter

d) Tool set

e) Tang Ampere (bila diperlukan)

f) Perlengkapan K3

g) Kabel rol.

Menyiapkan Material

a) Lap majun

b) Kuas

c) Contact Cleaner.

d) Tagging.

4.2.2 Pemasangan

1. Tandai daerah aman dengan berbahaya dengan menggunakan tagging

2. Menyiapkan power supply 220 Volt


23

3. Untuk supply DC 110 V pada relay dapat dilakukan dengan memasang test plug

MMLG 01 yang telah di jumper pada nomor 13-14 dan 15-16 disesuaikan

dengan fasilitas yang ada

4.3 Pelaksanaan Pengujian

Sebelum melakukan pengujian diadakan briefing yang dipimpin oleh pengawas

pekerjaan yang memaparkan :

a. Telah dilakukan manuver dan memastikan bahwa sudah tidak ada tegangan pada

switchyard oleh petugas manuver

b. Menjelaskan pembagian pekerjaan oleh pengawas pekerjaan

c. Memastikan dan mengingatkan mengenai pentingnya K3 oleh pengawas K3

d. Berdoa sebelum memulai pekerjaan

4.4. Uji Individu

a) Pastikan SOTF dalam keadaan tidak aktif dengan mengubah kode biner pada

relay, yaitu mengubah mode setting pada menu distace scheme, lalu SOTF/TOR

mode dari 000000111000 menjadi 000000000000

b) Pastikan switch autoreclose dalam keadaan tidak aktif blok

c) Menghubungkan alat uji CMC 356 dengan power supply, pasang juga ground-

nya, serta communicator portyang berfungsi sebagai koneksi antara laptop

dengan alat uji menggunakan kabel UTP/ethernet seperti Gambar 4.2.


24

Gambar 4.2 Port Power supplay,ground,dan Communicator

d) Menghubungkan wiring arus dan tegangan pada alat uji ke terminal test plug

MMLG 01 seperti Gambar 4.3 yang telah disiapkan dengan ketentuan :

• Hubungkan terminal voltage output pada CMC 356 ke test plug nomor

2, 4, 6, 8 dengan urutan phasa R, S, T, dan N

• Hubungkan terminal current output pada CMC 356 ke test plug nomor

22, 24, 26, 28 dengan urutan phasa R, S, T, dan N.

• Hubungkan terminal Aux. DC pada CMC 356 ke test plug nomor 14 dan

16.

• Hubungkan terminal Binay analag input pada CMC 356 ke rest plug

nomor 18 dan 20
25

Gambar 4.3 Terminal pada alat uji CMC 356

Gambar 4.4 Alat uji CMC 356

e) Pastikan semua telah terkoneksi dengan baik lalu nyalakan alat uji dengan

menekan switch power seperti pada Gambar 4.5


26

f) Buka program Test Universe Start Page V2.40 SR1 Maka akan tampil seperti

Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Tampilan program Test Universe Start Page V2.40

g) Lalu pilih Test Set Association untuk komunikasi antara alat uji omicron P356

dengan PC/Laptop. Lalu pada menu IP Configuration, pastikan anda memilih

"obtain IP address automaticaly seperti pada Gambar 4.7. lalu klik menu "associate"

Gambar 4.7 Tampilan IP Configuration

h) Tunggu hingga ada perintah untuk menekan tombol "associate" pada bagian

belakang alat uji.


27

i) Sebelum melakukan pengujian, alat uji perlu di setting agar sesuai dengan setting

pada distace relay Setting alat uji agar sesuai dengan distance relay pada menu

"distance" lalu "advanced distance" seperti Gambar 4.8

Gambar 4.8 Menu Setting Alat uji

j) Maka akan muncul tampilan seperti Gambar 4.9


28

Gambar 4.9 Menu advance distance

k) Kemudian klik menu "Test Object Parameter". Maka akan muncul seperti gambar

4.10. lalu klik file kemudian import Maka akan muncul seperti Gambar 4.11.
29

Gambar 4.10 Tampilan test object

Gambar 4.11 Tampilan pada menu import

l) Lalu klik menu "PTL Folder", maka akan muncul bermagai macam merk dari relay

Pilih merk relay yang sesuai dengan relay yang akan di uji yaitu "ALSTOM

Kemudian masukan juga tipe dari relay yaitu "P442" lalu "OK".

m) Lalu akan muncul folder setting relay seperti Gambar 4.12 File PTL pada Gambar

4.12 merupakan setting default relay sebelum mengalami perubahan

n) Setelah itu masukan nilai dari setting distance relay pada Gambar 4.12
30

Gambar 4.12 Setting distance relay

Pada setting distance relay yang paling perlu di perhatikan adalah besaran

impedansi dan waktu dari setiap zone Pada distance relay MICOM P443 pada Bay

Lagadar 2 GI Cigereleng, setting yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Z₁ = W

• Z2 = W

• Z3 = W

• tZ1 = s

• tZ2 = s

• tZ3 = s

o) langkah selanjutnya adalah mengeset kontak arus, kontak tegangan, dan kontak trip

dengan cara klik menu "Hardware Configuration Kemudial muncul menu seperti
31

Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Tampilan menu hardware Configuration

p) Lalu atur kontak arus dan tegangan dengan klik "default". Maka akan muncul

tampilan seperti Gambar 4.14.


32

Gambar 4.14 Pengaturan kontak arus dan tegangan

q) Pilih kontak arus dan tegangan yang menggunakan masing-masing tiga kontak dan

satu netral. lalu atur kontak trip, dengan klik menu "Binery/ Digital Input". Kita bisa

mengatur kontak trip sesuai dengan rangkaian alat uji kemudian klik "OK"

r) Setelah setting di input, dilakukan lakukan pengujian pada menu "ceck test" dan

"search test". Ceck test adalah pengujian untuk mengetahui waktu trip pada setiap

zone. Sedangkan search test adalah pengujian untuk megetahui nilai dari impedansi

pada setiap zone.

s) Pengujian dilakukan dengan memilih ganguan phasa apasaja yang akan di uji. Baik

satu persatu maupun banyak ganguan phasa sekaligus seperti pada Gambar 4.15
33

Gambar 4.15 Tampilan memilih gangguan pada phasa

t) Lalu klik "start" untuk memulai pengujian. Hingga muncul tampilan

seperti Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Tampilan pengujian relay


34

u) Tunggu hingga proses selesai 100%

v) Setelah itu dapat dilihat hasil pengujian

4.5 Uji Fungsi

Setelah ut individu dinyatakan telah benar, maka di lakukan uji fungsi dengan langkah

langkah sebagai berikut

a) Pastikan SOTF dalam keadaan aktif dengan mengubah kodi biner pada relay dari

000000000000 menjadi 000000111000

b) Pastikan switch matoreclose dalam keadaan aktif

c) Koordinasikan dengan pengawas pekerjaan dan pengawas manuver untuk

melakukan simulasi PMT operasi

d) Lalu masukan PMT secara remote panel dan koordinasikan dengan engineer yang

berada di switchyard bahwa PMT akan di uji

e) Menghubungkan alat uji CMC 356 dengan power supply, pasang juga groundnya,

serta communicator port

f) Menghubungkan wiring arus dan tegangan pada alat uji ke terminal est plug MMLG

01 yang telah disiapkan dengan ketentuan

• Hubungkan terminal voltage output pada CMC 356 ke lest plug nomor 2.4,

6, 8 dengan urutan phasa R, S, T, dan N

• Hubungkan terminal current output pada CMC 356 ke lest plug nomor 22,

24, 26, 28 dengan urutan phasa R, S, T. dan N.

• Hubungkan terminal Aux DC pada CMC 356 ke test plug nomor 14,dan 16.
35

• Lepas terminal Binay/Analog pada CMC 356 ke test plug nomor 18 dan 20

yang digunakan pada uji individu sebelumnya

• Jumper nomor 17-18 dan 19-20 pada test plug untuk menghubungkan

dengan PMT

g) Uji fungsi ini di lakukan setelah uji individu, maka alat uji dan sering, sudah

terpasang dan dapat bekerja sesuai fungsinya

h) Sebelum melakukan injeksi, harus berkoordinasi dengan yang berada di switchyard

untuk memastikan bahwa pengujian aman untuk dilakukan

i) Pengujian dilakukan dengan memilih pada phasa mana gangguan akan dikerjakan

contohnya phasa-netral. Setelah itu lakukan injeksi

j) Lalu lihat apakah LED phasa yang mengalami gangguan, seperti trip dan alarm pada

relay menyala Lalu apakah lampu indikator pada announciator menyala. Serta

apakah PMT yang berada pada switchyard bekerja.

k) Lalu catat parameter yang terjadi pada blangko yang tersedia

l) Setelah itu reset relay dan lock out.

m) Lakukan pengujian kembali dengan gangguan yang sama pada fasa lain

n) Lalu lihat apakah LED phasa yang mengalami gangguan, seperti trip dan alarm pada

relay menyala. Lalu apakah lampu indikator pada announciator menyala. Serta

apakah PMT yang berada pada switchyard bekerja

o) Lalu catat parameter yang terjadi pada blangko yang tersedia.

p) Lalu reset relay dan lock out.


36

q) Pengujian selesai di lakukan

4.7 Penyelesaian Pengujian

a) Pastikan SOTF dalam keadaan aktif dengan mengubah kode biner pada relay dari

000000000000 menjadi 000000111000,

b) Pastikan autoreclose dalam keadaan aktif

c) Lepaskan test plug yang sebelumnya untuk pengujian dan tutup kembali test plug pada

panel proteksi.

d) Memeriksa dan membersihkan terminal kabel serta panel dengan menggunakan kain

majun dan Contact Cleaner.

e) Tutup kembali panel serta terminal

f) kabel Mengemas peralatan kerja

g) Tandai daerah aman dengan daerah yang berbahaya dengan menggunakan tagging.

h) Membersihkan lokasi pekerjaan

i) Pekerjaan selesai.

Anda mungkin juga menyukai