Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

NAMA : ALOISIUS YEKRIS NENABU

NIM : 1723724105

SEMESTER : V (Lima)

PRODI : OTOMOTIF B

JURUSAN : TEKNIK MESIN

MATA KULIAH :
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHUAN

A. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis potensi EBT yang pantas diterapkan di inndonesia . Juga beberapa kegunaan dan kendala
dalam implementasinya
B. Perubahan iklim dari aktivitas ekonomi dilihat dari berbagai aspek, seperti penggunaan
teknologi dan inovasi,penggunaan bahan bakar dan dampak secara nyata terhadap beban
lingkungan suatu daerah.
C. Framework hilirisasi pemanfaatan energi primer sampai energi final serta menentukan zona
kendali Emisi GRK

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I

A. Latar Belakang

Sebenarnya apa yang dimaksud energi terbarukan? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), energi berarti kemampuan untuk melakukan kerja atau daya (kekuatan) yang dapat
digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Energi Terbarukan adalah energi yang
pada umumnya merupakan sumber daya non fosil yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola
dengan baik maka sumber dayanya tidak akan habis. Energi baru terbarukan perlu
dikembangkan demi ketahanan energi nasional. Saat ini jumlah konsumsi BBM mencapai 1,4
juta barrel padahal produksi minyak nasional mencapai 840 ribu barrel. Untuk mencukupi
kebutuhan ini, pemerintah harus mengimpor minyak dari luar. Oleh karena itu alternative-
alternatif lain perlu dikembangkan. Peningkatan produksi minyak dalam negeri memang sudah
digenjot dengan menggunakan Teknik-teknik peningkatan produksi seperti enhanced oil recovey
namun nilai konsumsi minyak juga terus meningkat apalagi sumur-sumur minyak juga
mengalami decline/penurunan.
Perubahan iklim adalah perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin dan berbagai efek-
efek lain secara drastis.Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan perubahan iklim
sebagai gejala yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia.
Hal tersebut turut mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada
periode waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah
komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari
Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.
Perubahan iklim dapat diukur dalam bentuk statistik melalui International Panel on Climate
Change. Salah satu perubahan iklim yang sering terjadi adalah bencana alam yang terkait
dengan peningkatan suhu bumi
Analisis pemodelan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu analisis permintaan energi
Final, transformasi energi dan penyediaan energi primer. Analisis permintaan energi
Final dilakukan menggunakan asumsi pertumbuhan PDB, pertumbuhan penduduk,
Juga mempertimbangkan kebijakan, Renstra dan roadmap terkait pengembangan Energi yang
berlaku saat ini. Demikian pula untuk analisis penyediaan energi Primer dilakukan dengan
mempertimbangkan pemanfaatan berbagai jenis sumber energi dan potensi sumber daya energi
termasuk berbagai kebijakan yang berlaku,
serta perkembangan teknologi energi saat ini. Sedangkan analisis transformasi
energi dilakukan dengan mempertimbangkan RUPTL, RUEN dan penurunan emisi.
BAB II

A. Jenis perubahan iklim dari aktivitas ekonomi dilihat dari berbagai aspek

 Ada berbagai jenis energi terbarukan (ETB) diindonesia

1. Energi bahan bakar nabati

Baru-baru ini Pertamina melakukan tender pengadaan Fatty acid Methyl Ester (FAME)
sebanyak 6.6 juta kilo liter yang merupakan aditif untuk biosolar. Langkah ini dilakukan
untuk mengurangi porsi impor BBM dengan memanfaatkan bahan bakar nabati. Pada
tahun 2015 jumlah bahan bakar nabati yang digunakan biosolar direncakan 10%.
Penggunaan bahan bakar nabati sekarang sekitar 7.5%. Bahan Bakar Nabati (BBN)
adalah bahan bakar dari sumber hayati. Beberapa bahan bakar nabati ini diantaranya
adalah biodiesel (substitusi solar), bioethanol (substitusi bensin) dan minyak nabati
murni- Pure Plant Oil/PPO (substitusi BBM pada pembangkit listrik berbasis bahan bakar
minyak-PLTD).

2. Geothermal

Posisi Indonesia yang terletak di cincin api dengan banyaknya gunung api
mengakibatkan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di bidang panas bumi.
Hampir 40 persen potensi geothermal di dunia ada di Indonesia. Potensi yang bisa
diambil dari panas bumi mencapai 29 GMW sedangkan pemanfaatan energi geothermal
ini baru sekitar 4%. Salah satu anak perusahaan pertamina yang bergerak dalam bidang
geothermal adalah Pertamina Geothermal Energy.

3. Energi dari angin, Surya, Air

Pembangkit listrik tenaga surya sudah banyak digunakan. Solar cell mulai banyak
bermunculan. Memang untuk solar cell memang masih memiliki kelemahan. Di
antaranya adalah butuh lokasi yang luas dan biaya investasi yang cukup tinggi.
Salah satu contoh pemanfaatan solar cell
Pembangkit listrik tenaga air sudah banyak digunakan. Dan sekarang berkembang
pembangkit listrik tenaga mikrohidro dimana pembangkit ini berkerja untuk
menghasilkan energi dengan kapasitas relative lebih kecil karena energi potensial yang
didapatkan dari mikrohidro biasanya lebih kecil.

4. Energi dari arus laut

Potensi energi dari arus laut memang belum terpetakan dengan jelas tetapi di kawasan
timur seperti NTB, NTT dan papua memiliki potensi yang cukup besar apalagi didukung
bahwa Indonesia merupakan negara maritim. Energi arus laut ini didapatkan dari energi
akibat arus pasang surut serta pergerakan massa air. Energi ini sudah mulai
dikembangkan oleh BPPT namun masih memiliki efisiensi yang cukup rendah.
5. Energi dari sampah

Pada tahun 2010, penulis pernah membuat tugas akhir kuliah dengan judul
“Prarancangan Pabrik Biomethane dari Sampah Kota Kapasitas Bahan Baku 90000
ton/tahun”. Sampah organik memiliki potensi energi dimana konsepnya adalah
mengambil biogas kemudian biogas ini diolah menjadi biomethane dengan
menggunakan berbagai teknologi bisa berupa absorber, adsrober, dll untuk
menghilangkan beberapa kontaminan seperti H2S, CO2 sehingga bisa didapatkan
biomethane. Pada tahun 2013 ini ternyata Pertamina telah mengembangkan energi
listrik dari sampah dengan bekerja sama dengan PT Godang Tua Jaya di TPST Bantar
gebang. Dengan memanfaatkan 2000 ton sampah maka memiliki kapasitas 120 MW.
Pembangkit listrik tenaga sampah memang telah banyak dikembangkan di luar negeri
terutama di negara swedia. Salah satunya bisa dilihat TPA Kawatanu di Palu dimana
pemerintah Palu bekerja sama dengan pemerintah swedia untuk menghasilkan PLTS ini.
Selain untuk menghasilkan energi terbarukan maka dengan adanya pembangkit listrik
tenaga sampah juga akan mengurai permasalahan yang disebabkan oleh adanya
sampah terutama di ibukota.

 Kegunaan dan kendala dalam implementasinya

Dalam Proses Pelaksanaannya, Pelaksanaan EBT di Indonesia hingga saat ini mulai
sedikit demi sedikit diterapkan dan masih tetap terus digalakan oleh Negara sebagai
bentuk upaya Pemerintah menyediakan energi untuk kehidupan masyarakat seperti
ketersediaan tenaga listrik dan bahan bakar. Hal ini didasarkan kepada semakin
meningkatnya kesadaran umat manusia untuk mengelola dan menjaga kelestarian
lingkungan dengan baik sehingga diperlukan energi yang bersifat ramah lingkungan.
Kesadaran masyarakat dan pemerintah akan hal tersebut ditandai dengan kondisi global
yang sedang populer dimana pemanfaatan energi sudah mengarah kepada energi yang
berasal dari Energi Baru Terbarukan. Selain itu, EBT dapat berperan dalam menjawab
beberapa masalah lingkungan yang ada. Contohnya mengenai kondisi energi nasional
saat ini, Dimana 90% energi yang dimanfaatkan berasal dari energi fosil yang semakin
berkurang keberadaannya dan merupakan faktor penting terjadinya perubahan iklim.

Pemanfaatan EBT ini sangat diperlukan oleh masyarakat dalam penyediaan tenaga
listrik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Jika melihat kepada Jumlah penduduk
Indonesia saat ini, dimana populasinya sangat besar, yaitu sekitar lebih dari 250 juta
jiwa dengan Pertumbuhan kebutuhan energi listrik sekitar 8% per tahun, yang kemudian
berakibat kepada terjadinya peningkatan energi listrik yang signifikan, yaitu sekitar 7
000 MW per tahun. Maka dari itu, diperlukanlah keamanan pasokan bagi ketersediaan
energi, khususnya energi listrik.
Selain itu, Disamping Pemanfaatan EBT di Indonesia yang cenderung mengarah kepada
hal-hal positif, ternyata EBT pun masih terdapat sedikit kendala dalam pelaksanaannya.
Diantaranya yaitu mengenai Pemanfaatan EBT yang dinilai masih membutuhkan biaya
pengadaan dan operasional yang cukup tinggi dan jauh melampaui energi konvensional
dan energi fosil lainnya (minyak dan batu bara). Selain itu, EBT memiliki nilai investasi
yang tinggi sehingga memberikan dampak serius pada kenaikan tarif listrik.

B. Jenis perubahan iklim dari aktivitas ekonomi dilihat dari berbagai aspek

 Perubahan iklim
Perubahan iklim adalah perubahan pola dan intensitas unsur iklim dalam periode waktu
yang sangat lama. Bentuk perubahan berkaitan dengan perubahan kebiasaan cuaca atau
perubahan persebaran kejadian cuaca. Perubahan iklim terjadi melalui interaksi
antarunsur iklim selama puluhan hingga jutaan tahun. Masing-masing unsur iklim
memberikan pengaruh terhadap kondisi iklim dengan tingkat pengaruh yang berubah-
ubah. Perubahan iklim terjadi ketika perubahan dalam sistem iklim bumi menghasilkan
pola cuaca baru yang bertahan selama setidaknya beberapa dekade, dan mungkin
selama jutaan tahun.
Sebagian beranggapan bahwa perubahan Iklim dapat menyebabkan penderitaan yang
tak Tertanggungkan bagi masyarakat yang rentan. Sebagian menitikberatkan perhatian
pada Bagaimana menangani suatu ekosi$tem tertentu. Sebagian lagi mengkhawatirkan
bahwa perubahan iklim akan meningkatkan kemungkinan ketidakstabilan iklim yang
jauh lebih luas. Tetapi sebagian lagi menyatakan bahwa pengurangan emisi sangatlah
mahal (dan karenanya tidak mungkin dilakukan). Satu hal yang tidak dapat dipungkiri
adalah· bahwa pada abad 20, temperatur rata-rata bumi naik O,4-O,8°C. Kenaikan ini
diduga akan terus berlangsung, dan pada tahun 2100 temperatur rata-rata Flobal akan
menjadi 1,4-5,8°C lebih hangat. Salah satu antisipasi terhadap efek pemanasan global
tersebut adalah pada naiknya emungkinan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca
ekstrem, seperti badai, banjir, dan kekeringan.
 Penggunaan Teknologi dan inovasi
Perubahan iklim yang terjadi akibat naiknya suhu atmosfer semenjak revolusi industri,
maka perkembangan iptek kala itu menjadi pemicunya. Kini harapan manusia untuk
menghadapi dan mengantisipasi dampak perubahan iklim juga kembali tertuju pada
peran iptek. Berbagai pusat riset dunia saat ini hampir pasti bersinggungan dengan tema
riset perubahan iklim, termasuk di Indonesia sendiri.
Contoh lain peran iptek antara lain dalam penerapan teknologi modifikasi cuaca yang
dilakukan di BPPT baik dalam mengatasi kekeringan atau mencegah hujan (memindah
awan) agar tidak terjadi volume hujan yang berlebih (banjir). Di sektor energi saat ini
juga banyak penerapan iptek dalam riset energi baru dan terbarukan. Dua iptek utama
dalam penerapannya bidang energi ini adalah pembangkit
Listrik non bahan bakar fosil seperti tenaga surya, panas bumi dan hidro serta
pengembangan bahan bakar nabati (biofuel). Pengembangan biofuel, dengan sentuhan
iptek saat ini juga berasal dari mikroalga. Pada tema ini, saat ini LIPI fokus pada
pencarian spesies yang optimum, sedangkan BPPT fokus pada optimasi teknologi
fotobioreaktor sedangkan ITB juga fokus pada teknologi konversi menjadi minyak diesel.
Penerapan inovasi yang bersifat adaptif terhadap perubahan iklim Akan berdampak
pada meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan petani. Begitu pula upaya mitigasi
perubahan iklim akan menimbulkan konsekuensi Biaya yang dibebankan kepada petani.
Namun dalam realitas kemampuan Modal petani umumnya rendah akibat berbagai
faktor. Akses petani Terhadap lembaga perbankan juga sangat terbatas karena dalam
Menyalurkan pinjaman modal lembaga perbankan menerapkan prinsip-Prinsip
perbankan yang cukup ketat dan sulit untuk dapat dipenuhi oleh Petani. Untuk
mengatasi permasalah tersebut maka penguatan Kelembagaan keuangan di pedesaan
yang berperan dalam penyaluran Pinjaman modal kepada petani perlu dilakukan agar
petani dapat Mendapatkan pinjaman modal dengan persyaratan yang mudah
dipenuhi,Proses yang cepat dan suku bunga relatif rendah.

 penggunaan bahan bakar dan dampak secara nyata terhadap beban lingkungan suatu
daerah

Peningkatan penggunaan BBM terutama BBM dari fosil sudah barang tentu juga akan
meningkatkan gas karbon dioksida (CO2) sebagai gas hasil pembakaran dari BBM fosil.
Seperti diketahui gas CO2 adalah salah satu komponen gas rumah kaca, diperkirakan
setiap tahun dilepaskan sekitar 18,35 miliar ton CO2. Ketika atmosfer semakin kaya akan
gas-gas rumah kaca ini, maka semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak
panas dari matahari yang Dipancarkan ke bumi, sehingga menyebabkan pemanasan
global (global warming). Penyebab utama pemanasan global ini adalah pembakaran
bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batubara yang melepaskan gas CO2
dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Pemanasan global
sudah menjadi isu internasional dan menjadi permasalahan dunia karena dampaknya
dapat membahayakan makhuk hidup di dunia diantaranya adalah suhu bumi meningkat,
terjadi perubahan iklim, peningkatan permukaan laut, gangguan ekologis dan dampak
sosial politik. Protokol Kyoto adalah konvensi yang dilakukan oleh negara-negara di
dunia yang peduli lingkungan, berkomitmen untuk mengurangi emisi gas CO2 dan lima
gas rumah kaca lainnya. Jika Protokol Kyoto sukses diberlakukan, diprediksi akan
mengurangi ratarata pemanasan global antara 0,02°C – 0,28°C pada tahun 2050.
Indonesia sebagai negara yang masih mempunyai hutan yang cukup luas punya peluang
untuk mensukseskan Protokol Kyoto tersebut. Beberapa hal yang mungkin bisa
dilakukan di Indonesia adalah membatasi emisi karbon dengan mengganti dari energi
fosil dengan sumber energi lainnya seperti biofuel yang lebih ramah lingkungan,
memperbanyak tanaman untuk menyerap gas rumah kaca yang berlebih, menjaga,
mengelola dan melestarikan hutan, karena hutan sangat potensial menyerap gas rumah
kaca, menjaga keseimbangan antara tingkat polusi dan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di
setiap wilayah, mendorong penelitian dan pengembangan bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan.
Dampaknya adalah :
1. Menimpa yang paling rentan, Komunitas yang paling miskin dan komunitas yang
tinggal di tepi pantai, buruh tani dan suku-suku asli menjadi kelompok yang
paling rentan sebab mereka kurang mampu dalam mengatasi dampak
perubahan iklim seperti bencana alam, penyakit , dan kekurangan makanan, hal
tersebut akan memicu kerusuhan yang mematikan dan terancamnya stabilitas
keamanan.
2. Mempengaruhi kekayaan keanekaragaman hayati, musnahnya berbagai jenis
keanekaragaman hayati disebabkan oleh mencairnya es di kutub, banjir, hujan
badai, kekeringan, kebakaran hutan dan kurangnya ketersediaan pangan.
Beberapa fakta yaitu menurunnya 80% populasi penguin sejak tahun 1975,
menurunnya populasi Kijang Karibu Arktik karena kelaparan, terancamnya
burung-burungyng melakukan migrasi karena cuaca ekstrim dan berkurangnya
persediaan makanan di tempat tujuan migrasi.

C. Framework halirisasi pemanfaatan energi primer sampai energi final

 Analisis pemodelan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu analisis permintaan energi
Final, transformasi energi dan penyediaan energi primer. Analisis permintaan energi
Final dilakukan menggunakan asumsi pertumbuhan PDB, pertumbuhan penduduk,
Juga mempertimbangkan kebijakan, Renstra dan roadmap terkait pengembangan Energi
yang berlaku saat ini. Demikian pula untuk analisis penyediaan energi Primer dilakukan
dengan mempertimbangkan pemanfaatan berbagai jenis sumber energi dan potensi
sumber daya energi termasuk berbagai kebijakan yang berlaku,
serta perkembangan teknologi energi saat ini. Sedangkan analisis transformasi
energi dilakukan dengan mempertimbangkan RUPTL, RUEN dan penurunan emisi.

Ekonomi makro dan


Demografi Kebijakan dan Regulasi
Indikator energi
(Jumlah Penduduk) Terkait
(Intensitas dan elastisitas)

Analisis Kebutuhan Energi Final

Industri Transportasi Rmh Tangga Komersial Lainnya Non Energi

Batubara Gas Bumi EBT Listrik BBM

Balmorel Analisis Transformasi Energi

Pembangkit Listrik Kilang Minyak Kilang Gas (LPG &


LNG

Analisis Penyediaan energi primer

Batubara Gas Minyak EBT Lainnya

Emisis Gas Rumah kaca


Analisis permintaan dan penyediaan energi dilakukan berdasarkan hasil perhitungan dari model
LEAP yang merupakan suatu model simulasi perencanaan energi yang mampu melakukan
analisis energi dari permintaan hingga penyediaan secara terintegrasi. Dalam model LEAP,
perkiraan permintaan energi dihitung berdasarkan perkalian antara aktivitas pemakaian energi
dan intensitas pemakaian energi. Aktivitas energi dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi,
jumlah penduduk atau jumlah produksi. Sedangkan intensitas energi merupakan tingkat
konsumsi energi per nilai PDB atau per jumlah penduduk atau per jumlah produksi dalam waktu
tertentu. Intensitas energi dapat dianggap tetap selama periode simulasi atau turun untuk
menunjukkan peningkatan efisiensi energi.

Sesuai dengan kerangka analisis pada Gambar 1.10, parameter yang dipertimbangkan dalam
membuat proyeksi permintaan energi final adalah data sosial ekonomi yaitu populasi dan
pertumbuhan ekonomi, data historis penggunaan energi (intensitas energi dan pola penggunaan
energi) akibat perbaikan gaya hidup masyarakat dipengaruhi oleh proyeksi kenaikan PDB dan
teknologi yang semakin efisien. Sebagai data dasar digunakan data energi tahun 2018 dan data
histori data lima tahun ke belakang untuk melihat tren

Anda mungkin juga menyukai