1
Corresponding Author:
Rieke Diah Pitaloka,
Program Studi S1 Kimia
Universitas Negeri Surabaya,
Email: rieke.23151@mhs.unesa.ac.id
Jurnal Ilmiah
2
Konsumsi energi di Indonesia didominasi oleh konsumsi energi fosil dan non fosil. Pemanfaatan energi
fosil seperti BBM masih menjadi sumber energi yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan porsi
52,50%. Saat ini BBM merupakan kebutuhan utama untuk melakukan semua aktivitas dalam pembangunan
negara, terutama aktivitas transportasi, yang sulit untuk digantikan dengan jenis energi lainnya. Hal ini
menjadi konsentrasi yang paling diutamakan oleh Pemerintah agar penggunaan bahan bakar minyak dapat
dikurangi. Bahan bakar minyak sendiri menimbulkan dampak negatif terutama meningkatnya kadar gas
rumah kaca di atmosfer sehingga memicu terjadinya pemanasan secara global dan perubahan iklim. Ketika
atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih
banyak panas dari bumi (gelombang panjang) menuju atmosfer. Peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer
menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer. Akibatnya, suhu rata-rata di seluruh
permukaan bumi meningkat. Konsumsi berlebih bahan bakar seperti minyak, batu bara, dan gas alam yang
terbuat dari sisa-sisa tanaman dan binatang purba oleh manusia menjadi penyebabnya. Selain itu BBM juga
dapat merusak lingkungan hidup, kerusakan lingkungan yang paling mudah terlihat adalah dengan adanya
eksplorasi alam untuk mendapatkan minyak mentah, efek pembakaran dari bahan bakar minyak yang
mengasilkan CO2 sehingga mengakibatkan pencemaran udara dan menyebabkan pemanasan global yang
secara langsung akan mengakibatkan perubahan iklim yang berbahaya bagi kelangsungan ekosistem makhluk
hidup.
Salah satu solusi terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan konservasi energi, sementara
para praktisi mulai mengimplementasikan energi yang dapat diperbarui ke dalam sistem pembangunan
bangsa ini. Adanya energi yang dapat diperbaharui dapat mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan.
Energy yang dapat diperbarui ini biasanya disebut dengan energy terbarukan. Pengembangan energi
terbarukan sendiri merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Konsep dari
pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi dengan memerhatikan aspek lingkungan. Upaya
pengembangan energi terbarukan menjadi jawaban yang sangat tepat untuk menjawab upaya mewujudkan
energi terbarukan. Adanya energi terbarukan secara langsung akan menjaga lingkungan dan mengurangi
polusi dan tentu saja tidak perlu dilakukan eksplorasi dan eksploitasi lingkungan secara besar besaran untuk
mendapatkan energinya.
Energi terbarukan sendiri memiliki arti yakni energi yang berasal dari sumber yang dapat terus
diperbaharui dan memiliki sifat yang ramah lingkungan. Sumber energi baru terbarukan adalah sumber
energi ramah lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap
perubahan iklim dan pemanasan global, karena energi yang didapatkan berasal dari proses alam yang
berkelanjutan, seperti sinar matahari, angin, air, biofuel, bio-diesel sebagai pengganti solar, geothermal,
bioethanol sebagai pengganti bensin, dan sampah/limbah digunakan untuk membangkitkan listrik. Energi
Baru dan Energi Terbarukan (EBT) menjadi salah satu sumber alternatif penyediaan energi, karena selain
memiliki dampak yang rendah terhadap keru-sakan lingkungan, juga menjamin keberlanjutan energi hingga
masa mendatang. Ketersediaan energi bersih dan terjangkau telah menjadi salah satu tujuan pembangunan
berkelanjutan 2030, dimana keberlanjutan energi menjadi isu global serta memerlukan komitmen pemerintah
pusat maupun pemerintah lokal untuk turut melaksanakan tujuan tersebut. Di Indonesia, kebijakan energi
baru dan energi terbarukan tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014. Peraturan Pemerintah
No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Perpres RUEN menjabarkan prioritas pengembangan
energi Indonesia yang meliputi beberapa hal, yaitu penggunaan energi terbarukan yang maksimal dengan
memperhatikan tingkat keekonomian, meminimalkan penggunaan minyak bumi, pemanfaatan gas bumi, dan
energi baru secara optimal.
Potensi energi terbarukan sangat besar di Indonesia. Menurut data outlook energi Indonesia dari
Kementerian ESDM (2013b), Indonesia memiliki potensi energi panas bumi sebesar 16.502 MW, Hidro
75.000 MW, Mini-Mikrohidro 769,7 MW, Biomassa 13.662 Mwe, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi
angin 3-6 m/s, uranium 3000 MW, Gas metana batubara 453 TSCF, dan shale gas sebesar 574 TSCF. Namun
Jurnal Ilmiah
3Jurnal Ilmiah
potensi energi terbarukan tersebut belum termanfaatkan secara optimal, kapasitas terpasangnya masih
dibawah 10% dari total potensi yang ada, kecuali untuk energi mini-mikrohidro. Pada Mei 2013, energi panas
bumi kapasitas terpasangnya baru sekitar 1.341 MW, Hidro sebesar 7.059 MW, Mini mikrohidro 512 MW,
Biomassa 1.364 Mwe, energi surya 42,78 MW, angin 1,33 MW dan Uranium 30 M, sementara gas metana
batubara dan shale gas belum termanfaatkan.
Tentang kebijakan energi nasional (KEN), dalam dokumen tersebut, energi baru dan energi terbarukan
ditargetkan mencapai 23% pada tahun 2025, serta pada tahun 2050 minimal mencapai 31%. Sebaliknya,
ketergantungan terhadap minyak bumi dan batu bara ditargetkan akan berkurang, dengan masing-masing
persentase sebesar 20% dan 25%. Khusus untuk energi terbarukan, target angka 23% menunjukkan adanya
kesadaran bahwa masih banyak peluang untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan di Indonesia. Dalam
kenyataan potensi energi terbarukan di Indonesia yang dimanfaatkan hingga saat ini baru sekitar 8,28 % dari
potensi sumber daya energi terbarukan yang tersedia Untuk mencapai target tersebut, maka diperlukan
berbagai upaya serta program yang penjabaran dan pelaksanaannya dituangkan dalam Rencana Umum
Energi Nasional (RUEN) serta Rencana Umum Energi Daerah setingkat Provinsi (RUED-P).
memerlukan dukungan lebih dari pemerintah dan swasta. Salah satu cara untuk mendukung pengembangan
energi terbarukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya energi terbarukan
dan mengurangi penggunaan energi fosil. Selain itu, pemerintah juga dapat meningkatkan kerjasama dengan
negara-negara lain dalam pengembangan energi terbarukan. Dalam jangka panjang, pengembangan energi
terbarukan di Indonesia dapat membantu menjaga ketahanan energi dan lingkungan, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan kerjasama dari semua pihak untuk
mewujudkan pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan di Indonesia.
Jurnal Ilmiah
5Jurnal Ilmiah
sekaliber ini. Kontribusi Anda dalam mencerahkan aspek-aspek kunci tentang pengembangan energi
terbarukan di Indonesia adalah sebuah prestasi yang patut diacungi jempol. Dengan penuh semangat, Anda
telah menggali data, menganalisis tren, dan memberikan wawasan mendalam yang akan menjadi pedoman
berharga bagi para pemangku kebijakan, ilmuwan, dan praktisi dalam upaya menciptakan masa depan yang
lebih berkelanjutan. Terima kasih atas ketekunan dan dedikasi Anda dalam membagikan pengetahuan ini
kepada komunitas. Kami berharap bahwa karya ini akan menjadi langkah awal yang inspiratif bagi
perkembangan teknologi energi terbarukan di Indonesia. Semangat kolaborasi dan inovasi yang tercermin
dalam artikel ini adalah hal yang patut dicontoh, dan kami berencana untuk memanfaatkannya sebaik
mungkin dalam usaha kami untuk menciptakan perubahan positif dalam dunia energi. Terima kasih sekali
lagi atas pencapaian gemilang Anda dan semoga artikel ini terus memberikan dampak positif yang luas.
Semoga artikel ini menjadi panduan yang bermanfaat dalam menjalankan langkah-langkah menuju masa
depan yang lebih berkelanjutan dalam sektor energi. Sukses selalu dalam upaya Anda menuju masa depan
energi yang berkelanjutan!
[15] Purba, Nur Primadona. (2014). Variabilitas Angin dan Gelombang Laut sebagai Energi Terbarukan di
Pantai Selatan Jawa Barat, Jurnal Akuatik, vol. 5, no. 1, 8-15, p-ISSN: 0853-2532.
Xxxx (9 pt)
Jurnal Ilmiah