1. Sesi 1
NRE Policy and Energy Mix
Dr.Utjok W. Siagian( Energy mix strategy for bali Province)
Penggunaan akhir-Model ExSS (GAMS, Sistem PemodelanAljabar Umum)v 24.0
Penggerak permintaan energi pertumbuhan ekonomi dan populasi diperkirakan akan meningkat
dengan pertumbuhan rata-rata 5,2%/tahun. Pemulihan pandemic akan membutuhkan
pertumbuhan ekonomi 5-6% (2022-2025) dan 6,3-7,1% (2026-2030).
Asumsi dan target Sosial ekonomi :
- Ekonomi Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh tahun 2060 dengan rata-rata
5,2%/Tahun
- Proyeksi permintaan energi pada tahun 2020 1,32 toe/Kapita/tahun, dinegara OECD adalah
2,68 Toe/kapita/tahun sedangkan pasokan energi primer rata-rata 3 inci/kapita/tahun
- Pada tahun 2060, konsumsi energi final Indonesia target mencapai 1,35 toe/kapita/tahun
melebihi rata-rata pada tahun 2020
- Pada tahun 2060, tingkat konsumsi listrik akan mencapai 5500 kWh/kapita/tahun yaitu
setingkat dengan tingkat konsumsi negara maju (7000-8000 kWh/kapita/tahun pada tahun
2020.
Permintaan energi final tahun 2020 -2060 rata-rata 2,8% per tahun, elastisitasnya rata-rata 0,55
Dr. Jaco Quist (Backcasting and Politics of regional energy transitions in Indonesia)
- Tantangan Global => Kehancuran keanekaragaman Hayati, Perubahan Iklim, Resensi dan
Covid 19
- Politik perencanaan Energi Daerah di Indonesia=> contoh Kasus di Bali: ekonomi daerah
bergantung pada industry pariwisata, Kalimantan selatan : Regional ekonomi bergantung
pada industry Ekstraktif dan analisis kebijakan dan peraturan yang relevan di tingkat
Nasional dan provinsi
- Bali => Faktor yang mempengaruhi : kekuatan pendorong utama kepemimpinan Gubernur,
Berkembangnya inisiatif energi terbarukan yang dipimpin oleh warga, keterlibatan
pemerintah kabupaten dan sector swasta sangat penting, PLN tingkat daerah dapat lebih
terbuka untuk mengakomodasi kebutuhan energi provinsi dan preferensi sumber energi.
- Kalimantan Selatan => Faktor Yang mempengaruhi : Batubara tetap yang menjadi raja bagi
pembangunan daerah, Para pemimpin industry memiliki hubungan dekat dengan politisi dan
birokrat, tidak adanya kepemimpinan politik untuk mengejar transisi energi, keterlibatan
masyrakat sipil yang relative terbatas, dan beberapa inisiatif EBT tetapi dibatasi dengan
kemampuan pemerintah provinsi untuk menentukan masa depan energi provinsi.
- Backcasting => ciptakan masa depan berkelanjutan yang diinginkan sebelum melihat ke
belakang dari masa depan itu bagaimana hal itu bisa dicapai dan merencanakan Langkah
awal bergerak menuju masa depan itu. Sangat berguna (Dreborg 96) Ketika menyangkut
masalah yang sangat kompleks dan gigih, Ketika termasuk masalah yang tren, Ketika solusi
berbasis pasar tidak cukup berhasil, jika ada kebutuhan untuk perubahan besar dan jika
waktunya Panjang dan memungkinkan alternatif nya kuat.
2. Sesi 2
Alternative NRE-1
Dr. Supriyatna,M.T/Fathia Hashillah,M.Env.MGT.DEV(Land Use and Land Cover Changes in
South Kalimantan and Bali Province
Karya sebelumnya : Modis jenis tutupan lahan : 500m 2001 dan 2019 di Pulau Kalimantan
Determinan Perubahan tutupan Guna lahan mengambil studi di Kalimantan Selatan dengan
survei lapangan ke ratusan responden. Survei semi-terstruktur yang menunjukkan pencarian
yang telah ditentukan sebelumnya tetapi dalam bentuk pertanyaan terbuka untuk lebih
memahami perubahan penggunaan lahan.
Penentuan potensial keputusan penggunaan lahan berdasarkan teori =>Pendidikan, Sistem
tenurial, Luas Lahan, dan Lahan Produktif
Dr. M.Farid ( Mini-Micro Hydro Power Potential In Bali and South Kalimantan )
- Latar Belakang => Krisis ekonomi di Indonesia, Pembangkit listrik tenaga air kecil memiliki
kelebihan , Bali dan Kalimantan Selatan memiliki potensi pemanfaatan energi rendah karbon
seperti energi air.
- Bali merupakan Lokasi yang potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air,
skema PLTA alternatif yang dapat dikembangkan di bali adalah Turbin Vortex
- Kalimantan Selatan => ketersediaan air yang sangat tinggi, Pengembangan PLTA masih
sangat terbatas, Fokus pemanfaatn masih dalam transisi dari sector pertambangan ke
pertanian dan perikanan.
- Hasil
a. Bali => untuk PLTMH terdapat 11 titik dengan potensi daya 23,06 MW dan untuk PLTMH
terdapat 33 titik potensial dengan potensi daya 13,97
b. Kalimantan selatan => memiliki 26 titik potensi Mini Hidro dengan 68.916 MW dan 57
titik potensi Mikro Hidro dengan 27.437 MW.
Kesimpulan =>
- Diperoleh 2 pemetaan Lokasi potensial PLTA
- Hasil perhitungan pulau Bali memiliki potensi lokasi Mini mini hidro sebanyak 11 titik dengan
kapasitas 23,06 MW dan lokasi potensi mikro hidro sebanyak 33 titik dengan kapasitas 13,97
MW.Kalsel memiliki potensi lokasi mini hidro sebanyak 26 titik dengan kapasitas 68.916 MW
dan potensi lokasi mikro hidro sebanyak 57 titik dengan kapasitas 27.437 MW.
- Pemetaan ini telah didekati dengan kondisi lapangan, seperti di Bali kendala umum yang
sering ditemui dalam pembangunan PLTA adalah kendala sosial.
- Untuk Kalimantan Selatan mengalami proses pasang surut air laut hingga 60 km di hulu
sungai.
3. Sesi 3
Alternative NRE -2
Dr. Utjok W.Siagian ( Geothernal for Alternative New Renewable Energy in Indonesia)
- Geothermal Resources Total : 23,766 MW.
- Potensi panas Bumi => Prospek dengan Entalpi Tinggi : Lebih dari 300 Lokasi, Potensi
Kapasitas Sumber daya :9.344 MW, Kapasitas cadangan : 14.422 MW, Kapasitas
Terpasang :2.286 (9,6% dari total potensi).
- Dasar pemikiran Pemanfaatan Sumber Daya Panas Bumi : Potensi sumber daya yang
signifikan, Ramah lingkungan, Dampak polusi minimal, Emisi CO2 sekitar 75 Gram/kWh, jauh
lebih rendah dibandingkan sumber energi lain, Lebih dapat diandalkan dari pada RE lainnya,
Tidak bergantung musim.
Tantangan Pengembangan :
Angin Lepas pantai=> sumber daya angin ringan di Indonesia, Potensi ekonomi di Papua tetapi
tarif tinggi, belum ada turbin lepas pantai berkecepatan rendah dipasaran.
Angin Darat => Sebagian besar sumber daya angin ringan di Indonesia, beberapa turbin darat
berkecepatan rendah ada dipasaran, lokasi ekonomi di Sulawesi, Jawa dan NTB (18-33
TWh/Tahun). Angin darat dapat dikombinasikan dengan penggunaan lahan lainnya. 75 MW PLTB
Sidrap in Sulawesi Selatan.
Solar PV Skala Utilitas (dalam Proses) => Potensi teknologi sebesar 12 PWh/Tahun namun lahan
terbatas, Solusi : PV atap, PV Apung atau interkoneksi.
Konversi Energi Panas Laut (OTEC) => menghasilkan listrik dengan panas yang tersimpan di laut
dan ukurannya yang komersial.
- Potensi teknis yang besar untuk semua teknologi yang dipelajari =>Terutama di lepas pantai
dan di daerah dengan banyak tanah yang belum tersentuh, Pulau-pulau dengan sedikit lahan
yang tersedia mungkin mendapat manfaat dari interkoneksi, Permintaan masa depan dapat
ditutupi dengan energi terbarukan dengan keyakinan tinggi
- Tapi potensi ekonomi sebagian besar di Indonesia Timur =>Skema BPP saat ini berfokus pada
penggantian generator Diesel, Skema FIT baru dari Perpres menjanjikan potensi ekonomi
nasional
- Indonesia bisa menjadi inovator teknologi => Turbin lepas pantai berkecepatan rendah dan
OTEC dapat dikembangkan di sana, Jaringan listrik antar pulau yang menghubungkan seluruh
wilayah Indonesia
“Selfi Terbaik “