Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : Athaya Muhammad Alfareza Siregar


NIM : 2202023
Grup :A/4
Tanggal Praktikum : 13 Maret 2023
Judul Praktikum : Momentum dan Tumbukan

LABORATORIUM FISIKA PTKI MEDAN

2023
TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan kecepatan akhir dari dua obyek yang bertumbukan secara sempurna,
lenting sebagian dan tidak lenting
2. Mengamati fenomena yang terjadi dari dua obyek yang bertumbukan secara
sempurna, lenting sebagian dan tidak lenting
TEORI DASAR

Momentum adalah banyaknya gerakan suatu benda yang besarnya berbanding


lurus dengan massa dan kecepatan. Hal yang sangat erat kaitannya dengan
momentum adalah hukum kekekalan momentuan Hukum kekekalan momentum
menyatakan bahwa:
"Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka momentum total sesaat
sebelum sama dengan momentum total sesudah tumbukan".
Salah satu peristiwa yang merupakan penerapan hukum kekekalan momentum
tersebut adalah tumbukan. Tumbukan dibedakan menjadi berberapa jenis yaitu
tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian dan tumbukan tidak lenting
Ketiga jenis tumbukan tersebut memiliki koefisien restitusinya masing-masing.
Koefisien restitusi adalah adalah tingkat kelentingan suatu tumbukan yang dapat
dinyatakan melalui sebuah nilai atau perbandingan perubahan kecepatan benda
sesudah bertumbukan dan sebelum bertumbukan.
Momentum fisika dalam kehidupan sehari-hari bisa dianalogikan lewat
kendaraan yang menabrak sebuah benda. Contoh, mobil dan sepeda dengan
kecepatan yang sama bertumbukan dengan pohon. Kerusakan mobil akan lebih besar
daripada yang dialami sepeda. Sebab, massa mobil yang lebih besar daripada sepeda
mengakibatkan geraknya sulit dihentikan.
Momentum dapat didefinisikan sebagai jangkauan kesungkaran suatu benda
tertentu baik ke depan maupun ke belakang. gerak sering disebut sebagai sejumlah
roda gigi. Momentum adalah jenis gaya tertentu yang kadang-kadang didefinisikan
sebagai hasil tumbukan antara massa dan kecepatan gaya. Secara matematis,
memiliki rumus:

P=m×V
Keterangan :

P : momentum (kg m/s)


m : massa benda (kg)
V : kecepatan benda (m/s)
Jika kita perhatikan persamaan di atas maka kita dapat menentukan jenis besaran
momentum. Massa m merupakan besaran skalar dan kecepatan v adalah besaran
vektor, berarti momentum merupakan besaran vektor. Dimana arah p searah dengan
arah vektor kecepatan (V) × A × P = m × V Jadi momentum adalah besaran yang
dimiliki oleh sebuah benda atau partikel yang bergerak.
1. Sebuah benda bermassa 1 ton, bergerak dengan kecepatan 90 km/jam. Berapa momentum
yang dimiliki benda tersebut?
Jawab:
Diketahui:
m = 1 ton → 1000 kg
V = 90 km/jam → 25 m/s
P = ......?
P=m×V
= 1000 × 25
= 25.000 Ns
2. Ada sebuah benda yaitu benda A bermassa 2 kg, bergerak kekanan dengan kelajuan 10
m/s. Benda B yang bermassa 7 kg bergerak kekiri dengan kelajuan 4 m/s. Tentukan:
a. Momentum benda A
b. Momentum benda B
c. Momentum total benda A dan B
Jawab:
Diketahui:
Benda A → m = 2 kg
V = 10 m/s
Benda B → m = 7 kg
V = 4 m/s
a. Momentum benda A
P=m×V
= 2 × 10 = 20 Ns
b. Momentum benda B
P=m×V
=7×4
= 28 Ns
c. Momentum total benda A dan B
P total = PA + PB
= 20 + 28
= 48 Ns
Jenis-jenis Momentum
1. Momentum Linear
Momentum linear adalah momentum dari benda yang bergerak secara
translasi. Artinya, momentum ini adalah momentum yang dimiliki oleh benda-
benda yang bergeraknya lurus. Hukum kekekalan momentum linear yaitu apabila
gaya eksternal yang bekerja pada suatu sistem adalah sama dengan nol, maka
jumlah semua vektor momentum benda akan tetap konstan.
2. Momentum Angular
Momentum angular adalah momentum dari benda yang bergerak secara rotasi.
Artinya, momentum ini adalah momentum yang dimiliki oleh benda-benda
yang bergeraknya melingkar atau berputar.
TUMBUKAN
Kita sering menemukan benda-benda saling bertumbukan dalam kehidupan
kita sehari-hari. Banyaknya tabrakan yang terjadi pada berkas cahaya menyebabkan
hal ini disebabkan oleh tabrakan (tumbukan) dua kendaraan, baik itu mobil ke mobil
lain, kendaraan bermotor ke kendaraan bermotor lain, atau kendaraan bermotor ke
kendaraan bermotor lain. Prinsip serupa berlaku untuk kendaraan lain atau kereta api.
Cara hidup kita tidak terpengaruh oleh tumbukan apapun. Ketika David Beckham
sedang bermain sepak bola, ada juga permainan sepak bola dengan Abang Beckham
saat itu. Permainan biliar tidak akan segera dimainkan lagi di Tampa. Harap mengerti
bahwa selalu ada dua. Benda yang bertumbukan bergerak mendekat satu sama lain
dan bergerak saling menjauhi setelah bertumbukan keduanya. Saat benda terputus-
putus, saat itulah benda memiliki kecepatan. Karena benda tersebut memiliki
kecepatan (dan massa), ia juga harus memiliki momentum (p = mv) dan energi
1
kinetik (EK = mv2). Tidak, kali ini kita akan mempelajari macam-macam
2
tumbukan di antara kedua belokan tersebut dan bagaimana hubungannya dengan
momentum dan energi kinetik.
Ketika kecepatan dan energi kinetik hadir di kedua belokan sebelum tumbukan dan
setelah tumbukan, dua belokan dikatakan melakukan lenting tumbukan purna.
Misalnya, Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Kinetik
didefinisikan dengan jelas di permukaan peminjaman. Karena seluruh massa dan
kecepatan yang identik dari kedua belokan tersebut, baik sebelum maupun sesudah
tumbukan, maka konsep momentum dan energi kinetik hadir dalam bentuk yang
paling murni pada saat peristiwa lending. Karena tidak ada energi yang hilang selama
tumbukan, hukum energi kinetik terjadi di situ saja. Ketika dua tongkat biliar atau
tongkat biliar dimainkan, apakah Anda mengetahui ada kelinci yang dilempar oleh
tumbukan? Bagaimana dengan saat mobil atau benda bergerak lainnya sedang
ditarik? Jika demikian, apakah Anda mengetahui adanya kelinci yang terungkap?
Yang bunyi dan panas adalah energi. Jadi ketika dua benda tumbuk menghasilkan
bunyi dan panas, ada energi yang hilang selama proses tumbuk tersebut. Setiap bit
energi kinetik berubah menjadi energi bunyi dan energi panas. Dengan kata lain,
jumlah energi kinetik sebelum dan sesudah tumbukan tidak sama.

Dua benda, benda 1 dan benda 2, bergerak menuju satu sama lain. Benda 1
berhasil dengan kecepatan v1, dan Benda 2 berhasil dengan kecepatan v2. Kedua
tikungan ini bertumbukan dan bertumpu pada busur yang dipenuhi lawanan.
Ketahuilah bahwa kecepatan adalah besaran vektor yang juga dapat dipengaruhi oleh
sudut. Menurut ekspektasi, busur di atas adalah positif dan busur di bawah adalah
negatif. Karena massa dan kecepatannya, kurva kedua memiliki energi kinetik (EK =
1
mv2) dan momentum (p = mv). Baik momentum total maupun energi kinetiknya
2
identik, baik sebelum maupun sesudah tumbukan. Secara matematis, Hukum
Kekekalan Momentum didefinisikan sebagai berikut:
m1v1 + m2v2 = m1vl1 + m2vl2 → Persamaan
Keterangan :
m1 adalah suatu massa benda 1, m2 adalah suatu massa benda 2, v1 adalah setiap
kecepatan benda sebelum tumbukan, dan v2 adalah setiap kecepatan benda 2 Sebelum
tumbukan, vl1 adalah setiap kecepatan benda setelah tumbukan, vl2 adalah setiap
kecepatan benda 2 setelah tumbukan jika dinyatakan dalam momentum, m 1v1 adalah
suatu momentum benda 1 sebelum tumbukan, m1vl1 adalah suatu momentum benda 1
setelah tumbukan m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m2vl2= momentum
benda 2 setelah tumbukan.
Hukum Kekekalan Energi Kinetik tidak berfungsi pada peminjaman kedua
karena terjadi fluktuasi energi kinematik pada saat itu. Terjadinya kebocoran energi
kinetik atau energisasi ditunjukkan dengan terjadinya kebocoran energi kinetik.
Pengurangan energi kinetik adalah saat banyak energi kinetik awal diubah menjadi
energi lain, berupa energi panas, energi bunyi, dan energi potensial. Hal ini
menyebabkan jumlah keseluruhan energi kinetik berkurang dari jumlah awal.
Pengalaman hidup sehari-hari yang kita alami termasuk hal semacam ini, di mana
energi kinetik keseluruhan lebih rendah di akhir daripada di awal. Tabrakan antara
dua kendaraan, bola yang dimiringkan ke atas dan ke bawah, antara lain adalah
contoh tumbukan antar kelereng. Sebaliknya, energi kinetik akhir total juga bisa
bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi potensial (misalnya
energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk kasus ini adalah peristiwa
ledakan.
Bila dua benda yang bertumbukan bersatu alias saling menempel setelah
tumbukan, tumbukan tertentu disebut Tumbukan Tidak Lenting sama sekali. Contoh
paling umum dari tumbukan yang tidak berulang setiap saat adalah balistik berosilasi.
Pendulum balistik merupakan alat yang sering digunakan untuk menekan biaya
proyek, seperti peluru. Balok besar yang terbuat dari kayu atau bahan lain berayun
seperti pendulum. Setelah itu, peluru sebutir ditempelkan pada balok yang
bersangkutan, dan peluru biasanya tetap berada di dalam balok tersebut. Akibat
tombukan itu, peluru dan balok bergerak bersamaan ke atas hingga ketinggian saat
ini. (ketinggian maksimum).
Balok mulai bertambah kuat setelah ditumbuk, dan sebagian energi kinetik
berubah menjadi energi potensial gravitasi. Semua energi kinetik berubah menjadi
energi gravitasi potensial segera setelah bumi dan bulan mencapai ketinggian
maksimum (h). Dengan kata lain, pada maksimum (h), energi potensial gravitasi
maksimum, sedangkan EK = 0 terjadi. putar pembicaraan, lalu. Catatan: Saat balok
dan peluru mulai melorot karena kecepatan v, h1 sama dengan 0. Pada saat Balok dan
Peluru berada pada ketinggian maksimum, h2 = h dan v2 = 0. Tidak selalu sama bahwa
Hukum Kekekalan Energi Mekanik atas perkara tumbukan.
EM1 = EM2
EP1 + EK1 = EP2 + EK2
0 + EK1 = EP2 + 0
½ (m1 + m2)v2 = (m1 + m2) g h < Persamaan 2
Tumbuhan atau lentingan juga dapat digambarkan sebagai pantulan jika
terjadi pada dua buah benda yang berdekatan yang terus-menerus terbuka dan
memantul sebagai respons terhadap paduan tersebut. Pada pelajaran kali ini kita akan
belajar tentang tumbukan yang paling signifikan yaitu Tumbukan Sentral. Sentral
tumbukan adalah tumbukan yang terjadi ketika satu titik pusat benda berpindah ke
titik pusat benda berikutnya.
Nilai koefisien restitusi mulai dari 0 hingga 1.
Dengan ketentuan:
Lenting Sempurna e = 1
Lenting Sebagian 0 < e < 1
Tidak Lenting Sama Sekali e = 0
Jenis-jenis Tumbukan
1. Tumbukan Lenting Sempurna
Jika besar energi kinetik sebelum dan sesudah tumbukan sama, maka akan
terjadi peminjaman sebagaimana dimaksud. Menurut ungkapan lain, semua energi
kinetik pada keadaan awal menjadi energi kinetik pada keadaan akhir. Tumbukan
ini berdasarkan hukum kekekalan energi mekanik.
2. Tumbukan Lenting Sebagian
Tumbukan lenting sebagian terjadi ketika energi kinetik yang ada sebelum
tumbukan berubah menjadi energi panas, lecet, bunyi, atau deformasi (energi
yang mengubah bentuk benda) setelah tumbukan. Tidak ada definisi hukum
tentang kekalan energi mekanik dalam konteks ini. Saat kita melempar bola dari
ketinggian saat ini melewati lanyard, bola akan jatuh. Bola atau alias jatuh lagi
dan memantulkan lagi setelah mengenai lantai setelah mencapai titik tertinggi.
sampai lemparan terakhir bola adalah ayam betina. Hal krusial yang perlu
dipahami adalah setiap tahap pemantulan selalu memiliki perbedaan ketinggian
minimal yang diperlihatkan. Bola mencapai titik tertinggi relatif terhadap
pantulan sebelumnya pada percobaan pertama. Kenyataan ini memberikan arti
bahwa kecepatan bola sebelum menumbuk lantai lebih besar dari kecepatan bola
setelah tumbukan. Sehingga koefisien restitusi pada kejadian ini berkisar antara
nol sampai satu (0< e < 1). Tumbukan seperti ini disebut tumbukan lenting
sebagian atau tumbukan elastis sebagian.
3. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Kejadian tumbukan yang tidak berulang sering mengakibatkan benda yang
menyatu dan bergerak bersama setelah tumbukan. Fenomena ini terjadi ketika
satu tikungan memiliki massa dan kecepatan yang terasa lebih besar daripada
tikungan lainnya, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan tikungan lain
dengan massa dan kecepatan yang lebih kecil. Tidak ada definisi hukum tentang
kekalan energi.
ALAT DAN BAHAN SERTA FUNGSINYA

Peralatan:

Kelompok Nama Fungsi


Membuka dan menjalankan situs PheT
Laptop
Simulations
Membuka dan menjalankan situs PheT
Handphone
Simulations
Alat-alat
Sebagai obyek praktikum dalam menentukan
Bola pink dan kecepatan akhir dan mengamati fenomena
bola biru yang terjadi secara sempurna, lenting
sebagian dan tidak lenting

Bahan :

Sebagai aplikasi online untuk melakukan


Situs PHeT
Bahan-bahan simulasi praktikum Momentum dan
Simulations
Tumbukan
GAMBAR PERALATAN

No. Gambar Alat Keterangan

Membuka dan menjalankan situs


1.
PHeT Simulations

Membuka dan menjalankan situs


2.
PHeT Simulations

Sebagai obyek praktikum dalam


P B
menentukan kecepatan akhir dan
3. mengamati fenomena yang terjadi
secara sempurna, lenting sebagian
dan tidak lenting
PROSEDUR PRAKTIKUM

Membuka dan Memulai Simulasi


1. Dibuka situs PHeT Simulations di https://phet.colorado.edu/
2. Diklik Physic pada menu simulations seperti gambar dibawah ini:

3. Diklik Collision Lab seperti yang dilingkari merah pada gambar 1.


4. Diklik Collision Lab HTML5 seperti yang dilingkari merah pada gambar 2.
5. Diklik Intro

Melakukan Simulasi Tumbukan dengan Elasticity 100%

1. Diklik kota Values sampai muncul tanda centang dan angka


angka diatas dan di bawah bola warna biru dan pink
2. Diklik kemudian ditahan dan digeser sampai nilai V menunjukkan 0,50 m/s

pada
3. Diklik yang terdapat disamping kemudian diisi angka
0.50 dan ditekan enter
4. Diklik kemudian di klik dan beberapa saat setelah bola biru
dan bola pink bertumbukan, di klik
5. Diamati pergerakan bola biru dan bola pink setelah tumbukan dan dilingkari
kondisi bola biru dan bola pink pada tabel
6. Dicatat V setelah tumbukan untuk bola biru sebagai V1’ dan V bola pink
sebagai V2’ pada tabel
7. Diklik
8. Dilakukan langkah 3 s/d 8 untuk variasi data V1, M1, V2, dan M2 sebagaimana
pada tabel
Melakukan Simulasi Tumbukan dengan Elasticity 50% dan 0%

1. Dilihat Gambar 3
2. Diklik kemudian di tahan dan digeser sampai angka di dalam kotak
menunjukkan 50% pada
3. Dilakukan langkah langkah yang sama seperti pada “Melakukan Simulasi
Tumbukkan dengann Elasticity 100% (langkah 3 s/d 9) sebagaimana
melakukan simulasi tumbukan dengan elasticity 100%
4. Dilakukan langkah 1 s/d 3 untuk elasticity 0%
DATA PENGAMATAN

DATA YANG DIBERIKAN


Sebelum tumbukan Sesudah tumbukan
v1 m1 v2 m2 v1’ v2’
NO Elasticity Bola biru Bola pink
(m/s) (kg) (m/s) (kg) (m/s) (m/s)

Diam/ Diam/
0,500 0,500 0,500 0,500 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
1,00 0,500 0,500 0,500 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
1 100%
Diam/ Diam/
0,5 0,500 0,500 1,00 0,83 0,17 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 1,00 1,00 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 0,500 0,500 0,25 0,25 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
1,00 0,500 0,500 0,500 0,13 0,63 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
2 50%
Diam/ Diam/
0,5 0,500 0,500 1,00 0,50 0 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 1,00 1,00 0,25 0,25 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 0,500 0,500 0 0 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
1,00 0,500 0,500 0,500 0,25 0,25 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
3 0%
Diam/ Diam/
0,5 0,500 0,500 1,00 0,17 0,17 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
Diam/ Diam/
0,500 0,500 1,00 1,00 0,50 0,50 kekanan/ kekanan/
kekiri kekiri
ANALISIS DATA

DATA PENGAMATAN
Sebelum tumbukan Sesudah tumbukan
NO Elasticity v1 m1 v2 m2 v1’ v2’
Bola biru Bola pink
(m/s) (kg) (m/s) (kg) (m/s) (m/s)

0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 kekiri kekanan


1,00 0,500 0,500 0,500 0,500 1,00 kekiri kekanan
1 100%
0,5 0,500 0,500 1,00 0,830 0,170 kekiri kekanan
0,500 0,500 1,00 1,00 1,500 0 kekiri Diam
0,500 0,500 0,500 0,500 0,250 0,250 kekiri kekanan
1,00 0,500 0,500 0,500 0,130 0,630 kekiri kekanan
2 50%
0,5 0,500 0,500 1,00 0,500 0 kekiri Diam
0,500 0,500 1,00 1,00 1,00 0,250 kekiri kekiri
0,500 0,500 0,500 0,500 0 0 Diam Diam
1,00 0,500 0,500 0,500 0,250 0,250 kekanan kekanan
3 0%
0,5 0,500 0,500 1,00 0,170 0,170 kekiri kekiri
0,500 0,500 1,00 1,00 0,500 0,500 kekiri kekiri
KESIMPULAN
1. Secara lenting sempurna (100 %)
 Jika sebelum tumbukan
a. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, v1’=0,500 m/s dan
v2’=0,500 m/s
b. v1=1,00 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, v1’=0,500 m/s dan
v2’=1,00 m/s
c. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=1,00 maka v1’=0,830 m/s dan
v2’=0,170 m/s
d. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=1,00 ,m2=1,00 maka v1’=1,500 m/s dan
v2’=0,0 m/s

Secara Lenting Sebagian (50%)

 Jika sebelum tumbukan


a. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, v1’=0,250 m/s dan
v2’=0,250 m/s
b. v1=1,00 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, v1’=0,130 m/s dan
v2’=0,630 m/s
c. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=1,00 maka, v1’=0,500 m/s dan
v2’=0,0 m/s
d. v1,0,500 ,m1=0,500 ,v2=1,00 ,m2=1,00 maka, v1’=1,000 m/s dan
v2’=0,250 m/s

Secara Tidak Lenting (0%)

 Jika sebelum tumbukan


a. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, v1’=0,0 m/s dan
v2’=0,0 m/s
b. v1=1,00 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, v1’=0,250 m/s dan
v2’=0,250 m/s
c. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=1,00 maka, v1’=0,170 m/s dan
v2’=0,170 m/s
d. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=1,00 ,m2=1,00 maka, v1’=0,500 m/s dan
v2’=0,500 m/s
2. Secara Lenting Sempurna (100%)
 Jika sebelum tumbukan
a. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, bola biru ke kiri dan
bola pink ke kanan
b. v1=1,00 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, bola biru ke kiri dan
bola pink ke kanan
c. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=1,00 maka, bola biru ke kiri dan
bola pink ke kanan
d. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=1,00 ,m2=1,00 maka, bola biru ke kiri dan bola
pink diam

Secara Lenting Sebagian (50%)

 Jika sebelum tumbukan


a. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, bola biru ke kiri dan
bola pink ke kanan
b. v1=1,00 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, bola biru ke kiri dan
bola pink ke kanan
c. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=1,00 maka, bola biru ke kiri dan
bola pink diam
d. v1,0,500 ,m1=0,500 ,v2=1,00 ,m2=1,00 maka, bola biru ke kiri dan bola
pink juga ke kiri

Secara Tidak Lenting (0%)

 Jika sebelum tumbukan


a. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, bola biru diam dan
bola pink juga diam
b. v1=1,00 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=0,500 maka, bola biru kekanan dan
bola pink juga ke kanan
c. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=0,500 ,m2=1,00 maka, bola biru ke kiri dan
bola pink juga ke kiri
d. v1=0,500 ,m1=0,500 ,v2=1,00 ,m2=1,00 maka, bola biru ke kiri dan bola
pink juga ke kiri

Saran

Pada saat melakukan praktikum diberitahukan kepada mahasiswa-mahasiswi


agar berhati-hati dalam melakukan percobaan dan diharapkan praktikan
menonton video dengan seksama agar tidak salah dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga.
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen, 2000, Fisika 2000, SMU kelas 1, Caturwulan 2, Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta :
Penebit Erlangga.
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),
Jakarta. Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai