Studi Kelayakan
Kebun Tanaman Energi dan Pabrik Wood Pellet
Di Pulau Bangka
Disusun oleh :
Syahrir Nawier
Ari Martono
Judia
RINGKASAN EXECUTIVE
1. Produksi wood pellet global terus berkembang dari tahun sebesar 11%, apalagi mulai
2. Pasar Korea Selatan dan Jepang lebih menjanjikan bagi pasar wood pellet Indonesia,
dan tidak seketat Eropa yang menuntut sertifikasi ENplus, FSC atau PEFC. Dari sisi
harga, pellet di Eropa bisa jauh lebih mahal daripada harga di Korea Selatan, namun
SRC (Short Rotation Coppice) atau secara sederhana penerapan : Tanam, Tebang,
dengan biaya tanam dan pemeliharaan serendah mungkin, dengan rotasi panen 1-3
4. Idealnya penanaman dengan teknis panen mekanis, dengan jarak 1 x 1,5 m atau
6.500 pohon per ha (diluar jalan inspeksi, dan alokasi lahan untuk pertanian 35%).
Jika lapangan datar (lereng kurang dari 15%), jarak tanam bisa dirapatkan menjadi 2
x 0,5m (7.100-10.000 pohon/ha). Jika panen dilakukan manual... maka jarak tanam
bisa di set 2 x 1 m hingga 1,5 x 1 m dengan populasi 5.000 – 6.500 pohon per ha.
5. Pemilihan jenis tanaman yang cocok sebagai bahan baku energi, harus : sesuai
dengan tempat tumbuh; kemudahan cara budidaya dan regenerasi; fast growing;
cocok tumbuh dilahan marginal; sistim trubusan; manfaat ganda; menyuburkan tanah;
6. Tujuh hal paling menentukan keberhasilan pembangunan dan kelestarian usaha wood
pellet, yaitu : 1). Ketersediaan dan kecukupan bahan baku yang berkelanjutan; 2).
Aksesibilitas lokasi yang menguntungkan bagi penyediaan bahan baku dan distribusi
ke pasar; 3). Ketersediaan tenaga kerja memadai secara kualitas dan kuantitas; 4).
Biaya produksi yang murah; 5). Harga wood pellet yang kompetitif; 6). Teknologi
pengolahan yang efisien dan ramah lingkungan; 7). Peraturan yang mendukung.
7. Untuk menghasilkan 10.000 ton / bulan, diperlukan mesin 20 ton per jam, minimal
8. Usaha ini sangat baik bagi masyarakat, karena selain kayu untuk wood pellet, daun
9. Harga pokok biomasa sampai di pabrik Rp.460.000 dan harga pokok wood pellet
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Analisa Pasar Domestik dan Internasional
Bab 3 Hutan Tanaman Energi
Bab 4 Industri Wood Pellet
Bab 5 Aspek Lingkungan dan Sosial
Bab 6 Kelayakan
Bab 7 Kesimpulan dan Rekomendasi
Lampiran Kelayakan Keuangan
Lampiran Rencana Organisasi Pabrik
Bab 1
Pendahuluan
Bahan bakar memainkan suatu peran penting pada sektor rumah tangga, bisnis
dan industri. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pengembangan dan pemanfaatan
energi dan bahan bakar yang berasal dari sumber-sumber terbarukan merupakan suatu hal
yang harus dilakukan. Oleh karena itu sebagai salah satu dari negara yang memiliki
cadangan biomassa melimpah dan juga tengah mengalami krisis energi dan bahan bakar,
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan target diversifikasi sumber- sumber energi
menggantikan batu bara, gas dan minyak bumi dengan sumber- sumber energi yang
terbarukan, termasuk di dalamnya dengan mengembangkan biofuel dan bioenergy yang
bersumber dari pemanfaatan beragam jenis biomassa, baik yang dapat diperoleh dari
sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain sebagainya. Sikap pemerintah tersebut
tercermin melalui keluarnya Dekrit Presiden Republik Indonesia No. 5 tahun 2006
(Wirawan, 2006).
Menurut kebijakan Pemerintah Indonesia pada tahun 2025, 23% bauran energi
Indonesia harus berasal dari sumber energi terbarukan, dan angka ini meningkat menjadi
31% pada tahun 2050. Saat ini, bauran energi negara Indonesia sebesar 7% merupakan
energi terbarukan. Tantangan yang terkait dengan pencapaian tujuan ini sangat penting,
terutama bila mempertimbangkan pertumbuhan konsumsi listrik tahunan yang diharapkan
yaitu sebesar 8 - 9 %. Arah kebijakan energi ke depan berpedoman pada paradigma
bahwa sumber daya energi tidak lagi dijadikan sebagai komoditas, tetapi mampu dijadikan
sebagai modal pembangunan nasional. Tujuannya untuk : (a) mewujudkan kemandirian
pengelolaan energi, (b) menjamin ketersediaan energi dan terpenuhinya kebutuhan sumber
energi dalam negeri, (c) mengoptimalkan pengelolaan sumber daya energi secara terpadu
dan berkelanjutan, (d) meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi, (e) menjamin akses
yang adil dan merata terhadap energi, pengembangan kemampuan teknologi, industri
energi dan jasa energi dalam negeri, (f) menciptakan lapangan kerja dan terkendalinya
dampak perubahan iklim dan terjaganya fungsi lingkungan hidup.
Pertumbuhan EBT tidak hanya terkait angka-angka yang kuantitatif, namun juga
nilai manfaat yang sifatnya subtantif. Tercapainya target bauran energi tidak hanya
mengejar angka 23 persen di tahun 2025 dan 31 persen di tahun 2050, tapi juga
menetapkan indikator mendasar yang mampu menyentuh persoalan subtansial energi
kita saat ini yaitu terkait Prioritas kebijakan energi Indonesia adalah mengurangi konsumsi
minyak dan menggunakan energi terbarukan. Untuk pembangkit listrik, penting untuk
meningkatkan daya listrik untuk memenuhi permintaan nasional dan untuk mengubah
konsumsi bahan bakar fosil dengan pemanfaatan limbah biomassa. Pengembangan energi
terbarukan adalah salah satu target prioritas pemerintah di Indonesia. Di Uni Eropa, sumber
listrik berasal dari lebih dari 50% energi terbarukan. Finlandia dan Demark membuat energi
bersih menjadi sumber listrik pertama di negara tersebut. Tenaga air adalah sumber
terbarukan terkemuka dan memasok 24% dari kebutuhan listrik Finlandia, diikuti oleh
tenaga biomassa (15,4%).
Sumber energi di Indonesia didominasi oleh energi fosil (43% batubara dan 27%
gas). Indonesia dianggap sebagai produsen utama bahan baku untuk sektor bioenergi
dan biomassa, yaitu Minyak Kelapa Sawit, Tebu, Padi, Jagung, Singkong, dan Limbah
Kayu. Indonesia adalah produsen terbesar biomassa yang tersedia di antara negara-
negara ASEAN; baik dari biomasa pertanian dan kayu, sekitar 60 juta ton kering biomassa
/ tahun (15% dari biomassa kayu; 85% dari biomassa pertanian). Pemanfaatan biomassa
di Indonesia hanya 10% dalam total sumber daya energi, meskipun sumber biomassa
sangat melimpah di Indonesia. Pada tahun 2012 Kementerian Pertanian menghitung
potensi energi teknis sumber biomassa dalam dua jenis; biomassa pertanian padat 614,6
GJ / tahun dan biomassa hutan padat 141,8 GJ / tahun .
Sektor kehutanan di Jawa adalah hutan hasil budidaya yang didominasi oleh jati
namun dalam beberapa tahun terakhir ini, diperlukan tingkat diversifikasi yang
lebih besar karena beberapa alasan. Alasan utama adalah adanya area tanaman jati yang
luas dengan produktivitas yang sangat rendah dan digolongkan oleh Perum Perhutani
sebagai lahan tidak produktif. Dengan memperkenalkan spesies lain dan menyediakan
kayu untuk energi, dimungkinkan untuk membantu sektor kelistrikan memenuhi sasaran
mitigasi perubahan iklim melalui penggunaan energi terbarukan,
dimana pada saat bersamaan mampu meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan
ekonomi di sektor kehutanan. Meskipun nilai pasar kayu energi beberapa kali lebih rendah
dari pada kayu keras, ada sejumlah manfaat yang terkait dengan kayu energi, yang utama:
1). Produktifitas yang lebih tinggi (t/ha/tahun) 2). Tidak harus menunggu 20 -30 tahun untuk
mulai memperoleh pendapatan, dan 3). Kemungkinan yang lebih baik untuk
menggabungkan sisi kehutanan dengan produksi pakan ternak (daun), dan usaha lain yang
memberi manfaat bagi masyarakat lokal
Saat ini di bisnis Wood Pellet telah terjadi perkembangan pesat di pasar internasional
seperti pasar di Eropa, Jepang dan Korea Selatan. Pasar Korea Selatan mumnya akan
membeli lebih murah dibandingkan harga Jepang dan Eropa. Saat ini Indonesia belum
menghasilkan wood pellet dalam jumlah yg masif, sehingga untuk pasar Korea Selatan kita
kalah dengan Vietnam. Karakter pembeli dari Jepang adalah masalah bahan baku,
legalitas dan long-term contract. Karakter pembeli Korea Selatan lebih bersifat “open
market” dengan persaingan harga yg ketat.
Memberi gambaran rinci mengenai kelayakan teknis, operasional, sosial dan finansial dari
industri biomassa terpadu ini.
1.3 Output yang Diharapkan
Menurut AEBIOM satistical report 2017, produksi wood pellet global terus berkembang,
pertumbuhan 2016 dibandingkan dengan 2015 mencapai 11 %. Pertumbuhan ini
diproyeksikan akan terus meningkat pesat dengan akan habisnya produk energi fosil dunia,
gas, minyak bumi dan batubara.
Gambar 2.1 Produksi wood pellet dunia 2.000 sd 2016 (dalam juta ton)
Dari data statistik 2016 ditunjukkan bahwa Amerika Utara termasuk Canada surplus
produksi wood pellet dan mengekspornya ke Jepang, sekitar 75% import wood pellet Jepang
berasal dari Canada. Berbeda dengan Eropa, terjadi defisit yang cukup tinggi dibandingkan
produksinya sendiri dan kekurangan ini disuplai dari Amerika Utara. Sedangkan di Asia,
terutama Jepang dan Korea Selatan masih defisit, dan saat ini dikirim dari Vietnam dan
Malaysia. Produk wood pellet Indonesia masih relatif kecil, hanya sekitar 80.000 ton
ekspornya per tahun.
China sejauh ini belum jelas kebijakan terkait biomass fuel – nya, baik potensi produksi
maupun penggunaan wood pellet. Hutan di China ada dan luas tapi terbatas, sehingga
kesulitan untuk produksi wood pellet dalam skala besar walaupun limbah pertaniannya sangat
berlimpah. Pellet dari limbah pertanian ini memiliki keterbatasan pada kualitasnya, yakni
kadar klorin yang tinggi yang bersifat korosif terhadap logam-logam pipa boiler dan
kandungan silica bersifat abrasif. Masalah lainnya adalah suhu leleh abu (low melting ash)
yang rendah akan menimbulkan slag atau clinker yang dapat merusak peralatan
pembakaran pada pembangkit tersebut, dan agro-waste pellet hanya bisa digunakan pada
sistem non-pulverized seperti pembakaran dengan dengan moving grate (chain grate)
maupun gasifikasi.
Aspek pasar adalah faktor penting untuk bisa memasarkan wood pellet dengan baik.
Selain pasar Eropa, Korea Selatan dan Jepang adalah dua pasar wood pellet terbesar saat
ini, sehingga menjadi bidikan sejumlah produsen yang ber-orientasi ekspor. Pasar wood
pellet untuk Eropa umumnya belum menjadi prioritas, hal ini disebabkan karena persyaratan
produk yang tinggi dan juga diperlukan kapasitas besar (40.000-60.000 ton/shipment) yang
belum bisa dipenuhi produsen wood pellet di Indonesia karena kapasitas produksinya masih
kecil. Pasar China sebenarnya peluangnya cukup besar, tapi harganya masih belum
kompetitif. Wood pellet Indonesia sebagian besar dikirim ke Korea Selatan dengan
menggunakan kontainer.
Permintaan wood pellet dengan pertumbuhan yang besar diharapkan terjadi di Jepang
dan Korea Selatan setelah 2020. Selama 15 tahun sejak 2010 hingga 2025, peningkatan
permintaan tahunan rata-rata untuk pelet kayu industri diperkirakan sekitar 2,7 juta metrik ton
pertahun. Permintaan baru itu dikombinasikan dengan pertumbuhan di Jepang dan Korea
Selatan, akan menyerap kelebihan kapasitas saat ini.
Gambar 2.3 Rata-rata proyeksi pertumbuhan wood pellet
Pada tiga gambar diatas kita diberi masukan bahwa permintaan wood pellet selalu
naik setiap tahun, akan tetapi dari sisi harga ada pengecualian, misalnya pada tahun 2016
ada info online beberapa proyek pelet besar siap beroperasi dan pada saat yang sama,
dibanyak negara pemakaian wood pellet untuk pemanas ruang berkurang pemakaiannya
karena suhu alam memanas. Saat ini ditahun 2022 ketika terjadi perang antara Rusia
dengan Ukraina yang secara tidak langsung menimbulkan dampak peningkatan harga wood
pellet karena gas alam yang disuplai Rusia ke negara-negara Eropa terbatas dan meningkat
harganya.
USD$
110-120
Gambar 2.4 Gambaran harga spot wood pellet industri s/d 2020
2.2.1 Pasar Asia
Pasar Asia didominasi oleh Korea, Jepang, serta China. Pasar wood pellet Korea dan
Jepang punya karakter khusus yang perlu dipahami produsen wood pellet yang mau eksport
ke dua negara tersebut. Penggunaan wood pellet untuk pembangkit listrik baik Jepang
maupun Korea Selatan adalah bersifat policy driven, yakni adanya ketentuan Renewable
Portfolio Standard (RPS) di Korea Selatan dan Feed in Tariff (FIT) di Jepang. Transaksi
pembelian wood pellet di Jepang dan Korea Selatan ada perbedaan terutama dalam hal
jaminan bisnis jangka panjang. Pembeli-pembeli Jepang lebih memilih kontrak jangka
panjang dengan harga yang pasti, dimana produsen wood pellet dipersyaratkan untuk
memenuhi kriteria sustainability pada bahan baku kayunya (misal dibuktikan dengan sertifikat
FSC atau PEFC untuk mekanisme voluntary), maupun legalitas kayu FLEGT licence dan
juga kondisi makro ekonomi yang stabil. Sedangkan pembeli-pembeli Korea Selatan lebih
memilih harga wood pellet yang murah di “open market” dengan kontrak jangka pendek.
Produsen-produsen dari Vietnam rupanya banyak memenangkan kompetisi, yakni dengan
strategi harga murah terbukti menjadi supplier utama wood pellet di Korea Selatan. Selain
buyer langsung dari Jepang maupun Korea Selatan, Indonesia banyak didatangi broker atau
middle-man yang bisa menjamin pasokan ke Korea Selatan atau Jepang.
Menghadapi kondisi pasar diatas tentu berbeda menyikapinya. Pasar Korea Selatan
dirasa lebih mudah dan senantiasa harga mengikuti pasar, tetapi dengan kondisi ini produsen
wood pellet berlomba-lomba meningkatkan efisiensinya sehingga harga jualnya murah dan
diterima oleh pasar Korea Selatan. Vietnam mampu memangkas ongkos produksinya dan
terutama dengan harga shipment yang murah. Tetapi seiring dengan keterbatasan bahan
baku dan naiknya harga minyak bumi, maka dengan itu harga akan terkoreksi. Sedangkan
untuk pasar Jepang menuntut kajian mendalam dan persiapan yang sangat matang,
sehingga hanya produsen-produsen dengan modal besar yang bisa melakukannya. Harga
tetap, kontrak panjang dan volume besar juga beresiko menimbulkan kerugian bagi produsen,
jika terjadi inflasi di negara produsen karena kebijakan feed in tariff (FIT) di set untuk jangka
waktu 20 tahun. Jepang merupakan negara yang paling tergantung dengan keberadaan
energi dan diperkirakan pada tahun 2020, Jepang akan mengkonsumsi wood pellet secara
konstan sebesar 15 juta ton setiap tahunnya. Bahan bakar biomasa di Jepang mendapat
porsi 4,3% dari 245 juta MW atau 6.000 MW pada tahun 2030.
Menurut asosiasi energi terbarukan China, CREIA, produksi wood pellet China secara
lokal mencapai 9 juta ton pada tahun 2016. Hal ini menjadikan China sebagai pengguna
pelet terbesar di duniadan produsen pelet yang sangat penting. 80% atau 7,2 juta ton
bahan bakunya kayu, dan sisanya berbahan baku jerami, sekam padi atau residu pertanian
lainnya. Pada tahun 2020 penggunaan pelet di China akan mencapai 30 juta ton
Tabel 2.2
Penggunaan pelet di China awalnya tahun 2013 keluar kebijakan lingkungan dari
pemerintah China yang melarang penggunaan batu bara untuk pembangkit dibawah 7 MW.
Biaya energi uap dari wood pellet sekitar 2,5 cent/kWh.... dibandingkan dengan biaya energi
uap memakai batu bara mencapai 4 cent/kWh
Ada dua hal yang menjadi persoalan lingkungan cukup serius di Eropa, yang pertama
adalah kualitas udara. Di sebagian besar negara Eropa, kualitas udara yang terjadi memang
menjadi masalah besar, yang diupayakan untuk tetap konstan setidaknya dalam dua dekade
berikutnya. Dari satu negara ke negara lain, situasinya bisa sedikit berbeda; di Italia dan
Prancis, polusi yang terjadi terutama disebabkan oleh lalu lintas dan pembakaran kayu
berkualitas buruk. Sedangkan di Polandia, sebagai contoh, penggunaan batubara adalah
faktor utama pencipta polusi udara. Industri harus berusaha untuk mempromosikan
pemanasan menggunakan pelet sebagai bagian dari solusi untuk masalah kualitas udara.
Kedua adalah terkait subsidi dan dukungan ekonomi untuk penggunaan energi
terbarukan pada umumnya, dan pelet kayu pada khususnya. Pendekatan yang lebih baik
adalah dengan penerapan pajak karbon bagi pengguna bahan bakar fosil yang kuat di Eropa.
Solusi ini tidak ada biaya untuk negara bagian dan insentif besar untuk beralih dari bahan
bakar fosil ke energi terbarukan. Keberhasilan pengalaman Swedia, yang menjadi kekuatan
utama dalam masalah ini adalah nilai pajak karbon yang sekarang nilainya € 120 / t C eq yg
cukup inspiratif. Prancis mulai mengikuti rute ini pada tahun 2014 dengan penerapan pajak
karbonnya sendiri, dan pemerintahan baru sekarang mendorong untuk mencapai nilai 100 €
/ t C eq. pada tahun 2023, peningkatan sebesar 50% untuk harga bahan bakar fosil. Namun,
pajak karbon adalah sebuah topik yang hampir tidak bisa dikoordinasikan di tingkat Eropa
karena terkait sistem pajak nasional.
Eropa, terutama EU28, adalah importir pelet terbesar di dunia. EU28 menghasilkan
14 juta ton tetapi mengkonsumsi 21,7 juta ton. Pelet impor terutama bersumber dari Amerika
Utara dan negara-negara Eropa di luar EU28. Impor EU28 dari Amerika Utara meningkat
secara signifikan dari 5,76 juta ton pada tahun 2015 menjadi 6,58 juta ton di tahun 2016.
Impor dari negara-negara Eropa di luar EU28 juga telah mencapai 1,4 juta ton pada tahun
2016.
Gambar 2.5 Harga Wood Pellet dalam kemasan 2014-2017
Dengan 16,6 juta ton pelet yang diproduksi pada tahun 2016, Eropa adalah produsen
terbesar di dunia yang berjumlah hampir 57% dari produksi global (dengan 14,0 juta ton,
EU28 menyumbang 48%). Setelah menunjukkan ekspansi yang berkelanjutan tahun-tahun
terakhir, produksi Eropa yang sebenarnya stagnan pada tahun 2016 dengan pertumbuhan
hanya 1% (EU28 teramati sedikit mengalami penurunan 0,4%). Sebagai mayoritas produksi
pelet Eropa digunakan di pasar pemanasan
Selain skema sertifikasi FSC dan PEFC, Pasar Eropa lebih menyukai produk wood
pellet yang sudah bersertifikat ENplus® karena lebih menjamin kualitas produknya.
Skema sertifikasi ENplus® memastikan kualitas pelet kayu untuk pelanggan dengan
menjamin kualitas pelet di seluruh rantai pasokan (yaitu produsen dan pedagang). Sertifikasi
ini diatur dan dikelola oleh Dewan Pellet Eropa dengan dukungan Asosiasi Nasional,
yang mengelola sertifikasi pada tingkat nasional. Sejak diperkenalkan, jumlah negara
dengan produsen ENplus® bersertifikat telah berkembang pesat, mencapai 42 negara
dengan total volume 9,2 juta ton pelet bersertifikat yang diproduksi sesuai dengan proyeksi
2017.
Gambar 2.7 Pabrik wood pellet di dunia yang sudah bersertifikat ENPlus
Menurut angka terbaru, ada beberapa prediksi yang menggembirakan untuk 2018.
Pertumbuhan yang berkelanjutan diperkirakan seperti tahun-tahun sebelumnya dan
dapat didukung oleh pertumbuhan yang signifikan dari produsen bersertifikat ENplus®
di negara-negara seperti Bulgaria, Belarus, Kroasia, Polandia, dan Rusia. Jumlah
produsen bersertifikat ENplus® di seluruh dunia sekali lagi mengalami pertumbuhan yang
cukup besar, sekarang sudah mencapai 411 produsen. Sebagai hasil dari pertumbuhan
yang berkelanjutan ini, produksi pelet bersertifikat sekarang diperkirakan mencapai lebih
dari 9 juta ton pada akhir tahun 2017. Ini akan menghasilkan pertumbuhan sekitar
13% dibandingkan dengan tahun 2016. Dengan hasil ini, ENplus® sedang dalam perjalanan
untuk mencapai tujuan kualitas pelet yang harmonis pada tingkat global.
Tabel 1.3
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target energi bauran jangka pendek sebesar
23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Dalam prakteknya, kebijakan pemerintah
ini belum sepenuhnya terlihat pada program dan rencana aksi pemerintah terkait.
Sayangnya pemerintah belum berani membuat kebijakan seperti FIT di Jepang atau RPS di
Korea Selatan yang mana mereka mematok target penurunan penggunaan bahan bakar fosil
seperti batu bara, gas alam dan minyak bumi terutama untuk pembangkit listrik atau cofiring
dengan energi terbarukan. Kebijakan yang tidak diterjemahkan dalam aturan teknis, tidak
cukup kuat untuk mengubah kebiasaan dan pilihan bahan bakar fosil yang biasa mereka
gunakan, karena sampai saat ini harga bahan bakar fosil masih lebih murah dibandingkan
EBT. PLN sebagai bagian dari unit usaha pemerintah juga tidak mau dibilang rugi karena
menggunakan EBT.
Sampai saat ini belum tampak terlihat peluang pasar yang menarik untuk wood pellet
di Indonesia, karena harga jual yang masih rendah dan biaya transaksi serta transportasi
yang mahal. Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain wood pellet, baik
sebagai produser maupun pengguna sekaligus. Hal tersebut didukung oleh sejumlah kondisi
alamnya, luas tanah dan posisi geografisnya. Tetapi berhubung belum ada kebijakan yang
mendukung dan jelas untuk penggunaan bahan bakar atau sumber energi wood pellet untuk
pembangkit listrik dan kebutuhan boiler industri, sehingga posisi permintaan dan penawaran
wood pellet pada pasar lokal masih belum pesat..
Produksi wood pellet di Indonesia relatif kecil, baru sekitar 80.000-100.000 ton
pertahun, sedangkan Malaysia sudah lebih banyak sekitar 180.000-200.000 ton pertahun.
Sebagian besar (lebih dari 80%) dijual ke Korea Selatan. Kesulitan produk pelet Indonesia
masuk pasar Jepang adalah belum bisa memenuhi semua standar kebutuhan Jepang yaitu :
Untuk pasar Indonesia tidak atau belum ada persyaratan yang ketat walaupun saat ini
masih dikembangkan standar SNI untuk kualitas wood pellet. Secara umum karena pasar
pelet Indonesia masih untuk pembakaran mesin burner dengan teknologi sederhana,
persyaratan yang diminta adalah wood pellet yang tidak menimbulkan kerak pada saat
pembakaran, dan itu bisa diperoleh dari penggunaan kayu lunak seperti : Sengon, Jabon,
Kaliandra, Gamal dan Pinus. Perencanaan bahan baku sangat penting dalam pemilihan
jenis kayu dan upaya menghilangkan kulit kayu agar ash content dan kadar khlorin rendah
serta kalorinya tetap tinggi.
Gambaran umum pasar wood pellet di Indonesia sampai saat ini dapat dilihat ada tabel 4
dibawah ini :
Tabel 2.4 Pasar wood pellet di Indonesia
Potensi
No Kebutuhan Lokasi Catatan
pasar
Perkiraan
Bandung &
4 Pabrik Textil 20.000 ton / Kalori diatas 4.300 Kcal/kg
Surabaya
bulan.
Diperkirakan
Peternakan Ciamis, Garut,
5 2.000 ton / Kalori diatas 4.300 Kcal/kg
ayam DOC Tasik, Bandung.
bulan
Diperkirakan
Pabrik pengering Lombok timur,
6 3.000 ton / Kalori diatas 4.300 kcal/kg
tembakau NTB
bulan
Penghangat
Puncak, Dieng,
7 ruang di resort, Belum ada data Kalori diatas 4.300 Kcal/kg
Batu
hotel
Restauran,
pabrik sosis, Diseluruh
8 Belum ada data Kalori diatas 4.300 Kcal/kg
penjual Indonesia
gorengan
Kalori tinggi, ash content
PLTU dan
Kebijakan co- Seluruh rendah, Kadar air rendah,
9 PLTGB yang
firing Indonesia Kadar klorin dan sulfur
dikelola PLN
rendah.
2.3 Strategi Pemasaran Wood Pellet
STRATEGI PEMASARAN
No Subjek Korea / Jepang Eropa Lokal
China
Kapasitas kebun, Kapasitas kebun, Kapasitas kebun,
Kapasitas kebun,
pabrik wood pabrik wood pellet, pabrik wood pellet,
pabrik wood pellet,
pellet, kelestarian kelestarian bahan kelestarian bahan
kelestarian bahan
bahan baku , baku , kelayakan baku , kelayakan
baku , kelayakan
kelayakan teknis, teknis, dan teknis, dan
teknis, dan
dan operasional, operasional, operasional,
operasional,
1 Perencanaan investasi, dan investasi, dan investasi, dan
investasi, dan
pembiayaan, pembiayaan, pembiayaan,
pembiayaan,
legalitas usaha, legalitas usaha, legalitas usaha,
legalitas usaha,
SDM, Alat SDM, Alat SDM, Alat
SDM, Alat produksi,
produksi, jam produksi, jam produksi, jam kerja
jam kerja produksi,
kerja produksi, kerja produksi, produksi, analisis
analisis resiko.
analisis resiko. analisis resiko. resiko.
Kapasitas minimal
Kapasitas minimal Kapasitas minimal ideal 5 ton / jam,
Kapasitas minimal ideal 10 ton / jam, ideal 10 ton / jam, dengan mesin
Pembangunan ideal 5 ton / jam, dengan mesin dengan mesin kualitas tinggi,
dengan mesin kualitas kualitas tinggi, kualitas tinggi, mesin eropa dan
2 Industri wood
tinggi, mesin eropa mesin eropa dan mesin eropa dan didukung mesin
pellet. dan didukung mesin didukung mesin didukung mesin china atau
china. china. Luas kebun china. Luas kebun seluruhnya china..
minimal 5.000 ha minimal 5.000 ha Luas kebun 3.000
ha
Production line Production line
Production line
Production line dikendalikan dikendalikan
dikendalikan
dikendalikan automatik, sumber automatik, sumber
automatik, sumber
automatik, sumber listrik PLN, listrik PLN,
Operasional listrik PLN,
listrik PLN, Sparepart Sparepart tersedia Sparepart tersedia
Sparepart tersedia
3 Industri wood tersedia seperti : Ring seperti : Ring die, seperti : Ring die,
seperti : Ring die,
pellet die, roller, dan roller, dan bearng. roller, dan bearng.
roller, dan bearng.
bearng. Membuat Membuat sistim Membuat sistim
Membuat sistim
sistim antrian (FIFO), antrian (FIFO), antrian (FIFO),
antrian (FIFO),
Jumbo bag. Pengiriman dengan Jumbo bag, atau
Karung 20 sd 50 kg
sistim curah curah.
Via broker atau direct, Direct untuk long- Direct untuk long-
siapkan sample, hasil term contract. term contract.
uji, kerjasama jika Pabrik memiliki Pabrik memiliki
4 Pemasaran
volume kurang. ENPlus dan ENPlus dan
FSC/PEFC dan FSC/PEFC dan
SVLK SVLK
2.4 Potensi Lokal Wood Pellet dalam Co-firing Batubara
Di pulau bangka, kami mendapat cukup banyak dukungan serta area untuk dijadikan
kawasan HTE dalam arti kerjasama dengan desa menggunakan area tanah desa dan
dilakukan bersama dengan masyarakat desa tersebut, dan dipilih area diantara kabupaten
Bangka Tengah dan Selatan seperti terlihat pada gambar 3.1. Pilihan lokasi ini bersifat
strategis karena akan ada 3 (tiga) pilihan pelabuhan : (1). Pelabuhan di Ibu-kota Bangka -
Belitung, (2). Pelabuhan di Sadai (Kabupaten Bangka Selatan) dan (3). Pelabuhan di
Palembang (dikaitkan dengan rencana dibangunnya jalan dan jembatan penyebrangan
‘Sumatera Selatan – Bangka Tengah..
Dari rencana kebutuhan kebun minimal 5.000 ha untuk output wood pellet 5 ton per
jam dan pola kerjasama dengan masyarakat desa dimana dihindari ketidak siapan
dukungan dari desa terutama masyarakatnya, maka kebun di setiap desa akan dibatasi
maksimal 500 ha, kecuali eks reklamasi lahan bekas tambang PT Timah, dimana di areal
tersebut (areal 10.000 ha) sudah tumbuh tanaman Akasia, Gamal, Cemara laut dll yang
siap di panen (usia pada tahun 2023 diatas 4 tahun). Maka dari kedua kabupaten ini
tetap akan dipilih sekitar 10-15 desa untuk menghijaukan kembali hutan desa yang tampak
rusak karena olahan tambang timah liar.
Dari beberapa jenis tanaman cepat tumbuh yang ditanam di pulau bangka memiliki
kesamaan, yakni kadar kalorinya antara 4.400 sampai dengan 4.900 Kcal / kg... dan jenis
ini sesuai untuk pasar wood pellet di Korea Selatan, Jepang, bahkan Eropa.
Tabel 3.2 Karakteristik tanaman yang potensial ditanam di Bangka
Youth,
Production Calorific
Ease of Ease of Generative or
No. Types of Plants (M3 / Ha / Value
Planting Maintenance Trubusan
Year) (K Cal / Kg)
System
3 - 12 m high,
Sesbania 30 cm in
3. 4,825 Easy Easy Can Trubusan
Gradiflora diameter, 3 - 5
years old.
Generative,
4. Leucaena
21 4,464 Very easy Very easy Trubusan and
Leucosephala
Cuttings
Generative,
Callyandra 20 - 50
5. 4,720 Very easy Very easy Trubusan and
Callothyrsus Ton / Ha / Year
Cuttings
Generative,
10- 20
6. Gliricidia Sepium 4,900 Very easy Very easy Trubusan and
Ton / Ha / Year
Cuttings
Benih adalah bahan dasar untuk menumbuhkan tanaman dan merupakan kunci
sukses produksi bibit di persemaian. Salah satu bibit yang siap adalah Kaliandra atau
Gliricida di KPH Semarang dan Sukabumi. 1 ha areal persemaian bisa memproduksi 4
juta bibit.
Jumlah bibit yang diperlukan per ha tergantung dua hal : (1) Kemiringan lereng
(diasumsikan kemiringan lereng kurang dari 15%) dan (2). Apakah nantinya akan dipanen
manual (menggunakan chain saw) dengan jarak tanam 2 x 1 meter (5.000 batang/ha) atau
dipanen secara mekanis (menggunakan traktor) dengan jarak 2 x 0,5 meter (7.000
batang/ha).
Ada beberapa kriteria pemilihan spesies tanaman sebagai bahan baku wood pellet, harus
mempertimbangkan persyaratan ekologi; teknik budidaya dan sosial dimana tanaman itu akan
dikembangkan, seperti :
Paraserianthes
3 4,484 1,8 0,03 0,001 1,1 4
falcataria
Leucaena
4 4,379 5,0 0,02 0,01 0,89 4
leucocephala
Kelas Mutu
Komponen
unit Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3 Mutu 4
Kadar panas Kcal/kg 4.300 4.300 4.040 4.040
Metode
Spesies Persyaratan Biofisik Kerapatan Rotasi Pertumbuhan
Regenerasi
Sesbania Ketinggian 0-1000m, suhu 22- Generatif dan 0,9 x 0,9 m 3 th 4 ton/ha/th
30 oC, 2000-4000 mm Vegetatif
Dari tabel 3.5 terlihat bahwa tanaman Kaliandra kurang pas di Bangka, dan
direkomendasikan dengan pengalaman reklamasi tambang timah di Bangka-Belitung,
pohon yang tumbuh cepat dan dapat hidup normal di tanah yang berpasir / kurang subur
adalah jenis : Akasia, Gamal, dan Cemara Laut.
Posisi di pulau Bangka, areal reklamasi eks tambang timah juga ditanam tanaman
yang sama dengan tanaman energi, sehingga pabrik Wood Pellet dapat dibangun pada saat
proyek dimulai. Saat ini tanaman di area reklamasi (diatas 10.000 ha) sdh berumur diatas
3 tahun, dan ini lebih dari cukup.
Jarak, jauhnya jalan dari tebangan ke pabrik akan memerlukan pola atau strategi yang
berbeda. Tujuannya agar pemanenan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Pada
gambar 3 ditunjukkan penggunaan wood chipper yang mobile dan yang statis.
Segmen A adalah area tebang kayu dengan luasan tertentu sesuai perencanaan
penebangan; Segmen B adalah area pengolahan wood chips atau area penampungan
wood chips yang pemrosesannya dilakukan di TPn atau dipinggir jalan dekat dengan blok
tebang. Sedangkan Segmen C adalah area pada rentang jarak Segmen A dan Segmen B.
Mesin-mesin Wood Pellet yang digunakan di pabrik dengan berkapasitas 20 ton per jam
adalah sebagai berikut :
Kayu pada tahap awal akan dikupas kulitnya, salah satu tujuannya adalah mengurangi
kandungan abu atau fosfat. Kemudian kayu-kayu tersebut dicacah kasar menjadi wood chip
dengan ukuran 1-5 cm.
Gambar kiri (unit A) adalah unit debarker atau unit pengubas kulit kayu sebelum di cacah di
unit Wood Chipper (unit B).
Tahap berikutnya kayu chip ini diperhalus dengan menggunakan Hammer Mill, yang
dilengkapi dengan saringan mencegah kerikil, batu, logam, serta benda asing lainnya. Ini juga
satu alasan mengapa hammer mill dipasang setelah pengering.
Unit pengering yang banyak dipakai di industri wood pellet adalah tipe drum / rotary drier.
Gas panas dihasilkan dari tungku menggunakan LPG.
Di pasan ada dua jenis pelletiser : Ring die dan Flat die, yang banyak dipakai tipe Ring die.
Untuk biomasa kayu Kaliandra, press ratio 1:3 hingga 1:5, dan tekanan yang digunakan berkisar
3-5 Mpa/s.
Tahap akhir adalah mendinginkan wood pellet yang ber-suhu antara 80-130 C ke suhu
ruang. Setelah dingin, pelet masuk ke bagian pengemasan. Pelet cenderung menyerap air serta
mengeluarkan emisi CO,CO2 serta mudah terbakar. Wood Pellet umumnya dikemas dalam
kemasan kecil 10-25 kg serta kemasan besar 500-1.000 kg. Akan tetapi dalam skala besar, wood
pellet tidak dikemas tapi berupa curah (bulk) dimasukkan dalam vessel kapal.
Bab 5
Aspek Lingkungan dan Sosial
Potensi
Potensi dampak
No Kegiatan HTE dampak Mitigasi Monitoring
sosial
lingkungan
Penataan kawasan
Kesalahan dlm
1 / hutan untuk Sosialisasi
Konflik tenurial penetapan
rencana tanaman reguler
fungsi kawasan
energu
Kesalahan Ikut
Menyusun rencana dalam perkembangan
2 Masyarakat
pengelolaan hutan penetapan wilawah dan
dilibatkan
energi rencana kelola kebijakan
dan waktu nasional
Menjalankan
Penggunaan
kegiatan
bahan kimia yg
3 persemaian, Masyarakat
Konflik tenurial berlebih untuk
penanaman, dilibatkan
pupuk,
pemeliharaan dan
pestisida
pemanenan
Melaksanakan Kepentingan
Kesalahan dlm
4 monitoring dan masyarakat Masyarakat
menilai fakta
evaluasi kinerja tidak dilibatkan
lapangan
pengelolaan kebun terakomodasi
Kepentingan Kesalahan dlm
Melaksanakan
5 masyarakat penentuan
rehabilitasi dan Survey detail
tidak lokas
reklamasi
terakomodasi rehabilitasi
Melaksanakan
6 Salah tangkap Perusakan
perlindungan Pelatihan
dlm operasi infrastruktur
kawasan
Bab 6
Kelayakan
Dalam studi ini, kelayakan ditinjau dari sisi kebun tanaman energi (asumsi Gamal serta
Kaliandra) dan pabrik wood pellet dengan output 10.000 ton per bulan. Lahan yang
diperlukan untuk menghasilkan tebangan 35 ton / ha / tahun 5.200 ha untuk tanaman energi,
atau total 7.800 ha jika ditambahkan area inspeksi dan konservasi.
Berbeda dengan pabrik wood pellet yang memiliki areal hutan sendiri HTI / HTE.
Kebun yang akan dipakai bekerjasama dengan penduduk (tanah milik penduduk atau
Desa), atas dukungan dan ijin Bupati / Gubenur selain untuk meningkatkan penghasilan
daerah, juga meningkatkan penghasilan masyarakat dan melestarikan alam. Masyarakat
selain akan terlibat dalam persemaian, penanaman, juga terlibat dalam pemeliharaan dan
panen. Hanya saja, tidak banyak penduduk yang memahami perkebunan karena
masyarakat di Bangka dan Belitung tampaknya lebih suka menambang timah.
Kegiatan Nilai
Kegiatan Nilai
Investasi
1 Bangunan, 3.000 sqm Rp 4.000.000.000,-
2 Mesin-mesin Rp 20.000.000.000,-
3 Kendaraan Rp 900.000.000,-
Biaya Operasional Rp 350.000.000.000,-
Jumlah Biaya Fabrikasi Rp 374.900.000.000,-
Dari perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa proyek ini layak dan menguntungkan
dengan hasil perhitungan sebagai berikut :
ECONOMIC CRYTERIA
NO DESCRIPTION VALUE
1 Discount Factor 12%
2 Internal Rate of Return 19.8%
3 Net Present Value 7,393,136
4 Return on Investment 30.0%
5 Payback Period 2.14
6 Break Even Point 3,464,722
7 Break Even Point in Percentage 27.9%
8 Profitability Index 1.48
Bab 7
Kesimpulan dan Rekomendasi
1) Pasar wood pellet saat ini sedang mengalami pertumbuhan dan berkembang
sangat cepat baik dipasar lokal maupun ekspor. Mengingat harga lokal masih
terbatas, maka target pemasaran awal adalah Korea Selatan.
2) Kapasitas yang direncanakan dibangun di Bangka adalah 120.000 ton pertahun
dengan kebun minimal 9.000 ha.
3) Pabrik direncanakan dibangun di Bangka Tengah, sehingga memiliki 3 (tiga) pilihan
pelabuhan.
4) Pabrik bisa segera dibangun jika areal reklamasi eks PT Timah dapat
dikerjasamakan.
5) Berdasarkan pengalaman melaksanakan reklamasi, maka tanaman yang ditanam
dari jenis Akasia, Gamal dan Cemara laut.
6) Kebun menggunakan area eks reklamasi, dan areal desa yang operasionalnya
bekerjasama dengan masyarakat lokal.
7) Secara perhitungan, usaha kebun dan pabrik wood pellet serta di ekspor ke Korea
Selatan, menguntungkan dengan beberapa indikator ekonomi, yaitu : Payback
periode rata-rata 3 tahun; IRR diangka 19,8 %, NPV positif.
Lampiran 1
Kelayakan Keuangan
WOOD PELLETS PRODUCTION
INVESTMENT COST ANALYSIS
Total Bahan Baku Rupiah 1,260,000 1,440,000 1,620,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
LABOUR ANALYSIS
Total 139 451,100 462,378 473,937 485,785 497,930 510,378 523,138 536,216 549,622 563,362
UTILITIES ANALYSIS
DESCRIPTION CONSTRUCTION 10 YEAR CAPACITY ( MTA )
Unit Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Physical
1 Wood for Boiler Fuel Ton/Year 10,000 8,000 9,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000
2 Water Make-up M3/Year 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200
Cost Per Unit
1 Wood Price USD/Ton 20.00 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
2 Cooling Water USD/M3 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
Total Cost
1 Wood for Boiler Fuel USD 160,000 180,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
2 Water Make-up USD 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600
Total Cost 163,600 183,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600
SUPPLIES COSTS
DESCRIPTION CONSTRUCTION 10 YEAR CAPACITY ( MTA )
Unit Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SUPPLIES
Physical
Jeep Ltr 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000
Motor Cycle Ltr 2,880 2,880 2,880 2,880 2,880 2,880 2,880 2,880 2,880 2,880
1 Total Fuel 14,880 14,880 14,880 14,880 14,880 14,880 14,880 14,880 14,880 14,880
2 Grease Ls - - - - - - - - - -
3 Lubricating Oil Ltr 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500
Cost Per Unit
1 Fuel USD/Liter 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64
2 Grease Ls -
3 Lubricating Oil USD/Liter 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Total Cost
1 Fuel USD 9,566 9,566 9,566 9,566 9,566 9,566 9,566 9,566 9,566 9,566
2 Grease USD 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000
3 Lubricating Oil USD 18,750 18,750 18,750 18,750 18,750 18,750 18,750 18,750 18,750 18,750
Total Cost USD 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316
ADMINISTRATION COST
DESCRIPTION CONSTRUCTION 10 YEAR CAPACITY ( MTA )
Unit Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Administration
Physical
1 Administration Tools
2 Meals 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
3 Social - - - - - - - - - -
4 Insurance 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Cost Per Unit
1 Administration Tools Ls
2 Meals USD/Year 354 354 354 354 354 354 354 354 354 354 354
3 Social Ls - - - - - - - - - -
4 Insurance USD/Year 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
Total Cost
1 Administration Tools USD 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000
2 Meals USD 45,964 45,964 45,964 45,964 45,964 45,964 45,964 45,964 45,964 45,964
3 Social USD 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
4 Insurance USD 5,571 5,571 5,571 5,571 5,571 5,571 5,571 5,571 5,571 5,571
Total Cost USD 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964
PACKING COSTS
Total Cost 480,000 540,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
TRANSPORTATION
Total Cost 556,777 635,303 713,829 699,634 706,731 713,829 699,634 706,731 713,829 699,634
SET-UP CAPACITY
Wood Pellet Ton 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000
% PRODUCTION CAPACITY 0.70 0.80 0.90 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Wood Pellet Ton 84,000 96,000 108,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000
SALES PRICE ANALYSIS
DESCRIPTION 10 YEAR CAPACITY ( MTA )
Construction 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Wood Pellets 110 USD/Ton 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
Wood Pellets 9,240,000 10,560,000 11,880,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000
TOTAL INCOME ( Sales Revenue ) 9,240,000 10,560,000 11,880,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000
1 Sales Revenue 9,240,000 10,560,000 11,880,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000
2 Variable Costs
a. Raw Material Usage 1,260,000 1,440,000 1,620,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
b. Utilities 163,600 183,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600 203,600
c. Packaging 480,000 540,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
d. Transportation 556,777 635,303 713,829 699,634 706,731 713,829 699,634 706,731 713,829 699,634
e. Marketing and Management 23,100 26,400 29,700 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000
Total Variabele Costs 2,483,477 2,825,303 3,167,129 3,336,234 3,343,331 3,350,429 3,336,234 3,343,331 3,350,429 3,336,234
3 Fixed Costs
a. Labor 451,100 462,378 473,937 485,785 497,930 510,378 523,138 536,216 549,622 563,362
b. Supplies 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316 43,316
c. Maintenance 293,670 301,012 308,537 316,250 324,157 332,261 340,567 349,081 357,808 366,754
d. Administration 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964
e. Insurance 66,276 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964 62,964
f. Depreciation and Amortitation 1,570,778 1,570,778 1,570,778 1,570,778 1,570,778 1,570,778 1,570,778 1,570,778 1,570,778 1,570,778
4 Total of Fixed Costs 2,488,104 2,503,411 2,522,496 2,542,058 2,562,109 2,582,661 2,603,727 2,625,319 2,647,452 2,670,138
5 Profit Before Tax 4,268,419 5,231,286 6,190,376 7,321,708 7,294,560 7,266,911 7,260,039 7,231,349 7,202,120 7,193,628
6 Earning Before Tax 4,268,419 5,231,286 6,190,376 7,321,708 7,294,560 7,266,911 7,260,039 7,231,349 7,202,120 7,193,628
Tax (25%) 1,067,105 1,307,822 1,547,594 1,830,427 1,823,640 1,816,728 1,815,010 1,807,837 1,800,530 1,798,407
Earning After Tax 3,201,314 3,923,465 4,642,782 5,491,281 5,470,920 5,450,183 5,445,029 5,423,512 5,401,590 5,395,221
7 Accumulation 4,268,419 9,499,705 15,690,081 23,011,789 30,306,349 37,573,259 44,833,298 52,064,648 59,266,767 66,460,395
CASHFLOW ANALYSIS
DESCRIPTION CONSTRUCTION 10 YEAR CAPACITY ( MTA )
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 In-flow
A Sales Revenue 9,240,000 10,560,000 11,880,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000
B Sources Of Fund
a. Investment
Equity (30%) 4,990,583
Debt (70%) 11,644,693
b. Working Capital
Equity (30%) 372,869
Debt (70%) 870,027
c. Interest During Construction
Equity (0%)
Debt (100%) 930,913
Total Inflow 17,566,189 10,482,895 10,560,000 11,880,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000 13,200,000
2 Out-Flow
A Expenditure
Investment 17,566,189
Investment Interest 745,524 560,024 346,524 102,393
Working Capital Interest 60,902 45,676 30,451 15,225
Investment Repayment 2,400,000 2,800,000 3,200,000 3,750,344
Working Capital Repayment 217,507 217,507 217,507 217,507
Fixed Costs 2,488,104 2,503,411 2,522,496 2,542,058 2,562,109 2,582,661 2,603,727 2,625,319 2,647,452 2,670,138
Vaiable Costs 2,483,477 2,825,303 3,167,129 3,336,234 3,343,331 3,350,429 3,336,234 3,343,331 3,350,429 3,336,234
Total Out-flow 17,566,189 8,395,513 8,951,921 9,484,106 9,963,761 5,905,440 5,933,089 5,939,961 5,968,651 5,997,880 6,006,372
Cash (17,566,189) 2,087,382 1,608,079 2,395,894 3,236,239 7,294,560 7,266,911 7,260,039 7,231,349 7,202,120 7,193,628
Cash Accumulation 2,087,382 3,695,461 6,091,355 9,327,593 16,622,153 23,889,064 31,149,103 38,380,452 45,582,572 52,776,200
ECONOMIC CRYTERIA
NO DESCRIPTION VALUE
1 Discount Factor 12%
2 Internal Rate of Return 19.8%
3 Net Present Value 7,393,136
4 Return on Investment 30.0%
5 Payback Period 2.14
6 Break Even Point 3,464,722
7 Break Even Point in Percentage 27.9%
8 Profitability Index 1.48
WOOD CONSUMPTION
Total Moisture Wood
Price/Ton Total Price
No. Description Production Content Consumption
Tons/Year 45% Tons/Year (USD) (USD)
1 Wood pellet 120,000 216,000 20 4,320,000
2 Wood chips for Boiler 25,920 25,920 20 518,400
Note :
Density : 0.6 ton/m3
Total Moisture 45%
IMPLEMENTATION SCHEDULE
DESCRIPTION
Total Quar-1 Quar-2 Quar-3 Quar-4 Year-1
Project Director
Project Manager
Basic/Detai
General Contract Staff : l Schedule,
Administration Legal Assistant Cost and Buyer
Commissioning
Accounting Insurance Document Expeditor
Inspector
Engineer
Financing Assistant Process Control
Governmental Civil Shipping Controller Process Engineer
Staff :
Liaison Architecture Custom Clearance Operation
Structure Material Controller Supervisor
Sch.
Piping Training Coordinator
Controller
Mechanical Licensor Engineering
Electrical Cost
Instrumenta Controller
tion Doc.
Construction
Manager
Cost Engineer
Procurement Safety
Engineers
Security/Health
And Safety
FIGURE 2-3 : DETAIL ENGINEERING FLOW CHART
Basic Engineering
Requisitions
Of MEP work Detail construction
packages drawings and bills of
materials
Personnel
Training
FIGURE 2-4 : CONSTRUCTION FLOW CHART
Detail Engineering
Phase
Witnessing
Acceptance Testing Acceptance Run
Figure 2.5 Posisi standar di kantor / pabrik
Number of Number of
Position Position
Personnel Personnel
PlantManager 1 Processing 34
Administrationand Finance Manager 1 Office admin 10
HRD/Finance Supervisor 1 Security 6
Maintenance Supervisor 1 Laboratory 3
Maintenance/
Production Supervisor 3 4
Workshop
Purchasing/PPIC Supervisor 1 Driver 10
Laboratory Supervisor 1 Office Boy 2
Gardener Supervisor 5 Gardener 50