Anda di halaman 1dari 19

Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Dosen : Felycia, S.T., M.T.

Oleh :
Hadid Hambali (3332210032)
Randy Eleanor (3332210057)
Sutan Dikia (3332210027)

PRODI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI
SUB MATERI
1) Definisi jaringan distribusi
2) Klasifikasi jaringan distribusi tegangan menengah
a. Berdasarkan tegangan pengenalnya
b. Berdasarkan konfigurasi jaringan primer
3) Operasi sistem distribusi
4) Peralatan saluran distribusi tegangan menengah
5) Prosedur pengoperasian sistem distribusi
6) Manuver/manipulasi jaringan distribusi
7) Perawatan sistem distribusi
8) Gangguan jaringan distribusi
9) Jenis-jenis pemeliharaan
10) Jadwal pemeliharaan
11) Peralatan pengukuran tenaga listrik

Tujuan yang harus dicapai


Adapun tujuan setelah mempelajari materi ini diantaranya, yaitu :
1) Memahami pentingnya proteksi jaringan distribusi sistem tenaga listrik
2) Mengidentifikasi jenis-jenis gangguan jaringan distribusi
3) Mengidentifikasi jenis-jenis proteksi distribusi
4) Menggambarkan skema proteksi proteksi jaringan distribusi
5) Menjelaskan cara kerja proteksi jaringan distribusi
6) Mengetahui jenis-jenis pemeliharaan jaringan distribusi
1) Pendahuluan
Penyaluran daya listrik diharapkan memiliki tingkat keandalan yang tinggi agar terjaminnya
pasokan energi listrik sampai kepelanggan. Salah satu komponen utama dalam meningkatkan
kehandalan sistem yaitu sistem proteksi. Sistem proteksi tidak hanya harus mampu
menghilangkan atau mengisolir suatu gangguan, akan tetapi suatu sistem proteksi harus mampu
mengamankan peralatan yang diakibatkan dari arus gangguan. Keberhasilan berfungsinya suatu
sistem proteksi memerlukan adanya suatu koordinasi antara berbagai alat proteksi yang
digunakan.

2) Definisi jaringan distribusi


Sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan listrik ke konsumen dengan proses yang
panjang yang dimulai dari Gardu Distribusi. Sistem Distribusi bermula dari PMT Incoming di
Gardu Induk sampai dengan alat penghitung dan pembatas di instalasi konsumen. Untuk
menyalurkan listrik ke konsumen membutuhkan saluran distribusi yang menghantarkan listrik
dari Gardu Induk kepusat beban (konsumen). Di Gardu Induk (GI), tenaga listrik yang diterima
dilepaskan menuju Trafo Distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah sebesar 20 kV.
Tegangan tersebut kemudian disalurkan melalui trafo distribusi yang tersebar di berbagai pusat
beban. Tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah sebesar 220/380 V
sebelum akhirnya diterima oleh pihak konsumen.

3) Klasifikasi jaringan distribusi tegangan menengah


a. Berdasarkan tegangan pengenalnya
Berdasarkan tegangan pengenalnya, sistem jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua jenis
1. Jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yang melibatkan
Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk ke
Gardu Distribusi, dengan tegangan yang disalurkan mencapai 6 kV, 12 kV, atau 20 kV.
2. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR), dengan
saluran yang bisa berupa SKTM atau SUTM, menghubungkan Gardu Distribusi atau
sisi sekunder trafo distribusi ke jaringan tegangan rendah. Kemudian di salurkan ke
pembatas pelanggan melalui saluran rumah (SR). Tegangan sistem yang disalurkan
sebesar 220 Volt atau 380 Volt.
b. Berdasarkan konfigurasi jaringan primer
Pada saluran distribusi primer, pengiriman listrik ke beban melibatkan jarak yang cukup
jauh. Dalam proses pengiriman listrik tersebut, tentu saja terjadi kerugian daya yang hilang
selama pengiriman, dan perlu dipertimbangkan juga kehandalan sistem listrik. Oleh karena
itu, penyampaian listrik harus dilakukan melalui struktur jaringan yang tepat. PLN memiliki
variasi struktur jaringan yang dapat diaplikasikan sesuai kebutuhan. Pada dasarnya ada 4
macam bentuk jaringan distribusi primer, yaitu:
1. Jaringan distribusi primer radial;
2. Jaringan distribusi primer tertutup (loop);
3. Jaringan distribusi primer jarring-jaring (Grid/Network);
4. Jaringan distribusi primer spindle.

Jaringan distribusi primer radial


Struktur jaringan radial memiliki keunggulan dalam kesederhanaan dan biaya konstruksi
yang lebih terjangkau dibandingkan dengan struktur jaringan lainnya. Jaringan ini terdiri
dari satu jalur utama yang menyuplai trafo distribusi. Namun, kelemahan dari jaringan radial
adalah ketika terjadi gangguan pada jalur utama, seluruh transformator akan mati dan terjadi
drop tegangan pada gardu yang berada di ujung jalur. Dengan demikian, dari segi
kehandalan, struktur jaringan ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan struktur
jaringan lainnya.

Gambar 1 Pola Jaringan Radial

Jaringan distribusi primer tertutup (loop)


Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang
berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula. Pola ini ditandai pula
dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber cadangan. Jika
salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan
oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa dipakai
pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang
baik (lebih baik dari pola radial). Sistem ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1) Sistem Loop Terbuka
Pada sistem loop terbuka, bagian-bagian saluran tersambung melalui alat pemisah
(disconnector), dan kedua ujung saluran tersambung pada sumber energi. Pada satu sisi
saluran alat pemisah tersebut tertutup dan pada sisi saluran lain dibiarkan dalam keadaan
terbuka. Pada dasarnya sistem ini terdiri atas saluran yang dipisahkan oleh suatu pemisah
yang
berupa saklar daya. Bila terjadi gangguan, bagian saluran yang terkena gangguan dapat
dilepas
dan menyambung pada saluran yang tidak terganggu. Sistem demikian biasanya
dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan-jaringan yang relatif kecil.

Gambar 2 Jaringan Loop Terbuka (open loop)


2) Sistem Loop Tertutup
Pada sistem loop tertutup diperoleh tingkat keandalan yang lebih tinggi. Pada sistem ini alat-
alat pemisah biasanya bekerja secara otomatis yang digerakkan oleh rele. Jika terjadi
gangguan pada satu saluran maka rele akan mendeteksi lokasi terjadi gangguan kemudian
memerintahkan saklar mana saja yang harus dibuka untuk melokalisir gangguan, sehingga
pada saluran lain yang tidak terkena gangguan dapat terus beroperasi. Pengoperasian rele
yang baik diperoleh dengan menggunakan kawat pilot yang menghubungkan semua saklar
daya pada setiap saluran.

Gambar 3 Jaringan Loop Tertutup (close loop)


Jaringan distribusi primer jaring-jaring (Grid/Network)
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh
saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat
menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain. Kelebihan jaringan ini adalah kontinuitas
pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop, fleksibel dalam menghadapi perkembangan
beban, sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi. Adapun kerugiannya
terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal serta biaya investasi yang juga mahal.

Gambar 4 Pola Jaringan Grid

Jaringan distribusi primer spindle


Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop terpisah.
Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat yang disebut
gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran
yang disebut express feeder.
Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri.
Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran
yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban. Jadi sistem ini dalam
keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop
melalui saluran cadangan dan gardu hubung.
Gambar 5 Pola Jaringan Spindle
Keuntungan pada sistem spindel adalah :
a) Memiliki kontinuitas penyaluran daya terjamin dari pada radial maupun loop.
b) Kualitas tegangan baik karena rugi daya pada saluran kecil.
c) Memudahkan dalam mencari lokasi gangguan, dalam hal ini pola jaringan spindle banyak
dipakai diperkotaan dengan kerapatan beban yang lebih tinggi.
d) Memperkecil jumlah pelanggan yang padam.
Selain kelebihan yang ada, juga terdapat kelemahan pada sistem spindel, yaitu :
a) Biaya investasi yang besar.
b) Perlu tenaga terampil dalam pengoperasian.
c) Perlu koordinasi perencaan yang teliti dan rumit

4) Operasi Sistem Distribusi


Operasi sistem distribusi merupakan segala bentuk kegiatan yang mencakup pengaturan,
pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen
dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyalurannya / pelayanannya. Terdapat beberapa
parameter dalam operasi sistem distribusi, sebagai berikut:
1. Mutu listrik
Terdapat 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi
tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah
maksimum 5 % danminimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1% dari
frekuensi standar 50 Hz.
2. Keandalan penyaluran tenaga listrik
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman/gangguan atau yang
disebut System Average Interruption Duration Index (SAIDI) dan angka seringnya
pemadaman/gangguan atau yang disebut System Average Interruption Frequency Index (SAIFI).
Perhitungan matematisnya adalah :

 SAIDI¿
∑ ( Jam pelanggan padam ) × jam pelanggan
jumlah pelanggan total tahun
Jam pelanggan padam
 SAIFI¿ × jam pelanggan/tahun
jumlah pelanggantotal
3. Keamanan dan Keselamatan
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik
pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.
4. Biaya pengoperasian
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan
oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara
lain yaitu
pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta
konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
5. Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen
baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.

5) Peralatan Saluran Distribusi Tegangan Menengah


Peralatan saluran distribusi tegangan menengah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran kabel tegangan menengah (SKTM). Dari
kedua jenis yang ada, hanya akan membahas satu peralatan saluran saja, yaitu SUTM. Konstruksi
jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan utama, sebagai
berikut :
a. Tiang listrik
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi dengan
saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton. Tiang
listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan
untuk
meletakan peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah.
Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam memilih tiang listrik, antara lain:
 Kekuatan mekanik yang tinggi
 Perawatan yang mudah
 Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya
b. Isolator
Isolator adalah bahan atau zat yang tidak dapat menghantarkan panas dan listrik. Sifat isolator
membuatnya sulit menghambat aliran panas pada konduktor dan memungkinkan untuk
memisahkan konduktor tanpa mengalirkan arus listrik. Bahan yang sering dipakai untuk
isolator adalah porselin/keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin
dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm.
Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5
ton/cm². Berdasarkan fungsinya, isolator terbagi 2:
 Fungsi dari segi elektris: Untuk menyekat/mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan
kawat fasa lainnya.
 Fungsi dari segi mekanis: Menahan berat dari konduktor/kawat penghantar, mengatur jarak
dan sudut antar konduktor/kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada kawat
penghantar akibat temperatur dan angin.
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a) Isolator gantung (suspension type insulator)

b) Isolator jenis pasak (pin type insulator)

c) Isolator batang panjang (long rod type insulator)


d) Isolator jenis post saluran (line post type insulator)

e) Isolator gelas

c. Konduktor atau penghantar


kawat konduktor digunakan untuk menghantarkan arus listrik dari satu bagian instalasi ke
bagian instalasi lainnya. kawat penghantar ini selalu tanpa pelindung/isolasi, hanya
menggunakan isolasi udara. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memiliki daya hantar yang tinggi
2. Memilki kekuatan tarik yang tinggi
3. Memiliki berat jenis yang rendah
4. Memiliki fleksibilitas yang tinggi
5. Tidak cepat rapuh
6. Memiliki harga yang murah
Adapun jenis-jenis penghantar, sebagai berikut:
1. AAC (All Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang semua terbuat dari
aluminium (kawat logam biasa).
2. AAAC (All Alumunium Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar seluruhnya terbuat dari
campuran alumunium (kawat logam campuran).

3. ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced), yaitu kawat penghantar aluminium berinti
kawat baja. Dimana kawat penghantar jenis ini sering digunakan.

d. Transformator
Transformator merupakan suatu alat listrik yang termasuk ke dalam klasifikasi mesin listrik
statis yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
dan sebaliknya, dengan frekuensi yang tidak berubah, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.

Gambar 6 Trafo Distribusi 1 Fase dan 3 Fase

e. Auto Voltage Regulator (AVR)


Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk
mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto
transformer penaik tegangan.

Gambar 7 Auto Voltage Regulator (AVR)

f. Fuse Cut Out (FCO)


Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan
distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponenya (fuse link) yang telah
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya serta memproteksi dari gangguan hubung singkat
antar fasa dan hubung tanah.. FCO ini terdiri dari :
1. Rumah Fuse (Fuse Support)
2. Pemegang Fuse (Fuse Holder)
3. Fuse Link
Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu :
1. Tipe K (pemutus cepat)
2. Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun
sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).

Gambar 8 Fuse Cut Out


g. Lightning Arrester
Lightning arrester adalah alat proteksi yang berfungsi untuk melindungi peralatan listrik dari
lonjakan tegangan yang diakibatkan oleh sambaran petir atau surja hubung. Lightning arrester
bekerja dengan cara mengalirkan arus lonjakan ke tanah melalui sistem pentanahan, sehingga
tegangan yang masuk ke peralatan listrik tidak melebihi batas yang aman

Gambar 9 Lightining Arrester


h. Meter Expor-Impor
Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim dan
diterima antar UPJ. Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk
mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk
proses pengukuran.

Gambar 10 Meter Expor & Impor


i. Peralatan Hubung
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser,
kapasitor, PMT dan lain sebagainya.
1) Sakelar Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam
kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau
manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan
pekerjaan pemeliharaan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau
Circuit Breaker (CB) adalah :
a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
b. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
c. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
d. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
f. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pengisian (Charging
Current)
g. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal
yang tinggi akibat hubung singkat
Jika ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
 PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
 PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
 PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
2) Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama
pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai
desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika
dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat
berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau
pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri
tegangan listrik.

Gambar 11 Disconecting Switch


3) Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan
biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang
dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. Kemudian
ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw, pisau kontak
sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan
ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw.
Berdasarkan strukturnya ABSW terdiri dari stang ABSW, cross Arm Besi, isolator Tumpu,
pisau Kontak, kawat Pentanahan, peredam Busur Api, pita Logam Fleksibel

Gambar 12 Air Break Switch, Handle ABSW


4) Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang
digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses
pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus
beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau
ditutup hanya untuk memanipulasi beban.

Gambar 13 Load Break Switch


5) Recloser (Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada
sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose)
sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara
permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Recloser mempunyai 2 (dua)
karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat
(delay).
Gambar 14 Recloser 1 Fasa & 3 Fasa
6) Kapasitor
kapasito bank merupakan peralatan yang dipasang secara pararel (shunt capacitor) pada
jaringan fasa-netral yang fungsi utamanya untuk memperbaiki nilai faktor kerja (Cos Phi).

Gambar 15 Kapasitor Bank


8) Gangguan jaringan distribusi
Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan
pelanggan/ konsumen. Salah satu faktor yang mempengaruhi keandalan sistem adalah masalah
gangguan, baik yang terjadi pada peralatan maupun yang terjadi pada sistem. Definisi gangguan
adalah terjadinya suatu kerusakan didalam sirkuit listrik yang menyebabkan aliran arus
dibelokkan dari saluran yang sebenarnya. Berdasarkan sifatnya, gangguan sistem distribusi
dibagi menjadi dua, yaitu
1. Gangguan temporer
Gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang dengan sendirinya dengan
cara memutuskan bagian yang terganggu sesaat, kemudian menutup balik kembali, baik
secara otomatis maupun secara manual oleh operator.
2. Gangguan permanen
Gangguan bersifat tetap, sehingga untuk membebaskannya perlu tindakan perbaikan
atau penghilangan penyebab gangguan. Hal ini ditandai dengan jatuhnya (trip) kembali
pemutus daya setelah operator memasukkan sistem kembali setelah terjadi gangguan.
Penyebab Gangguan
1. Gangguan Internal (dari dalam)
yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan hubung
singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan pada pembangkit dan
lain - lain.
2. Gangguan External (dari luar)
yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya terputusnya
saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang - layang dan sebagainya.
3. Gangguan Karena Faktor Manusia
yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator, ketidak
telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lain-lain.
Jenis-Jenis Gangguan Pada Sistem Distribusi
1. Gangguan Hubung Singka
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase
ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen. Gangguan permanen, Hubung singkat
pada kabel, belitan trafo, generator, (tembusnya isolasi). Gangguan temporer Flash Over
karena sambaran petir, Flash Over dengan pohon, tertiup angin.
2. Gangguan Beban Lebih
Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi
kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila
dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan.
3. Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran
distribusi.
Akibat Gangguan
1. Beban Lebih
Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan kelebihan beban
karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan sistem menjaditidak
normal, jika dibiarkan berlangsung dapat membahayakan peralatan sistem.
2. Hubung Singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat temporer
maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi pada hubung singkat 3
phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa maupun hubung singkat 1 phasa
ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer terjadi karena flash over antar penghantar dan
tanah, antara penghantar dan tiang, antara penghantar dan kawat tanah dan lain - lain.
3. Tegangan Lebih Tegangan
lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau penurunan beban
karena switching, gangguan AVR, over speed karena kehilangan beban. Selain itu tegangan
lebih juga terjadi akibat tegangan lebih transient surja petir dan surja hubung / switching.
4. Hilangnya Sumber Tenaga
Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit pembangkit,
gangguan hubung singkat jaringan sehingga rele dan MCB (Miniature Circuit Breaker)
bekerja dan jaringan terputus dari pembangkit.
9) Jenis-jenis pemeliharaan
Secara umum, manajemen pemeliharaan yang dimaksud di sini adalah suatu proses kegiatan
pemeliharaan yang meliputi rangkaian tahapan-tahapan kerja yang teratur secara sistematis
mulai pada fase perencanaan, pelaksanaan hingga pada fase pengendalian dan evaluasi.
1. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif adalah bentuk pemeliharaan yang mencegah terjadinya
kerusakan peralatan secara tiba-tiba dengan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar
selalu beroperasi dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi. Berdasarkan tingkat
kegiatannya pemeliharaan preventif dapat dibedakan atas pemeriksaan rutin dan
pemeriksaan sistematis.
- Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara visual (inspeksi)
untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaanpekerjaan pemeliharaan sesuai
dengan saran-saran (rekomendasi) dari hasil inspeksi, antara lain penggantian,
pembersihan, peneraan dan pengetesan. Hasil pekerjaan diharapkan dari pekerjaan
pemeriksaan rutin ini adalah dapat ditemukannya kelainan - kelainan atau hal - hal yang
dikawatirkan bisa menyebabkan terjadinya gangguan sebelum periode pemeliharaan
rutin berikutnya terselenggara. Suatu sistem jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami
pemeliharaan rutin apabila sistem jaringan sudah diperiksa secara visual dan saran-saran
sudah dilaksanakan, kecuali saran pekerjaan yang bersifat perubahan / rehabilitasi
jaringan.
- Pemeriksaan Rutin Sistematis
Pemeliharaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksudkan untuk
menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang tidak ditemukan/diketahui pada saat
pelaksanaan inspeksi yang kemudian disusun saran-saran untuk perbaikan. Pekerjaan
dalam kegiatan pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauanya dan akan lebih
teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang ( over houl ). Suatu sistem jaringan dapat
dikatakan sudah dilaksanakan pemeliharaan rutin sistematis apabila sistem jaringan
sistem tsb sudah dipelihara secara sistematis termasuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya
penyempurnaan/perubahan.
2. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam dua kegiatan, yaitu :terencana dan
tidak terencana. Kegiatan terencana diantaranya adalah pekerjaan
perubahan/penyempurnaan yang dilakukan pada jaringan untuk memperoleh keandalan yang
baik (dalam batas pengertian operasi) tanpa mengubah kapasitas semula.Sedang kegiatan
yang tidak terencana misalnya mengatasi kerusakan peralatan atau gangguan.
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk pemeliharaan korektif diantaranya adalah :
a. Pekerjaan penggantian kabel yang rusak
b. Pekerjaan JTM yang putus
c. Penggantian bushing trafo yang pecah
d. Penggantian tiang yang patah
Perubahan/penyempurnaan dalam hal ini yang dimaksudkan adalah suatu
usaha/pekerjaan untuk penyempurnaan sistem atau peralatan distribusi dengan cara
mengganti/merubah sistem peralatan dengan harapan agar daya guna dan keandalan sistem
peralatan yang lebih tinggi dapat dicapai tanpa merubah kapasitas sistem peralatan semula.
Pekerjaan itu antara lain :
a. Pekerjaan rehabilitasi gardu.
b. Pekerjaan rehabilitasi JTM.
c. Pekerjaan rehabilitasi JTR.
3. Pemeliharaan Khusus
Pemeliharaan khusus atau disebut juga pemeliharaan darurat adalah pekerjaan
pemeliharaan untuk memperbaiki jaringan yang rusak akibat force majeure seperti bencana
alam, kebakaran, huru hara dan sebagainya. Dengan demikian sifat pekerjaan pemeliharaan
untuk keadaan ini adalah sifatnya mendadak dan perlu segera dilaksanakan, dan
pekerjaannya tidak direncanakan. Contoh kegiatan pemeliharaan darurat adalah :
a. Perbaikan/penggantian JTR yg rusak akibat kebakaran.
b. Perbaikan/penggantian instalasi gardu yang rusak.
c. Perbaikan/penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat bencana alam.

Anda mungkin juga menyukai