Anda di halaman 1dari 45

STUDI KASUS

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN DI JAWA TENGAH

2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik [ 2 ]

Salah satu bagian dari penyaluran energi listrik dari Gardu Induk dan trafo

distribusi adalah primer feeder atau jaringan distribusi primer.

Pada gambar 2.1. Menunjukkan single line diagram dari tipikal feeder

distribusi primer, jaringan distribusi primer terdiri dari beberapa feeder, yaitu

feeder utama terdiri dari tiga phase empat kawat dan feeder lateral yang biasanya

satu phase atau tiga phase yang di tap dari feeder utama serta sub lateral yang di

tap dari lateral. Feeder lateral dan sub lateral biasanya dipergunakan pada daerah

pedesaan yang menggunakan saluran satu phasa yang terdiri dari satu penghantar

phasa dan satu penghantar netral dan menggunakan transformator satu phasa.

Sebuah feeder diberikan perangkat penutup balik pada lokasi sedemikian

rupa untuk mengisolasi pada saat terjadi gagguan agar tetap menjaga pelayanan

kepada konsumen. Hal ini dapat dicapai dengan koordinasi sistem proteksi yang

baik. Untuk meningkatkan keandalan penyaluran tenaga listrik. Dalam penyaluran

tenaga listrik saat ini digunakan sistem proteksi yang canggih dan kompleks mulai

dari pengendalian manual dan pengendalian dengan remot dengan pengawasan

sistem komputer.

9
10

Gambar 2.1. Single line diagram feeder distribusi primer. [ 2 ]

Pada daerah yang padat dan beban yang besar seperti dikawasan

metropolitan saluran yang digunakan adalah saluran bawah tanah. Kabel bawah

tanah biasanya menggunakan tiga konduktor. Saluran ini memiliki estetika yang

lebih baik, tetapi apabila dilakukan pemeliharaan memerlukan waktu yang lebih

lama, biaya yang dikeluarkan untuk saluran kabel bawah tanah lebih mahal dari

pada saluran udara.

Dalam penyaluran tenaga listrik, jaringan sistem distribusi memiliki

beberapa tipikal saluran utama sebagai berikut:


11

2.1.1. Feeder Primer Tipe Radial

Jaringan ini merupakan jaringan yang sederhana dan biaya

terjangkau seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2. primary feeder

dibuat menjadi berbagai lateral dan lateral dibagi menjadi bebrapa sub

lateral untuk melayani masing-masing transformator. Keandalan dan

kontinuitas feeder primer tipe radial masih lemah. Pada saat terjadi

gangguan pada titik feeder primer radial maka akan terjadi pemadaman

listrik pada setiap konsumen.

Gambar 2.2. feeder primer tipe radial [ 2 ]

Untuk meningkatkan keandalan feeder primer radial dimodifikasi

seperti gambar 2.3. feeder primer tipe radial dengan tie dan switch untuk
12

pengalihan penyediaan layanan dari bagian yang tidak terjadi gangguan

dengan menghubungkan ke feeder lain.

Gambar 2.3. Feeder Primer Tipe Radial Dengan Tie Dan Switch[ 2 ]

2.1.2. Feeder Primer Tipe Loop

Selain tipe radial feeder primer juga mampunyai tipe loop atau ring

seperti gambar 2.4. feeder primer ini melewati area beban dan akan

kembali ke bus. Pemutus pada sistem loop menggunakan tie disconnet

switch dan bisa digantikan dengan tie breaker karena beban. Pada saat
13

terjadi ganggan maka feeder breaker membuka, pemutu akan tetep

membuka sampai gangguan dapat diisolasi. Feeder tipe loop ini sangat

bermaanfaat untuk menyediakan layanan karena memiliki keandalan yang

baik. Feeder primer juga dapat dihubungkan ke bagian bus yang terpisah

dan dipasok dari transformator terpisah.

Gambar 2.4. Feeder Primer Tipe Loop. [ 2 ]

2.1.3. Primary Network

Sistem network merupakam sistem interkoneksi yang dipasok dari

bebrapa gardu induk. Feeder primer tipe radial dapat di tap dari feeder

interkoneksi dan juga diambil secara langsung dari gardu induk, masing-
14

masing tie feeder mempunyai circuit breaker untuk mengatasi gangguan.

Sistem network dapat menyuplai beban dari beberapa arah. Keandalan dari

sistem network jauh lebih baik daripada sistem radial dan loop.

Gambar 2.5. Primary Network. [ 2 ]

2.2. Macam – Macam Gangguan[ 9 ]

2.2.1. Gangguan Beban Lebih

Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan

terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan yang dialiri oleh arus

tersebut. Hal ini disebabkan karena arus yang mengalir melebihi dari

kemampuan hantar arus dari peralatan listrik, serta pengaman listrik yang

terpasang setelan arusnya melebihi kemampuan hantar arus peralatan listrik.


15

Beban lebih dapat terjadi karena peningkatan beban pada generator, trafo

tenaga, atau penghantar listrik, terkadang adanya manuver di jaringan /

penghantar listrik setelah terjadi gangguan.

2.2.2. Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar phase (3 phasa atau 2

phasa) dua phasa ke tanah dan satu phasa ke tanah yang sifatnya bisa temporer

atau permanen.

2.2.2.1. Gangguan Permanen

Gangguan hubung singkat permanen bisa terjadi pada kabel atau

belitan trafo tenaga yang disebabkan karena arus gangguan hubung singkat

antar phasa atau phasa dengan tanah, sehingga penghantar menjadi panas

yang berpengaruh pada isolasi atau minyak trafo tenaga sehingga isolasi

tembus.

Pada generator yang disebabkan adanya gangguan hubung singkat

atau pembebanan yang melebihi terjadilah gangguan hubung singkat, pada

titik gangguan terjadi kerusakan permanen dan peralatan yang terganggu

bisa dioperasikan setelah diperbaiki atau diganti.

2.2.2.2. Gangguan Temporer

1. Disebabkan karena adanya sambaran petir pada penghantar listrik yang

tergelar diudara yang menyebabkan flashover antara penghantar

dengan traver melalui isolator.


16

2. Penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan gangguan antar

phasa atau salah satu penghantar phasa menyentuh pohon dan

menimbulkan gangguan satu phasa ke tanah.

Gangguan ini yang tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya,

oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus

gangguannya terputus.

2.2.3. Gangguan tegangan lebih

Gangguan tegangan lebih terjadi akibat adanya kelainan pada sistem.

Tegangan lebih dengan power frekuensi, tegangan juga dapat terjadi adanya

gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis yang terpasang pada

saluran distribusi.

Tegangan lebih transient karena adanya surja petir yang mengenai

peralatan listrik disebut surja petir atau saat PMT terbuka karena adanya

gangguan listrik yang menimbulkan kenaikan tegangan.

2.2.4. Gangguan Ketidakstabilan

Gangguan ini terjadi akibat adanya gangguan hubung singkat di sistem

tenaga listrik atau lepasnya pembangkit dapat menimbulkan ayunan daya atau

menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron, ayunan dapat menyebabkan

salah kerja relai. Gangguan ini bisa juga disebabkan karena listrik pada

pasokan listrik ke beban yang mentripkan pengaman yang terpasang pada

penghantar, sehingga generator mengalami kenaikan putaran sehingga dapat


17

menaikan tegangan dan frekuensi bila governor tidak merespons dengan cepat,

sehingga over voltage dan over frekuensi akan bekerja.

2.3. Sistem Proteksi Tenaga Listrik[ 6 ]

Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari susunan, pembangkit, transmisi dan

distribusi yang terhubung satu sama lain untuk membangkitkan, mentransmisikan

dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dimanfaatkan pelanggan. Faktor

frekuensi dan lama gangguan pasokan tenaga listrik yang mungkin terjadi harus

diperhatikan dan dipertimbangkan, sebab faktor-faktor tersebut sangat

berpengaruh pada aktivitas industri maupun kegiatan sehari-hari dimana hampir

semua kehidupan sangat tergantung pada pasokan tenaga listrik, namun tingkat

keandalan dan keamanan dalam kenyataannya masih berbanding terbalik dengan

masalah ekonomi, semakin tinggi tingkat keandalan maka semakin tinggi biaya

yang dibutuhkan.

Investasi yang dibutuhkan untuk menyediakan komponen perangkat sistem

tenaga listrik relatif mahal. Untuk memaksimalkan pengembalian investasi sistem

tenaga listrik harus dikelola dengan baik, yaitu dengan mengandalkan berbagai

sumber daya primer yang ada, efisiensi, keandalan dan sekuriti, yang lebih

mendasar sistem tenaga listrik harus dapat dioperasikan dengan aman sepanjang

waktu dan selama mungkin tanpa menimbulkan bahaya terhadap peralatan

maupun manusia, namun pada kenyataannya perencanaan sistem yang baikpun

tidak terbebas dari gangguan.


18

Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik bisa terjadi pada level dan

tingkat destruksi yang berbeda namun masing-masing selalu mempunyai risiko

terhadap manusia maupun peralatan. Contoh gangguan adalah busur api, daya

rusak busur api gangguan yang mengalirkan arus yang sangat besar , arus tersebut

dapat membakar atau meleburkan kawat-kawat penghantar, lamel-lamel besi trafo

ataupun kumparan pembangkit dalam waktu yang sangat singkat, sehingga

pertimbangan yang perlu diambil untuk mendeteksi dan mengisolasi elemen-

elemen sistem tenaga listrik dari gangguan merupakan bagian yang penting.

2.3.1. Faktor Keandalan

Kebutuhan perangkat sistem proteksi dengan tingkat keandalan yang

tinggi merupakan salah satu faktor pertimbangan yang sangat penting dalam

perencanaan jaringan sistem tanga listrik, dan berbagai pengalaman lapangan

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keandalan sistem proteksi

jaringan tenaga listrik yaitu sebagai berikut:

2.3.1.1. Perancangan

Perancangan sistem proteksi adalah tahapan atau proses yang sangat

penting yang dapat menentukan baik tidaknya suatu sistem proteksi. Pada

waktu perancangan, sistem proteksi sudah harus bisa dipertanggungjawabkan

bahwa sistem proteksi yang dirancang tersebut pasti bekerja dengan baik.

Sistem proteksi tersebut harus dalam kondisi siaga pada waktu kondisi normal,

tidak ada gangguan yang harus ditanggulangi. Pada perencanaan sistem

proteksi dituntut untuk mampu membuat pertimbangan dan analisis yang tepat
19

terhadap semua perangkat instrumentasi sesuai dengan sifat gangguan yang

terjadi.

2.3.1.2. Setelan

Setelan rele (arus dan waktu) harus tepat sesuai dengan lokasinya pada

sistem tenaga listrik dengan memperhitungkan semua parameter sistem

tenaga, seperti level arus gangguan, beban normal dan berbagai parameter lain

yang dibutuhkan sistem. Perlu juga dipertimbangka bahwa jaringan sistem

tenaga bisa berubah seiring dengan perubahan waktu mengikuti perubahan

beban, jenis dan meningkatnya jumlah pembangkit baru yang terhubung

dengan jaringan.

2.3.1.3. Instalasi

Instalasi sistem proteksi harus dilakukan dengan benar dan rapi

mengikuti prosedur instalasi sesuai standar yang berlaku. Beragamnya

diagram sistem interkoneksi dan hubungannya maka sistem instalasi harus

dibuat dengan menggunakan gambar dan diagram yang menunjukkan setiap

fungsi wiring sehingga pada saat waktu pengetesan dan pemeliharaan dapat

dilakukan dengan mudah. Pada prinsipnya pengetesan instalasi ditujukan

untuk memastikan bahwa semua instalasi sudah terlaksana dengan benar dan

baik.

2.3.1.4. Pengetesan

Pengetesan harus dilakukan sebisa mungkin disesuaikan dengan

kondisi yang mirip dan mendekati kondisi nyata jaringan yang diproteksi.
20

Pengetesan ini berfungsi untuk menguji kebenaran semua instalasi

pengawatan, setelan-setelan dan semua fungsi lain sesuai kebutuhan.

Pengetesan secara lengkap dilakukan mulai dari rele trafo arus, trafo tegangan

dan semua perangkat penunjang lain yang menjadi komponen proteksi sistem

tenaga listrik tersebut.

2.3.1.5. Pemburukan

Seiring dengan berjalannya waktu peralatan proteksi akan mengalami

penuaan yang dapat menyebabkan kesalahan operasi peralatan proteksi. Faktor

umur peralatan dapat menyebabkan kontak-kontak yang sering bekerja

menjadi kasar, terbakar atau berkarat karena kontaminasi udara, yang

membuat kumparan rele dan rangkaian lain menjadi rangkaian terbuka atau

ada bagian atau komponen elektronika rusak. Suatu rele proteksi bisa

mengalami kerusakan yang tidak terdeteksi dan baru disadari setelah

terjadinya kegagalan proteksi, dimana kegagalan bereaksi terhadap gangguan.

Hal ini dapat diminimalkan dengan pengetesan secara periodik.

2.3.1.6. Kinerja Proteksi

Kinerja sistem proteksi perlu dinilai secara statistic dan dilakukan

secara periodik. Untuk keperluan ini masing-masing sistem gangguan

diklasifikasikan sebagai kejadian yang idealnya hanya kejadian ini yang perlu

dialokasikan dengan mentriping circuit breaker secara tepat sesuai klasifikasi

dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, dengan klasifikasi dan kriteria

ini diharapkan kinerja proteksi dapat dinilai secara tepat dan benar. Prinsip

penilaian ini menghasilkan evaluasi yang teliti terhadap kinerja sistem proteksi
21

secara keseluruhan, pada akhirnya dapat digunakan untuk menilai kinerja

sistem proteksi.

2.3.2. Faktor Selektivitas

Selektivitas suatu sistem proteksi jaringan tenaga adalah kemampuan rele

proteksi untuk melakukan tripping secara tepat sesuai rencana yang telah

dilakukan pada waktu mendesain sistem proteksi tersebut. Suatu sistem proteksi

sistem tenaga listrik harus bisa bekerja secara selektif sesuai dengan klasifikasi

den jenis gangguan yang harus diamankan. Selektivitas sistem proteksi terkait

juga dengan kemampuan diskriminasi yang dalam praktiknya dapat dilakukan

dengan dua cara yang dijelaskan dibawah ini:

2.3.2.1. Waktu Bertingkat

Sistem proteksi yang ditempatkan berurutan sepanjang jalur distribusi

atau jalur dengan waktu yang bertingkat sesuai lokasi rele proteksi terhadap

gangguan rele yang terdekat dengan gangguan akan bekerja lebih cepat

daripada rele yang lebih jauh. Meskipun semua relai merasakan gangguan

namun hanya relai yang paling dekat yang akan bekerja.

2.3.2.2. Sistem Unit Proteksi

Unit proteksi adalah sistem proteksi yang dirancang untuk

mengamankan suatu segmen jaringan berdasarkan daerah proteksinya. Sistem

proteksi ini hanya merespon gangguan yang ada pada daerah pengaman yang

sudah ditetapkan.
22

2.3.3. Stabilitas

Stabilitas sistem proteksi biasanya terkait dengan skema unit proteksi yang

dimaksudkan untuk mengambarkan kemampuan sistem proteksi tertentu untuk

tetap bertahan pada karakteristik kerjanya dan tidak terpengaruh faktor luar diluar

daerah proteksinya, stabilitas merupakan kemampuan untuk tetap konsisten hanya

bekerja pada daerah proteksi dimana dia dirancang tanpa terpengaruh oleh

beberapa parameter luar.

2.3.4. Kecepatan

Kecepatan fungsi sistem proteksi adalah untuk mengisolasi gangguan

secepat dan sesegera mungkin. Tujuannya adalah untuk mengamankan kontinuitas

pasokan daya dengan menghilangkan setiap gangguan sebelum gangguan tersebut

berkembang kearah yang membahayakan stabilitas dan hilangnya sinkronisasi

dalam sistem.

2.3.5. Sensitivitas

Sensitivitas merupakan besaran pergerakan minimum seperti level arus

minimum, tegangan, daya dan besaran lain dimana rele disebut sensitive bila

parameter operasinya rendah. Sensitivitas pada rele biasanya dikaitkan dengan

kepekaan dari perangkat bergeraknya terhadap daya yang diserap dalam bentuk

volt amper dimana rele bekerja.

2.3.6. Proteksi Utama dan Cadangan

Pada saat terjadi kegagalan proteksi utama maka harus diupayakan

cadangan lain untuk mengisolasi gangguan. Proteksi cadangan dapat dipandang


23

sebagai perangkat local atau remot. Proteksi cadangan local dilakukan dengan

proteksi yang mendeteksi gangguan yang bagi proteksi utama dirasa tidak jelas

dimana rele cadangan local membuka dengan waktu bertingkat. Proteksi cadangan

bekerja dengan waktu tunda untuk memberikan waktu pada proteksi utama untuk

dapat bekerja dengan baik sebelum rele cadangan bereaksi. Normalnya dalam

sistem proteksi rele utama akan berlangsung dengan cepat dan mengisolasi

gangguan dengan waktu yang sangat singkat. Kinerja proteksi cadangan pada

batas tertentu lebih lambat dan mengakibatkan pemadaman yang lebih luas.

2.3.7. Zona Proteksi[ 6]

Untuk membatasi luasnya daerah sistem tenaga listrik yang harus diisolasi

bila terjadi gangguan maka sistem proteksi tenaga listrik dibuat secara selektif

berdasarkan daerah proteksi. Idealnya sistem proteksi harus saling tumpang tindih,

sehingga semua bagian jaringan dapat diamankan. Seperti gambar 2.6.

Gambar. 2.6. Pembagian Sistem Tenaga Menjadi Bebrapa Zona Proteksi[ 6 ]

Pembentukan zona proteksi secara ideal adalah hal yang sulit dilakukan

sebab harus menggunakan dua trafo arus yang berbeda instalasinya menjadi tidak

praktis. Dalam praktiknya pemasangan trafo arus hanya pada salah satu sisi PMT

seperti yang ditunjukkan gambar 2.7. Yaitu dengan menggunakan satu trafo arus
24

dengan dua atau lebih kumparan sekunder, bila diperhatikan pada konfigurasi

akan terdapat bagian jaringan antara PMT-A dan CT yang tidak akan terproteksi

sepenuhnya terhadap gangguan. Misalnya bila terjadi gangguan pada titik P

seperti gambar 2.7., sistem proteksi busbar akan bekerja mentripkan PMT yang

terhubung dengan busbar terkait, tetapi meskipun demikian pemutusan tersebut

tidak dengan sendirinya dapat menghilangkan gangguan karena ternyata masih

terus bertahan melalui pasokan arus gangguan yang datang dari gardu induk ujung

berlawanan. Meskipun diterapkan unit proteksi selektif namun pada peletakan

trafo arus demikian sistem proteksi tersebut juga tidak akan berhasil dengan baik

sebab gangguan yang terjadi akan terlihat diluar daerah proteksinya

Trafo Arus CT pada kedua sisi PMT Trafo Arus CT pada sisi PMT

Gambar 2.7. Letak Trafo Arus[ 6 ]

Titik hubung proteksi pada sistem tenaga adalah lokasi penempatan rele

proteksi yang biasanya menentukan zona proteksi dan itu berarti sangat erat

kaitannya dengan penempatan trafo arus. Jenis unit proteksi biasanya aka

menghasilkan tapal batas yang ditentukan secara lingkar tertutup, gambar 2.8.

Memperlihatkan masing-masing daerah proteksi yang saling tangkup satu dengan

yang lain.
25

Gambar 2.8. Cakupan Zona Proteksi Dibuat Tumpang Tindih [ 6 ]

2.3.8. Perangkat Proteksi[ 6 ]

Terdapat beberapa definisi perangkat proteksi sistem tenaga listrik sebagai

berikut:

1. Sistem proteksi adalah susunan perangkat proteksi secara lengkap yang

terdiri dari perangkat utama dan perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan

untuk melakukan fungsi tertentu berdasarkan prinsip-prinsip yang

dibutuhkan untuk melakukan fungsi tertentu berdasarkan prinsip-prinsip

proteksi sesuai dengan definisi yang terdapat standar IEC 6225-20.

2. Perangkat proteksi adalah kumpulan atau koleksi perangkat proteksi

seperti sekring rele, dan lain-lain diluar perangkat trafo arus, perangkat

pemutus tenaga, kontaktor dan lain-lain.

3. Skema proteksi adalah kumpulan dari perangkat proteksi yang berfungsi

untuk melakukan proteksi dimana demua perangkat yang termasuk dalam

sistem proteksi terlibat di dalamnya seperti rele, trafo arus, trafo tegangan,

PMT, baterai dan lain-lain.


26

Pada dasarnya prinsip kerja sebuah rele proteksi dapat dibuat

berdasarkan besaran tunggal misalnya seperti rele arus lebih yang hanya

mengindikasikan arus gangguan. Untuk memenuhi keperluan proteksi efektif

yang memenuhi kriteria cepat, selektif dan stabil yang dapat diatur sesuai

konfigurasi jaringan, kondisi operasi yang berbeda-beda dan faktor lain

seperti konstruksi dan ukuran sistem tenaga yang berbeda-beda. Sebuah rele

arus lebih dapat digunakan untuk memproteksi jaringan distribusi radial

berdasarkan level arus gangguan, namun pada jaringan tenaga listrik

kompleks untuk dapat melakukan proteksi secara efektif maka perangkat

proteksi perlu mampu merespon besaran-besaran listrik seperti besar daya,

sudut phasa, tegangan, frekuensi tegangan maupun impedansi jaringan yang

berguna untuk menentukan arah dan jarak gangguan.

2.4. Arus Gangguan Hubung Singkat[ 9 ]

Gangguan listrik adalah gangguan karena adanya hubungan secara langsung

antar phasa (phasa R-S, Phasa R-T, Phasa T-S atau R-S-T terhubung secara

langsung) atau phasa tanah yang dapat terjadi pada sistem tenaga listrik

dijaringan, gardu induk atau di pusat listrik dimana besarnya arus gangguan

hubung singkat ditentukan oleh besar kecilnya sumber listrik (generator atau trafo

tenaga), impedansi sumber dan impedansi dari jaringan yang dilalui oleh arus

hubung singkat tersebut.

2.4.1. Arus Hubung Singkat Tiga Phasa [ 2 ]

Arus hubung singkat tiga phasa merupakan gangguan simetris atau

seimbang, sehingga tidak ada arus urutan nol dan negatif, maka pada saat

terjadi hubung singkat persamaannya adalah


27

.......................................................... (2.1)

A............................................................................................ (2.2)

............................................................................ (2.3)

Dimana = arus gangguan tiga phasa, A

tegangan distribusi phasa netral, V

impedansi total urutan positif, Ω

impedansi gangguan, Ω

= arus gangguan pada phasa a, b dan c.

Untuk nilai total dari impedansi urutan positif

.............................................................. (2.4)

Dimana

impedansi urutan positif dari sumber ke tegangan distribusi, Ω

impedansi urutan positif transformator ke tegangan distribusi, Ω

= impedansi urutan positif pada titik gangguan di jaringan, Ω

Subtitusi persamaan maka persamaan 2.4 kedalam persamaan 2.3 dan

2.2 arus gangguan tiga phasa

......................................................... (2.5)

dan

A.................................................. (2.6)

Persamaan 2.5. dan 2.6. digunakan pada hubungan sumber bintang

ditanahkan atau delta.


28

2.4.2. Arus Hubung Singkat Phasa ke Phasa[ 2 ]

Diasumsikan ganguan phasa-phasa adalah gangguan antara b dan c,

maka impedansinya adalah

....................................................................................... (2.7)

................................................................ (2.8)

A ................................................................................... (2.9)

Dimana = arus gangguan phasa-phasa, A

impedansi total urutan negatif, Ω

Namun

impedansi total urutan positif, Ω

Dengan demikian

A .............................................................(2.10)

Subtitusi persamaan 2.4 kealam persamaan 2.10.

A..........................................(2.11)

Namun apabila terdapat impedansi gangguan menjadi

A .................................... (2.12)

Persamaan tersebut dapat diaplikasikan pada sistem distribusi dengan

hubungan sumber bintang ditanahkan.

2.4.3. Arus hubung Singkat Satu Phasa Tanah[ 8 ]

Ilustrasi gambar 2.9 Menunjukkan generator atau sumber netral

ditanahkan dengan impedansi .


29

Gambar 2.9. Line To Ground On Phase A[ 9 ]

Misalkan hubung singkat phasa a melewati impedansi Diasumsikan

generator tanpa beban , pada kondisi titik gangguan.

................................................................................... (2.13)

.................................................................................(2.14)

Subtitusi untuk pada komponen simetris arus sebagai berikut :

= ....................................................... (2.15)

Dari persamaan tersebut diperoleh

............................................................. (2.16)

Tegangan dari phasa a dengan menggunakan komponen simetri

............................................................. (2.17)

Subtitusi dari dengan catatan

Dimana Tegangan beban pada komponen simetri adalah

.
30

.................................................................... (2.18)

maka diperoleh

.............................................. (2.19)

Dimana disubtitusikan untuk dari persamaan 2.13.

dengan catatan maka diperoleh

= .......................................... (2.20)

Atau

............................................................... (2.21)

Arus gangguan adalah

.................................................... (2.22)

2.4.4. Arus Gangguan 2 Phasa ke Tanah[ 8 ]

Pada gambar menunjukkan generator tiga phasa dengan arus hubung

singkat b dan c melewati impedansi menuju ground, disaumsikan

generator tanpa beban kondisi pada titik gangguan

......................................................... (2.23)

........................................................ (2.24)
31

Gambar 2.10. Double Line To Ground On Phase B And C[ 6 ]

.................................................................... (2.25)

.................................................................... (2.26)

Untuk dari catatan sebelumnya

...................................................................................... (2.27)

Mensubtitusikan untuk komponen simetris arus persamaan 2.25. diperoleh

.......................................................................... (2.28)

Subtitusi untuk dari persamaan 2.30. dan untuk dari persamaan

2.29 kedalam persamaan 2.27.

................................................................. (2.29)

Subtitusi untuk komponen simetris pada tegangan dari persamaan 2.20.

kedalam persamaan 2.27. dan hasil diperoleh


32

..................................................................... (2.30)

Subtitusi untuk komponen simetri tegangan pada persamaan 2.27. diperoleh

..................................................................... (2.31)

Subtitusi untuk dan hasil kedalam 2.24. untuk diperoleh

................................................................ (2.32)

2.5. Rele Arus Lebih[ 5 ]

Salah satu peralatan pada sistem proteksi adalah rele, saat ini banyak

terdapat berbagai jenis rele proteksi, salah satunya adalah rele arus lebih, sebelum

teknologi rele jenis lain berkembang rele arus lebih merupakan rele paling

sederhana yang banyak digunakan untuk memproteksi sistem jaringan tenaga

listrik. Penggunaan rele arus lebih kemudian berkembang mulai dari penerapan

sederhana menggunakan satu rele hingga beberapa rele yang diatur secara

bertingkat berdasarkan besarnya arus gangguan yang berbeda-beda sesuai letak

gangguan, proteksi arus bertingkat dimaksudkan agar rele-rele tersebut dapat

mengatasi gangguan secara diskriminatif sesuai dengan letak gangguan , selain itu

faktor yang perlu diperhatikan agar rele arus lebih dapat bekerja secara tepat dan

berhasil maka perbedaan antara arus hubung singkat minimum dan beban

maksimum harus cukup besar, hal tersebut diperlukan agar rele arus lebih tersebut

tidak boleh bekerja terhadap arus beban lebih maksimum.

2.5.1. Prinsip waktu dan arus bertingkat [ 6 ]

Teknik-teknik umum yang digunakan pada koordinasi rele-rele arus lebih

yang terpasang pada suatu jaringan distribusi adalah koordinasi berdasarkan


33

waktu kerja rele, besarnya arus gangguan atau berdasarkan kombinasi waktu kerja

dan besar arus gangguan tersebut. Teknik tersebut masing-masing mempunyai

kekurangan dan kelebihan, bila digunakan secara tepat maka teknik tersebut akan

bekerja dengan cukup baik. Setiap rele proteksi hanya boleh bekerja untuk

mengisolasi jaringan yang terganggu, berikut ini akan dijelaskan tentang

diskriminasi waktu.

2.5.2. Diskriminasi Waktu

Dalam diskriminasi rele arus lebih dilengkapi dengan pewaktu, setelan

kerja waktu masing-masing rele berbeda-beda dapat saling bertingkat sehingga

pada saat terjadi gangguan rele dengan waktu tersingkat yang akan trip.

Karakteristik masing-masing rele terdiri dari atas rele dengan karakteristik definit

time delay yang prinsip kerjanya berdasarkan besaran arus yang mengalir melalui

elemen pendeteksi arus lebih yang pada harga arus tertentu akan menginisialisasi

elemen pewaktu sebelum bekerja karena arus ini hanya berfungsi untuk

menyalakan elemen pewaktu namun tidak mempengaruhi waktu opersi rele maka

sebenarnya besarnya arus gangguan tidak memegang peranan dalam diskriminasi.

2.5.3. Diskriminasi Arus

Prinsip diskriminasi arus dibuat berdasarkan kenyataan dimana besar arus

gangguan akan semakin kecil mengikuti gangguan yang semakin jauh dari sumber

pembangkit. Jika masing-masing rele disetel bekerja secara progresif menuju

sumber maka sebagai kelemahan sistem diskriminasi waktu yang relatif cepat,

semua rele arus lebih dilengkapi dengan setelan ini yang disebut high set over

current.
34

2.5.4. Karakteristik Arus Lebih[ 9]

Hubungan kerja antara besar arus dan waktu kerja rele arus lebih pada

sistem proteksi adalah sebagai berikut:

2.5.4.1. Instantaneous Relay

Setelan tanpa waktu tunda tetapi masih bekerja dengan waktu cepat

sebesar 40-80 mili detik seperti gambar 2.11. Bekerjanya rele didasarkan pada

besarnya arus gangguan hubung singkat yang dipilih. Pada setelan koordinasi

proteksi di sistem distribusi tegangan menengah dipergunakan / disebut

setelan momen/instan/sepat. Saat terjadi gangguan hubung singkat,

membukanya PMT waktu cepat sekali yaitu 40 milidetik berarti gangguan

hubung singkat yang terjadi adalah arus yang besar dengan grafik seperti

terlihat pada gambar

Gambar 2.11. Kurva Karakteristik Instan[ 9 ]

2.4.4.1. Definite time relay


35

Setelan proteksi dengan mempergunakan karakteristik definit time

yang disetel pada rele, hanya didasarkan pada waktu kerjanya. Proteksi tidak

melihat besarnya arus gangguan. Kurva definite time dapat dilihat pada

gambar 2.12. Koordinasi relai yang mempergunakan karakteristik definit time

secara bertingkat seperti terlihat pada gambar 2.12. yang waktunya disetel dari

sisi hilir sampai dengan ke hulu dengan waktu tunda 0,3-0,4.

Gambar 2.12. Kurva Karakteristik IDMT [ 9 ]

2.4.1.1. Invers Time Relay

Setelan proteksi dengan mempergunakan karakteristik invers time

relay adalah karakteristik yang grafiknya terbalik antara arus dan waktu,

dimana makin besar arus maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk

membuka pemutus.
36

Gambar 2.13. Kurva Karakteristik Inverse [ 9 ]

Karakteristik invers sesuai IEC 60255-3 dan BS 142 1996

.......................................................... 2.33.

.............................................................................. 2.34.

Tabel 2.1 Data dan

Nama Kurva

Standar Invers 0,02 0,14

Very Invers 1 13,2

Extremely Invers 2 80

Long Invers 1 120

t : Waktu kerja relai (detik)

If : Arus gangguan hubung singkat (Amp atau Pu) pada sistem

distribusi tenaga listrik adalah :


37

1. Setting OCR, If diambil arus gangguan 3 phasa atau dua

phasa terbesar.

2. Setting GFR If diambil arus gangguan 1 phasa ke tanah

terkecil.

Iset : Arus setting yang dimasukkan ke dalam relai (Amp)

1. Setting OCR, If diambil 1, 05 sampai 1, 3 I beban.

2. Setting GFR, If diambil 6% sampai 12% If 1 phasa terkecil.

TMS : Time Multiplier Setting, nilai ini yang di setting ke relai sebagai

konstanta.

Setelan rele mempergunakan karakteristik inverse biasanya

dipergunakan pada sistem distribusi tenaga listrik sebagai setelan relai

yang terpasang di incoming feeder, outgoing feeder atau relai yang

terpasang di gardu hubung atau recloser dimana penyetelan arus dan

waktu pada relai OCR dan GFR didasarkan pada besarnya arus gangguan

hubung singkat yang disetel ari sisi hilir sampai dengan sisi hulu (dari

gardu hubung sampai dengan gardu induk).

Gambar 2.14. Koordinasi Relai Inverse Pada Sistem Distribusi Tenaga

Listrik Dengan Penempatan Recloser/GH. [ 9 ]


38

Keterangan

= Trafo arus/Current Transformer

Ry = Over current relay (OCR) dan Ground fault relay (GFR)

= Pemutus

B & C = Gardu Hubung / Recloser

Antara relai yang terpasang di bus C, bus B, bus A dan incoming

feeder, apabila diplotkan kedalam karakteristik relai diperoleh sebagai

berikut:

= waktu kerja relai bus C

= waktu kerja relai bus B

= waktu kerja relai bus A

= waktu kerja relai bus incoming feeder

2.6. Pendeteksi Arus Lebih[ 9 ]

2.6.1. Deteksi langsung

Pada saat terjadi gangguan hubung singkat di jaringan tenaga listrik

mempergunakan elektromagnetik seperti gambar 2.15. Gaya elektro magnetik

pada kumparan yang dialiri arus gangguan hubung singkat dimanfaatkan

untuk membuka PMT. Dimana besarnya setelan arus dapat disetel pada

setelan pick up, kerugian besarnya arus gangguan hubung singkat, sangat

membahayakan bagi pengaman dan peralatan yang dilalui oleh arus tersebut

dan tingkat akurasinya rendah.


39

Gambar 2.15. Tanpa Rangkaian Trafo Arus[ 9 ]

2.6.2. Deteksi Arus Gangguan Dengan Trafo Arus

Cara mendeteksi besarnya arus gangguan hubung singkat melalui

trafo arus dengan peralatan yang ada, relai yang dipergunakan dapat

mempergunakan nominal arus yang kecil (5A atau 1A).

Gambar 2.16. Pendeteksian Arus Gangguan Dengan CT[ 9 ]

Jika ada arus gangguan hubung singkat di jaringan akan dideteksi

oleh Current Transformer selanjutnya mentransfer besaran arus primer ke

besaran arus sekunder, relai detector menghubungkan arus dc dari sumber

dc sehingga terhubung ke PMT kemudian PMT akan trip.


40

2.7. Pengaman Sistem Distribusi[ 9 ]

Sistem perlindungan yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik

bertujuan untuk mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan dan

peralatannya serta untuk keselamatan umum. Peralatan pengaman pada sistem

distribusi antara lain:

2.7.1. Pelebur (Fuse)

Adalah pengaman lebur yang gunanya untuk mengamankan jaringan

tegangan menengah dan peralatan kea rah GI terhadap gangguan hubung

singkat di trafo, atau sisi tegangan menengah sebelum trafo tetapi sesudah fuse

cut out untuk menentukan besarnya fuse cut out yang terpasang harus

mengetahui arus nominal trafo pada sisi tegangan menengah dan besarnya

fuse cut out harus lebih besar dari arus nominal trafo.

2.7.2. Pemutus Rangkaian

Saklar yang didesain untuk mengatasi gangguan dan bekerja secara

otomatis dalam keadaan berbeban.

2.7.3. Saklar Pemisah

Saklar yang didesain untuk memutus rangkiang pada kondisi tanpa

beban.

2.7.4. Saklar Pemisah Beban

Saklar yang digunakan untuk memutus rangkaian pada kondisi

berbeban yang besarnya tidak melebihi arus gangguan.


41

2.7.5. Penutup Balik

Alat perlindungan yang waktu membuka dan menutupnya dapat diatur

guna menghilangkan gangguan sementara atau memutuskan gangguan

permanen secara otomatis.

2.7.6. Saklar seksi otomatis

Pengaman cadangan dari CB atau bekerja tidak sendirian Arrester Alat

yang digunakan untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap

tegangan lebih yang diakibatkan karena sambaran petir atau tegangan

transient yang dari switching.

2.7.7. Rele

Alat yang peka terhadap perubahan pada rangkaian yang dapat

mempengaruhi bekerjanya alat lain adapun relai yang terpasang over current

relay dan ground fault relay.

[ 9]
2.8. Daerah Pengaman Sistem Distribusi

Gambar 2.17. Daerah Pengaman Sistem Distribusi[ 9 ]


42

Keterangan :

= Proteksi /Pengaman

=Current Transformer

Pada gambar 2.17 Pengaman distribusi tenaga listrik sistem tegangan menengah

terbagi sebagai berikut:

1. Daerah pengaman listrik mempergunakan recloser , fuse cut out atau SSO

2. Daerah pengaman listrik lokasi disumber listrik gardu induk atau pusat

listrik mempergunakan OCR dan GFR outgoing feeder).

3. Daerah pengaman listrik lokasi disumber listrik gardu induk atau pusat

listrik mempergunakan OCR dan GFR (incoming feeder).

2.9. Koordinasi Proteksi Sistem Distribusi [ 9 ]

Rele arus lebih terpasang pada gardu induk tegangan sisi sekunder 20kV

sebagai pengaman bila terjadi gangguan hubung singkat di jaringan distribusi

tenaga listrik. Bila gangguan listrik terjadi tidak diamankan dengan baik dapat

mentripkan pengaman listrik di incoming feeder sehingga pemadaman listrik

menjadi semakin luas yang disebut black out. Untuk mengamankan memerlukan

koordinasi proteksi yang terpasang baik di incoming feeder outgoing feeder dan

pengaman yang terpasang pada jaringan 20 kV (rele atau recloser).

Karena pada setelan proteksi (OCR dan GFR) diperlukan besaran arus

gangguan yang dimasukan pada setelan OCR dan GFR untuk keperluan ini

dibutuhkan hitungan besarnya arus gangguan (Amp), besarnya beban puncak


43

(Amp), penyetelan rele mempergunakan karakteristik invers, selanjutnya untuk

setting relai dihitung dengan mempergunakan persamaan t dan TMS.

2.9.1. Impedansi Di Sumber

2.9.1.1. Impedansi MVA Short Circuit

Impedansi MVA short circuit adalah arus beban puncak yang mengalir

dari sistem interkoneksi ke gardu induk. [ 9 ]

MVAsc = . V . I (MVA) ............................................................... (2.35)

yang selanjutnya dapat dihitung impedansi hubung singkat (Zsc) dengan

persamaan sebagai berikut :

......................................................................................... (2.36.)

Gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan hubung

singkat disis 20 kV maka impedansi sumber harus dikonversikan kesisi 20 kV.

................................................................................... (2.37.)

Dimana kV1 = Tegangan transformator sisi primer

kV1 = Tegangan transformator sisi sekunder

Z1 = Impedansi transformator sisi primer

Z2 = Impedansi transformator sisi sekunder

2.9.1.2. Reaktansi Urutan Positif XT1

Reaktansi urutan positif tercantum pada papan nama pada trafo tenaga,

besarnya tergantung dari kapasitas trafo tenaga dimana XT1 = XT2.


44

2.9.1.3. Reaktansi Urutan Nol (XT0)

Reaktansi urutan nol diperoleh dari data transformator tenaga yaitu melihat

adanya belitan delta sebagai belitan ketiga dalam trafo tersebut

Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Dyn dimana kapasitas belitan delta D

sama besar dengan kapasitas belitan Y maka

XT0 = XT1. ............................................................................................ (2.38)

Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Y d yn, dimana kapasitas

belitan delta (d), sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk

menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada dalam trafo tenaga tetapi

tidak dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan maka

XT0 = 3*XT1. ....................................................................................... (2.39)

Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyn dan tidak mempunyai

belitan delta didalamnya maka besarnya

XT0 berkisar antar 9 sampai 14* XT1. ................................................. (2.40)

Nilai XT dapat diketahui dengan melihat kapasitas transformator tenaga

........................... ............................................................. (2.41)

Tahanan NGR dan Z0 saat terjadi gangguan satu phasa ke tanah akan

timbul arus urutan nol yang mengalir pada penghantar dan selanjutnya mengalir
45

ke tanah seperti terlihat pada gambar tegangan E0 dapat direpresentasikan sebagai

berikut:

[9]
Gambar 2.18. Rangkian Arus

Dari persamaan diatas nilai (Z1 + 3ZN) adalah impedansi penghantar dan

tanah 3Zf adalah impedansi gangguan 3RN adalah NGR. Jadi dalam perhitungan

arus gangguan hubung singkat, saat gangguan hubung singkat 2 phasa tanah atau

satu phasa tanah di jaringan distribusi terdapat 3RN dan 3Zf.

2.9.2. Impedansi Jaringan Distribusi

Perhitungan impedansi jaringan distribusi 20 kV adalah impedansi

(ohm/km) yang besarnya dipengaruhi luas penampang, nilai impedansi dalam

ohm yang tergantung pada panjang kawat. Impedansi dipenyulang tergantung dari

besarnya impedansi per km (ohm/km) dari penyulang yang dihitung. [ 9 ]

Z = R +jX ohm/km ............................................................................ (2.42)

Z1 = Z2 ................................................................................................ (2.43)

Z0 = R + JX ........................................................................................ (2.44)

Z1 = Z2 = R + jX . km (ohm/km . km)............................................... (2.45)


46

Z0 = R + jX . km (ohm/km . km) ....................................................... (2.46)

2.9.3. .................................................................................................. Perhit

ungan Impedansi Ekivalen

Perhitungan ini adalah untuk menghitung besarnya nilai impedansi

ekivalen urutan Positif (Z1eq), impedansi ekivalen urutan negatif (Z2eq) dan

impedansi ekivalen urutan nol (Z0eq), dari titik gangguan sampai ke sumber.

Perhitungan (Z1eq) dan (Z2eq), langsung dapat menjumlahkan impedansi-impedansi

yang ada sedangkan (Z0eq) dimulai dari titik gangguan sampai ke trafo tenaga

yang netralnya ditanahkan.

2.9.4. Perhitungan Rele Arus Lebih

Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, digunakan untuk

menentukan nilai setelan arus lebih terutama nilai setelan TMS dari relai arus

lebih dengan karakteristik invers. Setelah nilai setelan relai diperoleh selanjutnya

nilai arus hubung singkat pada setiap lokasi gangguan yang diasumsikan dipakai

untuk memeriksa arus lebih apakah masih dapat dinilai selektif atau nilai setelan

harus dirubah ke nilai lain yang memberikan kerja rele yang lebih baik. Setelan

arus rele arus lebih dihitung berdasarkan arus beban yang mengalir di penyulang

atau incoming feeder artinya

 Rele arus lebih yang terpasang pada outgoing feeder dihitung berdasarkan

arus beban maksimum.


47

 Rele arus lebih yang terpasang pada incoming dihitung arus nominal trafo

tenaga.

Standar British untuk setelan rele arus lebih adalah

 Rele invers biasa diset sebesar 1,05 sampai 1,3 x Ibeban

 Rele definite diset sebesar 1,2 sampai 1,3 x Ibeban

Persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah penyetelan waktu minimum

dari rele arus lebih (terutama di penyulang tidak lebih kecil dari 0,3 detik.

Pertimbangan ini diambil agar relai tidak sampai trip lagi akibat arus inrush

current dari transformer distribusi yang memang sudah tersambung di jaringan

distribusi sewaktu PMT penyulang tersebut dioperasikan.

Penyetelan Ground fault relay GFR dapat disetel mulai dari 6% sampai

12% x arus gangguan hubung singkat satu phasa terjauh atau 6% sampai 12% x

Ifault 1 phasa terkecil. Nilai ini untuk mengantisipasi jika penghantar tersentuh pohon

dimana tahanan pohon besar (tahanan 26 ohm sampai 52 ohm ) yang dapat

memperkecil besarnya arus gangguan satu phasa ke tanah.

2.9.4.1. Perhitungan Setting Outgoing dan Incoming

1. Perhitungan Over current relay dan Ground fault relay

1.1. Perhitungan Outgoing Feeder

Over current relay (I>)[ 9 ]

Setting rele dimulai dari sisi hilir (sisi outgoing feeder) selanjutnya ke

sisi hulu (sisi incoming feeder)

Setting standart inverese.


48

I set primer = 1,1 x Arus Beban (Amp) ....................................................(2.47)

I set Sekunder = .............................................................(2.48)

Setting Instan Over current relay (I>>)[ 9 ]

Setting ini didasarkan setting arus besar , penentuan titik gangguan

setelah nilai arus dari high set trafo tenaga terpasang diperoleh

I set primer = 4 x In trafo ..........................................................................(2.49)

I set Sekunder = .............................................................(2.50)

Setting Ground fault relay (Io>)[ 9 ]

Setting menggunakan karakteristik stsndar invers dengan diambil arus

gangguan satu phasa ketanah terjauh/terkecil.

Iset Primer = 8% x If 1 phasa Amp ................................................................ (2.51)

I set Sekunder = .............................................................(2.52)

Setting Instan Ground fault relay (Io>>)[ 9 ]

Setting instan didasarkan setting arus besar dari gangguan hubung

singkat satu phasa ketanah. Dalam hal pemilihan arus gangguan tidak ada

standar tetapi dipilih nilai maksimum ganggan dititik 50%.

Iset Primer = 50% x If 1 phasa Amp... ...................................................... ..(2.53)

I set Sekunder = .............................................................(2.54)


49

1.2. Perhitungan Incoming Feeder

Over current relay (I>)[ 9]

Setting menggunakan karakteristik standar inveres

I set primer = 1,1 x Arus Beban (Amp) ....................................................(2.55)

I set Sekunder = .............................................................(2.56)

Pada setting incoming, terdapat tunda waktu antara incoming dan outgoing

diambil waktu 0,4 detik dan t out going 0,3 detik.

Setting High Set [ 9 ]

Setting high set adalah setting rele di incoming feeder dengan pasokan

daya dari gardu induk digunakan untuk mengamankan trafo tenaga dari

kerusakan akibat gangguan hubungan singkat.

I set primer = 4 x In trafo ..........................................................................(2.57)

Setting Ground fault relay (Io>)[ 9 ]

Setting menggunakan karakteristik standart invers dengan diambil

arus gangguan satu phasa ketanah terjauh/terkecil.

Iset Primer = 10% x If 1 phasa Amp .............................................................. (2.58)

I set Sekunder = .............................................................(2.59)


50

Setting Instan Ground fault relay (Io>>)[ 9]

Setting instan didasarkan setting arus besar dari gangguan hubung

singkat satu phasa ketanah. Dalam hal pemilihan arus gangguan tidak ada

standar tetapi dipilih nilai maksimum ganggan dititik 40%.

Iset Primer = 40% x If 1 phasa Amp ........................................................... .(2.60)

I set Sekunder = ........................................................... .(2.61)

2.9.4.2. Perhitungan Setting Gardu Hubung, Outgoing dan Incoming

1. Perhitungan Setelan Over current relay[ 9 ]

1.1. Setelan rele Arus Lebih di Gardu Hubung/ Recloser

Rele arus lebih dapat dihitung dengan

Iset (Pri) =(1,05 sd 1,3) *Ibeban ................................................................... (2.62)

Nilai setelan ini adalah nilai primer untuk memperoleh nilai setelan sekunder

yang akan disetkan pada relai arus lebih, maka harus dihitung dengan

menggunakan data ratio trafo arus yang terpasang dipenyulang tersebut.

Amp .......................................................... (2.63)

1.2. Setelan Rele Arus Lebih di Outgoing Feeder[ 9 ]

Rele arus lebih dapat dihitung dengan

Iset (Pri) =(1,05 sd 1,3) *Ifault 1 phasa Amp ................................................... (2.64)


51

Nilai setelan ini adalah nilai primer untuk memperoleh nilai setelan sekunder

yang akan disetkan pada relai arus lebih, maka harus dihitung dengan

menggunakan data ratio trafo arus yang terpasang dipenyulang tersebut.

Amp .......................................................... (2.65)

1.3. Setelan rele Arus Lebih di incoming Feeder[ 9 ]

Rele arus lebih dapat dihitung dengan

Iset (Pri) =1,05*Ibeban Amp ........................................................................ (2.66)

Nilai setelan ini adalah nilai primer untuk memperoleh nilai setelan sekunder

yang akan disetkan pada relai arus lebih, maka harus dihitung dengan

menggunakan data ratio trafo arus yang terpasang dipenyulang tersebut.

Amp .......................................................... (2.67)

2. Perhitungan Setelan Rele Arus Lebih GFR [ 9 ]

2.1. Setelan Rele Arus GFR di Gardu Hubung/ Recloser

Untuk memperoleh setelan ground fault relay diambil arus diujung jaringan

(setelah GH). Setelan arusnya dimulai dari GH dikalikan 10%, outgoing feeder

8% dan diincoming feeder 6%.

Iset Primer = 10% x If 1 phasa Amp ............................................................... (2.68)


52

Amp .......................................................... ..(2.69)

2.2. Rele Arus GFR di Outgoing Feeder[ 9 ]

Untuk memperoleh setelan ground fault relay diambil arus diujung jaringan

(setelah GH). Setelan arusnya dimulai dari GH dikalikan 8%,

Iset Primer = 8% x If 1 phasa Amp .................................................................. (2.70)

Amp. ......................................................... ..(2.71)

2.3. Setelan Rele Arus Lebih di incoming Feeder [ 9 ]

Untuk memperoleh setelan ground fault relay diambil arus diujung jaringan

(setelah GH). Setelan arusnya dimulai dari GH dikalikan 6%,

Iset Primer = 8% x If 1 phasa Amp .................................................................. (2.72)

Amp .......................................................... ..(2.73)

2.10. .................................................................................................

Margin Grading[ 6 ]

Margin grading adalah rentang waktu trip antara dua rele yang dirancang

agar dapat dilakukan untuk mendapatkan koordinasi rele terhadap suatu gangguan

tertentu yang harus ditanggapi secara diskriminatif, hal ini perlu sebab bila dua

rele yang saling berdekatan tidak mempunyai margin grading atau perbedaan
53

waktu kerja maka setiap gangguan yang terjadi pada kedua rele tersebut akan

selalu trip bersamaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi margin grading antara lain :

1................................................................................................. Wakt

u pemutusan arus gangguan oleh pemutus tenaga (PMT)

2................................................................................................. Kesal

ahan waktu kerja rele

3................................................................................................. Keba

balasan waktu (overtravel) rele.

4................................................................................................. Kesal

ahan trafo arus.

Anda mungkin juga menyukai