FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1. PENDAHULUAN
Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternatif terbaru
sangatlah prospektif mengingat melimpahnya sumber daya alam di Indonesia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bioenergi bertansformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Bioenergi yang kita kenal sekarang mempunyai dua bentuk, yaitu bioenergi tradisional dan bioenergi modern. Bioenergi tradisional yang sering kita temui adalah kayu bakar. Sedangkan yang lebih modern diantaranya bioetanol, biodiesel, ataupun biogas. Pembuatan bioenergi modern sangatlah mudah, yakni dengan mengubah biomassa menjadi bahan bakar dengan proses tertentu. Ada dua jenis proses pembuatan bioenergi, yaitu proses biokimia dan proses thermokimia. Proses biokimia adalah proses yang melibatkan enzymatic fermentation, sedangkan proses thermokimia terdapat dua langkah proses yaitu pertama sintetis gas (syngas) yang juga menghasilkan CO (karbon monoksida) dan hidrogen pada proses pirolisis dan gasifikasi biomassa. Langkah kedua yaitu syngas dikonversikan melalui reaksi katalitik atau oleh bakteri ke dalam bentuk lain seperti etanol atau Bioethanol. Bioenergi adalah energi alternatif yang berasal dari sumber-sumber biologis. Penggunaan bioenergi memiliki keunggulan dalam hal meningkatkan kualitas lingkungan serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Salah satu bentuk bioenergi yang terus dikembangkan dewasa ini adalah biofuel, yakni sumber energi yang dihasilkan dari biomassa, meliputi biodiesel, bioetanol dan biooil. Biomassa yang umum digunakan sebagai sumber biofuel adalah berasal dari tanaman. Di Indonesia ada beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang potensial sebagai penghasil bioenergi antara lain kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kapas, kanola, serta ubi kayu, ubi jalar, tebu, sorgum, sagu, aren, nipah, dan lontar. Selain potensial sebagai penghasil bioenergi, beberapa komoditas tersebut, seperti kelapa sawit, kelapa, kapas, ubi kayu, tebu, dan sagu, juga merupakan komoditas sumber bahan pangan dan pakan. Pemanfaatan komoditas sumber bahan pangan sebagai bahan baku bioenergi dipandang kurang etis karena berkompetisi dengan bahan pangan dan pakan (Wardhanu, 2011). Pemanfaan tumbuhan yang merupakan tanaman non pangan sangat menguntungkan dalam upaya penggunaan bioenergi salah satunya tumbuhan miscantus. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui potensi tumbuhan miscantus sebagai sumber bioenergi. 2.1Road Map Pengembangan Rumput Miscantus x gignteu sebagai Bioenergi
Permasalahan 1. 90% kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan
bakar fosil 2. Jika eksploitasi terus berjalan dengan angka saat 1 ini, diperkirakan sumber energi ini akan habis 3. Selain itu energi fosil tidak ramah lingkungan yang dapat menimbulkan polusi udara. Peran Pemerintah 1. Peluang pasar BBN terbuka karena pemerintah, Indonesia dalam Pe- melalui PerMen ESDM no.32/2008, mewajibkan ngembangan pemakaian BBN di dalam negeri. Bioenergi 2. Kewajiban pemanfaatan BBN di tiap sektor pemakai bahan bakar dinyatakan dalam persentase dari total kebutuhan sektor. 3. Ada pentahapan kenaikan persentase kewajiban minimal pemakaian mulai tahun 2008 s/d tahun 2025 4. PerMen ESDM no. 32/2008 juga menyatakan 2 bahwa pasokan BBN harus diutamakan dari produksi domestik. 5. Produksi BBN di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, diperkirakan harus meningkat dari nihil di tahun 2006 menjadi 24 juta m3 di tahun 2025 (18 juta m3 biodiesel + PPO, 6 juta m3 bioetanol). 6. Peluang pasar ekspor juga terbuka karena berbagai negara maju (terutama Uni Eropa) mentargetkan peningkatan pemanfaatan BBN tetapi kemampuan produksinya terbatas. Miscantus x giganteu 1. Miskantus x giganteu mulai dikembang di berbagai Sebagai Bienergi negera maju. 2. Potensi sebagai tanaman biomassa untuk pembakaran langsung dan untuk lignocel konversi lulosic untuk etanol dan biofuel lainnya 3. Miskantus digunakan sebagai pembakaran pada pembangkit tenaga listrik, karena Miskantus memiliki kandungan air yang rendah. 4. Tanaman miskantus bisa di perbanyak dengan rimpang dan bertahan selama 3-4 tahun sehingga mempermudah saat penanaman. 5. Apabila Dibandingkan batubara emisi dari proses penyedian (produksi) dan pembakaran dari Michanthus lebih rendah 96,05%. 6. Potensi yang dihasilkan adalah 10-30 ton per acre berat kering per tahun. 7. Sedangkan satu ton miskantus bisa menghasilkan hingga 80 galon etanol selulosa
Generasi Bioenergi M. Karena bukan salah satu produk pangan, sehingga
x giganteu 3 Miskantus x giganteu bisa dikategorikan generasi keduan atau ketiga Hambatan 1. Terjadi persaingan dengan pakan ternak, tetapi Pengembangan dapat diatasi dengan cara produk sampingan/olahan, dimana limbah hasil pembuatan ethanol bisa digunakan sebagai pakan 4 ternak atau pelet. 2. Selain itu perlu peran serta pemerintah dalam perkembangan Miskantus x giganteu sebgai bahan bioenergi terbarukan. Target 1. Sebagai langkah awal budaya Miskantus x giganteu dengan pemanfaatan lahan kosong. 2. Perlu ada perencanaan yang baik dalam 5 pemanfaatan Miskantus x giganteu sebagai bioenergi sehingga dapat bertahan lama dan memiliki prospek yang baik.
Penggunaan bahan bakar minyak yang meningkat setiap tahun di
Indonesia dengan produksi yang semakin terbatas membuat neraca impor minyak bumi meningkat. Menurut Wahyudi (2006) komposisi energi mix yang timpang saat ini didominasi oleh penggunaan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Elastisitas energi yang tinggi karena pemanfaatan energi yang boros berakibat pada daya beli masyarakat yang rendah sehingga perlu disubsidi pemerintah. Total pemakaian minyak tanah tahun 2005 telah mencapai 11 juta kilo liter, motor diesel 898 ribu kilo liter, dan minyak bakar 4 juta kilo liter. Berdasarkan kebijakan energi nasional (Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006) dalam rangka mengamankan pasokan energi di dalam negeri, elastisitas energi tahun 2006 sebesar 1,84 perlu diturunkan dengan sasaran tahun 2025 menjadi lebih kecil 1,0. Salah satu jenis energi yang ditargetkan dalam komposisi energy mix di Indonesia adalah bahan bakar nabati (biofuel) dimana tahun 2025 sebesar 5 % (Krisnamurthi, 2006). Peluang pengembangan bahan bakar nabati yang layak dikembangkan ada 2 jenis, yaitu ; biodiesel dan bioetanol. Biodiesel adalah bahan bakar substitusi solar/diesel yang berasal dari pengolahan minyak nabati, sedang bioetanol adalah bahan bakar substitusi bensin (gasoline) yang berasal dari pengolahan glukosa. Komoditas pertanian yang potensial saat ini, menurut Prastowo (2006) untuk dijadikan bahan bakar nabati dapat diproses dari : kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, tebu, sagu, dan ubikayu. Tetapi dari beberapa tanaman tersebut bersaing dengan upaya mencukupi kebutuhan pangan. Miscanthus sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman sumber energi (bioenergy crop). Miscanthus dapat dikembangkan dengan masa panen sangat pendek, empat bulan saat pertama panen, dan tiap dua bulan untuk masa panen berikutnya. Tinggi rumput miscanthus dapat mencapai 8-12 feet dengan usia produktif tanaman mencapai 6-8 tahun.
Seperti tanaman bioenergi lainnya, batang miscanthus dapat
dipanen untuk digunakan sebagai bahan bakar untuk produksi panas dan tenaga listrik, atau untuk konversi ke produk lain yang berguna seperti etanol. Meskipun fokus kerjasama pengembangan miscanthus adalah untuk menghasilkan listrik dan memproduksi bahan bakar cair, rumput abadi miscanthus juga dapat ditekan menjadi pellet atau briket, dan digunakan sebagai bahan bakar pemanas untuk mengganti atau melengkapi bahan bakar yang terbuat dari serat kayu. Penggunaan biomassa padat dapat meningkatkan efisiensi energi sistem pembakaran lebih dari tiga kali lipat.
Rumput abadi memiliki banyak manfaat sebagai tanaman bioenergi.
Rumput adalah kolektor energi surya yang sangat efisien dan cepat tumbuh. Rumput tidak hanya menyita dan menyimpan sejumlah besar karbon dalam sistem akar dan tanah, tapi juga sangat mudah tumbuh secara secara global di berbagai geografi, iklim, dan jenis tanah. Rumput dapat ditanam di lahan marjinal tidak cocok untuk produksi tanaman baris terus-menerus dan / atau di tanah pedesaan terbuka saat ini tidak dalam produksi pertanian. Rumput Miscanthus dapat menghasilkan lebih banyak biomassa per hektar dan setelah dibentuk membutuhkan input jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman tahunan yang memerlukan lebih banyak pupuk atau pestisida. Selain itu , rumput abadi ditanam untuk energi dapat memberikan aliran pendapatan baru dan profit center bagi petani dan pemilik tanah lainnya, dan mampu meningkatkan kualitas air dan satwa liar. Maka pembudidayaan rumput miscanthus dapat membantu meningkatkan produksi bahan bakar biomassa dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Erosi tanah, kualitas air, dan satwa liar manfaat juga dapat ditingkatkan tergantung pada jenis tanah dan tutupan tanaman saat diubah menjadi tanaman energi. Studi energi menunjukkan bahwa keuntungan yang signifikan dalam pengembalian energi dan mengurangi emisi karbon dapat dicapai dengan beralih menggunakan rumput sebagai bahan bakar biomassa.
Potensi besar lain dari rumput miskantus adalah bahwa miscanthus
bukan tanaman pangan, sehingga tidak berkompetitif dengan kebutuhan pangan manusia dan fluktuasi harga tidak pernah tinggi, kecuali jika tanah yang digunakan untuk tanaman pangan dikonversi menjadi tumbuh tanaman ini. Sepertinya kita di Indonesia dapat optimis memanfaatkan tanah yang kurang produktif dengan pembudidayaan tanaman energi Miscanthus gigantheus sebagai sumber energi alternatif masa depan yang sangat murah dan ramah lingkungan.