Anda di halaman 1dari 7

Nama : Asri Bagas Aditia

Nim : 201911180
Kelas : Pembangkit Tenaga Listrik (G)

Bauran Energi Dalam Mendukung Ketahanan Pembangkit Listrik Nasional

BAB 1
PENDAHULUAN
Bauran energi terbarukan (%) adalah persentase antara total konsumsi final
energi terbarukan terhadap total konsumsi energi final. Energi final adalah energi yang
langsung dapat dikonsumsi oleh pengguna akhir. (Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014
tentang Kebijakan Energi Nasional) Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber
energi terbarukan antara lain berasal dari panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran
dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Energi merupakan suatu faktor
yang paling besar digunakan dalam kegiatan ekonomi. Perkembangan teknologi dan
pertumbuhan masyarakat merupakan suatu gagasan utama yang sangat membutuhkan energi.
Dikarenakan permintaan ini semakin meningkat dan pasokan yang tidak menyeluruh maka
mengakibatkan kekurangan energi pada suatu kawasan tertentu, dengan kata lain krisis energi.
Isu besar dalam penyediaan energi saat ini adalah perubahan iklim.
Menurut para ahli iklim, bumi sedang mengalami kenaikan temperatur
permukaan yang memicu perubahan iklim[2]. Fenomena tersebut disebabkan oleh peningkatan
konsenterasi Green House Gases (GHG) atau Gas Rumah Kaca di atmosfer. Gas rumah kaca
merupakan gas yang terdiri dari gas karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida
(N2O), ozon (O3), dan freon (CFC) yang membentuk lapisan gas rumah kaca pada atmosfer.
Kadar gas yang meningkat ini semakin memperkuat lapisan gas rumah kaca pada atmosfer.
Ketika cahaya matahari masuk ke bumi, sebagian dapat diserap dan membuat temperatur
permukaan bumi dalam kondisi normal. Sedangkan Sebagian lagi dari cahaya matahari
dipantulkan kembali ke luar angkasa. Akibat dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca
pada atmosfer bumi menyebabkan sinarmatahari terperangkap dan memantul kembali,
sehingga mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Peristiwa ini disebut efek
rumah kaca. Adapun proses terjadinya efek rumah kaca adalah sebagai berikut:
1. Pembakaran bahan bakar fosil, kendaraan bermotor, gas buangan industri menghasilkan gas
CO2.
2. Gas CO2 yang tidak terurai oleh oksigen (O2) akan menumpuk di atmosfer dan membentuk
lapisan gas rumah kaca.
3. Dalam kondisi normal bumi mendapatkan cahaya matahari salah satunya berupa radiasi
inframerah di siang hari. Pada saat malam hari energi dari sinar inframerah dilepaskan bumi ke
lingkungan untuk menjaga temperatur dan suhu bumi.
4. Jika di atmosfer terdapat lapisan gas rumah kaca, maka saat bumi melepaskan sinar
inframerah ke luar lingkungan di malam hari. Sinar inframerah tersebut akan terpantulkan
kembali dan menyebabkan peningkatan temperatur suhu bumi.

BAB 2
PEMBAHASAN
Mengutip dari laman databoks yakni, Indonesia memiliki potensi energi
terbarukan yang cukup besar, yakni mencapai 417,8 gigawatt (GW). Kementrian Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, potensi tersebut berasal dari arus laut Samudra
sebesar 17,9 GW, panas bumi 23,9 GW, bioenergi 32,6 GW, angin 60,6 GW, air 75 GW, dan
matahari atau surya 207,8 GW.
Energi terbarukan diyakini tak akan habis hingga 100 tahun ke depan. Selain
itu, perkembangan teknologi akan membuat energi terbarukan menjadi semakin kompetitif.

Menurut data yang diambil dari sumber Kementrian ESDM, Katadata Migas, 8
Maret 2021. Didapatlah data ini, bahwasannya bis akita lihat, untuk pemanfaatan energi
terbarukan paling banyak ialah dari energi surya, yang mana di Indonesia sendiri termasuk
negara yang beriklim tropis, yang artinya hanya memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan
musim panas. Walaupun musin hujan di Indonesia, akan tetapi jumlah cahaya matahari yang
diberikan masih cukup banyak. Bisa dibayangkan, jikalau pada saat musim hujan saja cahaya
matahari masih cukup banyak, apalagi saat musim panas, yang sudah pasti intensitas nya lebih
tinggi dari pada saat musim hujan. Akan tetapi untuk pemanafaatan energi surya sampai saat
ini memiliki beberapa kendala tersendiri. Salah satu kendala nya ialah harga investasi yang
cukup mahal di awal. Karena kita harus memberi alat – alat untuk memulainya dan untuk
maintence nya juga kita harus secara berkala.
Untuk pemanfaatan energi air, menurut di data yang terlampir masuk kedalam
kategori ke 2 atau peringkat ke 2. Ini juga karena Indonesia termasuk ke dalam negara
kepulauan, yang artinya di negara Indonesia ini memiliki banyak wilayah perairan. Maka dari
itu potensi dari energi air ini dapat dimanfaatkan untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA). Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah generator yang dihubungkan
ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun, secara luas, pembangkit listrik
tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga
meliputi pembangkit listrik yang ada menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti
tenaga ombak.
Mengutip dari laman Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konversi
Energi (EBTKE) yakni, Menuju Bauran Energi Nasional Tahun 2025, Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional
(DEN) membuka sekaligus memberikan pengarahan dalam Forum Kehumasan DEN dengan
Menuju Bauran Energi Nasional Tahun 2025 yang dilangsungkan secara hybrid di Bandung
(6/4). Dalam sambutannya, Arifin kembali menegaskan perlu adanya upaya strategis dan
sinergitas Kementerian/Lembaga Anggota DEN dari unsur Pemerintah dan Anggota DEN dari
Pemangku Kepentingan untuk mengakselerasi pencapaian target bauran nasional pada tahun
2025, yang terdiri dari bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23%, gas bumi sebesar
22%, minyak bumi sebesar 25%, dan batubara sebesar 30%. Sementara, pada tahun 2020
bauran energi baru terbarukan tercapai sebesar 11,20%, gas bumi sebesar 19,16%, minyak
bumi sebesar 31,60%, dan batubara sebesar 38,04%, tambahnya. "Upaya strategis melihat
dinamika keenergian yang terjadi, Pemerintah telah menyusun rancangan Grand Strategi
Energi Nasional yang mengakselerasi antara lain mengembangkan peningkatan kapasitas
produksi dan penyerapan EBT", ungkap Arifin.
Dukungan terhadap pencapaian bauran energi nasional diberikan oleh Menteri
Ristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro, ia jelaskan salah satu gagasan Kementerian
Ristek/BRIN adalah dalam percepatan pencapaian bauran energi nasional tahun 2025 adalah
mendorong eknomi sirkular dengan dukungan riset dan inovasi. Selanjutnya, dukungan juga
disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan bahwa pemanfaatan
EBT sudah dilakukan pada Kementerian yang ia pimpin, dengan mengaplikasikan kendaraan
listrik sebagai kendaaraan dinas menteri, eselon I dan eselon II. Menteri LHK Siti Nurbaya
Bakar menjelaskan DEN dapat memberikan kontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca,
selain itu juga diperlukan pemikiran baru sebagai terobosan, dan ia pun mendukung pembaruan
Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dengan
memperhatikan lingkungan hidup dan penurunan emisi gas rumah kaca.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berharap DEN dapat
menjalankan tugasnya dengan baik untuk Indoensia yang semakin maju dengan energi bersih
dan Forum Kehumasan DEN ini dapat membangun public awareness atau kesadaran
masyarakat terhadap kebijakan keenergian di Indonesia. Dalam kesempatan ini, APK DEN
memberikan pandangan terkait kebijakan masing-masing sektor Kementerian/Lembaga
Anggota DEN dari Pemerintah dan gagasan untuk mendukung percepatan pencapaian target
bauran energi baru terbarukan pada tahun 2025 tersebut dan penyampaian Program Kerja
Anggota DEN tahun 2021 dalam mendukung upaya perumusan kebijakan dan kegiatan DEN
pada tahun 2021.
APK DEN As Natio Lasman menjelaskan upaya dalam percepatan EBT
diprioritaskan salah satunya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan inisiasi
di Nusa Tenggara Timur sebagai lumbung energi surya, lalu dukungan perpajakan, subsidi,
pembiayaan, juga pengembangan biomassa, peningkatan produktivitas sawit, pungutan dan
retribusi air, dan penyediaan lahan. Lebih lanjut APK DEN Agus Puji Prasetyono menjelaskan
Rencana Kerja DEN tahun 2021 antara lain yaitu peningkatan ketahanan menuju kemandirian
dan kedaulatan energi Indonesia, pengawasan kebijakan lintas sektor dan implementasi KEN,
RUEN, RUED dan konservasi energi, menetapkan dan memastikan daerah potensi rawan krisis
dan darurat energi, pengawasan dan dan penyelesaian regulasi pembauran KEN dan RUEN.
Sedangkan, APK DEN Herman Darnel Ibrahim mendorong pengembangan PLTS atap
(rooftop) untuk mendukung capaian bauran energi nasional, khususnya di Pulau Jawa, karena
menurutnya hal ini tidak memerlukan penyewaan lahan karena bisa dibangun di atas atap, dan
tidak memerlukan investasi bernilai besar.
APK DEN Satya Widya Yudha menyampaikan bahwa masalah harga
keekonomian EBT masih terkendala, dikatenakan belum memasukan externality cost (biaya
kerusakan lingkungan) di Energi Fosil, sehingga EBT masih jauh tertinggal, walupun PLTS
sekarang jauh lebih kompetitif. Untuk itu Satya mengusulkan Carbon Pricing untuk dibahas
regulasinya yang nantinya akan membuat harga EBT lebih kompetitif. Dengan Carbon Pricing
maka energi fosil bisa berbenah menekan emisi karbonnya melalui upgrading batubara,
menjadi Batubara ke Gas juga DME (Dimethyl Eter) atau bisa juga Batubara Cair, juga dengan
Zero Flaring pada operasi migas.
Terkait pengembangan PLTN, Indonesia melalui DEN bisa menjadi pioneer
dalam kebijakan Energi regional ditingkat ASEAN agar kita tidak tertinggal dari tetangga
sebelah yang kemungkinan akan mengembangkan PLTN dan menimbulkan potensi adanya
kelebihan kapasitas listrik yang akan dijual salah satunya ke Indonesia. "Untuk itu perlu adanya
strategi energi regional yang lebih baik ke depan. Renstra dan Renja DEN sudah disepakati
Anggota DEN dari Pemerintah dan APK diharapkan dapat memberi warna DEN ke depannya,"
ungkap Satya. APK DEN Yusra Khan menyampaikan terkait pengembangan EBT tidak hanya
tenaga solar (surya) dan bayu (angin) saja, namun masih ada EBT lainnya yang menurut banyak
lembaga riset dari Perguruan Tinggi merupakan unggulan dan dapat memberikan kontribusi
pada percepatan bauran EBT pada tahun 2025, yaitu energi samudera (laut).
APK DEN Musri menjelaskan dalam pengembangan EBT perlu peran
Pemerintah dan DPR dalam mewujudkan cita-cita bauran energi nasional, serta melibatkan
keterlibatan daerah dengan kearifan lokal, seperti penggunaan panas bumi, pemanfaatan
sampah untuk energi, dan mikrohidro yang langsung dibuat oleh masyarakat. APK DEN Eri
Purnomohadi perlu komitmen bersama dalam mengakselerasi bauran enregi nasional di
antaranya dengan dukungan green fund dari berbagai pihak dalam pengembangan EBT, ia pun
menyatakan biodiesel, bioetanol masih bisa digenjot untuk memberikan sumbangsih pada
bauran energi nasional. APK DEN Daryatmo Mardiyanto menekankan pentingnya paradigma
energi sebagai modal pembangunan, selain itu ia juga mendorong Pemerintah Daerah dapat
segera menyelesaikan RUED Provinsi sehingga menjadi kebanggan bersama dalam mengelola
energi daerah.
Sekjen DEN Djoko Siswanto menyampaikan Forum Kehumasan DEN
bermaksud untuk menjalin kerja sama Humas Pemerintah atau Government Public Relations
di lingkungan Kementerian/Lembaga Anggota DEN, unit-unit di lingkungan Kementerian
ESDM, dan instansi terkait lainnya. Kehadiran Dewan Energi Nasional (DEN) yang
merupakan amanah dalam UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi, di tengah kondisi keenergian
Indonesia yang semakin dinamis diharapkan dapat membawa perubahan yang signifikan
terhadap pengelolaan energi untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi dalam rangka
menunjang pembangunan nasional. Forum Kehumasan DEN ini dihadiri Anggota DEN dari
Pemerintah yaitu Menteri Riset dan Teknologi (Ristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional
(BRIN), Menteri Pertanian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Perhubungan,
Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan (APK), Wakil Tetap Anggota DEN dari
Pemerintah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DEN, dan Humas Pemerintah dari Kementarian
Anggota DEN, serta instansi lain terkait.
Melihat dari laman Indonesia.go.id yakni Penyediaan energi yang bersih dan
terjangkau telah menjadi komitmen dan salah satu tujuan (goals) dalam tujuan pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di pelbagai negara, termasuk Indonesia.
Indonesia, dalam konteks komitmen penyediaan energi bersih dan terjangkau, telah
menuangkannya sebagai bagian dari amanat Kebijakan Energi Nasional, yakni komitmen
mengurangi konsumsi minyak dan memperluas penggunaan energi terbarukan.
Bahkan di cetak biru Kebijakan Energi Nasional cukup jelas menyebutkan
jadwal dan besaran persentase yang harus dicapai. Yakni, pada 2025 peran energi baru dan
terbarukan bisa mencapai 25% pada 2025. Porsi itu naik menjadi 36% pada 2050. Pertanyaan
berikutnya adalah apakah komitmen hanya sebuah janji manis di sebuah kertas saja? Ternyata
tidak. Di sektor kelistrikan, misalnya, menurut data PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),
kontribusi energi baru dan terbarukan bisa dikatakan cukup berbunyi juga, yakni mencapai
12,23%.
Seperti disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Ignasius Jonan, Indonesia cukup fokus untuk mengembangkan energi baru terbarukan, seperti
kewajiban penggunaan biodiesel sebesar 20% pada bahan bakar minyak jenis solar dan
menetapkan peraturan mengenai solar PV pada rooftop. “Kami mencoba untuk mencapai
setidaknya 25% bauran energi pada 2025. Banyak orang yang bertanya, apakah target itu dapat
dicapai? Tentu kami akan berusaha untuk mencapai target itu,” ujar Jonan optimistis.
Menteri ESDM itu juga mengklaim saat ini posisi bauran energi di Indonesia
sudah semakin membaik. Meskipun perlu ekstra kerja untuk bisa mencapai target bauran energi
sebesar 25% pada 2025, Jonan dengan bangga menyebutkan Indonesia kini sudah mengantongi
bauran energi dari energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 12,32% pada 2018. Tak hanya
itu, Indonesia juga sudah mampu mengurangi tingkat emisi karbon. Pada tahun lalu, tingkat
emisi karbon mencapai 36 juta ton. Hingga akhir tahun ini, penurunan tingkat emisi karbon di
Indonesia diharapkan bisa mencapai 40 juta ton CO2.
"Sampai hari ini [kuartal III/2018], di sektor ketenagalistrikan, EBT itu sudah
mencapai 12,32%. Paling tidak, butuh sekitar 10% hingga 2025. Target nasional, penurunan
emisi gas rumah kaca, sampai akhir tahun bisa sampai 60 juta ton. Ini merupakan komitmen
kami bersama untuk mengurangi efek rumah kaca." Jonan menjelaskan, capaian bauran energi
ini bisa terus ditingkatkan hingga akhir tahun. Apalagi dengan perintah Presiden soal
penggunaan B20 di segala sektor bisa mendongkrak bauran energi secara nasional. Mantan
Dirut KAI itu juga menjelaskan, di sektor BBM saja saat ini tingkat bauran energinya masih
sekitar 10%. Dengan penggunaan FAME (Fatty Acid Methyl Esters/bahan baku biodiesel)
dalam solar sebesar 20%, maka capaian bauran energi di sektor BBM bisa mencapai 15%.
BAB 3
PENUTUP
Energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki oleh suatu
benda. Energi menjadi komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena hampir
semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung pada ketersediaan energi yang cukup.
Untuk menghindari krisis energi yang dikarenakan keterbatasan energi di alam di perlukan
energi terbarukan. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari “proses alam yang
berkelanjutan”, seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi.
Dengan adanya energi terbarukan diharapkan kebutuhan manusia akan sumber energi tidak
akan berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

• https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/1563#:~:text=Bauran%20energi%2
0terbarukan%20(%25)%20adalah,terhadap%20total%20konsumsi%20energi%20final
.&text=Mengetahui%20seberapa%20besar%20proporsi%20penggunaan%20energi%
20terbarukan%20terhadap%20energi%20total.
• https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/03/09/berapa-potensi-energi-
terbarukan-di-indonesia#
• https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_air
• https://ebtke.esdm.go.id/post/2021/04/09/2838/forum.kehumasan.dewan.energi.nasion
al.menuju.bauran.energi.nasional.tahun.2025?lang=en
• https://indonesia.go.id/kategori/indonesia-dalam-angka/284/bauran-energi-indonesia-
kian-baik

Anda mungkin juga menyukai