Anda di halaman 1dari 7

ENERGI BARU TERBARUKAN

Menuju bauran energi 25% tahun 2025

Disusun oleh :

Ischaq Bagas Widayat 02311540000009

Departemen Teknik Fisika

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2019
Pemerintah melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menargetkan bauran
energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% hingga tahun 2025 mendatang. Konsistensi pemerintah
dalam menggarap perkembangan dari keberlangsungan energi nasional ini kemudian
ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum
Energi Nasional. Namun sampai akhir 2017 jumlah bauran EBT Indonesia baru mencapai angka
11,9% dan tersisa 8 tahun dari target 23% pada tahun 2025. seperti yang telah kita ketahui bahwa
sampai dengan hari ini permasalahan yang dihadapi mengenai penggunaan energi terbarukan
diantaranya adalah ; biaya kapital tinggi, ketidakjelasan resiko ekonomi, aturan yang kurang
kondusif, keterbatasan di pasaran, rendahnya penerimaan/pengetahuan masyarakat, gap informasi
teknologi, kurangnya infrastruktur & sistem yang mendukung, kerapatan energi yang rendah,
kurang stable/mudah dipengaruhi oleh lingkungan, lokasi spesifik, sumber data kurang lengkap,
dsb.
Sebagai gambaran tambahan kondisi energi saat ini, Perpres RUEN ini juga mencantumkan
potensi energi terbarukan Indonesia pada tahun 2015 yang didapatkan dari hasil kajian mendalam
Tim penyusun RUEN ini yang dikoordinatori oleh Kementerian ESDM. Potensi energi terbarukan
yang terpampang pada Lampiran 1 Perpres 22 Tahun 2017 tersebut sebagai berikut.

Kemudian, dengan basis data kondisi saat ini dan dengan asumsi-asumsi pertumbuhan yang akan
terjadi hingga 2050 mendatang, pada RUEN telah dilakukan modeling dengan metoda Long-range
Energy Alternatives Planning, sehingga didapat kondisi energi Indonesia hingga tahun 2050
mendatang.

Pada Rancangan Umum Energi Nasional tersebut juga dijelaskan detail proyeksi
penggunaan Energi Baru Terbarukan pada pasokan energi primer Indonesia dan pembangkit EBT
hingga 2050 menjadi.
Sinergitas – RUEN, KEN, dan RUED
Pada RUEN juga dijelaskan bagaimana startegi agar target bauran dan pembangkit itu
tercapai. Kita ambil contoh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, bunyi amanat RUEN yang
tertulis pada Lampiran I tersebut adalah:
Untuk mencapai sasaran pengembangan PLTB di atas, kegiatan yang dilakukan, antara lain:
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas survei dan pemetaan potensi tenaga angin / bayu.
2) Melakukan survei potensi tenaga angin / bayu untuk daerah atau wilayah yang belum
mempunyai pengukuran potensi.
3) Melakukan pra-studi kelayakan untuk daerah yang sudah mempunyai pengukuran potensi
angin/ bayu dan dilanjutkan dengan studi kelayakan pembangunan pembangkit listrik
tenaga·bayu.
4) Membangun unit pembangkit PLT Bayu di daerah terpencil, pulau terluar dan perbatasan
NKRI.
5) Mewajibkan Pemerintah Daerah membangun dan mengelola PLT Bayu melalui BUMD
Jika dicermati secara netral, strategi diatas sebenarnya masih terlalu umum untuk dijadikan
acuan dalam pengembangan energi baru terbarukan agar sesuai target pada RUEN ini. Diperlukan
penjelasan langkah per langkah dengan span waktu yang lebih kecil sehingga pihak pihak yang
berkepentingan dapat membuat aksi yang lebih tepat dan seirama dengan rancangan energi yang
telah disusun bersama tersebut. Sehingga kontinuitas dalam pengontrol serta pembuatan perencaan
sampai pada tataran daerah menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Kebijakan Publik – Keberanian kebijakan dan strategi pengembangan beberapa negara
Di beberapa negara maju, perkembangan energi terbarukan tidak juga berjalan cepat,
kecuali energi nuklir dimana sejak tahun 2004 tumbuh 3.2% (Amerika Serikat), Jepang 24.3%,
Kanada 21.3%, atau Cina 14.1%. Sejak tahun 1992 Amerika Serikat merupakan pengguna terbesar
sel surya yang mencapai 43.5 MW dan tahun 2004 mencapai 365.2 MW. Jepang dari 19 MW
tahun 1992 pada tahun 2004 telah mencapai 1132 MW. Jerman tumbuh dari 5.6 MW tahun 1992
menjadi 794 MW tahun 2004. Presiden Barrack Obama menyatakan ingin melihat sejuta mobil
listrik melaju di jalanan Amerika Serikat pada yahun 2015. Dengan harga listrik saat ini, biaya
operasi mobil listrik di Amerika Serikat setara dengan Rp. 2000 per liter. Hawai yang kini
mengandalkan minyak impor untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energinya, berencana
memasang stasiun pengisian daya listrik dan memangkas penggunaan bahan bakar fossil hingga
tahun 2030. Presiden Barrack Obama berjanji akan menetapkan “standar portofolio terbarukan”
yang mewajibkan perusahaan listrik menghasilkan seperempat dayanya dari sumber terbarukan
pada tahun 2025. Sekalipun Kongres meratifikasi undang-undang tersebut, batubara tetap
mendominasi portofolio listrik Amerika Serikat hingga 20 tahun ke depan.
Cina dengan pertumbuhan industri baru yang sangat pesat mampu mengembangkan batu
bara sebagai sumber energi alternatif agar ketergantungan pada minyak tidak terlalu besar.
Cadangan batubara Cina 12.6% dari cadangan dunia, sementara Amerika Serikat memiliki 27.1%
dari cadangan dunia. Cina menjadikan batu bara sebagai sumber energi yang menjadi setara 956.9
juta ton minyak, sehingga mampu memasok 69% kebutuhan energi Cina. Pendekatan menarik dari
kebijakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya adalah Rusia. Rusia menguasai
cadangan gas alam terbesar di dunia yakni 26.7% sehingga menjadikan gas alam sebagai sumber
utama pemenuhan energi dalam negerinya yang mencapai setara 361.8 juta ton minyak atau 54.1%
dari total energi yang dikonsumsi Rusia. Perancis yang sangat miskin energi fossil, kini lebih
fokus pada pengembangan sumber energi nuklir hingga mampu memproduksi setara 101.4 juta
ton minyak. Produksi energi nuklir Perancis diperkirakan 16.2% dari total produksi dunia dan
terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Perancis juga adalah salah satu negara yang telah berhasil
mengembangkan energi gelombang pasang samudera (tidal wave). Kanada memperbesar
penggunaan gas alam dan energi air sehingga keduanya mencapai 51%. Kanada berhasil
mengembangkan energi hidro yang mencapai 12% dari seluruh energi hidro di seluruh dunia.
Malaysia memberikan insentif perpajakan untuk alat-alat penghemat energi dengan
memberikan Elaun Modal Dipercepatkan (Accelerated Capital Allowance-ACA). Dengan
fasilitas ini maka depresiasi yang biasanya 5 tahun, boleh dipercepat menjadi 1-2 tahun saja.
Depresiasi adalah merupakan biaya (pengeluaran), maka dengan demikian bisa dipakai untuk
mengurangi pajak keuntungan perusahaan. Negara Thailand sejak 1992 sudah membentuk ESCO
(Energy Saving Company), dan saat ini sudah memiliki dana 15 juta US$ untuk membiayai
proyek-proyek penghematan energi (1-1.5 juta US$ per proyek) dengan bunga 4% dan cicilan 7
tahun serta grace period 1 tahun.
Bangun EBT dari desa – Akses eletrifikasi daerah belum terjangkau harus
mempertimbangkan EBT
Akses terhadap energi di daerah pedesaan merupakan tantangan besar bagi Indonesia. Pada tahun
2011, 66 juta orang (27 persen dari total populasi) tidak memiliki akses terhadap listrik dan 102
juta orang (42 persen dari total populasi) mengandalkan biomassa tradisional untuk memasak
(International Energy Agency, 2013c). Dengan persebaran pulau-pulau dan ukuran geografis yang
besar, Indonesia menghadapi tantangan yang luar biasa untuk menyediakan sambungan ke
jaringan listrik untuk masyarakatnya.
Sumber energi terbarukan sering kali merupakan pilihan yang hemat biaya untuk
meningkatkan akses terhadap energi di daerah pedesaan. Zymla (2012) memperkirakan bahwa
biaya operasional generator diesel di daerah pedesaan berkisar antara Rp 3.000 – 9.000/kWh.2
Sebaliknya, satu pembangkit listrik tenaga surya 100 kW di sebuah pulau di Indonesia Timur
hanya memakan biaya sekitar Rp 2.800/kWh. Sistem hibrida yang mengkombinasikan pembangkit
listrik tenaga surya dan generator diesel dapat menjadi pilihan yang menarik bagi sejumlah wilayah
di Indonesia. Gambar 4 menunjukan hasil kajian yang mengindikasikan bahwa sistem tersebut
memberikan pasokan listrik yang lebih dapat diandalkan dengan biaya yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya (dengan keandalan
lebih rendah). Potensi ini telah diketahui dan dimasukkan dalam rencana pembangunan
pembangkit listrik tenaga surya seribu pulau oleh PLN, yang mentargetkan instalasi 620 MW
pembangkit listrik tenaga surya di daerah terpencil pada tahun 2020, dengan membentuk jaringan
mini dan mikro yang mengkombinasikan pembangkit diesel, biomassa dan panel surya. (Sofyan,
2013)
Analisa Strategi – SWOT Analysis
Dengan berbagai persoalan yang masih dihadapi mengenai Energi Baru Terbarukan di
Indonesia dengan menentukan analisa strategi SWOT didapatkan beberapa rencana strategi yang
dapat digunakan sebagai opsi untuk dilakukan agar setidaknya dapat bertindak secara rasional dan
progresif.

Anda mungkin juga menyukai