Anda di halaman 1dari 5

2. Energi merupakan sektor vital bagi kehidupan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

Bagaimana situasi dan kondisi sektor energi nasional terkini? Bandingkan dengan kebijakan energi
beberapa negara besar lainnya

1. Sektor energi adalah salah satu sektor penyumbang emisi GRK terbesar dalam lingkup
global. Berdasarkan data IEA, dalam kurun 20 tahun, emisi GRK sektor energi menjadi lebih
dari 3 kali lipat dari 10 Gigaton CO2 pada tahun 1999 menjadi 33 Gigaton CO2 pada 2019.
Rekomendasi kebijakan untuk sektor energi yaitu:

 Mendorong transisi ke sumber energi terbarukan dan mengurangi penggunaan batu bara,

melalui peningkatan bauran energi terbarukan dari sekitar 10% pada tahun 2018, menjadi

23% pada tahun 2030, dan kemudian menjadi 30% pada tahun 2045.

 Meningkatkan efisiensi energi sebesar 3,5% pada tahun 2030 dan ditingkatkan kembali

menjadi 4,5% pada tahun 2045. Peningkatan efisiensi energi tersebut diharapkan dapat

menurunkan intensitas emisi (rasio total emisi GRK terhadap nilai tambah PDB) sebesar 30%

pada tahun 2030 dan 60% pada tahun 2045.


2. Saat ini, indeks ketahanan energi nasional berada di angka 6,57 atau masuk kondisi tahan
(6 s/d 7,99)
Bagi Indonesia yang memiliki proporsi energi fosil mencapai hampir 90% dalam bauran
energi primer, urgensi untuk melakukan dekarbonisasi semakin tinggi. Adapun hasil kajian
Kementerian PPN/Bappenas menyimpulkan bahwa mulai tahun 2022, sektor energi akan
menggantikan sektor kehutanan sebagai penyumbang emisi terbesar di Indonesia. Sektor
energi dan transportasi mendominasi emisi dengan persentase sebesar 50,6% (potensi
sebesar 1 Giga Ton CO2eq) dari total emisi di Indonesia pada tahun 2022. Potensi emisi
akan terus meningkat hingga di tahun 2030, dimana persentase emisi dari sektor energi
diprediksi akan menyentuh angka 1,4 Giga Ton CO2eq (59%).
Berbagai upaya sedang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi dari
sektor energi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT), seperti di sektor
kelistrikan maupun peningkatan penggunaan bahan bakar nabati (BBN). Melalui
Kementerian ESDM, Indonesia menargetkan bauran EBT hingga 19,5 persen dalam bauran
energi primer pada tahun 2024. Lebih lanjut, target tersebut diupayakan dengan berbagai
target turunan, seperti pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT hingga sebesar 19 GW
dan pemakaian BBN hingga 17,4 juta kilo liter.
3. Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar diantaranya,
mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW.
4. Kebijakan energi di Indonesia saat ini mengikuti kebijakan energi dunia internasional, yaitu
menurunkan emisi gas rumah kaca, transformasi menuju energi baru terbarukan, dan
akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau.
5. ada lima potensi energi yang paling populer di Indonesia yaitu energi tenaga
surya, energi air, energi angin atau energi bayu, energi limbah biomassa, dan
juga potensi pembangkit mikrohidro.
6. saat ini Indonesia memiliki kapasitas (pembangkitan) sumber energi sebesar 70,96 Giga
Watt (GW). Dari kapasitas energi tersebut, 35,36 persen energi berasal dari batu bara; 19,36
persen berasal dari gas bumi, 34,38 persen dari minyak bumi, dan EBT sebesar 10,9 persen
7. 1. Sumber Daya Energi Masih Menjadi Sumber Devisa Negara, Pemanfaatan energi
domestik belum optimal, terbatasnya infrastruktur, dan nilai tambah belum maksimal.
2. Penurunan Produksi dan Gejolak Harga Migas, Penurunan produksi, eksplorasi belum
optimal, dan perizinan yang rumit.
3. Akses dan Infrastruktur Energi, geografis, keterbatasan dan kekurangan infrastruktur, dan
disparitas harga energi daerah.
4. Ketergantungan Terhadap Impor BBM dan LPG, Meningkatnya kebutuhan, produksi
menurun, dan terbatasnya kapasitas kilang.
5. Harga EBT Belum Kometitif, Teknologi Energi Baru Terbarukan (EBT) masih mahal, adanya
subsidi BBM dan listrik,subsidi EBT yang belum optimal
6. Pemanfaatan EBT Masih Rendah, Kebijakan harga belum maksimal ,proses perizinan yang
rumit, dan permasalahan lahan dan tata ruangan.
7. Pemanfaatan Energi Belum Efisien, Belum konsisten, mahalnya peralatan efisiensi energi,
dan sistem transportasi massal belum diterapkan.
8. Penguasaan IPTEK Masih Terbatas, Lemahnya sinergitas antar lembaga, belum
berpihaknya terhadap inovasi dalam negeri, dan kerjasama masih lemah.
9. Kondisi Geopolitik dan Isu Lingkungan Hidup, Meningkatnya isu pemanasan global, Paris
Agreement - komitmen penurunan emisi GRK.
10. Cadangan Energi Nasional, Belum adanya mandatory, CPE belum tersedia, dan
ketahanan energi menurun.
8. Indonesia memiliki target Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada bauran energi
nasional pada tahun 2025. Kebijakan ini, yang dipadukan dengan komitmen Indonesia untuk
mengurangi emisi hingga 29% pada tahun 2030, merupakan upaya yang jelas menuju sistem
energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

3. Investasi infrastruktur merupakan prasyarat utama tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan berkelanjutan.

Jelaskan dalam konteks perekonomian nasional Indonesia masa kini!

4. Hak atas standar hidup layak dalam perspektif hak azasi manusia merupakan jaminan negara
demokratis atas kesejahteraan fundamental bagi warganya.

Jelaskan kewajiban negara atas Konvenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB) PBB yang juga
telah diratifikasi pemerintah Indonesia dan bagaimana implementasinya secara nasional?

 Negara anggota memiliki kewajiban hukum untuk menghormati, melindungi dan memenuhi
hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, dan diharapkan akan mengambil langkah "secara
progresif" untuk mewujudkan hak-hak tersebut.
 KEWAJIBAN MENGHORMATI (TO RESPECT), Negara menghormati HAM dengan tidak
campur tangan (intervensi) individu warga negara dalam menjalankan hak yang
bersangkutan.
 Negara mengakui hak atas penghidupan layak sebagai HAM.
 Negara tdk ikut serta dalam mengambil tindakan yg dpt mengakibatkan terhambatnya
akses terhadap Hak Penghidupan Layak
 Negara tidak melakukan, membela atau memaafkan praktik pengusiran paksa/sewenang2
thd orang/kelompok (terkait hak atas perumahan)
 Negara menghormati hak rakyat utk utk membangun tempat tinggal mereka sendiri dan
menata lingkungan tempat tinggal mereka, sehingga sesuai dgn kebudayaan, kecakapan,
kebutuhan dan harapan mereka (terkait hak atas perumahan)
 KEWAJIBAN MELINDUNGI (TO PROTECT), NEGARA MENJAMIN BAHWA PIHAK KETIGA
(INDIVIDU ATAU ENTITAS LAIN) TIDAK MELANGGAR HAK-HAK INDIVIDU LAIN
 NEGARA MEMBERI SANKSI TERHADAP PIHAK KETIGA YANG MELANGGAR HAK INDIVIDU
LAIN
 TERMASUK DI DALAMNYA MEMASTIKAN TERSEDIANYA PERATURAN UNTUK MEMBERI
PERLINDUNGAN HAK-HAK INDIVIDU YANG BERSANGKUTAN
 KEWAJIBAN MEMENUHI (TO FULFILL), NEGARA HARUS MELAKUKAN INTERVENSI
(TINDAKAN / LANGKAH-LANGKAH POSITIF) SESUAI DENGAN MAKSIMAL SUMBERDAYA
YG TERSEDIA. Terkait hak atas perumahan, ini melibatkan isu-isu pembelanjaan publik,
peraturan pemerintah tentang ekonomi dan pasar tanah, subsidi, perumahan publik,
layanan dasar, perpajakan, pemantauan tingkat sewa, dan lainnya.
 NEGARA HARUS MELAKUKAN LANGKAH AKTIF UNTUK MENGERAHKAN SUMBERDAYA
DEMI MEMENUHI HAK INDIVIDU WARGA NEGARA
 MENJAMIN SETIAP INDIVIDU UNTUK MENDAPATKAN HAKNYA YANG TIDAK DAPAT
DIPENUHI SENDIRI
 KEWAJIBAN MENGAMBIL TINDAKAN DAN MENCAPAI HASIL, Kewajiban mengambil
tindakan: tanggung jawab negara/pemerintah untuk menjalankan kewajiban dalam
memenuhi hak. Misal: membuat program pembangunan rumah bersubsidi atau rumah
sewa murah bagi kelompok miskin.
 Kewajiban mencapai hasil: tanggung jawab negara/pemerintah dalam mencapai hasil terkait
dengan tindakan yang dilakukan. Misalnya: tanggung jawab bahwa program pembangunan
rumah murah mencapai hasil, yaitu berkurangnya jumlah orang yang hidup di
jalanan/menggelandang.
 KEWAJIBAN PROGRESIF DAN KEWAJIBAN SEGERA, Kewajiban Progresif : kewajiban untuk
bergerak secepat dan seefektif mungkin utk mengambil langkah-langkah maju ke
arah realisasi sepenuhnya hak yang dijamin dalam Kovenan dengan maksimum
sumberdaya yang tersedia.
 Kewajiban Segera / kewajiban pokok minimum: Kewajiban untuk memastikan hak
penghidupan subsistensi minimal untuk bisa survive (bertahan hidup) bagi semua orang,
terlepas dari tingkat ketersediaan sumberdaya dan tingkat ekonomi negara. Misalnya,
negara menjamin tidak ada warga negara mati karena kelaparan – syarat minimum hak
atas pangan) atau menjadi gelandangan.
 Mengikuti temuan pelapor khusus PBB tentang pelaksanaan hak atas perumahan di
Indonesia, maka pembangunan kampung kota dapat dilakukan dengan berbagai upaya
berikut:
 Mengintegrasikan kampung kota dalam rencana pengembangan kota dan melindungi
kampung dari pemindahan akibat tekanan pasar dengan berbagai pendekatan, seperti
perbaikan kampung dan peningkatan pelayanan yg ada di kampung
 Mereview/mendata tanah-tanah negara dan mendorong agar tanah negara diprioritaskan
utk membangun perumahan bagi warga berpenghasilan rendah, termasuk di pusat-pusat
kota
 Reformasi peraturan tentang hak atas tanah utk memberi ruang bagi sertifikasi tanah
kolektif berbiaya murah agar kampung kota mendapatkan bukti kepemilikan
 Reformasi kebijakan pertanahan agar ada perlindungan bagi kepentingan rakyat miskin yg
tidak memiliki daya beli di pasar
 Mendorong adanya kebijakan bagi pengendalian thd spekulasi dan monopoli lahan serta
mewujudkan tata ruang perkotaan dan peraturan penggunaan lahan sehingga lingkungan
perkotaan lebih inklusif dan beragam Salah satu persoalan yang dihadapi kampung kota di
INDONESIA adalah miskinnya pembelaan. Salah satu indikasinya adalah miskinnya produksi
pengetahuan tentang KAMPUNG KOTA
 Perjuangan membangun kampung kota, dengan demikian, bisa dilakukan salah satunya
dengan memproduksi pengetahuan tentang KAMPUNG KOTA dan segala bentuk relasinya
dengan KOTA
 Mendorong pemerintah untuk menerapkan strategi nasional pembangunan perumahan
yang dirancang dengan melibatkan partisipasi publik yg efektif. Dalam hal ini
pengembangan kampung kota dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan
pembangunan perumahan, di samping rusunawa

5. Pandemi Covid-19 merupakan extraordinary event. Seluruh dunia tidak siap menghadapi dampak
pandemi yang mengancam aspek vital kehidupan manusia.

Bagaimana pelajaran dari menghadapi Pandemi Covid-19 untuk bangsa Indonesia menghadapi
pemulihan turbulensi ekonomi global dan antisipasi atas krisis di masa depan.

 Melindungi Masyarakat: Respons kebijakan yang cepat, Komunikasi yang transparan, dan
Sinergi antar lembaga menjadi pembelajaran untuk menghadapi krisis di masa yang akan
datang.
 Pandemi belum berakhir. Pemulihan menghadapi turbulensi global. Pembangunan Indonesia
harus tetap diakselerasi, cari sumber-sumber pertumbuhan baru
 MENCARI KESEIMBANGAN YANG TEPAT ANTARA GERAK EKONOMI DAN KESEHATAN. •
PSBB, PPKM, vaksinasi, Perlinsos, Program pemulihan ekonomi • Perlu menyiapkan adaptasi
kebiasaan baru, dan hidup dengan endemic
 KOMUNIKASI YANG TRANSPARAN DI ANTARA STAKEHOLDERS MENJADI KUNCI DALAM
PERCEPATAN PENANGANAN PANDEMI • Political communication dan public communication
• Transparansi kepada publik menciptakan trust
 MENYADARKAN KITA SEMUA GOTONG ROYONG (BURDEN SHARING) SERTA BAURAN
KEBIJAKAN MENJADI KEKUATAN. Sinergi kebijakan moneter, fiskal, sektor keuangan dan
sektor riil dibutuhkan agar mampu bertahan sekaligus percepatan recovery sosial ekonomi.
 PANDEMI MERUPAKAN MOMENTUM UNTUK MELAKUKAN REFORMASI • Digitalisasi dan
pengembangan database untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat dan baik. •
Reformasi fundamental telah dimulai, seperti UU Cipta Kerja untuk meningkatkan
produktivitas.
 PROSES PELAKSANAAN PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (PEN) KONSULTASI
DENGAN DPR RI • Perubahan APBN 2020 yang ditetapkan di dalam Pepres 72/2020 telah
telah dibahas dan dikoordinasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat RI (Komisi XI dan Badan
Anggaran) termasuk kebutuhan anggaran dan kebijakan Program Pemulihan Ekonomi
Nasional PEMBENTUKAN POKJA MONITORING • Monitoring dan update realisasi PEN; •
Identifikasi kendala dan permasalahan, • Tindak-lanjut untuk upaya akselerasi dan
efektivitas PEN (debottlenecking), KERJASAMA DENGAN APARAT PENEGAK HUKUM (APH) •
Telah dilakukan komunikasi dan koordinasi dengan Aparat Penegak Hukum dalam rangka
monitoring pelaksanaan PEN (KPK, BPK) • Direktorat Litbang KPK telah menindaklanjuti
dengan membentuk 5 Satgas memantau perkembangan PEN. • Kerjasama dengan APH turut
melibatkan Inspektorat JenderalKementerian/lembaga Komunikasi yang Transparan, Rutin,
dan Berkelanjutan dengan stakeholders untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan
public
 Pemanfaatan peluang emerging trends dan reformasi struktural untuk akselerasi
pertumbuhan ekonomi
 Penggunaan Produksi Dalam Negeri Hilirisasi Industri SDA bernilai tambah tinggi Key
Emerging Trends Pemanfaatan peluang emerging trends dan reformasi struktural untuk
akselerasi pertumbuhan ekonomi Pembangunan EBT dan Transisi Ekonomi Hijau,
Pemanfaatan Ekonomi Digital Reformasi Sektor Keuangan (pengembangan, pendalaman,
inklusifitas

6. Ditengah kenaikan harga-harga komoditas vital dan risiko ketidakpastian global yang eskalatif
maka pemerintah Indonesia mengoptimalkan APBN sebagai shock Absorber dengan sikap waspada,
antisipatif dan responsif. Pemerintah juga dituntut menggunakan momentum ketahanan fiskal.
Jelaskan!

Keterangan :

Pilih 4 soal untuk dikerjakan!

Anda mungkin juga menyukai