Anda di halaman 1dari 8

Asri Bagas Aditia

201911180
Distribusi Daya Listrik (C)

Jaringan Sistem Distrirbusi


1. Jaringan Radial
Dinamakan jaringan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu
titik yang merupakan sumber dari jaringan itu dan dicabang-cabang ke titik-titik
beban. Bentuk dari jaringan ini merupakan bentuk yang sangat sederhana, murah dan
banyak digunakan

Dalam saluran sistem distribusi primer dipasang gardu distribusi yang


beerfungsi membahikan dan menurunkan tegangan untuk konsumen. Karena saluran
pada jaringan radial ini banyak percabangan, maka tegangan yang paling ujung
kurang baik, hal ini dikarenakn jatuh tegangan ada diujung saluran. Spesifikasi dari
jaringan radial ini adalah:
a) Bentuknya yang sederhana.
b) Harga yang relatif murah.
c) Kualitas pelayanan dayanya kurang bagus, hal ini dikarenakan rugi teganan
dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatife besar.
d) Keandalan dari sistem ini kurang baik, hal ini dikarenakan antara titik sumber
dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut
mengalami gangguan, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik
gangguan akan mengalami pemadaman selama gangguan belum teratasi.
Untuk mengatasi gangguan pada jaringan radial ini, biasanya dilengkapi
dengan peralatan pengaman, yang berfungsi untuk membatasi daerah yang
mengalami pemadamn total, yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik
gangguan selama gangguan belum teratasi. Adapun kekurangan dan kelebihan yang
terdapat pada sistem jaringan radial ini, yaitu:
Kelebihan:
a) Lebih murah biaya investasinya.
b) Lebih sederhana pengendalian dan sistemnya.
Kekurangan:
a) Kualitas listrik kurang baik.
b) Jika mengalami gangguan pada suatu titik maka titik yang lain tidak akan
teraliri listrik.

2. Jaringan Lingkar (Loop)


Dinamakan jaringan lingkar dikarenakan konfigurasi dari jaringan ini
berbentuk tertutup (melingkar). Jaringan ini biasa disebut dengan bentuk jaringan
ring. Susunan rangkaian saluran membentuk ring. Sistem jaringan distribusi primer
tipe lingkar (loop/ring) mensuplai beban dari dua sumber daya dan dari dua arah
penyulang. Penggunaan dua penyulang yang berlainan arah bertujuan untuk
menghindari pemadaman bila terjadi gangguan pada salah satu penyulang, Sistem ini
memiliki keandalan dan kontinuitas yang lebih baik dibandingkan sistem radial.
Karena jumlah sumber dan penyulang yang ada pada suatu jaringan lebih dari satu
buah.

Titik beban dimungkinkan dapat terlayani dari dua arah saluran, sehingga
aliran energi listrik akan lebih terjamin, karena drop tegangan dan rugi daya saluran
menjadi lebih kecil. Bentuk sistem jaringan distribnusi loop ini ada 2 macam, yaitu:
a) Bentuk open loop, bila dilengkapi dengan normallyopen switch yang terletak
pada salah satu bagian gardu distribusi, dalam keadaan normal rangkain selalu
terbuka.
b) Bentuk close loop, bila dilengkapi dengan normally close switch yang terletak
pada salah satu bagian diantara gardu distribusi, dalam keadaan normal
rangkaian selalu tertutup.
Jaringan distribusi loop mempunyai kualitas dan kontinuitas pelayanan daya
yang lebih baik, tetapi biaya investasi lebih mahal dan cocok digunakan pada daerah
yang padat dan memerlukan keandalan tinggi. Adapun kekurangan dan kelebihan
yang terdapat pada sistem jaringan loop ini, yaitu:
Kelebihan:
a) Kualitas listrik lebih baik/ handal.
b) Jika mengalami gangguan pada suatu titik maka titik yang lain dapat di aliri
listrik dari PMT yang lain.
Kekurangan:
a) Lebih mahal biaya investasinya.
b) Lebih rumit pengendalian sistemnya.

3. Jaringan Spindel
Sistem jaringan ini merupakan gabungan antara jaringan radial dan jaringan
lingkar. Spindel terbentuk dari beberapa penyulang yang tiap penyulang tersebut
dihubungkan dengan trafo distribusi untuk keperluan konsumen. Ujung dari
penyulang tersebut akan dihubungkan dengan gardu hubung (GH). Sistem jaringan
distribusi primer tipe spindle merupakan modifikasi dari sistem loop. Konstruksi dan
operasionalnya hampir sama dengan tipe loop, yang membedakan tipe spindle
memiliki dua jenis penyulang, yaitu:
a) Penyulang kerja (working feeder)
Penyulang yang dioperasikan untuk mengalirkan daya listrik dari sumber
pembangkit sampai kepada konsumen, penyulang ini dioperasikan dalam
keadaan bertegangan dan berbebdan. Operasi normal penyulang ini hampir
sama seperti sistem radial.
b) Penyulang cadangan (feeder express)
Penyulang yang dihubungkan langsung dari gardu induk menuju gardu
hubung melalui lintasan terpendek. Pada kondisi normal, penyulang ini tidak
dibebani tetapi mempunyai tegangan sesuai dengan tegangan kerja sistem.
Feeder express berfungsi sebagai penyulang cadangan bila ada penyulang
yang mebgalami gangguan
Jumlah penyulang yang menghubungkan gardu induk dan gardu hubung
maksumum tujuh feeder, yaitu enam working feeder dalam keadaan berbeban dan
sebuah feeder dalam keadaan tanpa beban sebagai cadangan.
Pada jaringan ini biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah
penyulang cadangan (ekspres) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung.
Jaringan distribusi spindle merupakan saluran kabel tanah tegangan menengah
(SKTM) yang sangat cocok diterapkan di kota-kota besar. Operasi sistem jaringan
antara lain:
a) Dalam keadaan normal semua saluran di gardu hubung (GH) terbuka sehingga
semua beroperasi radial.
b) Dalam keadaan normal saluran ekspres tidak dibeabni dan dihubungkan
dengan rel di gardu hubung dan digunakan sebagai pemasok cadangan dari
gardu hubung.
c) Bila salah satu dari seksi yang terganggu dibuka. Kemudian seksi-seksi sisi
gardu induk (GI) mendapat suplai dari GI, dan seksi-seksi gardu hubung
mendapat suplai dari gardu hubung melalui saluran ekspres.
Sistem jaringan distribusi spindle sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan antara lain:
a) Meningkatkan keandalan.
b) Menurunkan rugi-rugi akibat gangguan.
c) Sangat baik untuk mensuplai daerah beban yang memiliki kerapatan beban
yang cukup tinggi.
d) Perluasan jaringan yang relatif mudah.
Adapun kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada sistem jaringan spindle ini,
yaitu:
Kelebihan:
a) Keandalan sistem tinggi.
b) Drop tegangan dan rugi daya relatif kecil.
c) Beban pada tiap feeder terbatas
Kekurangan:
a) Biaya investasi dan operasional sangat mahal.
b) Harus mempunyai tenaga lapangan yang terampil.

Keandalan Sistem Distribusi

Dasar keandalan distribusi diatur dalam (SPLN 59, 1985). Adapun definisi dasar
keandalan sistem distribusi ini terdapat pada (SPLN 59, 1985 Ayat 3). Definisi dasar
keandalan ini meliputi:
1) Pemadaman (Interuption of supply)
Terhentinya pelayanan pada satu atau lebih pelanggan, akibat dari satu atau lebih komponen
mendapat gangguan.
2) Lama pemadaman (Interruption duration)
Waktu dari saat permulaan terjadinya pemadaman sampai saat menyala kembali. Adapun
yang dianggap pemadmaan adalah pemadaman sebagai akibat dari kegagalan menetap baik
yang darurat maupun yang terencana.
3) Aus (Outtage)
Keadaan diamana suatu komponen tidak dapat berfungsi sebagaiman mestinya, diakibatka
karena beberapa peristiwa yang berhubungan dengan komponen tersebut. Adapun suatu
komponen tidak berfungsi dapat atau tidak dapt menyebabkan pemadaman, hal ini masih
tergantung pada konfigurasi dari sistem.
4) Kegagalan Parsial (Partial failure)
Kegagalan parsial menggambarkan kondisi sebuah komponen yang bekerjanya tidak bisa
saka dengan kemampuan yang semestinya tetai tidak berarti tidak bisa bekerja sama sekali.
5) Kegagalan Total (Complete failure)
Kegagalan total, menggambarkan kondisi sebuah komponen yang sama sekali tidak bekerja.
6) Transien Keluar Paksa (Transien forced outage)
Kendala yang penyebabnya bisa hilang dengan sendirinya, yang gagal tersebut bisa berfungsi
regular kembali, bisa secara otomatik atau setelah pemutus ditutup lagi, atau pelebur diganti,
sehingga alat atau komponen. Contoh darurat keluar transien ialah sambaran petir yang tidak
menyebabkan alat atau komponen menagalami kerusakan.
7) Lama Keluar Paksa Transien (Transient forced outage duration)
Waktu yang diperlukan dari saat permulaan komponen mengalami kelua sampai komponen
mengalami kerusakan.
8) Pemadaman Paksa (Forced interruption)
Pemadaman yang disebabkan oleh keluar darurat.
9) Pemadaman Terencana (Schedule interruption)
Pemadaman yang disebabkan oleh keluar terencana.
10) Lama Keluar Terencana (Schedule outage duration)
Waktu yang diperlukan untuk perawatan dan pemeliharaan yang telah direncanakan.
11) Pemadaman Sesaat (Momentary interruption)
Diperlukan hanya untuk mengembalikan suplai dengan cara otomatis, pemadaman yang
waktunya terbatas, dengan cara pengaturan jarak jauh atau dengan cara manual yang
langsung dikerjakan oleh operator yang sudah siap ditempat Pemadaman ini biasanya tidak
memerlukan waktu lebih dari 5 menit.
12) Pemadaman Temporer (Temporary interruption)
Diperlukan untuk mengembalikan suplai dengan cara manual yang dikerjakan oleh operator
yang tidak siap ditempat, pemadamn yang waktunya terbatas. Pemadamn ini memerlukan
waktu baisanya 1-2 jam.
13) Pemadaman Berkelanjutan (Sustained Interruption)
Pemadaman yang bukan pemadaman sejenak dan juga bukan pemadaman temporer. Sampai
saat ini, belum ada suatu cara dalam membuat laporan standar yang luas dipakai untuk
membuat laporan keluar (outage). Setiap perusahaan (yang mengelola listrik) mempunyai
standar sendiri – sendiri untuk setiap jenis/ macam pelanggan (Rumah tangga, komersil dan
sebagainya) dan mempunyai metoda sendiri – sendiri dalam membuat laporan keluar (outage)
dan juga dalam mengumpulkan data statisnya. Keseragaamn model laporan amat berguna,
akan tetapi hal ini umumnya tidak praktis, ini disebabkan karena areal pelayanan yang
berbeda – beda, demikian juga karakteristik bebannya, jumlah pelanggan dan juga kualitas
pelayanan yang diminta.
14) Indeks Frekuensi Pemadaman Rata – Rata (System Average Interruption Frequency
Index)
Per satuan waktu, jumlah rata – rata pemadaman perpelanggan. Ini dapat dihitung dari jumlah
pelanggan yang mengalami satu tahun dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani
pemadaman dalam. (Istilah yang digunakan SAIFI adalah IEEE).
15) Indeks Lama Pemadaman Rata – Rata Sistem (System Average Interruption Duration
Index)
Lama pemadaman rata – rata waktu per satuan. Yang diamati dalam setahun dengan jumlah
pelanggan yang dilayani, ini dapat dihitung dengan membagi jumlah yang mengalami
pemadaman. (Istilah yang digunakan adalah SAIDI of the IEEE).
16) Indeks Pemadaman Beban (Load interruption index)
Pemadaman beban tersambung (kVa) rata – rata per satuan beban tersambung yang dilayani.
17) Indeks Lama Pemadaman Rata – Rata Pelanggan (Costumer average interruption
duration index)
Jumlah lamanya pemadaman yang dialami oleh pelanggan dalam satu tahun dibagi dengan
jumlah pelanggan yang dilayani
1) System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) merupakan jumlah dari
rata-rata kegagalan yang terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan waktu
(umumnya tahun). Indeks ini ditentukan dengan jumlah pelanggan yang dilayani oleh
sistem tersebut.

Ci
F=
N
Dimana:
Ci= Jumlah konsumen yang mengalami pemadaman
N= Jumlah konsumen yang dilayani

2) System Average Interruption Duration Index (SAIDI)


SAIDI (System Average Interruption Duration Index ) adalah nilai rata – rata
dari lamanya kegagalan untuk pelanggan selama setahun. Indeks ini ditentukan
dengan jumlah lamanya pemadaman yang dialami konsumen dalam satu tahun dibagi
dengan jumlah konsumen yang dilayani.
D=Σ Ci x∋ ¿ ¿
ΣN
Dimana:
𝜮Ci= Jumlah konsumen yang menagalami pemadaman
𝜮N= Jumlah konsumen yang dilayani
Ni= Lamanya waktu pemadaman

Anda mungkin juga menyukai