Anda di halaman 1dari 31

Coba ingat :

Perbedaan antara kecepatan dan


kelajuan
Hubungan antara besar percepatan,
besar kecepatan, dan jarak dalam GLBB
Dinamika gerak lurus : Hukum Newton
tentang gerak

Apa fungsi sabuk


Tau gak si? pengaman (sit belt)
pada mobil ???
1. Pengertian momentum

 Setiap benda yang bergerak pasti memiliki momentum


 Dalam fisika Momentum adalah Hasil kali antara massa
dengan kecepatan benda.

p=m.v

Keterangan :
p = besar momentum benda (kgm/s)
m= massa benda (kg)
v = besar kecepatan benda (m/s)

v merupakan besaran vektor, maka p juga besaran vektor yang arahnya sama
dengan v
 Besaran mv kadang-kadang dinyatakan sebagai momentum
linier partikel untuk membedakannya dengan momentum
anguler.
 Momentum dapat dipahami sebagai ukuran kesulitan untuk
mendiamkan sebuah benda.
 contoh : Truk A membawa muatan sayur-mayur.
Truk B tidak membawa muatan.
Jika truk bergerak dengan kelajuan sama besar, maka
truk A memiliki momentum lebih besar dari truk B.
Akibatnya gaya untuk menghentikan truk A akan
lebih besar jika dibandingkan dengan gaya untuk
menghentikan truk B
 Hukum II Newton dapat ditulis dalam kaitannya dengan
momentum partikel (benda) dengan cara mendiferensialkan.
𝒅𝒑 𝒅(𝒎𝒗) 𝒅𝒗
F= = =𝒎 = 𝒎 .𝒂
𝒅𝒕 𝒅𝒕 𝒅𝒕

𝒅𝒑
F= dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
𝒅𝒕
“ gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan laju
perubahan momentum linier benda tersebut terhadap waktu “

∆𝒑 𝒎 (𝒗𝟐 − 𝒗𝟏 ) Pernyataan yang asli tentang


F= = hukum II Newton
∆𝒕 ∆𝒕
2. Pengertian impuls
Sebuah benda yang massanya m mula-mula bergerak dengan
kecepatan v1, kemudian dalam selang waktu t kecepatannya
berubah menjadi v2. Jika kita gunakan hukum II newton
bahwa laju perubahan momentum sebanding dengan
besarnya gaya yang bekerja dalam selang waktu tertentu.
𝒎 (𝒗𝟐− 𝒗𝟏 )
F = F merupakan besaran vektor, maka I
∆𝒕
juga besaran vektor yang arahnya sama
F . t = m (v2  v1) dengan F
I = p
Impuls adalah hasil kali antara gaya dengan selang waktu
gaya itu bekerja pada benda

I = F . t
I = F.t = m (v2-v1) = p

Keterangan :
I = besar impuls (N.s)
m = massa benda (kg)
v2 = besar kecepatan akhir benda (m/s)
v1 = besar kecepatan mula-mula benda (m/s)
p= perubahan momentum (kgm/s)
F = gaya yang bekerja pada benda (N)
t = selang waktu (s)
3. FENOMENA IMPULS
Untuk impuls yang besarnya sama, Gaya impuls menjadi lebih
kecil jika Impuls yang diberikan berlangsung lama.
𝑰
F=
∆𝒕

Contoh-contoh yang menunjukkan penerapan konsep impuls :


A. Menendang batu lebih sakit
daripada menendang bola,
walaupun massa batu dan bola
sama. Karna selang waktu kontak
antara kaki dengan batu lebih
kecil daripada selang waktu
kontak antara kaki dengan bola
B. Pejudo yang dibanting pada matras dapat menahan rasa
sakit karna selang waktu kontak antara punggung pejudo
dengan matras lebih lama, sehingga pejudo menderita gaya
impuls yang lebih kecil.
C. Sarung tinju dipakai oleh petinju
dengan maksud agar pukulan
yang mengenai tubuh memiliki
waktu kontak lebih lama sehingga
gaya impuls yang dihasilkan
pukulan tadi tidak
membahayakan lawan yang
menerima pukulan.
D. Tabrakan antara dua mobil yang mengakibatkan kedua mobil
saling menempel sesaat setelah tabrakan (waktu kontak lebih
lama) kurang membahayakan dibandingkan dengan tabrakan
sentral yang mengakibatkan kedua mobil saling terpental sesaat
setelah tabrakan (waktu kontak lebih singkat)
Mobil yang baik didesain sedemikian rupa
dengan memperhatikan faktor keselamatan
pengemudi dan penumpang. Sebagai
contoh, bagian depan dan belakang sebuah
mobil didesain agar dapat menggumpal
ketika terjadi tabrakan. Ini bertujuan
memperlama waktu kontak pada saat
terjadi tabrakan. Selain itu, sebuah kantong
udara yang terletak antara stir kemudi dan
pengemudi akan menggembung ketika
tabrakan terjadi. Kantong udara dibuat
lunak sehingga impuls yang diberikan
kantong udara berlangsung lebih lama.
Perlengkapan pengaman lain adalah sebuah
sabuk keselamatan yang elastis. Sabuk ini
didesain untuk memberikan impuls yang
dapat memberhentikan pengemudi dalam
selang waktu tertentu setelah pengemudi
dan sabuk keselamatan menempuh jarak
yang aman dari stir.
Impuls yang dilakukan oleh sebuah gaya besarnya sama
dengan luas daerah dibawah grafik gaya terhadap waktu
(grafik F – t)

F (N)

30

I = F.t

t (s)
2
4. Hukum kekekalan momentum

 Dua buah mobil mainan pada gambar bergerak searah.


Mobil pertama massanya m1 bergerak dengan kecepatan
v1. sedangkan mobil kedua massanya m2 bergerak dengan
kecepatan v2.

v1 v2
v1 > v2
Faksi
 Kedua mobil berada pada lintasan yang sama dan lurus
serta v1 lebih besar dari pada v2, pada suatu saat mobil
kedua akan ditabrak mobil pertama.

Freaksi

v1 v1
 Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan mobil
yang sesuai dengan hukum ke III newton, kedua mobil
akan saling menekan dengan gaya F yang sama besar
tetapi arahnya berlawanan.

v1 ’ v2 ’
Akibat adanya gaya aksi reaksi kedua mobil dalam selang
waktu t akan saling melepaskan diri dengan kecepatan
masing-masing sebesar v1’ dan v2’.

𝒎𝟏 𝒗𝟏 + 𝒎𝟐 𝒗𝟐 = 𝒎𝟏 𝒗𝟏ƴ + 𝒎𝟐 𝒗𝟐ƴ
𝑭𝒂𝒌𝒔𝒊 = −𝑭𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊
𝑭𝟏 = −𝑭𝟐
𝑭𝟏 . ∆𝒕 = −𝑭𝟐 . ∆𝒕

𝑷𝟏 + 𝑷𝟐 = 𝑷ሖ𝟏 + 𝑷ሖ𝟐
Keterangan:
P1, P2=vektor momentum benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
P1’, P2’= vektor momentum benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
m1, m2= massa benda 1 dan 2
v1,v2= kelajuan benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
v1’, v2’= kelajuan benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
5. Prinsip kerja roket
Prinsip kerja roket mirip dengan
terdorongnya balon karet. Dalam sebuah
roket terdapat tangki yang berisi
hidrogen cair dan oksigen cair. Kedua
bahan ini dicampur dalam ruang
pembakaran sehingga terjadi
pembakaran yang menghasilkan gas
panas. Gas ini akan menyembur keluar
melalui mulut pipa yang terletak pada
ekor roket. Selang waktu tertentu t,
terjadi perubahan momentum gas dari
nol menjadi mv. Perubahan momentum
ini menghasilkan gaya yang dikerjakan
roket pada gas dengan arah kebawah.
Sesuai hukum III newton timbul reaksi
gaya yang sama, tetapi arahnya
berlawanan. Jadi gas akan mengerjakan
gaya keatas pada roket sehingga roket
terdorong keatas. Jika gaya berat
diabaikan sehingga tidak ada gaya luar
yang bekerja pada sistem roket, prinsip
terdorongnya roket memenuhi hukum
kekekalan momentum.
6. TUmbukan
 Banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat dijelaskan dengan konsep momentum
dan impuls diantaranya peristiwa tumbukan
antara dua benda.

 Tumbukan merupakan hasil interaktif dua benda


yang bergerak searah maupun berlawanan arah.

 Peristiwa tumbukan merupakan transfer


momentum dan energi (Ek)
 Benda dikatakan bertumbukan jika dalam
geraknya mengalami persinggungan
dengan benda lain sehingga saling
memberikan gaya

 Jika tidak ada gaya luar yang bekerja,


momentum total kedua benda yang
bertumbukan adalah tetap.
Jadi, berlaku hukum kekekalan
momentum, akan tetapi hukum kekekalan
energi kinetik biasanya tidak berlaku.
 Berlaku atau tidak berlakunya
hukum kekekalan momentum dan
hukum kekekalan energi kinetik
maka tumbukan antara dua benda
dibedakan menjadi tiga jenis:
1. Tumbukan lenting sempurna
(e=1)
2.Tumbukan lenting sebagian
(0<e< 1)
3.Tumbukan tidak lenting sama
sekali (e = 0)
1. Tumbukan Lenting Sempurna

 Dua benda dikatakan mengalami tumbukan lenting


sempurna jika pada tumbukan itu tidak terjadi
kehilangan energi kinetik

VA VB VA’ VB’

Sebelum Setelah
 EK total kedua benda sebelum dan sesudah
tumbukan adalah tetap

VB = 0 VA’ = 0
VA VB’

Sebelum Setelah
 Pada tumbukan lenting sempurna berlaku:
a. Hukum kekekalan momentum
b. Hukum kekekalan energi kinetik

 Koefisien restitusi (e) adalah koefisien yang menyatakan


tingkat kelentingan tumbukan
Dimana:
 (v A'  vB' ) vA = kecepatan benda A sebelum tumbukan
e (m/s)
v A  vB
vB = kecepatan benda B sebelum tumbukan
(m/s)
vA’ = kecepatan benda A setelah tumbukan
(m/s)
vB’ = kecepatan benda B setelah tumbukan
(m/s)
m = massa benda (kg)
2. Tumbukan lenting sebagian

 Pada tumbukan lenting sebagian hanya


berlaku hukum kekekalan momentum
 Setelah tumbukan terjadi jumlah Ek
kedua benda lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah Ek sebelum tumbukan.
Hal ini berarti bahwa sesudah tumbukan
ada sebagian energi yang hilang berubah
menjadi energi panas, energi bunyi,
energi cahaya, dll
Contoh:
Sebuah bola dijatuhkan kelantai, bola akan terpantul
kembali pada ketinggian semula. Kenyataannya tinggi
pantulan bola lebih rendah dari ketinggian semula

h1 VA
VA’ h2
Untuk Bola
 Kecepatan bola sesaat sebelum tumbukan:
(+) arah ke bawah
𝑉𝐴 = 2𝑔ℎ1
 Kecepatan bola sesaat setelah tumbukan:
𝑉𝐴′ = − 2𝑔ℎ2 (-) arah ke atas
Untuk Lantai
Kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan adalah nol
(VB=VB’=0)
 (v A'  v B' ) 𝒉𝟐
e e=
v A  vB 𝒉𝟏
Sehingga:
dimana:
h1= tinggi bola mula-mula
h2= tinggi pantulan bola pertama
3. Tumbukan tidak Lenting sama sekali
 Dua benda dikatakan mengalami tumbukan tidak
lenting sama sekali, jika setelah tumbukan kedua
benda bergabung menjadi satu dan bergerak bersama-
sama dengan kecepatan yang sama besar.

VA’=VB’=V’
 Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, Ek
total benda – benda setelah tumbukan lebih
kecil dari pada Ek total benda – benda
sebelum tumbukan

 Pada tumbukan ini hanya berlaku hukum kekekalan


momentum saja
 Alat yang menggunakan prinsip kerja tumbukan ini
bernama ayunan balastik atau bandul balastik yang
merupakan suatu metode yang menggunakan prinsip
tumbukan untuk mengukur kecepatan peluru

Anda mungkin juga menyukai