Anda di halaman 1dari 21

ENERGI RAMAH LINGKUNGAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH EKOLOGI
yang dibina oleh Prof. Dr. Suhadi, M.Si. dan Dr. Fatchur Rohman, M.Si.

Oleh Kelompok 9:
S2 Pendidikan Biologi/Kelas A Tahun 2018
Firda Ama Zulfia 180341863018
Rabiatul Adawiyah 180341863049

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
OKTOBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi
pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan
industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran
energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor
industri dan kegiatan lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah salah satu
negara penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak,
penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan
menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan.
Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam
jumlah besar. Beberapa diantaranya bisa segera diterapkan di tanah air, seperti:
bioethanol sebagai pengganti bensin, biodiesel untuk pengganti solar, tenaga
panas bumi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkan sampah/limbah pun
bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Hampir semua sumber energi
tersebut sudah dicoba diterapkan dalam skala kecil di tanah air (Lubis, 2007).
Perkembangan ekonomi negeri ini dihambat oleh krisis energi. Kemajuan
teknologi yang ada membuat kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat.
Indonesia sangat bergantung pada minyak bumi dan gas alam yang merupakan
sumber energi tak terbarukan dan semakin lama semakin sedikit jumlahnya dan
pemakaiannya memiliki konsekuensi terhadap lingkungan. Pertumbuhan
infrastruktur listrik Indonesia hanya 2-3% per tahun. Solusi yang dicari adalah
Green Energy, yaitu energi ramah lingkungan yang dapat diperbaharui dan dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan energi listrik.
Energi listrik memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk mendukung pembangunan nasional
yang berkelanjutan. Penggunaan energi listrik di Indonesia meningkat seiring
pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk. Akses
terhadap energi ini merupakan kebutuhan primer yang merupakan syarat utama
untuk meningkatkan standar hidup masyarakat (Wirosobo & Rochim, 2014).
Pertambahan penduduk di Indonesia membuat pertambahan kebutuhan energi.
Salah satu solusinya adalah penggunaan energi ramah lingkungan.
Energi ramah lingkungan adalah segala macam energi yang dihasilkan
dengan menggunakan sumber daya alam yang lebih rendah dan menghasilkan
emisi atau limbah yang lebih rendah pula. Energi ramah lingkungan merujuk ke
sumber-sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak mencemari lingkungan.
Selain air, sinar matahari dan angin terdapat pula energi yang berasal dari
makhluk hidup. Diantaranya adalah biodiesel, fuel cell, biogas, energi biomassa,
dan bioethanol. Ada juga energi yang dapat didapatkan dari fenomena alam, yaitu
energi dari gelombang air laut dan panas bumi.
Indonesia sedang berusaha mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan
sebagaimana tertulis pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional Pasal 11 ayat 2 yang menjelaskan tentang prioritas
pengembangan energi nasional sebagai berikut: (1) memaksimalkan penggunaan
energi terbarukan dengan memperhatikan tingkat keekonomian, (2)
meminimalkan penggunaan minyak bumi, (3) memanfaatkan pemanfaatan gas
bumi dan energi baru, dan (4) menggunakan batu bara sebagai andalan pasokan
energi Nasional.
Salah satu hal yang penting dan kompleks serta menjadi bahan perdebatan
dalam memilih alternatif energi yang akan dikembangkan untuk masa depan dari
negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Pengembangan dan
pemanfaatan energi diarahkan pada pengelolaan energi secara hemat dan efisien
dengan memperhitungkan peningkatan kebutuhan energi, peluang ekspor, dan
kelestarian sumber energi untuk jangka panjang. Sumber energi altenatif seperti
tenaga panas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga biomassa, tenaga nuklir dan
sebagainya perlu terus dikembangkan dengan memperhatikan keselamatan
masyarakat serta kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah.
1. Bagaimana pengertian energi ramah lingkungan?
2. Bagaimana manfaat energi ramah lingkungan?
3. Apa saja macam-macam energi ramah lingkungan?
4. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan energi ramah
lingkungan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah energi ramah lingkungan adalah.
1. Menjelaskan pengertian energi ramah lingkungan.
2. Menjelaskan manfaat energi ramah lingkungan.
3. Menjelaskan macam-macam energi ramah lingkungan.
4. Menjelaskan kendala dalam pemanfaatan energi ramah lingkungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Energi Ramah Lingkungan


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi disinonimkan
dengan tenaga dan dijabarkan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Kata
energi diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “energi” yang berasal dari
bahasa latin “energia”. Ketiadaan energi akan menyebabkan suatu benda baik
hidup maupun mati, tidak memiliki kekuatan untuk bergerak atau bekerja. Pada
makhluk hidup, energi diperoleh dari asupan atau makanan dan minuman. Lebih
spesifik pada manusia, energi diperoleh tidak saja dari makanan dan minuman,
namun juga dari latihan atau kebiasaan fisik lainnya. Sementara itu pada benda
mati energi diperoleh dari zat atau bahan yang ditambahkan pada benda tersebut.
Menurut Undang-undang No 30 tahun 2007 tentang energi pasal 1 ayat 1
menyatakan energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa
panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Energi adalah kemampuan
untuk melakukan kerja. Dalam segala aspek kehidupan energi merupakan fasilitas
meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan kerja dan manusia
menggunakannya untuk tujuan konstruktif secara ekonomi dalam menjalankan
kegiatan yang tidak mungkin dihadapi oleh manusia sebelum adanya teknologi
energi. Sedangkan energi alternatif mengacu pada sumber energi yang tidak
didasarkan pada pembakaran bahan bakar fosil. Ketertarikan dalam bidang studi
energi pada awalnya berasal dari efek yang tidak diinginkan dari polusi (seperti
yang berlangsung saat ini) baik dari pembakaran bahan bakar fosil dan dari
produk sampingan limbah nuklir. Ada beberapa alternatif untuk dimanfaatkan
sebagai sumber energi yang diharapkan tidak terlalu besar dampak lingkungannya
(Liun, 2016).
Secara sederhana energi adalah hal yang membuat segala sesuatu di sekitar
kita terjadi, kita menggunakan energi untuk semua hal yang kita lakukan. Energi
ada di semua benda: manusia, tanaman, binatang, mesin, dan elemen-elemen alam
(matahari, angin, air dan sebagainya) (Contained Energi Indonesia, 2018). Energi
dibedakan menjadi energi potensial (tersimpan) dan energi kinetik (gerak).
Selanjutnya dikenal Hukum Kekekalan Energi atau disebut juga Hukum
Termodinamika I yang menyatakan bahwa “Energi dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk yang lain (konversi energi), tetapi tidak bisa diciptakan ataupun
dimusnahkan”. Sebagai contoh, asupan yang kita konsumsi adalah energi
potensial. Energi ini berubah bentuk menjadi energi kinetik secara perlahan ketika
manusia tidak melakukan kegiatan berarti, seperti tidur atau duduk, namun
berubah menjadi energi kinetik secara cepat (segera) ketika manusia melakukan
kegiatan berat, seperti berlari menaiki tangga atau mengendarai sepeda
(Mediastika, 2013).
Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah
suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi dan
tenaga yang ramah terhadap lingkungan. Energi ramah lingkungan adalah segala
macam energi yang dihasilkan dengan menggunakan sumber daya alam dan
menghasilkan emisi atau limbah yang lebih rendah pula (Lubis, 2007).
Energi terbarukan ini harus segera dikembangkan di Indonesia, apabila
energi tidak dikembangkan maka energi yang tidak bisa diperbaharui ini akan
menimbulkan ancaman. Menurut Lubis (2007), terdapat tiga ancaman serius
akibat ketergantungan terhadap energi fosil ini, yaitu:
a) Menipisnya cadangan bumi yang diketahui.
b) Kenaikan atau ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar
dari produksi minyak.
c) Polusi gas rumah kaca (terutama CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil).
Kadar CO2 saat ini disebut sebagai yang tertinggi selama 125.000 tahun
belakangan.
B. Manfaat Energi Ramah Lingkungan
Terdapat beberapa sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan yang
bisa diterapkan segera di Indonesia, seperti bioethanol, biodiesel, tenaga panas
bumi, tenaga surya, mikrohidro, tenaga angin, dan sampah/limbah. Pemanfaatan
energi ramah lingkungan sangat berdampak bagi kehidupan di Indonesia.
Beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan energi ramah lingkungan
adalah (Lubis, 2007).
a. Adanya penggunaan sumber energi terbarukan dari matahari, tumbuhan, air,
laut, angin, dan limbah untuk mengurangi penggunaan energi tak terbarukan.
b. Energi surya yang dikonversikan menjadi energi listrik disebut juga dengan
energi photovoltaic dapat digunakan sebagai pembangkit listrik di daerah
pedesaan terpencil kemudian berkembang menjadi lampu penerangan jalan
berenergi surya, penyediaan listrik di tempat umum seperti rumah peribadatan,
pelayanan kesehatan, dan instansi-instansi pemerintah.
c. Mengurangi polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan
bakar fosil.
d. Menstabilkan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi
minyak.
e. Tidak menggunakan cadangan minyak bumi secara berlebihan.
f. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati merupakan bahan bakar
yang lebih bersih dan ramah lingkungaan.
g. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan juga berarti
menyelamatkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang
ditimbulkan akibat penggunaan BBM.

C.Macam-macam Energi Ramah Lingkungan


1. Energi surya
Energi surya merupakan energi terbarukan yang murah, mudah, dan yang
paling penting adalah ramah lingkungan. Hasil pemanfaatan energi surya tidak
menghasilkan limbah industri yang menyebabkan kerusakan pada peralatan atau
menurunkan masa lifetime peralatan tersebut. Instalasi dan pemeliharaan panel
surya termasuk mudah sehingga memungkinkan bagi masyarakat sekitar untuk
melakukan maintenance sendiri untuk panel surya tersebut. Selain daripada itu
instalasi panel surya dianggap lebih hemat dibandingkan penggunaan generator
apabila akan digunakan dalam jangka waktu panjang. Energi surya merupakan
energi yang potensial dikembangkan di Indonesia, mengingat Indonesia
merupakan negara yang terletak di daerah khatulistiwa (Hasan, 2012).
Menurut Hasan (2012), energi surya memiliki keunggulan-keunggulan
dibandingkan dengan energi fosil, diantaranya:
 Sumber energi yang mudah didapatkan.
 Ramah lingkungan.
 Sesuai untuk berbagai macam kondisi geografis.
 Instalasi, pengoperasian dan perawatan mudah.
 Listrik dari energi surya dapat disimpan dalam baterai.

Gambar 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya


(Sumber: Hasan, 2012)
Prinsip kerja teknologi photovoltaic ini yaitu cahaya matahari dapat diubah
menjadi energi listrik melalui modul surya yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Bahan semikonduktor, merupakan bahan semi logam yang
memiliki partikel yang disebut elektron-proton, yang apabila digerakkan oleh
energi dari luar akan membuat pelepasan elektron sehingga menimbulkan arus
listrik dan pasangan elektron hole. Modul surya mampu menyerap cahaya sinar
matahari yang mengandung gelombang elektromagnetik atau energi foton ini.
Energi foton pada cahaya matahari ini menghasilkan energi kinetik yang mampu
melepaskan elektron-elektron ke pita konduksi sehingga menimbulkan arus listrik.
Energi kinetik akan makin besar seiring dengan meningkatnya intensitas cahaya
dari matahari. Intensitas cahaya matahari tertinggi diserap bumi di siang hari
sehingga menghasilkan tenaga surya yang diserap bumi ada sekitar 120.000 terra
Watt. Jenis logam yang digunakan juga akan menentukan kinerja daripada sel
surya (Hasan, 2012).
Menurut Lubis (2007), energi surya dapat dimanfaatkan melalui dua
macam teknologi yaitu energi surya termal dan surya fotovoltaik.
a. Surya Fotovoltaik
Energi surya atau lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell,
merupakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas
dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, yang mampu merubah langsung
energi surya menjadi energi listrik.
b. Surya Termal
Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak
digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumahtangga
perkotaan. Jumlah pemanas air tenaga surya (PATS) diperkirakan berjumlah
150.000 unit dengan total luasan kolektor sebesar 400,000 m2 . Secara non-
komersial dan tradisional, energi surya termal banyak digunakan untuk
keperluan pengeringan berbagai komoditas pertanian, perikanan, perkebunan,
industri kecil, dan keperluan rumah tangga. Secara komersial, energi surya
mempunyai potensi ekonomi untuk penyediaan panas proses suhu rendah (s/d
90 oC) menggunakan sistem energi surya termik (SEST) bagi keperluan
pengolahan pasca panen komoditas tersebut dengan lebih efektif dan efisien.
Pengalaman menunjukkan bahwa penerapan SEST untuk pengeringan dapat
memberikan berbagai nilai tambah yang tinggi berupa: peningkatan dan
jaminan kualitas produk, mengurangi rugi-rugi (losses) material selama
produksi (a.l. rusak dan hilang), dan waktu pengolahan yang lebih singkat.
2. Energi Angin
Angin merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting. Angin
adalah pergerakan udara yang terjadi akibat udara hangat naik dan udara dingin
mengalir menggantikan udara panas. Energi angin telah digunakan selama
berabad-abad lalu untuk menggerakkan perahu layar dan menggerakkan koncir
angin yang mengolah biji-bijian kemudian dalam perkembangannya angin
digunakan untuk menggerakkan turbin untuk menghasilkan energi listrik. Faktor
yang menentukan besarnya energi listrik yang dihasilkan oleh kincir angin
ditentukan oleh kecepatan angin dan panjang baling-baling turbin. Semakin
panjang baling-baling turbin, semakin besar pula listrik yang dihasilkan. Sebagai
contoh, sebuah turbin angin setinggi 40 m dapat menghasilkan listrik yang dapat
digunakan sekitar 100 s/d 150 rumah (Hamdi, 2016).
Proses pemanfaatan energi angin dilakukan melalui dua tahapan konversi
energi, pertama aliran angin akan menggerakkan rotor (baling-baling) yang
menyebabkan rotor berputar selaras dengan angin yang bertiup, kemudian putaran
dari rotor dihubungkan dengan generator, dari generator inilah dihasilkan arus
listrik. Jadi proses tahapan konversi energi bermula dari energi kinetik angin
menjadi energi gerak rotor kemudian menjadi energi listrik. Besarnya energi
listrik yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah
sebagai berikut (Habibie, 2011).
a. Rotor (kincir), rotor turbin sangat bervariasi jenisnya, diameter rotor akan
berbanding lurus dengan daya listrik. Semakin besar diameter semakin besar
pula listrik yang dihasilkan, dilihat dari jumlah sudut rotor (baling-baling),
sudut dengan jumlah sedikit berkisar antara 3 - 6 buah lebih banyak digunakan.
b. Kecepatan angin, kecepatan angin akan mempengaruhi kecepatan putaran rotor
yang akan menggerakkan generator.
c. Jenis generator, generator terbagi dalam beberapa karakteristik yang berbeda,
generator yang cocok untuk Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) adalah
generator yang dapat menghasilkan arus listrik pada putaran rendah.
Pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB) terbesar di Indonesia dengan
kapasitas 75 MW berada di Desa Mattirotasi dan Lainungan, Kecamatan
Watangpulu, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan
(Prima, 2018). Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) karena sifatnya yang
terbarukan (renewable) sudah jelas akan memberikan keuntungan karena angin
tidak akan habis digunakan tidak seperti pada penggunaan bahan bakar fosil.
Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana
penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke
lingkungan. Kalau dicermati dari pembangkitan energi listrik dari data potensi
kecepatan angin, energi maksimum yang bisa dibangkitkan 50 kW. Karerna itu,
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat Nusa Penida perlu dibangun
lebih dari satu unit pembangkit. Dengan demikian, pembangkit listrik tenaga
angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat beberapa masalah yang
terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik, di
antaranya yaitu dampak visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan
keindahan (Budiastra, 2009).

Gambar 2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Sidrap, Sulawesi Selatan


(Sumber: Budiastra, 2009)

3. Energi Air
Air merupakan salah satu sumber energi yang sangat besar. Sebagai
sumber energi, air dapat terbarukan, yang secara terus-menerus tersirkulasi oleh
penguapan dan peresapan yang terjadi dalam siklus air. Siklus air dimulai dari
panas matahari menyebabkan air di danau dan lautan menguap untuk membentuk
awan. Kemudian air tersebut jatuh kembali ke bumi membentuk hujan dan salju
dan mengalir melalui sungai dan aliran air menuju lautan. Air yang mengalir dapat
dijadikan energi untuk memutar kincir yang selanjutnya energi tersebut digunakan
untuk proses mekanisme industry. Energi aliran air juga menhasilkan energi listrik
melalui turbinj dan generator (Hamdi, 2016).
Indonesia memiliki potensi besaruntuk pengembangan pembangkit listrik
tenaga air. Itu disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit
sertadialiri oleh banyak sungai dan daerah-daerah tertentu mempunyai
danau/waduk yang cukup potensial sebagai sumber energy air. Pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) adalah salah satu teknologi yang sudah terbukti (proven), tidak
merusak lingkungan, menunjang diversifikasi energi dengan memanfaatkan energi
terbarukan, menunjang program pengurangan pemanfaatan BBM, dan sebagian
besar memakai kandungan lokal. Besar potensi energi air di Indonesia adalah
74.976 MW, sebanyak 70.776 MWada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkan
adalah sebesar 3.105,76 MW sebagian besar berada di Pulau Jawa(Kholiq, 2015).
Pembangunan setiap jenis pembangkit listrik didasarkan pada kelayakan
teknis dan ekonomis dari pusat listrik serta hasil studi analisis mengenai dampak
lingkungan. Sebagai pertimbangan adalah tersedianya sumber energi tertentu,
adanya kebutuhan (permintaan) energi listrik, biaya pembangkitan rendah, serta
karakteristik spesifik dari setiap jenis pembangkit untuk pendukung beban dasar
(base load) atau beban puncak (peak load). Selain PLTA, energi mikrohidro
(PLTMH) yang mempunyai kapasitas 200-5.000 kW potensinya adalah 458,75
MW,sangat layak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di
daerah pedesaan di pedalaman yang terpencil ataupun pedesaan di pulau-pulau
kecildengan daerah aliran sungai yang sempit. Biaya investasi untuk
pengembangan pembangkit listrik mikrohidro relatif lebih murah dibandingkan
dengan biaya investasi PLTA. Hal ini disebabkan adanya penyederhanaan standar
konstruksi yang disesuaikan dengan kondisi pedesaan. Biaya investasi PLTMH
adalah lebih kurang2.000 dollar/kW, sedangkan biaya energy dengan kapasitas
pembangkit 20 kW (rata-rata yang dipakai di desa) adalah Rp 194/kWh
(Kholiq, 2015).
Menurut Hariansyah (2010), cara kerja pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) sebagai berikut.
a. Aliran sungai dibendung agar mendapatkan debit air (Q) dan tinggi jatuh air
(H), kemudian air yang dihasilkan disalurkan melalui saluran penghantar air
menuju kolam penenang
b. Kolam penenang dihubungkan dengan pipa pesat dan pada bagian paling
bawah dipasang turbin air
c. Turbin air akan berputar setelah mendapat tekaanan air (P) dan perputaran
turbin dimanfaatkan untuk memutar generator
d. Stelah mendapat putaran yang constan maka generator akan menghasilkan
tegangan listrik yang dikirim ke konsumen melalui saluran kabel distribusi
(JTM atau JTR).

Gambar 3. Pembangkit Listrik Tenaga Air


(Sumber: Hariansyah, 2010)

4. Fuelcell
Fuel Cell adalah perangkat elektrokimia yang mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Fuel Cell sebagai sumber tenaga listrik di masa mendatang
mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan sumber tenaga yang lain. Fuel
Cell jenis Polymer Electrolyte Membrane memiliki energi spesifik yang relatif
tinggi 508Wh/kg dan ramah terhadap lingkungan dengan limbah berupa air.
Kekurangannya pada saat ini adalah harganya yang mahal dan insfrastruktur yang
masih minim. Fuel cell bisa digunakan sebagai sumber energi bagi berbagai
keperluan mulai dari peralatan yang dapat dipindahkan (portabel), peralatan yang
bergerak (transportasi) dan pembangkit tetap (stationer). Sebagai sumber yang
portabel dapat menyimpan daya yang besar dibandingkan dengan batere. Untuk
pemakaian transportasi fuel cell mempunyai efisiensi yang tinggi dibandingkan
dengan mesin konvensional. Sebagai sumber tenaga stationer mempunyai emisi
yang rendah, energi spesifik yang tinggi dan tidak berisik (Sudaryono, 2014)
Suatu alat transportasi sangat berhubungan dengan berat total kendaraan,
dan bahan bakar yang digunakan merupakan suatu zat dari sistem yang
mempengaruhi berat total kendaraan dan kinerjanya. Jika digunakan bahan bakar
yang mempunyai nilai kalor tinggi, maka kinerja akhir kendaraan dapat dikatakan
baik. Seperti diketahui, hidrogen sebagai energi alternatif merupakan senyawa
bahan bakar yang pada saatnya nanti menjadi suatu sumber energi yang sangat
potensial, bersih, dan efisien (Hasan, 2007).
Bila hidrogen digunakan sebagai bahan bakar fuel cell, maka mobil listrik
akan menjadi ringan dibandingkan bahan bakar lain. Hal ini disebabkan energi per
satuan beratnya lebih tinggi. Pengembangan mobil listrik dengan baterai
konvensional dirasakan tidak realibel karena jarak tempuhnya pendek dan waktu
pengisian batere yang lama jika dibandingkan mobil konvensional. Namun
dengan adanya teknologi fuel cell dan reformernya, kendala jarak tempuh dan
pengisian batere dapat diatasi. Pada beberapa jenis prototipe mobil listrik selain
tangki penyimpan gas hidrogen juga digunakan reformer di mana campuran
metana dan air dirubah menjadi gas hidrogen. Sebagai salah satu contoh
penerapan fuel cell pada mobil listrik. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas
dari sistem fuel cell dapat dilihat pada Gambar 4 (Hasan, 2007).

Gambar 4. Sistem Fuel cell


(Sumber: Hasan, 2007)
5. Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup
dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa
diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik
(padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang
cocok untuk sistem biogas sederhana. Di samping itu juga sangat mungkin
menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam system
biogas. Di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu,
tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam
sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di
sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut di atas berasal
dari bahan organik yang homogen. Jenis bahan organik yang diproses sangat
mempengaruhi produktivitas sistem biogas di samping parameter-parameter lain
seperti temperatur digester, pH, tekanan, dan kelembaban udara. Biogas dapat
dipergunakan dengan cara yang sama seperti gas-gas yang mudah terbakar
lainnya. Pembakaran biogas dilakukan melalui proses pencampuran dengan
sebagian oksigen (O2) (Rahayu, dkk, 2009).

6. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari minyak
nabati sehingga ramah lingkungan dan tidak beracun. Biodiesel minyak sawit
memiliki keunggulan komparatif, antara lain dapat menekan polusi dan
meningkatkan efisiensi mesin. Bila mobil diesel menggunakan solar biasa, tingkat
konsumsi mencapai 1:13 (1 liter:13 km), tetapi jika berbahan bakar campuran
biodiesel dan solar dengan perbandingan 10:90 (biodiesel 10%, solar 90%),
tingkat konsumsi menjadi 1:14 (1 liter:14 km). Ada pula pendapat yang
menyatakan biodiesel kelapa sawit cocok untuk berbagai jenis dan merek mobil
karena mengandung asetan tinggi, lebih dari 55, bebas sulfur, dapat diperbarui,
tidak mengandung toksin atau racun, padat energi, dan dapat dioperasikan pada
musim dingin, suhu di atas -20o C (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2008).
Biodiesel sebagai bahan bakar alternatif mengemuka seiring dengan
adanya krisis energi. Pada tahun 2005, permintaan energi solar dan minyak tanah
Indonesia mencapai 42 juta kiloliter atau 65% dari total konsumsi minyak bumi
setiap tahun. Pada tahun 2005- 2007, konsumsi minyak diesel di Indonesia sudah
mencapai kisaran 13 juta ton per tahun. Dua persen dari konsumsi minyak diesel
pada tahun 2007 berasal dari biodiesel minyak sawit dan minyak jarak. Negara-
negara maju juga tengah berpacu memproduksi bahan bakar nabati (BBN) yang
permintaannya mencapai 71 juta ton atau senilai 28 juta poundsterling.
Pengembangan biodiesel berdampak positif bagi lingkungan. Perlu diingat
biodiesel dari minyak sawit sama sekali bukan merupakan BBN murni. Minyak
kelapa sawit hanya berfungsi sebagai pencampur solar. Artinya minyak sawit
hanya digunakan sebagai campuran untuk mengurangi tingkat pencemaran udara
yang dihasilkan oleh solar biasa. Ada 40-60 jenis tanaman yang dapat dikonversi
menjadi BBN, termasuk jarak pagar yang dapat diolah menjadi BBN murni 100%
pengganti solar mesin diesel (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2008).

Gambar 5. Biodiesel kelapa sawit


(Sumber: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2008)

7. Energi Panas Bumi


Panas yang terkandung dalam perut bumi menghasilkan uap dan air panas
yang dapat digunakan untuk memberikan tenaga pada generator dan menghasilkan
listrik atau untuk pemakaian lain seperti pemanasan rumah dan pembangkit daya
pada industri. Energi panas bumi dapat diambil dari sumber di bawah tanah
dengan pengeboran atau dari sumber lain yang lebih dekat dengan permukaan
bumi (Hamdi, 2016).
Sebagai daerah vulkanik, wilayah Indonesia sebagian besar kaya akan
sumber energi panas bumi. Jalur gunung berapi membentang di Indonesia dari
ujung Pulau Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT,NTB menuju Kepulauan
Banda, Halmahera,dan Pulau Sulawesi. Panjang jalur itu lebih dari 7.500 km
dengan lebar berkisar 50-200 km dengan jumlah gunung api baik yang aktif
maupun yang sudah tidak aktif berjumlah 150 buah. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan di sepanjang jalur itu,terdapat 217 daerah prospek panas bumi.
Potensi energi panas bumi total adalah 19.658 MW dengan rincian di Pulau Jawa
8.100 MW, Pulau Sumatera 4.885MW, dan sisanya tersebar di Pulau Sulawesi
dan kepulauan lainnya. Sumber panas bumi yang sudah dimanfaatkan saat ini
adalah 803 MW. Biasanya data energi panas bumi dapat dikelompokkan ke dalam
data energi cadangan dan energi sumber. Biaya investasi ada dua macam. Pertama
biaya eksplorasi dan pengembangan sebesar 500-1.000 dollar AS/kW:1. Kedua,
biaya pembangkit sebesar 1.500dollar/kW (kapasitas 15 MW), 1.200dollar/kW
(kapasitas 30 MW), dan 910dollar/kW (kapasitas 55 MW).2. Untuk biaya energi
dari panas bumi adalah 3-5 sen/kWh (Kholiq, 2015).

Gambar 6. Energi Panas Bumi


(Sumber: Kholiq, 2015)
D. Kendala Penggunaan Energi Ramah Lingkungan
Pemanfaatan energi ramah lingkungan juga mendapaatkan beberapa
kendala, diantaranya adalah (Mediastika, 2013).
a. Tidak menghasilkan daya yang besar seperti kincir air turbin dan kincir air
aover shot.
b. Diperlukan teknologi dan ahli untuk membuat perancangan alat pembangkit
energi ramah ingkungan seperti alat untuk pemanfaatan energi ombak.
c. Hanya dapat menyuplai energi pada waktu tertentu seperti pada pemanfaatan
energi ombak yang hanya dapat menyuplai energi kurang lebih 10 jam setiap
harinyaa saat ombak bergerak masuk ataupun keluar.
d. Memerlukan biaya yang cukup besar di awal pembuatan alat seperti pembuatan
kincir air over shot.
e. Membutuhkan ruang yang lebihluas untuk penempatan alat seperti kincir air
over shot.
f. Memerlukan pemeliharaan alat secara teratur seperti turbin angin, padahal suku
cadang masih terbatas.
g. Pemeliharaan alat terkendala masalah lokasi yang terpencil sehingga sedikit
tenaga ahli yang kompeten.
h. Secara ekonomis energi angin belum dapat bersaing dengan energi fosil.
i. Hewan terbang dapat terluka jika mengenai alat untuk membangkitkan energi
dari sumber energi terbarukan, misalnya burung dan kelelawar dapat terluka
atau mati karena menabrak sudut turbin angina sehingga populasinya menurun.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Energi ramah lingkungan adalah segala macam energi yang dihasilkan dengan
menggunakan sumber daya alam dan menghasilkan emisi atau limbah yang
lebih rendah pula.
2. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan energi ramah lingkungan adalah
mengurangi dan menghemat penggunaan energi tak terbarukan, ramah
lingkungan, tidak menyebabkan polusi gas rumah kaca, menstabilkan harga
minyak akibat laju permintaan yang terlalu besar.
3. Macam-macam energi ramah lingkungan adalah energi surya, energi angin,
energi air, fuel cell, biogas, biodiesel, dan energi panas bumi.
4. Kendala penggunaan energi ramah lingkungan adalah ketersidaan lahan, dana,
alat, teknologi, dan ahli dalam penggunaan energi ramah lingkungan.

B. Saran
Diharapkan penggunaan energi ramah lingkungan dapat lebih diterapkan
di Indonesia dan sumber daya manusia di Indonesia dapat mengelola sumber
energi terbarukan untuk dimanfaatkan sebagai energi ramah lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN

Budiastra, I.N., Giriantari,I.D., Artawijaya, W., Partha, C.I. 2009. Pemanfaatan


Angin sebagai Energi Alternatif Pembangkit Listrik di Nusa Penida dan
Dampaknya terhadap Lingkungan. Jurnal Bumi Lestari. 9 (2): 263-267

Contained Energi Indonesia, 2018. Buku panduan PNPM Energi yang


Terbarukan (Online), diakses dari
(http://psflibrary.org/catalog/repository/Buku-Panduan-Energi-yang-
Terbarukan_guidebook-renewable-energi-small.pdf), pada tangal 27
September 2018.

Edwaren, L. 2016. Potensi Energi Alternatif dalam Sistem Kelistrikan Indonesia.


Jakarta: Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir
Indonesia.

Habibie, M.N., Sasmito, A., & Kurniawan, R. 2011. Kajian Potensi Energi Angin
di Wilayah Sulawesi dan Maluku. Jurnal Meteorology dan Geofisika.12
(2): 181-187.

Hamdi, 2016. Energi Terbarukan. Jakarta: Kencana.

Hariansyah, M. 2010. Peranan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


di Pedesaan sebagai Solusi Krisis Energi Listrik di Pedesaan. Jurnal
Teknik. 9 (1) : 1-10.

Hasan, A. 2007. Aplikasi Sistem Fuel Cell sebagai Energi Ramah Lingkungan di
Sektor Transportasi dan Pembangkit.Jurnal Teknik Lingkungan.8 (3): 277-
286.

Hasan, Hasnawiya. 2012. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Pulau


Saugi. Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK).10 (2): 169-180.

Kholiq, Imam. 2015. Pemanfaatan Energi Alternatif sebagai Energi Terbarukan


untuk Mendukung Substitusi BBM. Jurnal IPTEK. 19 (2): 75-91.

Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2008. Biodiesel: Energi Terbarukan Ramah


Lingkungan. Warta penelitian dan pengembangan pertanian 30 (4): 3-4.

Lubis, A. 2007. Energi Terbarukan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal


Teknik Lingkungan. 8 (2): 155-162.

Mediastika, C.E. 2013. Hemat Energi & Lestari Lingkungan melalui Bangunan.
Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
Prima, A. R. 2018. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap 75 MW (Online),
diakses dari (http://pii.or.id/wp-content/uploads/EW-57-2018-Bayu-
Sidrap-Koreksi.pdf), pada tanggal 27 September 2018.

Rahayu, S., Purwaningsih, D., & Pujianto. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak
Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan beserta Aspek
Sosio Kulturalnya. Jurnal Inotek. 13(2): 150-160.

Sudaryono. 2014. Fuel Cell: Sumber Energi Listrik yang Ramah Lingkungan
(Online), diakses dari
(http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/listrik
-electro/1048-daryono), pada tanggal 27 September 2018.

Undang-undang Republik Indonesia No 30 Tahun 2007 tentang Energi. 2007.


Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Wirosobo, H.D. & Rochim, S. 2014. “Saw-Gen” sebagai Sumber Energi Listrik
Ramah Lingkungan dan Murah. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi (SNST). 1: 13-17.

Anda mungkin juga menyukai