2023
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan kecepatan akhir dari dua obyek yang bertumbukan secara sempurna,
lenting sebagian dan tidak lenting
2. Mengamati fenomena yang terjadi dari dua obyek yang bertumbukan secara
sempurna, lenting sebagian dan tidak lenting
TEORI DASAR
P=m×V
Keterangan :
Dua benda, benda 1 dan benda 2, bergerak menuju satu sama lain. Benda 1
berhasil dengan kecepatan v1, dan Benda 2 berhasil dengan kecepatan v2. Kedua
tikungan ini bertumbukan dan bertumpu pada busur yang dipenuhi lawanan.
Ketahuilah bahwa kecepatan adalah besaran vektor yang juga dapat dipengaruhi oleh
sudut. Menurut ekspektasi, busur di atas adalah positif dan busur di bawah adalah
negatif. Karena massa dan kecepatannya, kurva kedua memiliki energi kinetik (EK =
1
mv2) dan momentum (p = mv). Baik momentum total maupun energi kinetiknya
2
identik, baik sebelum maupun sesudah tumbukan. Secara matematis, Hukum
Kekekalan Momentum didefinisikan sebagai berikut:
m1v1 + m2v2 = m1vl1 + m2vl2 → Persamaan
Keterangan :
m1 adalah suatu massa benda 1, m2 adalah suatu massa benda 2, v1 adalah setiap
kecepatan benda sebelum tumbukan, dan v2 adalah setiap kecepatan benda 2 Sebelum
tumbukan, vl1 adalah setiap kecepatan benda setelah tumbukan, vl2 adalah setiap
kecepatan benda 2 setelah tumbukan jika dinyatakan dalam momentum, m 1v1 adalah
suatu momentum benda 1 sebelum tumbukan, m1vl1 adalah suatu momentum benda 1
setelah tumbukan m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m2vl2= momentum
benda 2 setelah tumbukan.
Hukum Kekekalan Energi Kinetik tidak berfungsi pada peminjaman kedua
karena terjadi fluktuasi energi kinematik pada saat itu. Terjadinya kebocoran energi
kinetik atau energisasi ditunjukkan dengan terjadinya kebocoran energi kinetik.
Pengurangan energi kinetik adalah saat banyak energi kinetik awal diubah menjadi
energi lain, berupa energi panas, energi bunyi, dan energi potensial. Hal ini
menyebabkan jumlah keseluruhan energi kinetik berkurang dari jumlah awal.
Pengalaman hidup sehari-hari yang kita alami termasuk hal semacam ini, di mana
energi kinetik keseluruhan lebih rendah di akhir daripada di awal. Tabrakan antara
dua kendaraan, bola yang dimiringkan ke atas dan ke bawah, antara lain adalah
contoh tumbukan antar kelereng. Sebaliknya, energi kinetik akhir total juga bisa
bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi potensial (misalnya
energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk kasus ini adalah peristiwa
ledakan.
Bila dua benda yang bertumbukan bersatu alias saling menempel setelah
tumbukan, tumbukan tertentu disebut Tumbukan Tidak Lenting sama sekali. Contoh
paling umum dari tumbukan yang tidak berulang setiap saat adalah balistik berosilasi.
Pendulum balistik merupakan alat yang sering digunakan untuk menekan biaya
proyek, seperti peluru. Balok besar yang terbuat dari kayu atau bahan lain berayun
seperti pendulum. Setelah itu, peluru sebutir ditempelkan pada balok yang
bersangkutan, dan peluru biasanya tetap berada di dalam balok tersebut. Akibat
tombukan itu, peluru dan balok bergerak bersamaan ke atas hingga ketinggian saat
ini. (ketinggian maksimum).
Balok mulai bertambah kuat setelah ditumbuk, dan sebagian energi kinetik
berubah menjadi energi potensial gravitasi. Semua energi kinetik berubah menjadi
energi gravitasi potensial segera setelah bumi dan bulan mencapai ketinggian
maksimum (h). Dengan kata lain, pada maksimum (h), energi potensial gravitasi
maksimum, sedangkan EK = 0 terjadi. putar pembicaraan, lalu. Catatan: Saat balok
dan peluru mulai melorot karena kecepatan v, h1 sama dengan 0. Pada saat Balok dan
Peluru berada pada ketinggian maksimum, h2 = h dan v2 = 0. Tidak selalu sama bahwa
Hukum Kekekalan Energi Mekanik atas perkara tumbukan.
EM1 = EM2
EP1 + EK1 = EP2 + EK2
0 + EK1 = EP2 + 0
½ (m1 + m2)v2 = (m1 + m2) g h < Persamaan 2
Tumbuhan atau lentingan juga dapat digambarkan sebagai pantulan jika
terjadi pada dua buah benda yang berdekatan yang terus-menerus terbuka dan
memantul sebagai respons terhadap paduan tersebut. Pada pelajaran kali ini kita akan
belajar tentang tumbukan yang paling signifikan yaitu Tumbukan Sentral. Sentral
tumbukan adalah tumbukan yang terjadi ketika satu titik pusat benda berpindah ke
titik pusat benda berikutnya.
Nilai koefisien restitusi mulai dari 0 hingga 1.
Dengan ketentuan:
Lenting Sempurna e = 1
Lenting Sebagian 0 < e < 1
Tidak Lenting Sama Sekali e = 0
Jenis-jenis Tumbukan
1. Tumbukan Lenting Sempurna
Jika besar energi kinetik sebelum dan sesudah tumbukan sama, maka akan
terjadi peminjaman sebagaimana dimaksud. Menurut ungkapan lain, semua energi
kinetik pada keadaan awal menjadi energi kinetik pada keadaan akhir. Tumbukan
ini berdasarkan hukum kekekalan energi mekanik.
2. Tumbukan Lenting Sebagian
Tumbukan lenting sebagian terjadi ketika energi kinetik yang ada sebelum
tumbukan berubah menjadi energi panas, lecet, bunyi, atau deformasi (energi
yang mengubah bentuk benda) setelah tumbukan. Tidak ada definisi hukum
tentang kekalan energi mekanik dalam konteks ini. Saat kita melempar bola dari
ketinggian saat ini melewati lanyard, bola akan jatuh. Bola atau alias jatuh lagi
dan memantulkan lagi setelah mengenai lantai setelah mencapai titik tertinggi.
sampai lemparan terakhir bola adalah ayam betina. Hal krusial yang perlu
dipahami adalah setiap tahap pemantulan selalu memiliki perbedaan ketinggian
minimal yang diperlihatkan. Bola mencapai titik tertinggi relatif terhadap
pantulan sebelumnya pada percobaan pertama. Kenyataan ini memberikan arti
bahwa kecepatan bola sebelum menumbuk lantai lebih besar dari kecepatan bola
setelah tumbukan. Sehingga koefisien restitusi pada kejadian ini berkisar antara
nol sampai satu (0< e < 1). Tumbukan seperti ini disebut tumbukan lenting
sebagian atau tumbukan elastis sebagian.
3. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Kejadian tumbukan yang tidak berulang sering mengakibatkan benda yang
menyatu dan bergerak bersama setelah tumbukan. Fenomena ini terjadi ketika
satu tikungan memiliki massa dan kecepatan yang terasa lebih besar daripada
tikungan lainnya, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan tikungan lain
dengan massa dan kecepatan yang lebih kecil. Tidak ada definisi hukum tentang
kekalan energi.
ALAT DAN BAHAN SERTA FUNGSINYA
Peralatan:
Bahan :
pada
3. Diklik yang terdapat disamping kemudian diisi angka
0.50 dan ditekan enter
4. Diklik kemudian di klik dan beberapa saat setelah bola biru
dan bola pink bertumbukan, di klik
5. Diamati pergerakan bola biru dan bola pink setelah tumbukan dan dilingkari
kondisi bola biru dan bola pink pada tabel
6. Dicatat V setelah tumbukan untuk bola biru sebagai V1’ dan V bola pink
sebagai V2’ pada tabel
7. Diklik
8. Dilakukan langkah 3 s/d 8 untuk variasi data V1, M1, V2, dan M2 sebagaimana
pada tabel
Melakukan Simulasi Tumbukan dengan Elasticity 50% dan 0%
1. Dilihat Gambar 3
2. Diklik kemudian di tahan dan digeser sampai angka di dalam kotak
menunjukkan 50% pada
3. Dilakukan langkah langkah yang sama seperti pada “Melakukan Simulasi
Tumbukkan dengann Elasticity 100% (langkah 3 s/d 9) sebagaimana
melakukan simulasi tumbukan dengan elasticity 100%
4. Dilakukan langkah 1 s/d 3 untuk elasticity 0%
DATA PENGAMATAN
Diam/ Diam/
0,500 0,500 0,500 0,500 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
1,00 0,500 0,500 0,500 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
1 100%
Diam/ Diam/
0,5 0,500 0,500 1,00 0,83 0,17 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 1,00 1,00 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 0,500 0,500 0,25 0,25 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
1,00 0,500 0,500 0,500 0,13 0,63 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
2 50%
Diam/ Diam/
0,5 0,500 0,500 1,00 0,50 0 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 1,00 1,00 0,25 0,25 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 0,500 0,500 0 0 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
1,00 0,500 0,500 0,500 0,25 0,25 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
3 0%
Diam/ Diam/
0,5 0,500 0,500 1,00 0,17 0,17 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 1,00 1,00 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
ANALISIS DATA
DATA PENGAMATAN
Sebelum tumbukan Sesudah tumbukan
NO Elasticity v1 m1 v2 m2 v1’ v2’
Bola biru Bola pink
(m/s) (kg) (m/s) (kg) (m/s) (m/s)
Saran
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga.
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen, 2000, Fisika 2000, SMU kelas 1, Caturwulan 2, Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta :
Penebit Erlangga.
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),
Jakarta. Penerbit Erlangga