Anda di halaman 1dari 22

Sistem Tenaga Listrik minggu III

Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat-pusat listrik yang

diinterkoneksi satu dengan lainnya melalui transmisi atau distribusi untuk memasok

ke beban atau dari satu pusat listrik dimana mempunyai beberapa unit generator
[1]
yang diparalel . Karena pusat listrik berada jauh dari pusat beban, maka

diperlukan tegangan tinggi dalam proses transmisinya, supaya pasokan tenaga

listrik tetap stabil terutama tegangan dan frekuensi.

Adapun sistem kelistrikan di Jawa adalah sebagai berikut:

 Tegangan Ekstra Tinggi : 500 kV

 Tegangan Tinggi : 150 kV

 Tegangan Menegah : 20 kV

 Tegangan Rendah : 380 – 220 V

Penurunan tegangan dimulai dari gardu induk bertenaga besar, dimana

tegangan diturunkan ke daerah sebesar 150kV. Untuk beberapa pelanggan industri

besar sudah dapat dipasok dari tegangan 150kV ini. Penurunan tegangan

selanjutnya terjadi di gardu induk distribusi primer, tegangan yang digunakan

adalah sebesar 20kV untuk tegangan 3 fasa dan 11,5kV untuk tegangan 1 fasa.

Sebagian besar beban untuk industri dicatu dengan sistem distribusi primer, yang

mencatu transformator distribusi. Transformator ini menyediakan sisi sekunder

tegangan rendah untuk mensuplay rumah tangga, dengan tegangan yang

dikeluarkan sebesar 380V untuk 3 fasa dan 220V untuk 1 fasa [2].
2.1.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Jaringan distribusi tenaga listrik adalah jaringan tenaga listik yang memasok

kelistrikan ke beban (pelanggan) mempergunakan tegangan mengengah 20kV dan

tegangan rendah 220/380V [1]. Jaringan distribusi dengan tegangan menengah 20kV

disebut jaringan distribusi primer, dimana jaringannya mempergunakan, antara

lain:

 Saluran kabel tegangan menengah (SKTM), mempergunakan kabel XLPE.

 Saluran udara tegangan menengah (SUTM), mempergunakan kawat A3C,

A2C, ACSR atau twisted cable.

Jaringan distribusi dengan tegangan rendah 220/380V disebut jaringan

distribusi sekunder, dimana jaringannya mempergunakan kabel lilit (twisted cable).

Dan sumber kelistrikannya diperoleh dari gardu distribusi (gardu beton, gardu

cantol, gardu portal) .

Sistem distribusi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem distribusi primer dan
[1]
sistem distribusi sekunder . Kedua sistem tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Sistem Distribusi Primer

Sistem distribusi primer merupapak sistem yang terletak pada sisi primer trafo

distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (G.I.) dengan titik primer

trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV

atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan , bisa disebut jaringan distribusi.

Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari

gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat mengguna kan saluran
udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang

diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan

sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.

2. Sistem Distribusi Sekunder

Sistem distribusi sekunder merupakan sistem yang terletak pada sisi

sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju

beban. Sistem tegangan rendah ini langsung akan dihubungkan kepada

konsumen/pemakai tenaga listrik.

2.1.2 Topologi Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi adalah jaringan yang menyalurkan listrik dari gardu

induk distribusi menuju ke pusat beban. Saluran distribusi ini direntangkan

sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat

bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer sebagai berikut [1]:

1. Jaringan Distribusi Radial


Disebut jaringan radial apabila dari titik sumber menuju ke titik beban

hanya ada satu saluran (line) dan tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk

jaringan ini adalah yang paling dasar dan sederhana karena hanya ditarik satu

garis dari titik sumber dan kemudian dicabang-cabang. Catu daya berasal dari

satu titik sumber dan karena adanya pencabangan-pencabangan tersebut,

maka arus beban yang mengalir sepanjang saluran menjadi tidak sama besar.

Spesifikasi jaringan radial adalah sebagai berikut:

1) Bentuknya sederhana.

2) Biaya investasinya relatip murah.

3) Kualitas pelayanan dayanya relatip jelek, karena rugi tegangan dan


rugi daya yang terjadi pada saluran relatip besar.

4) Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara titik

sumber dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran

tersebut mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik

gangguan akan mengalami "black out" secara total.

Untuk melokalisir gangguan, pada bentuk radial ini biasanya

diperlengkapi dengan peralatan pengaman berupa fuse, sectionaliser,

recloser, atau alat pemutus beban lainnya, tetapi fungsinya hanya membatasi

daerah yang mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran

sesudah/dibelakang titik gangguan, selama gangguan belum teratasi.

Gambar 2.1 Jaringan Distribusi Radial [7]

2. Jaringan Distribusi Ring (Loop)


Disebut jaringan distribusi ring (loop) apabila di titik beban terdapat dua

alternatif sumber dan jaringan ini berbentuk tertutup. Susunan rangkaian

penyulang membentuk ring, yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua

arah penyulang, sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas

dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran

menjadi lebih kecil.


Bentuk loop ini ada 2 macam, yaitu [7]:

1) Bentuk open loop

Bila diperlengkapi dengan normally-open switch, dalam keadaan

normal rangkaian selalu terbuka.

2) Bentuk close loop

Bila diperlengkapi dengan normally-close switch, yang dalam

keadaan normal rangkaian selalu tertutup.

Pada tipe ini, kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya lebih baik,

tetapi biaya investasinya lebih mahal, karena memerlukan pemutus

beban yang lebih banyak. Bila digunakan dengan pemutus beban yang

otomatis (dilengkapi dengan recloser),maka pengamanan dapat

berlangsung cepat dan praktis, dengan cepat pula daerah gangguan segera

beroperasi kembali bila gangguan telah teratasi. Dengan cara ini berarti

dapat mengurangi tenaga operator. Bentuk ini cocok untuk digunakan

pada daerah beban yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.

Gambar 2.2 Jaringan Distribusi Ring (Loop) [7]


2.1.3 Gangguan Sistem Distribusi
A. Gangguan Beban Lebih

Gangguan beban lebih bukan merupakan gangguan murni, tetapi bila

dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang

teraliri arus gangguan tersebut. Karena arus yang mengalir melebihi dari

kepastian peralatan listrik dan pegaman ang terpasang melebihi kapasitas

peralatan, sehingga saat beban melebihi pengaman tidak trip.

B. Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat, dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa)

atau 1 fasa ke tanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.

1. Gangguan Permanen

Salah satu contoh gangguan permanen adalah gangguan hubung

singkta, yang bisa terjadi pada kabel atau belitan transformator tenaga

yang disebabkan karena arus gangguan hubung singkat melebihi

kapasitasnya, sehingga penghantar menjadi panas yang dapat

mempengaruhi isolaso atau minyak transformator, sehingga isolasi

tembus.

Pada generator yang disebabkan adanya gagguan hubung singkat

atau pembebanan yang melebihi kapasitas. Sehingga rotor memasok arus

dari eksitasi berlebih yang dapat menimbulkan pemanasan yang dapat

merusak isolasi tembus.


Disini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang

permanen. Peralatan yang terganggu tersebut, baru bisa dioperasikan

kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti.

2. Gangguan Temporer

Salah satu contoh gangguan temporer adalah flashover. Flashover

terjadi karena sambaran petir (penghantar terkena sambaran petir),

flashover dengan pohon, penghantar tertiup angin yang dapat

menimbulkan gangguan antar fasa atau penghantar fasa menyentuh pohon

yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ke tanah. Gangguan ini yang

tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada

kerusakan yang permanen.

Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya

circuit breaker oleh relay pengamannya, peralatan atau saluran yang

terganggu terseut siap dioperasikan kembali.

Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan dengan cara

sebagai berikut:

1) Termis atau pemanasan berlebih pada peralatan listrik yang

dilalui oleh arus gangguan dapat merusak peralatan listrik.

Dimana kerusakan akibat arus gangguan tergantung pada besar

dan lamanya arus gangguan.

2) Mekanis atau gaya tarik-menarik/tolak-menolak pada penghantar

fasa yang terganggu karea adanya frekwensi elektris yang dapat

menimbulkan frekuensi mekanis.


2.1.4 Pemutus Balik Otomatis ( PBO )

Gambar 2.3 Pemutus balik otomatis [8]

Recloser atau disebut juga sebagai Penutup Balik Otomatis(PBO) adalah

alat perlindungan arus lebih berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis

ketika terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu

kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali

bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan.Apabila kerja

recloser tidak kembali menutup, maka terjadi gangguan permanen.

Karakteristiknya PBO yang terpenting dalam pemakaianya :

1. Penggunaan sebagai pengaman saluran udara tegangan menengah dari

arus hubung singkat di jaringan dan terpasang setelah PMT out going

penyulang 20 KV;

2. Maksimum dalam mengamankan jaringan 20 KV dari gangguan yang

luas atau memperkecil radius pemadaman akibat gangguan.

Sistem monitoring recloser ini merupakan simulasi dari monitoring yang

sebenarnya.
Alat monitoring tersebut memonitoring dan mengukur besaran arus yang

berkaitan dengan arus yang dihantarkan pada 1 feeder saat bekerja. Seperti yang di

ketahui, saat recloser bekerja, pusat informasi harus mengetahui keadaan-keadaan

recloser tersebut bagaimana.

Alat monitoring recloser ini, mengirimkan beberapa hasil pembacaan

besaran dari sensor yang kemudian dikirimkan sebagain input dari mikrokontroller,

yang selanjutnya akan diproses selanjutnya oleh mikrokontrollernya. Alat ini

menggunakan processor mikrokontroller yaitu Arduino Mega 2560

2.1.5 Pemutus Tenaga ( PMT )

Gambar 2.4 Pemutus Tenaga ( PMT ) [8]


Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu
tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan
seperti kondisi short circuit / hubung singkat. Fungsi utamanya adalah sebagai
alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta
mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan ( hubung singkat )
pada jaringan atau peralatann lain.

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Rangkaian listrik pada umumnya memiliki tiga jenis beban yaitu Resistor
(R), Kapasitor (C), dan Induktor (L). Setiap beban memiliki karakteristik yang
berbeda. Apabila rangkaian listrik dialiri arus bolak-balik (AC), maka besar
hambatannya adalah

𝑋𝐿 = 𝑗𝜔𝐿................................................................................. (2.1)

𝑗
𝑋𝐶 = − ............................................................................... (2.2)
𝜔𝐶

Pada Kapasitor arus (i) akan mendahului (leading) terhadap tegangan (V).
hal ini sesuai persamaan (2.3).

VC
i  jCV  CV 900.......................................................................... (2.3)
C C C
C

Sedangkan pada induktor, arus (i) akan tertinggal (lagging) terhadap


tegangan (V). Hal ini sesuai dengan persamaan (2.4).

VL 0 
iL  jVLL     90 .......................................................... (2.4)

7
L

Untuk memperbaiki atau mengkompensasi tegangan terendah agar pada


tegangan pada sisi penerima diusahakan tetap maka ada solusi cara yang dapat
dilakukan seperti:

1. Penggunaan capasitor bank.

2. Transformator tap changing.

3. Penambahan eksitasi pada generator.

Pada rangkaian listrik terdapat 3 macam daya yaitu daya komplek (S), daya
aktif/nyata (P), dan daya reaktif (Q). adapun hubungan untuk 3 macam daya adalah
sebagai berikut:

S  P  jQ

S = Daya kompleks dengan satuan (VA)

P = Daya nyata dengan satuan Watt (W)

Q = Daya reaktif dengan satuan (VAR)

Besar P dan Q dapat dinyatakan dalam persamaan S, yaitu:

P  S cos  S cos(v i )


Q  S sin  S sin(v i )

cos  power factor

Power factor merupakan suatu konstanta pengali dengan nilai antara 0


sampai 1, yang menunjukkan seberapa besar daya nyata dapat diserap oleh beban
resistif dari daya kompleks yang ada pada suatu beban total.

Pengaruh variasi beban pada suatu sistem tenaga listrik berkaitan langsung
dengan drop tegangan pada sisi penerima hal ini dapat dijelaskan dengan diagram
di bawah ini.

8
Gambar 2.1 Diagram Vektor untuk Beban Induktif

Gambar 2.2 Diagram Vektor untuk Beban Kapasitif

Dimana :

E = 𝑉𝑡 + 𝑖(𝑅 + 𝑗𝑋)

E = Tegangan Induksi

Vt = Tegangan

R = Hambatan

X = Hambatan baban kapasitif atau induktif

2.2 Konsep Aliran Daya Optimal Pada Sistem Tenaga Listrik

9
Studi Aliran Daya

Dalam kondisi normal study aliran daya dapat digunakan untuk


menentukan beberapa nilai dari variable beberapa diantaranya adalah nilai dari daya
aktif, daya reaktif, dan juga arus pada setiap bus pada sistem tenaga listrik. hal ini
sangat dibutuhkan guna melakukan evaluasi kerja dari sistem tenaga listrik dan
menganalisis kondisi pembangkitan dan juga pembebanan. Dalam hal ini analisis
dalam keadaan normal dan darurat sangat dibutuhkan, fungsi dari OPF adalah
untuk mengevaluasi kinerja sistem yang sudah ada dan juga dapat diunakan untuk
perencanaan pengembangan suatu sistem tenaga listrik yang akan mendatang.

Didalam studi aliran daya, bus – bus dibagi dalam 3 macam, yaitu :

1. Slack bus atau swing bus atau bus referensi


Jika memperhatikan daya sumber dan daya beban, teorema
Tellegen tidak akan terpenuhi karena masih adanya daya keluar
dari rangkaian yang tidak diketahui yaitu daya yang diserap oleh
saluran dan transformator. Oleh karena itu, untuk keperluan
analisis, jika tegangan semua bus-beban diketahui, baik melalui
dugaan perhitungan maupun ditetapkan, tegangan bus-generator
juga harus dapat ditetapkan, maka ada satu bus yang dibiarkan
mengambang; bus mengambang ini disebut slack bus yang
berfungsi sebagai simpul sumber bebas (dalam analisis rangkaian
listrik) yaitu sumber atau bus generator yang memberikan tegangan
sesuai dengan permintaan dari sistem. Dengan cara ini maka
teorema Tellegen akan bisa terpenuhi.
2. Voltage controlled bus atau Gen bus
Bus-generator (generator bus), yaitu bus dimana generator
dihubungkan melalui transformator. Daya yang masuk dari
generator ke bus-generator ke-i(bus nomer i) dinyatakan sebagai
𝑆𝐺𝑖 = 𝑃𝐺𝑖 + 𝑗𝑄𝐺𝑖 ............................................................ (2.5)

Dari bus ke-i ini, Disini daya akan mengalir di dua tempat
pertama mengalir menuju ke beban yang kedua menuju ke saluran

10
transmisi dimana daya akan mengalir ketempat yang paling jauh
dari bus generator. Daya yang langsung menuju beban dinyatakan
dengan
𝑆𝐵𝑖 = 𝑃𝐵𝑖 + 𝑗𝑄𝐵𝑖. ......................................................... (2.6)

Dalam hal ini daya yang menuju saluran transmisi di bus-i ini
menjadi
𝑆𝑖 = 𝑃𝑖 + 𝑗𝑄𝑖 = 𝑆𝐺𝑖 − 𝑆𝐵𝑖........................................... (2.7)

11
3. Load bus atau bus beban.
Bus-beban (load bus), yaitu bus yang tidak terhubung ke
generator tetapi terhubung hanya ke beban. Dari bus-beban ke-j
(nomor bus j) mengalir daya menuju ke beban sebesar 𝑆𝐵𝑗. Dari
saluran transmisi masuk kedalam bus-beban dan daya mengalir
dari bus – beban dengan tanda negatif jadi daya yang keluar dari
bus-beban ke-j adalah sebesar
𝑆𝑗 = − 𝑆𝐵𝑗..................................................................... (2.8)

Ada dua macam besaran dalam setiap bus dan ada dua besaran yang
didapatkan dari perhitunngan besara besaran yang ditentukan, nilai besaran yang
ditentukan itu adalah sebagai berikut :

1. Slack bus; harga skalar |𝑽| dan sudut fasanya θ.


2. Voltage controlled; daya nyata P dan harga skalar tegangan
|𝑽|.
3. Load bus; daya nyata P dan daya reaktif Q
Slack bus memiliki fungsi yaitu menyuplai kekurangan dari daya
aktif/nyata P dan daya reaktif Q pada sistem, rugi rugi transmisi juga termasuk,
dalam hal ini rugi rugi daya baru bisa diperoleh ketika penyelesaian akhir sudah
diketahui.

Pembentukan Persamaan Jaringan

Persamaan-persamaan yang berlaku dalam jaringan sistem tenaga listrik


dapat dibentuk dengan berbagai macam cara. Metode yang paling banyak
digunakan dalam analisa sistem tenaga adalah metode simpul tegangan.
Pembentukan persamaan-persamaan simpul tegangan dilakukan dengan melakukan
konversi dari jaringan impedansi (Z) menjadi jaringan admitansi (Y), dengan
terbentuknya jaringan admitansi maka analisa arus melalui persamaan-persamaan
simpul tegangan menjadi lebih mudah.

Untuk analisa simpul tegangan persamaan daya yang terbentuk merupakan


fungsi dari arus yang mengalir pada tiap elemen yang terdapat pada jaringan sistem
tenaga, sehingga jika elemen arus diketahui maka semua persamaan daya dapat

12
diselesaikan. Pada sistem tenaga listrik besaran daya lebih dapat diketahui dari pada
besaran arus, maka dalam analisa sistem tenaga persamaan-persamaan simpul yang
terbentuk sering disebut sebagai persamaan-persamaan aliran daya. Persamaan-
persamaan tersebut merupakan persamaan tidak linier dan harus diselesaikan
dengan metode yang sesuai.

jG1 j12 jG2

1 2

j13 j23

j34
4

Gambar 2.3 Sistem tenaga listrik 4 bus

Pembentukan persamaan-persamaan arus pada Gambar 2.3 dapat


dilakukan dengan melakukan konversi besaran impedansi ke besaran admitansi
sebagai manipulasi. Setelah melakukan beberapa manipulasi jaringan listrik, maka
akan didapatkan bentuk jaringan admitasi seperti tampak pada Gambar 2.4 berikut:

jyG1 jyG2
jy12
1

jy13 jy23

3
jy34
4

Gambar 2.4 Diagram admitansi untuk sistem tenaga listrik Gambar 2.3

13
Berdasarkan Hukum Kirchoff Arus impedansi-impedansi diubah ke
admitansi-admitansi, yaitu:

1 1
𝑦𝑖𝑗 = 𝑍𝑖𝑗
=
𝑟𝑖𝑗 + 𝑗𝑥𝑖𝑗
............................................................................ (2.9)

Rangkaian Gambar 2.3 digambar kembali seperti Gambar 2.4 dalam


besaran admitansi-admitansi dan transformasi menjadi sumber arus. Dengan
menerapkan Hukum Arus Kirchoff antara simpul-simpul menghasilkan.

𝐼1 = 𝑦10𝑉1 + 𝑦12(𝑉1 − 𝑉2) + 𝑦13(𝑉1 − 𝑉3)

𝑌22 = 𝑦20 + 𝑦12 + 𝑦23

𝑌33 = 𝑦13 + 𝑦23 + 𝑦34

𝑌44 = 𝑦34

𝑌21 = 𝑌12 = −𝑦12

𝐼2 = 𝑦20𝑉2 + 𝑦12(𝑉2 − 𝑉1) + 𝑦23(𝑉2 − 𝑉3)

0 = 𝑦23(𝑉3 − 𝑉2) + 𝑦13(𝑉3 − 𝑉1) + 𝑦34(𝑉3 − 𝑉4)

0 = 𝑦23(𝑉3 − 𝑉2)

Dengan menyusun persamaan diatas, menghasilkan:

𝐼1 = (𝑦10 + 𝑦12 + 𝑦13)𝑉1 − 𝑦12𝑉2 − 𝑦13𝑉3

𝐼2 = −𝑦12𝑉1 + (𝑦20 + 𝑦12 + 𝑦23)𝑉2 − 𝑦23𝑉3

0 = −𝑦13𝑉1 − 𝑦23𝑉2 + (𝑦13 + 𝑦23 + 𝑦34)𝑉3 − 𝑦34𝑉4

0 = −𝑦34𝑉3 + 𝑦34𝑉4

dengan:

𝑌11 = 𝑦10 + 𝑦12 + 𝑦13

𝑌13 = 𝑌31 = −𝑦13

14
𝑌23 = 𝑌32 = −𝑦23

𝑌34 = 𝑌43 = −𝑦34

Persamaan arus pada simpul menjadi:

𝐼1 = 𝑌11𝑉1 + 𝑌12𝑉2 + 𝑌13𝑉3 + 𝑌14𝑉4

𝐼2 = 𝑌21𝑉2 + 𝑌22𝑉2 + 𝑌23𝑉3 + 𝑌24𝑉4

𝐼3 = 𝑌31𝑉1 + 𝑌32𝑉2 + 𝑌33𝑉3 + 𝑌34𝑉4

𝐼4 = 𝑌41𝑉1 + 𝑌42𝑉2 + 𝑌43𝑉3 + 𝑌44𝑉4

Pada jaringan diatas, karena tidak ada hubungan antara bus 1 dan 4, maka
𝑌14 = 𝑌41 = 0, dan 𝑌24 = 𝑌42 = 0.

Algoritma penyusunan matrik untuk persamaan persamaan arus sebagai


berikut :

𝐼1 𝑌11 𝑌12 ⋯ 𝑌1𝑖 ⋯ 𝑌1𝑛 𝑉1


𝑌21 𝑌22 ⋯ 𝑌2𝑖 ⋯ 𝑌2𝑛 𝑉2
𝐼2
⋮ ⋮ ⋮ .................................... (2.10)
= 𝑌⋮ ⋯ 𝑌⋮ ⋯ 𝑌⋮ 𝑉𝑖
𝐼 𝑖 𝑌𝑖1 𝑖2 𝑖𝑖 𝑖𝑛
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮⋮
[𝐼𝑛] [𝑌𝑛1 𝑌𝑛2 ⋯ 𝑌𝑛𝑖 ⋯ 𝑌𝑛𝑛] [𝑉𝑛]

atau,

𝐼𝑏𝑢𝑠 = 𝑌𝑏𝑢𝑠𝑉𝑏𝑢𝑠 ................................................................................ (2.11)

dengan 𝐼𝑏𝑢𝑠 adalah injeksi dari vektor arus bus. Arus positif jika menuju
bus dan negatif jika meninggalkannya. 𝑉𝑏𝑢𝑠 adalah tengangan bus vektor dari
perhitungan simpul referensi. 𝑌𝑏𝑢𝑠 dikenal sebagai matriks admitansi bus. Elemen
diagonal masing-masing simpul adalah penjumlahan dari admitansi yang
dihubungkan padanya. Ini dikenal sebagai admitansi sendiri, yaitu:

𝑌𝑖𝑖 = ∑�

𝑦𝑖𝑗 𝑗 ≠ 𝑖. ....................................... (2.12)

Selain elemen diagonal sama dengan admitansi negatif antara simpul-


simpul. Ini dikenal sebagai admitansi bersama, yaitu:

15
𝑌𝑖𝑗 = 𝑌𝑗𝑖 = −𝑦𝑖𝑗 .............................................................................. (2.13)

Jika arus bus diketahui, Persamaan 2.11 didapatkan penyelesaian untuk


tegangan n bus.

𝑉𝑏𝑢𝑠 = 𝑌−1 𝐼𝑏𝑢𝑠 ............................................................................... (2.14)

Invers dari matriks admitansi bus 𝑌−1 dikenal sebagai matriks impedansi
bus 𝑍𝑏𝑢𝑠.

Persamaan Aliran Daya

Jaringan sistem tenaga listrik bercabang n dapat dimodelkan menggunakan


𝐼𝑖 = 𝑦𝑖0𝑉𝑖 + 𝑦𝑖1(𝑉𝑖 − 𝑉1) + 𝑦𝑖2(𝑉𝑖 − 𝑉2) + ⋯ + 𝑦𝑖𝑛(𝑉𝑖 − 𝑉𝑛)..........(2.15)

= (𝑦𝑖1 + 𝑦𝑖2 + 𝑦𝑖3 + ⋯ + 𝑦𝑖𝑛)𝑉𝑖 − 𝑦𝑖1𝑉1 − 𝑦𝑖2𝑉2 − ⋯ − 𝑦1𝑛𝑉𝑛 .(2.16)

atau,
𝐼𝑖 = 𝑉𝑖 ∑𝑛 𝑦𝑖𝑗 − ∑�

𝑦𝑖𝑗𝑉𝑗 𝑗 ≠ 𝑖........................................... (2.17)

Daya aktif dan reaktif pada bus i adalah :

𝑃𝑖 + 𝑗𝑄𝑖 = 𝑉𝑖𝐼∗ .................................................................................. (2.18)

subtitusi untuk 𝐼𝑖 pada persamaan diatas, hasilnya:

= 𝑉𝑖∑𝑛𝑗=0 𝑦𝑖𝑗 − ∑𝑗=1 𝑦𝑖𝑗𝑉𝑗 𝑗 ≠ 𝑖.....................................(2.19)


𝑃𝑖−𝑗𝑄𝑖 𝑛

𝑖

Dari hubungan diatas formulasi perhitungan dari masalah aliran daya


dalam sistem tenaga harus diselesaikan dengan teknik interasi.

16
Penyelesaian Persamaan Aliran Daya

Dalam Persamaan Aliran Daya Beban diasumsikan memiliki impedansi


konstan dan daya konstan pada diagram impedansi.

17
Rumus yang digunakan untuk merubah nilai impedansi saluran transmisi
dari satuan ohm menjadi satuan pu adalah sebagai berikut ini :

𝑍
𝑏𝑎𝑠𝑒
𝑍𝑝𝑢 = 𝑍 ....................................................................................... (2.20)
𝑏𝑎𝑠𝑒

Sedangkan rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai Zbase adalah


sebagai berikut :

(𝑘𝑉𝑏𝑎𝑠𝑒)2
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑒 = 𝑀𝑉𝐴𝑏𝑎𝑠𝑒
................................................................................ (2.21)

18
Pendekatan Analisis Stabilitas Peralihan (Transient Stability)

Pada studi analisis transient stability terdapat dua pendekatan meliputi Time Domain
Simulation (TDS) dan direct method.[9] Kedua pendekatan ini akan dipaparkan sebagai
berikut :
Pendekatan Time Domain Simulation (TDS)TDS merupakan metode tidak langsung
(indirect method) yang memecahkan permasalahan stabilitas peralihan menggunakan
penyelesaian numerik persamaan differensial nonlinear melalui step by step untuk
menghitung setiap mesin dari kurva ayunan (sudut rotor terhadap waktu). Pendekatan
TDS ini akan mensimulasikan sistem dalam periode selama gangguan (faulted) dan
setelah gangguan (postfault) serta waktu pemutusan gangguan yang ditemukan berupa
antara waktu stabil dan tidak stabil (secara tidak langsung). Pada umumnya,
mensimulasikan periode selama gangguan cukup singkat (misalnya, 100 ms atau lebih)
sedangkan untuk periode setelah gangguan biasanya memakan waktu yang lebih lama
yaitu sistem yang tidak kehilangan sinkron setelah beberapa detik dianggap sistem
kondisi stabil.

19

Anda mungkin juga menyukai