Anda di halaman 1dari 12

MOMENETUM DAN TUMBUKAN

(Mata Kuliah : Fisika Dasar)

Nama : Adesya Trie Zakinah


NPM : 2217011082
Kelas :

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG

2022
1. Pengertian Momentum dan Tumbukan

A. Pengertian Momentum
Momentum sebuah partikel adalah sebuah vektor P yang didefinisikan
sebagai perkalian antara massa partikel m dengan kecepatannya, v, yaitu:

P =m. v

p adalah momentum (besaran vektor), m massa (besaran skalar) dan v


kecepatan (besaran vektor ). Bila dilihat persamaan (8.1), arah dari momentum
selalu searah dengan arah kecepatannya. Satuan Momentum menurut Sistem
Internasional (SI).

P = satuan massa x satuan kecepatan


= kg x m/s
=kg. m/s

Jadi, satuan momentum dalam SI adalah: kg.m/s

Karena momentum besaran vektor, maka jika ingin mengetahui resultan


momentum(momentum total) dari dua momentum atau lebih, harus
menggunakan aturan vektor. Antaralain sebagai berikut :
1. Jika terdapat dua momentum yang searah, maka resultan momentumnya
diperoleh dengan cara menjumlahkan kedua momentum tersebut.
2. Jika terdapat dua momentum yang berlawanan arah, maka resultan
momentumnya diperoleh dengan cara menghitung selisih kedua momentum
tersebut.
3. Jika terdapat dua momentum yang membentuk sudut tegak lurus (90 0), maka
resultan momentumnya diperoleh dengan menggunakan rumus phytagoras.
4. Jika terdapat dua momentum yang membentuk sudut tetapi tidak tegak
lurus, makaresultan momentumnya diperoleh dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

B. Pengertian Tumbukan
Tumbukan adalah peristiwa yang terjadi bila dua bua benda/lebih saling
mendekati dan berinteraksi dengan kuat kemudian saling menjauh. Dalam
semua peristiwa tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum linier
bagaimanapun sifat gayanya. Tumbukan biasanya dibedakan dari kekal-tidaknya
energi kinetik selama proses. Bila energi kinetik sistem kekal, tumbukan bersifat
elastik (lenting). Sedangkan bila sebelum dan sesudah tumbukan energi kinetik
berubah (tidak kekal), tumbukan dikatakan tidak elastik/lenting. Dalam kondisi
setelah tumbukan kedua benda menempel dan bergerak bersama-sama,
tumbukan dikatkan tidak elastik/lenting sempurna.
Dalam proses tumbukan antara dua benda, gaya yang terlibat, ketika
kedua benda dilihat sebagai satu kesatuan, hanya gaya internal. Sehingga pada
semua proses tumbukan, selama tidak ada gaya eksternal, total momentum
sistem konstan. Untuk memudahkan kita cukup meninjau tumbukan dalam satu
dimensi. Untuk kasus dua dan tiga dimensi, karena sifat vektorial dari
momentum, hasilnya dapat diperoleh sebagai jumlahan vektor kasus satu
dimensi.
Ditinjau tumbukan antara partikel 1 dan 2, dengan massa m1 dan m2,
dan besar kecepatan awal v1 dan v2. Walau kita sudah mengetahui dari
pembahasan bagian sebelumnya bahwa momentum total sistem kekal, tetapi di
sini kita akan menjabarkannya lagi dengan meninjau gaya tumbukannya secara
langsung. Ketika tumbukan terjadi, partikel 1 memberi gaya ke partikel 2
sebesar F~ 21, dan partikel 2 memberi gaya ke partikel 1 sebesar F~
12.Tumbukan lenting (Sempurna)

Berikut ditunjukan dua buah benda bermassa m1 dan m2 bergerak dengan


kecepatan v1 dan v2 dengan v1 > v2. Pada saat awal, benda pertama berada
di belakang benda kedua. Suatu ketika benda pertama menumbuk benda
kedua, setelah itu kedua benda bergerak dengan

kecepatan v’1 dan v’2, kini v’1 < v’2.

sebelum tumbukan sesudah


m1 m2 m1 m2 m1 m2

v1 v2 v’1 v’2
v1 -v2 v’2 - v’1

Gambar 4. Proses dua buah benda bertumbukan


Pada tumbukan elastik, Energi Kinetik (dan juga momentum) sebelum
dan sesudah tumbukan adalah konstan/tetap. Artinya, setelah tumbukan tidak
terjadi pengurangan/penambahan jumlah energ kinetik. Dengan demikian pada
tumbukan elastik berlaku dua hukum kekekalan, yakni hukum kekelan
momentum dan hukum kekekalan energi kinetik sekaligus.
Berdasarkan kekekalan momentum:
m1 v1 + m2 v2 = m1v’1 + m2v’2,
dan dari kekekalan energi kinetik:
1/2 m1 v12 + 1/2m2 v22 = 1/2m1v’12 + 1/2 m2v2’2
Maka jika kedua persamaan tersebut diselesaikan secara serentak, diperoleh:
v1 - v2 = v’2 - v’1 atau (v2-v1) = - (v’ – v1’)
Dengan kata lain kec epatan relatif kedua benda sebelum tumbukan sama
dengan harga minus dari kecepatan relatif kedua benda setelah tumbukan.
Untuk keperluan lebih lanjut didefinisikan e = -(v1’-v1’)/(v1-v2)
berlaku jika v1, v1‟, v2, v2‟ pada satu arah sumbu yang sama.
Harga v yang dimasukkan disini harus memperhatikan arah (tanda + atau -) e ini
yang kemudian disebut koefisien restitusi
 Untuk tumbukan lenting (sempurna) e = 1
 Untuk tumbukan tidak lenting sebagian 0 < e < 1
 Untuk tumbukan tidak lenting sempurna e = 0

Tumbukan tidak lenting sebagian


Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan tidak
berlaku hukum kekekalan energi kinetik karena terjadi perubahan Ek. Koefisien
restitusi e adalah pecahan. Hukum kekekalan momentum.
m1 v1 + m2 v2 = m1v’1 + m2v’2 ,

dan 0<e<1
namun kekekalan energi kinetik tidak berlaku. Hal ini karena sebagian energi
kinetiknya berkurang dan berubah menjadi energi potensial yang ditunjukan
adanya deformasi (perubahan bentuk).
Kini Persamaan pada tumbukan elastis dimodifikasi menjadi:

V’2-v’/v1-v2 = e

e merupakan nilai koefisien resistusi. Beberapa nilai e dan hubungannya


dengan elastisitas tumbukan dapat dijelaskan sebagai berikut:
 e=1 untuk tumbukan elastis
 0 < e < 1 untuk tumbukan tidak elastis
 e=0 untuk tumbukan tidak elastis sempurna
Tumbukan tidak lenting Sempurna
Pada tumbukan ini, setelah tumbukan kedua benda bersatu dan
bergerak bersama-sama. Persamaan tentang kekekalan momentum kini
dituliskan sebagai berikut:
m1v1+ m2 v2 = (m1 + m2)v’

TUMBUKAN DUA DIMENSI


Sebuah benda bermassa m1 bergerak dengan kecepatan v1 lalu
menumbuk benda yang sedang diam dan bermassa m2. Tumbukan tidak persis
terjadi pada bagian tengah dari kedua benda, sehingga benda pertama akan
berbelok arah sumbu y negtaif, sedangkan benda kedua terpental ke arah.
Setelah terjadi tumbukan, masing-masing benda bergerak dengan membentuk
sudut 1 dan 2 terhadap sumbu x. Akibatnya gerakan setelah tumbukan
harus dianalisis sebagai gerakan dua dimensi (x dan y). Oleh karena itu
diperoleh kekekalan momentum, untuk komponen gerak dalam arah x :
m1 v1 = m1v’1 cos 1+ m2v’2 cos 2
sedangkan untuk komponen gerak dalam komponen y kekekalan
momentum menjadi:
0 = m1v’1 sin 1- m2v’2 sin 2
Bila dianggap tumbukannya elastis, berlaku kekekalan energi kinetik:

1/2 m1 v12 = 1/2m1v’12 + 1/2 m2v2’2


Bila keadaan awal diketahui, masih ada 4 besaran yang tidak diketahui, tetapi
persaamannya hanya 3, oleh karena itu salah satu besaran keadaan akhir harus
diberikan.
2. Konsep fisika Momentum dan tumbukan

Momentum Dan
Tumbukan

Momentum Tumbukan

Hukum Kekekalan Tumbukan Lenting Tumbukan Tidak Lenting Tumbukan Tidak Lenting
Momentum Linier Impuls
Momentum Sempurna Sebagian Sempurna

Jumlah momentum Berlaku hukum :


Gaya harus hadir untuk Impuls Berlaku hukum
bendasebelum bertumbukan Berlaku hukum kekekalan momentum
mengubah kecepatan sebuah merupakan perubahan mo Kelestarian momentum.
benda (laju dan/atau arah) sama dengan jumlah kelestarian momentuk 'ada energi yang
mentum atau Impuls meru momentum benda setelah Setelah tumbukan kedua
bah momentum benda dan energi kinetik dibebaskan setelah
ML = Massa X Kecepatan bertumbukan benda menyatu
tumbukan)
Gambar. Konsep Fisika Momentum dan Tumbukan
3. Fenomena yang pernah kalian alami atau kalian lihat terkait momentum
dan tumbukan (Jelaskan Konsep Fisika-nya)

1. Momentum
a. Kapal Laut

Kapal tanker terbesar yang pernah dibuat adalah Knock Nevis. Bobot kosong
kapal ini adalah 260.941 ton dan bobot saat penuh berisi muatan adalah
564.763 ton. Walapun kecepatan maksimum hanya 30 km/jam, namun
dengan bobot yang sangat besar tersebut kapal ini memiliki momentum
sangat besar.
b. Peluncuran Roket

Prinsip gaya dorong pada mesin roket memanfaatkan hukum-hukum


tentang momentum.
Momentum pada persamaan adalah momentum yang dimiliki sebuah
benda. Momentum adalah besaran vektor dengan arah persis sama dengan
arah vektor kecepatan. Jika kecepatan benda memiliki komponen arah sumbu
x, y, z masing-masing vx, vy, dan vz maka momentum pun memiliki
komponen-komponen.
Px = mvx
Py = mvy
Pz = mvz

2. Tumbukan
a. Ledakan

Kasus Ledakan adalah tumbukan yang disertai ledakan atau ledakan


saja. Pada peristiwa ini energi kinetik total setelah tumbukan lebih besar
daripada sebelum tumbukan (Gambar 6.10). Energi kinetik tambahan setelah
tumbukan berasal dari perubahan energi kimia bahan peledak.

Sekarang kita lihat kasus tumbukan dua benda yang menghasilkan


energi kinetik lebih besar setelah tumbukan. Misalnya saat tumbukan ada
reaksi kimia sehingga minimal salah satu benda mendapat tambahan energi
sat tumbukan sehingga enegri kientiknya bertambah setelah tumbukan.
Persamaan momentum dan energi kinetik untuk kasus ini adalah

M1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2

K = ½ m1v21 + ½ m2 v22

K’ = ½ m1v’21 = ½ m2 v’21

Namun, untuk kasus ini berlaku K’ > K. Namun, demikian kita tetap
sampai pada persamaan yang serupa dengan persamaan (6.17) hany dengan
mengubah arah ketidaksamaan. Jadi, untuk tumbukan ini berlaku.

V2’ – v1’ >_ - (v2 – v1)

Jika pada tumbukan dipenuhi e = 1 maka tumbukan tersebut


dinamakan tumbukan elastis. Kondisi ini hanya dipenuhi jika di samping
momentum total kekal, energi kinetik total juga kekal. Contoh tumbukan yang
mendekati tumbukan elastis sempurna adalah tumbukan antar dua bola
biliarg (Gambar 6.11). Yang paling mendekati elastik adalah tumbukan antar
partikel subatomik seperti tumbukan antar elektron, antar proton, dan
sebagainya. Pada tumbukan antar partikel atomik, para ahli langsung saja
menggunakan persamaan kekekalan energi kinetik, tanpa perlu memberikan
argumentasi tambahan.

b. Bola Billiard

Tumbukan antar bola billiard dianggap mendekati tumbukan elastik.


Pemilihan jenis material penyusun bola tersebut menentukan sifat elastik
yang dihasilkan selama tumbukan.
Sebenarnya sifat elastisitas dapat dikaitkan dengan sifat elastisitas
bahan. Jika bahan bersifat elastis maka energi yang dibukanan untuk
mendeformasi bahan dapat diambil kembali. Misalnya energi yang
digunakan untuk menekan atau meregangkan pedas dapat diambil kembali
ketika pegas kembali ke posisi kesetimbangan. Hal serupa terjadi saat
tumbukan. Atom-atom pada permukaan benda yang bersentuhan
mengalami deformasi posisi. Energi yang digunakan untuk mendeformasi
posisi atom-atom tersebut berasal dari energi kinetik benda yang
bertumbukan. Jika energi yang digunakan untuk mendeformasi atom-atom
dapat diambol kembali dan kembali menjadi energi kinetik benda yang
bertumbukan maka energi kinetik benda setelah tumbukan sama dengan
sebelum tumbukan. Ini hanya terjadi kalau material Sebenarnya sifat
elastisitas dapat dikaitkan dengan sifat elastisitas bahan. Jika bahan bersifat
elastis maka energi yang dibukanan untuk mendeformasi bahan dapat
diambil kembali. Misalnya energi yang digunakan untuk menekan atau
meregangkan pedas dapat diambil kembali ketika pegas kembali ke posisi
kesetimbangan. Hal serupa terjadi saat tumbukan. Atom-atom pada
permukaan benda yang bersentuhan mengalami deformasi posisi. Energi
yang digunakan untuk mendeformasi posisi atom-atom tersebut berasal dari
energi kinetik benda yang bertumbukan. Jika energi yang digunakan untuk
mendeformasi atom-atom dapat diambol kembali dan kembali menjadi
energi kinetik benda yang bertumbukan maka energi kinetik benda setelah
tumbukan sama dengan sebelum tumbukan. Ini hanya terjadi kalau
material.
Jika proses tumbukan memenuhi e < 1, maka tumbukan tersebut
dikatagorikan sebagai tumbukan tidak elastik. Pada tumbukan ini energi
kinetik total setelah tumbukan lebih kecil daripada energi kinetik sebelum
tumbukan. Makin kecil nilai e maka makin besar energi kinetik yang hilang
akibat tumbukan.
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D. Resnick, R. 1999. Fisika Jilid 1 terjemahan Pantur Silaban. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai