Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sebelum kita mengetahui latar belakang pembahasan
I m p u l s d a n   Momentum Linear maka terlebih dahulu kita pahami apa yang
dimaksud dengan Impuls dan Momentum Linear. Impuls adalah besaran vektor
yang arahya sejajar dengan arah gaya dan Menyebabkan perubahan
momentum dan Momentum  Linear adalah momentum yang dimiliki benda-
benda yang bergerak pada lintasan lurusPernahkah menyaksikan tabrakan antara
dua kendaraan di jalan. apa yang terjadi ketika dua kendaraan
bertabrakan. kondisi mobil atau sepeda motor  mungkin hancur
berantakan. Kalau kita tinjau dari ilmu fisika fatal atau tidaknya tabrakan antara
kedua kendaraan ditentukan oleh momentum kendaraan tersebut. !alam ilmu
fisika terdapat dua jenis momentum yakni momentum linear
dan momentum sudut. Kadang-kadang momentum linear disingkat momentum.
Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan (ability) dari benda padat untuk
kembali ke bentuk semula segera setelah gaya luar yang bekerja padanya hilang/
dihilangkan. Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti
aturan yang dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan hukum
Hooke. Ahli matematika dan juga seorang filsuf asal Inggris ini mencetuskan
hukum Hooke (elastisitas) yang berbunyi. “Perubahan bentuk benda elastis akan
sebanding dengan gaya yang bekerja padanya sampai batas tertentu (batas
elastisitas). Jika gaya yang deberikan ditambah hingga melebihi batas elastisitas
benda maka benda akam mengalami deformasi (perubahan bentuk ) permanen”.
Sobat punya sebatang bambu apus kecil. Saat sobat memberikan tenaga untuk
membengkokkan bambu tersebut ia akan melengkung (deformasi) yang bersifat
sementara yang berarti bahwa bambu bersifat elastis. Bambu akan kembali ke
bentuk semula jika sobat menghilangkan gaya yang bekerja padanya. Akan tetapi
jika sobat memberikan gaya dalam jumlah yang besar bambu tersebut bisa patah.
Kapan ia patah? Ketika gaya yang sobat berikan melebihi titik elastis dari bambu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi  Momentum
 setiap benda yang bergerak dikatakan memiliki momentum. Momentum
adalah hasil kali antara massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut.
Semakin besar massa benda, semakin besar momentumnya.
Secara matematis momentum didefinisikan sebagai :

P=mxv

keterangan :
          p : momentum (kg.m/s)
          m: massa benda (kg)
   v :kecepatan benda (m/s)

B. DefinisiImpuls

Didefinisikan sebagai besarnya perubahan momentum yang disebabkan oleh gaya


yang terjadi pada waktu singkat,
 Definisi lain dari impuls (diperoleh dari penurunan Hukum II Newton) adalah
hasil kali antara gaya singkat yang bekerja pada benda dengan waktu kontak gaya
pada benda (biasanya sangat kecil).

C. Hubungan Impuls dan Momentu


Hasil kali gaya dengan selang waktu singkat bekerjanya gaya pada benda
tersebut dinamakan impuls.
 Besarnya impuls pada benda sama dengan besarnya perubahan momentum
pada benda tersebut.

F . ∆ t = m / v2– m / v1             
ket  :   F   = gaya yang bekerja (N)
             ∆ t  = selang waktu singkat (s)
             v1   = kecepatan awal benda (m/s)
              v2  = kecepatan akhir benda (m/s)

dapat juga ditulis :

            I = F . ∆ t
                                          Ket  I = impuls benda (N.s)

Teorema impuls dan momentum Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama
dengan perubahan momentum yang dialami benda.
I = ∆ t = p2– p1= m . v2– m . v1
Hukum II Newton dalam bentuk momentum
F =  ∆p

     ∆t

D. HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM.


       Misalkan benda A dan B masing-masing mempunyai massa mA dan mB dan
masing-masing bergerak segaris dengn kecepatan vA dan vB sedangkan vA > vB.
Setelah tumbukan kecepatan benda berubah menjadi vA’ dan vB’. Bila FBA adalah
gaya dari A yang dipakai untuk menumbuk B dan FAB gaya dari B yang dipakai
untuk menumbuk A, maka menurut hukum III Newton :
                                                         FAB = - FBA
                                                  FAB . Dt = - FBA . Dt
                                                (impuls)A = (impuls)B
                                    mA vA’ – mA vA = - (mB vB’ – mB vB)
                                    mA vA + mB vB  = mA vA’ + mB vB’  
Jumlah momentum dari A dan B sebelum dan sesudah tumbukan adalah
sama/tetap. Hukum ini disebut sebagai hukum kekekalan momentum
linier tumbukan. Pada setiap jenis tumbukan berlaku hukum kekekalan
momentum tetapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan energi mekanik. Sebab
disini sebagian energi mungkin diubah menjadi panas akibat tumbukan atau
terjadi perubahan bentuk :
Macam tumbukan yaitu

Untuk sistem dua benda yang bertumbukan, momentum sistem adalah


tetap, asalkan pada sistem tidak bekerja gaya luar.
      Tumbukan lenting sempurna adalah jenis tumbukan dimana energi kinetik sistem
tetap. Kecepatan relatif sesudah tumbukan sama dengan minus kecepatan relatif
sebelum tumbukan.
 Persamaan yang berlaku :
                                    Δv’ = -Δv
                           V2’ – v1’ = - (v2– v1)

      Tumbukan  lenting sebagian adalah jenis tumbukan yang disertai terjadinya


pengurangan energi kinetik sistem
      Tumbukan tak lenting sama sekali adalah jenis tumbukan yang setelah tumbukan
kedua benda bergabung dan bergerak bersama-sama. Karena pada tumbukan tak
lenting sama sekali kedua benda bersatu sesudah tumbukan maka berlaku
hubungan kecepatan sesudah tumbukan,
Sebagai : v2’  = v1’ = v’ sehingga persamaan momentum menjadi :
m1.v1 + m2 . v2 = (m1 + m2) v’
Misalkan benda yang datang bermassa m1 dengan kecepatan v1 dan benda kedua
yang diam bermassa m2 dengan kecepatan v2, energi kinetik awal sistem :

      Ek  =   p2           Energi kinetik akhir sistem :    Ek’ =      p2


                2m12                                                                  (m1+m2)

Koefisien Restitusi
Koefisien restitusi (diberi lambang e) adalah negatif perbandingan antara
kecepatan relatif sesudah tumbukan dengan kecepatan relatif sebelum tumbukan.
      e =   Δv’=- (v2’-v1) 
               Δv  = v1 - v2
  
Nilai koefisien restitusi adalah antara nol dan satu (0 ≤ e ≤1 ). Untuk
tumbukan lenting sempurna e = 1, sedangkan untuk tumbukan tak lenting sama
sekali e = 0. jika sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian b1 terhadap lantai dan
setelah menumbuk lantai, bola terpantul setinggi b2, maka berlaku :
   
  e =  b2 
         b1
Contoh dalam sehari- hari

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari materi dan interaksinya. Banyak


konsep-konsep fisika yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena di alam. Salah
satunya penerapan konsep impuls dan momentum. Impuls adalah gaya yang
bekerja pada benda dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan momentum
merupakan ukuran kesulitan untuk memberhentikan (mendiamkan) benda. Impuls
dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada benda dalam selang waktu tertentu
sedangkan momentum dipengaruhi oleh massa benda dan kecepatan benda
tersebut. Berikut ini disajikan beberapa contoh penerapan konsep impuls dan
momentum dalam kehidupan sehari-hari:

1.      Mobil
           Ketika sebuah mobil tertabrak, mobil akan penyok. Mobil didesain mudah
penyok dengan tujuan memperbesar waktu sentuh pada saat tertabrak. Waktu
sentuh yang lama menyebabkan gaya yang diterima mobil atau pengemudi lebih
kecil dan diharapkan keselamatan penggemudi lebih terjamin.

2.      balon udara dan sabuk pengaman pada mobil Ketika terjadi kecelakaan
pengemudi akan menekan tombol dan balon udara akan mengembang, sehingga
waktu sentuh antara kepala atau bagian tubuh yang lain lebih lama dan gaya yang
diterima lebih kecil. Sabuk pengaman juga didesain untuk mengurangi dampak
kecelakaan. Sabuk pengaman didesain elastic.

Contoh soal
1. Ditetapkan arah ke kanak sebagai acuan arah positif, hitunglah momentum:
a. peluru bermassa 20 gram yang sedang bergerak ke kiri dengan kelajuan 50
m /s
b. sepeda bermassa 100 kg (beserta pengendara) yang bergerak ke kanan
dengan kelajuan 4 m/s.
Jawab :
a.   m  = 20 gram = 0.02 kg                      b.    m = 100 kg
v   = - 50 m/s                                             v  = 4 m/s
p   = m x v                                                 p  = m x v       
p   = 0,02 kg x (-50 m/s)                                = 100 kg x 4 m/s
     = -1 kg m/s                                               = 400 kg m/s

2. Dua mobil A dan B masing-masing bermassa 1.600 kg dan 800 kg.


Hitunglah vektor momentum resultan A dan B (besar dan arahnya), jika mobil A
bergerak ke utara dengan kelajuan 20 m/s dan mobil B bergerak dengan kelajuan
30 m/s ke timur !
Jawab :
mA = 1.600 kg                        mB   = 800 kg
vA  = 20 m/s                           vB    = 30 m/s
PA  = mA x vA                       PB    = mB x vB
       = 1.600 kg . 20 m/s                   = 800 kg . 30 m/s
       = 32.000 kg . m/s                      = 24.000 kg. m/s
                                  momentum resultan PR =    PA2  + P B2
                                  PR =    (32.000)2 + (24.000)2 = 40.000 kg m/s
                                  Arah momentum resultan :   tan 0  =  PB = 24.000 = 3
                                                                                          PA    32.000               
                                  Jadi, θ = arc tan 3   = 37 0
3. Sebuah bola massa 800 gram ditendang dengan gaya 400 N.  Jika kaki dan
bolah bersentuhan selama 0,5 sekon, tentukan Impuls pada peristiwa tersebut.
Diketahui:
                                       m  =  0,8 kg
                                       F  =  400 N
                                       ∆t =  0,5 S

Ditanya :I =  ….?
Jawab:
                                       I =  F. ∆t
                                          =  400. 0,5
                                          =  200 NS
4. Sebuah bola bergerak ke utara dengan kelajuan 36 km/jam, kemudian bola
ditendang ke Selatan dengan gaya 40 N hingga kelajuan bola menjadi 72 km/jam
ke Selatan.  Jika massa bola 800 gram tentuka :
a. Impuls pada peristiwa tersebut
b. Lamanya bola bersentuhan dengan kaki
Diket:
                                       V0 = 36 km/jam =  10 m/s, m =  800 gram = 0,8 kg

                                       Vt =  -72 km/jam =  -20 m/s


                                       F  =  -40 N
Ditanya:
a.       I =  ….?
b.      ∆t =  …?
Jawab:
                                       I =  ∆P

I =  m.Vt – m.V0
I =  m(Vt – V0)
 =  0,8 (-20 – 10)
=  0,8 – 30
 =  - 24 kg m/s
tanda negatif menyatakan arahnya ke selatan

E. Sifat Elistisitas Bahan


Menentukan kaitan konsep gaya pegas sifat elastisitas bahan.
Mendeskripsikan tegangan dan regangan
Merumusakan persamaan matematis tegangan dan regangan
Menganalisis dan membuktikan hukum Hooke tentang elastisitas bahan
Merumuskan dan menentukan kekuatan bahan berdasarkan konsep modulus
elastisitas 

Kerapatan Dan Berat Jenis


Sebuah sifat penting dari zat adalah rasio massa terhadap volumenya yang
dinamakan kerapatan. Kerapatan atau rapat massa secara matematis :
Kerapatan = massa/volume
Huruf Yunani ρ (rho) biasanya digunakan untuk menyatakan kerapatan 
ρ = m/V
Karena gram semula didefinisikan sebagai massa satu centimeter kubik air,
kerapatan air dalam satuan cgs adalah 1 g/cm3. Dengan mengubah ke satuan SI,
kilogram per meter kubik, kita dapatkan untuk kerapatan air
ρ = (1 g)/〖cm〗^3 ×kg/〖10〗^3 ×((100 cm)/m)^3=〖10〗^3 kg/m3
Kerapatan air berubah dengan berubahnya temperatur. Persamaan menyatakan
nilai maksimumnya, yang terjadi pada 4oC. Satuan yang biasa dijumpai untuk
volume adalah liter (L):
1 L = 103 cm3 10-3 m3 
Dalam satuan ini, kerapatan air adalah 1,00 kg/L.
Rasio kerapatan sebuah zat terhadap kerapatan air dinamakan berat jenis. Berat
jenis adalah bilangan tidak berdimensi yang sama degnan besarnya kerapatan ini
bila dinyatakn dalam gram per centimeter kubik. Berat jenis suatu zat dapat
diperoleh dengan membagi kerapatannya dengan jenis suatu zat dapat diperoleh
dengan membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3.
Dalam sistem satuan di Amerika sehari-hari, istilah kerapatan berat (yang
didefinisikan sebagai rasio beat sebuah benda terhadap volumenya) seringkali
digunakan. Kerapatan berat adalah hasil kali kerapatan ρ dengan percepatan
gravitasi g :
ρg= w/V=mg/V
   
Ketika dirimu menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet tersebut
bertambah panjang. Silahkan dicoba kalau tidak percaya. Jika tarikanmu
dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika
dirimu merentangkan pegas, pegas tersebut akan bertambah panjang. tetapi ketika
dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula. Apabila di laboratorium
sekolah anda terdapat pegas, silahkan melakukan pembuktian ini. Regangkan
pegas tersebut dan ketika dilepaskan maka panjang pegas akan kembali seperti
semula. Mengapa demikian ? hal itu disebabkan karena bendabenda tersebut
memiliki sifat elastis. Elastis atau elastisisitas adalah kemampuan sebuah benda
untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda
tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis,
maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan
dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.
Ambillah segumpal tanah liat basah, lalu letakkandi atas meja horizontal dan
tekanlah dengan telapak tangan Anda agar gumpalan tanah liat tersebut berubah
bentuk. Apakah gumpalan tanah liat kembali ke bentuk awalnya ketika Anda
menarik telapak tangan Anda?
Beberapa benda, seperti tanah liat (lempung), adonan tepung kue, dan lilin mainan
(plastisin) tidak kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar dihilangkan.
Benda-benda seperti itu disebut benda tak elastis atau plastis. Dalam subbab ini
kita akan mempelajari salah satu aspek elastisitas bahan, yaitu gaya pegas.
Namun, sebelumnya kita bahas dahulu tentang pemahaman tegangan, regangan,
dan modulus elastis.
F.  Tegangan
Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :
Tegangan = gaya/luas
σ = F/A
Satuan tegangan adalah N/m2 (Newton per meter kuadrat)
Tegangan adalah besaran skalar

G. Regangan
Perhatikan gambar diatas, gaya tarik yang dikerjakan pada batang berusaha
meregangkan kawat hingga panjang kawat semula Lo bertambah panjang sebesar
∆L.
Regangan merupakan perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang
awal. Secara matematis ditulis :
Regangan = (pertambahan panjang)/(panjang awal) atau e = ∆L/L_o 
Karena pertambahan panjang ∆ dan panjang dan panjang awal Lo adalah
besaran yang sama, maka sesuai persamaan diatas, regangan e tidak memiliki
satuan atau dimensi.
Kebanyakan benda adalah elastis sampai ke suatu besar gaya tertentu
dinamakan batas elastis. Jika gaya yang dikerjakan pada benda lebih kecil
daripada batas elastisnya, benda akan kembali ke bentuk semula jika gaya
dihilangkan. Akan tetapi, jika gaya yang diberikan melampaui batas elastis, benda
tidak kembali ke bentuk semula, melainkan secara permanen berubah bentuk.
Grafik diatas meunjukkan bagaimana variasi tegangan terhadap regangan ketika
seutas kawat logam (baja) diberi gaya tarik sampai kawat itu patah.
o Modulus elastis E suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara
tegangan dan regangan yang dialami bahan.
o Modulus elastis = (tegangan )/regangan atau E = σ/e
o Modulus elastis juga disebut modulus Young (diberi lambang Y) untuk
menghargai Thomas Young. 
o satuan SI untuk tegangan σ adalah Nm-2 atau Pa, sedangkan reganagn e tidak
memiliki satuan. Sesuai persamaan pada modulus elastis, maka :
o satuan E = (satuan σ)/(satuan e)=Nm^(-2)atau Pa
o  Modulus elastis sejumlah bahan yang umum digunakan dalam keseharian
dan teknologi ditunjukkan pada tabel berikut:
Jika kita substitusikan tegangan σ = F/A dan regangan e = ∆L/L_o ke dalam
persamaan modulus elastis, kita peroleh hubungan antara gaya tarik F dengan
modulus elastis E.
E = σ/e= (F/A)/(∆L/L)
F/A=E ∆L/L
Hukum Hooke Pada Pegas
Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung
pegas tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan,
demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan
horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan
dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas
tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung
pegas berada dalam posisi setimbang (lihat gambar a). Untuk semakin
memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan.
Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan
memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga
benda kembali ke posisi setimbangnya (gambar b).
Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh ‐x, pegas juga memberikan gaya
pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali
ke posisi setimbang (gambar c).
Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari
pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang
ketika x = 0). Secara matematis ditulis :
F = ‐kx
Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum
hooke. Hukum inidicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635‐1703). k adalah
konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya
pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita
menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan
arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri
(negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja
berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas. Konstanta
pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar konstanta pegas
(semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan untuk
menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas
(semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk
meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan
gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen
menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.
Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, dari besi
sampai tulang tetapi hanya sampai pada batas‐batas tertentu. Mari kita tinjau
sebuah batang logam yang digantung vertikal, seperti yang tampak pada gambar
di bawah.
Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada
benda), yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus
permukaan bumi). Akibat adanya gaya berat, batang logam tersebut bertambah
panjang sejauh (delta L). Jika besar pertambahan panjang (delta L) lebih kecil
dibandingkan dengan panjang batang logam, hasil eksperimen membuktikan
bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja
pada benda. Perbandingan ini dinyatakan dengan persamaan :
F = Kδl
Persamaan ini kadang disebut sebagai hukum Hooke. Kita juga bisa
menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam
tersebut tidak digantungkan beban. Besarnya gaya yang diberikan pada benda
memiliki batas‐batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat
besar sehingga akhirnya benda patah. Hubungan antara gaya dan pertambahan
panjang (atau simpangan pada pegas) dinyatakan melalui grafik di bawah ini.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku
sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke.
Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai
batas elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang
diberikan tidak melewati batas elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada
daerah antara batas hukum hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan gaya
yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan
memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan
kembali seperti semula; benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika
pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut akan
patah. Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (delta
L) suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi
penyusun dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang
dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang
berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian
juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (besi, misalnya),
tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut
akan mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya
yang sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama
tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya
yang sama, besar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula‐
mula dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu
benda, makin besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal
benda, semakin kecil pertambahan panjangnya. Jika hubungan ini kita rumuskan
secara matematis, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
F = kΔL
ΔL = F/k
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (delta L)
dengan gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda
dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang sama, besar
pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda mula‐mula (Lo)
dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A).
Kita mulai dari teknologi yang sering kita gunakan, yaitu sepeda motor atau
mobil. Gambar diatas ini adalah pegas yang digunakan sebagai peredam kejutan
pada kendaraan sepeda motor. Istilah kerennya pegas digunakan pada sistem
suspensi kendaraan bermotor. Tujuan adanya pegas ini adalah untuk meredam
kejutan ketika sepeda motor yang dikendarai melewati permukaan jalan yang
tidak rata. Ketika sepeda motor melewati jalan berlubang, gaya berat yang bekerja
pada pengendara (dan gaya berat motor) akan menekan pegas sehingga pegas
mengalami mampatan. Akibat sifat elastisitas yang dimilikinya, pegas meregang
kembali setelah termapatkan. Perubahan panjang pegas ini menyebabkan
pengendara merasakan ayunan. Dalam kondisi ini, pengendara merasa sangat
nyaman ketika sedang mengendarai sepeda motor. Pegas yang digunakan pada
sepeda motor atau kendaraan 
lainnya telah dirancang untuk mampu menahan gaya berat sampai batas
tertentu. Jika gaya berat yang menekan pegas melewati batas elastisitasnya, maka
lama kelamaan sifat elastisitas pegas akan hilang. Oleh karena itu saran dari
gurumuda, agar pegas sepeda motor‐mu awet muda, maka sebaiknya jangan
ditumpangi lebih dari tiga orang. Perancang sepeda motor telah memperhitungkan
beban maksimum yang dapat diatasi oleh pegas (biasanya dua orang). Pegas
bukan hanya digunakan pada sistem suspensi sepeda motor tetapi juga pada
kendaraan lainnya, seperti mobil, kereta api.

Anda mungkin juga menyukai