p=m.v
Keterangan :
p = besar momentum benda (kgm/s)
m= massa benda (kg)
v = besar kecepatan benda (m/s)
v merupakan besaran vektor, maka p juga besaran vektor yang arahnya sama
dengan v
Besaran mv kadang-kadang dinyatakan sebagai momentum
linier partikel untuk membedakannya dengan momentum
anguler.
Momentum dapat dipahami sebagai ukuran kesulitan untuk
mendiamkan sebuah benda.
contoh : Truk A membawa muatan sayur-mayur.
Truk B tidak membawa muatan.
Jika truk bergerak dengan kelajuan sama besar, maka
truk A memiliki momentum lebih besar dari truk B.
Akibatnya gaya untuk menghentikan truk A akan
lebih besar jika dibandingkan dengan gaya untuk
menghentikan truk B
Hukum II Newton dapat ditulis dalam kaitannya dengan
momentum partikel (benda) dengan cara mendiferensialkan.
𝒅𝒑 𝒅(𝒎𝒗) 𝒅𝒗
F= = =𝒎 = 𝒎 .𝒂
𝒅𝒕 𝒅𝒕 𝒅𝒕
𝒅𝒑
F= dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
𝒅𝒕
“ gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan laju
perubahan momentum linier benda tersebut terhadap waktu “
I = F . t
I = F.t = m (v2-v1) = p
Keterangan :
I = besar impuls (N.s)
m = massa benda (kg)
v2 = besar kecepatan akhir benda (m/s)
v1 = besar kecepatan mula-mula benda (m/s)
p= perubahan momentum (kgm/s)
F = gaya yang bekerja pada benda (N)
t = selang waktu (s)
3. FENOMENA IMPULS
Untuk impuls yang besarnya sama, Gaya impuls menjadi lebih
kecil jika Impuls yang diberikan berlangsung lama.
𝑰
F=
∆𝒕
F (N)
30
I = F.t
t (s)
2
4. Hukum kekekalan momentum
v1 v2
v1 > v2
Faksi
Kedua mobil berada pada lintasan yang sama dan lurus
serta v1 lebih besar dari pada v2, pada suatu saat mobil
kedua akan ditabrak mobil pertama.
Freaksi
v1 v1
Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan mobil
yang sesuai dengan hukum ke III newton, kedua mobil
akan saling menekan dengan gaya F yang sama besar
tetapi arahnya berlawanan.
v1 ’ v2 ’
Akibat adanya gaya aksi reaksi kedua mobil dalam selang
waktu t akan saling melepaskan diri dengan kecepatan
masing-masing sebesar v1’ dan v2’.
𝒎𝟏 𝒗𝟏 + 𝒎𝟐 𝒗𝟐 = 𝒎𝟏 𝒗𝟏ƴ + 𝒎𝟐 𝒗𝟐ƴ
𝑭𝒂𝒌𝒔𝒊 = −𝑭𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊
𝑭𝟏 = −𝑭𝟐
𝑭𝟏 . ∆𝒕 = −𝑭𝟐 . ∆𝒕
𝑷𝟏 + 𝑷𝟐 = 𝑷ሖ𝟏 + 𝑷ሖ𝟐
Keterangan:
P1, P2=vektor momentum benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
P1’, P2’= vektor momentum benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
m1, m2= massa benda 1 dan 2
v1,v2= kelajuan benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
v1’, v2’= kelajuan benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
5. Prinsip kerja roket
Prinsip kerja roket mirip dengan
terdorongnya balon karet. Dalam sebuah
roket terdapat tangki yang berisi
hidrogen cair dan oksigen cair. Kedua
bahan ini dicampur dalam ruang
pembakaran sehingga terjadi
pembakaran yang menghasilkan gas
panas. Gas ini akan menyembur keluar
melalui mulut pipa yang terletak pada
ekor roket. Selang waktu tertentu t,
terjadi perubahan momentum gas dari
nol menjadi mv. Perubahan momentum
ini menghasilkan gaya yang dikerjakan
roket pada gas dengan arah kebawah.
Sesuai hukum III newton timbul reaksi
gaya yang sama, tetapi arahnya
berlawanan. Jadi gas akan mengerjakan
gaya keatas pada roket sehingga roket
terdorong keatas. Jika gaya berat
diabaikan sehingga tidak ada gaya luar
yang bekerja pada sistem roket, prinsip
terdorongnya roket memenuhi hukum
kekekalan momentum.
6. TUmbukan
Banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat dijelaskan dengan konsep momentum
dan impuls diantaranya peristiwa tumbukan
antara dua benda.
VA VB VA’ VB’
Sebelum Setelah
EK total kedua benda sebelum dan sesudah
tumbukan adalah tetap
VB = 0 VA’ = 0
VA VB’
Sebelum Setelah
Pada tumbukan lenting sempurna berlaku:
a. Hukum kekekalan momentum
b. Hukum kekekalan energi kinetik
h1 VA
VA’ h2
Untuk Bola
Kecepatan bola sesaat sebelum tumbukan:
(+) arah ke bawah
𝑉𝐴 = 2𝑔ℎ1
Kecepatan bola sesaat setelah tumbukan:
𝑉𝐴′ = − 2𝑔ℎ2 (-) arah ke atas
Untuk Lantai
Kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan adalah nol
(VB=VB’=0)
(v A' v B' ) 𝒉𝟐
e e=
v A vB 𝒉𝟏
Sehingga:
dimana:
h1= tinggi bola mula-mula
h2= tinggi pantulan bola pertama
3. Tumbukan tidak Lenting sama sekali
Dua benda dikatakan mengalami tumbukan tidak
lenting sama sekali, jika setelah tumbukan kedua
benda bergabung menjadi satu dan bergerak bersama-
sama dengan kecepatan yang sama besar.
VA’=VB’=V’
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, Ek
total benda – benda setelah tumbukan lebih
kecil dari pada Ek total benda – benda
sebelum tumbukan