Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk menopang keberlangsungan hidup
manusia. Hiscock (2012) dalam bukunya Earth Wars mengungkapkan bahwa pangan, air, energi,
dan logam adalah penggerak pertumbuhan industri, ekonomi, dan sosial. Seiring dengan
meningkatnya penduduk dunia, maka akan semakin ketat juga persaingan terhadap akses sumber
daya. Hal ini berimplikasi terhadap intensitas perebutan kekuasaan antarnegara atas sumber
daya. Saat ini energi Bahan Bakar Minyak (BBM) masih menjadi andalan utama perekonomian
Indonesia, baik sebagai pemasok kebutuhan energi dalam negeri maupun penghasil devisa.
Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di Indonesia, membuat
pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam 10 tahun terakhir (LPEM UI, 2011).
Peningkatan yang sangat tinggi, melebihi rata-rata peningkatan kebutuhan energi global (5,6%),
mengharuskan Indonesia untuk segera menemukan cadangan minyak baru, baik di Indonesia
maupun ekspansi ke luar negeri.

Energi baru terbarukan merupakan energi yang dapat dipulihkan kembali oleh proses alam
(terbarukan) dan prosesnya berkelanjutan. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang
ramah lingkungan dan tidak mencemari lingkungan serta tidak menimbulkan polusi maupun gas
efek rumah kaca yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global seperti pada sumber
energi yang sering digunakan. Jenis energi terbarukan tersebut diantaranya adalah panas bumi
(geothermal), air (hydropower), teknologi menggunakan angin (wind power), radiasi matahari,
gelombang laut, serta bioenergi (biogas, bahan bakar nabati) (Mohtasham, 2015). Salah satu
sumber energi baru terbarukan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bioenergi.

Bioenergi sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan menjadi salah satu fokus bagi
pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia. Bioenergi merupakan energi yang
diproduksi melalui biomassa yaitu berasal dari material hidup secara biologis maupun waste dari
hewan (Coleman dan Stanturf, 2006; Kleinschmidt, 2007; Williams, 2015). Bioenergi ini
dipenuhi melalui sumber daya alam berupa tanaman maupun animal waste yang di konversi
menjadi energi. Bioenergi dihasilkan melalui proses konversi untuk menghasilkan energi berupa
heat, biopower, dan biofuel. Untuk pemenuhan kebutuhan listrik, maka diperlukan bioenergi
yang menghasilkan biopower. Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkannya bioenergi
sebagai sumber bahan baku pengganti energi fosil karena merupakan negara yang memiliki
sumber daya alam yang sangat berlimpah.

Salah satu bentuk bioenergi yang terus dikembangkan dewasa ini adalah biofuel, yakni
sumber energi yang dihasilkan dari biomassa, meliputi biodiesel, bioetanol dan biooil. Biomassa
yang umum digunakan sebagai sumber biofuel adalah berasal dari tanaman. Di Indonesia ada
beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang potensial sebagai
penghasil bioenergi antara lain kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kapas, kanola, serta ubi kayu,
ubi jalar, tebu, sorgum, sagu, aren, nipah, dan lontar. Selain potensial sebagai penghasil
bioenergi, beberapa komoditas tersebut, seperti kelapa sawit, kelapa, kapas, ubi kayu, tebu, dan
sagu, juga merupakan komoditas sumber bahan pangan dan pakan. Pemanfaatan komoditas
sumber bahan pangan sebagai bahan baku bioenergi dipandang kurang etis karena berkompetisi
dengan bahan pangan dan pakan (Wardhanu, 2011). Untuk mengurangi pemanfaatan bahan
pangan sebagai bahan baku energi terbarukan, upaya yang terus dikembangkan adalah
pemanfaatan residu atau limbah agroindustri. Contoh limbah/residu agroindustri

Pengembangan bioenergi merupakan implementasi dari kebijakan Pemerintah yang


digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Produksi dan konsumsi etanol berbasis jagung di AS
telah didorong oleh berbagai subsidi pemerintah AS dan insentif, dan memberikan kontribusi
atas tekanan pada harga pangan. Secara global ekspansi biofuel tersebut telah menyumbang 20-
40% dari kenaikan harga pangan dunia pada kurun waktu 2007-2008.

Salah satu tanaman yang ketersediaannya sangat berlimpah di Indonesia yang dapat
dimanfaatkan limbahnya adalah kelapa sawit. Luasnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia
memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi bioenergi. Melalui UU 30 tahun 2007, Pemerintah
Indonesia memiliki semangat untuk mendorong pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri
secara menyeluruh yaitu melalui kemandirian dan kedaulatan energi. Melalui kedaulatan energi,
atau dengan istilah lainnya adalah memenuhi kebutuhan energi dalam negeri melalui bahan baku
dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia memiliki peluang untuk
terpenuhi kebutuhan energi nasional secara merata.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini agar mahasiswa:


1. Mahasiswa mampu mengetahui bioenergi
2. Mahasiswa mampu mengetahui proses bioenergy
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bioenergi

Bioenergi/biomass ini merupakan sumber energi terbarukan dengan jumlah yang tidak
terbatas karena dalam prosesnya sumber-sumber ini dapat ditumbuhkan kembali dalam waktu
dekat, dan ketersediaannya melimpah. Berbeda dengan energi yang bersumber dari fossil, perlu
berjuta-juta tahun untuk kembali menghasilkan sumber energi (Kumar et al., 2007; Jeffers,
2013). Oleh karena jumlah biomass yang tidak terbatas ini, maka biomass potensial untuk
dijadikan sumber energi demi pemenuhan kebutuhan energi baik saat ini maupun di masa
mendatang. Dharmawan et al. (2016) menyebutkan bahwa biomass dapat dihasilkan dari produk
kehutanan, pertanian, dan perairan (algae). Bioenergi memiliki turunan bentuk energi yaitu heat
atau panas, biopower (listrik yang bersumber dari bahan baku biologis), dan biofuel yang dapat
berbentuk padat (solid fuel), gas (gas fuel), dan cair (liquid)

Potensi limbah jika dimanfaatkan dengan baik akan akan mempunyai nilai ekonomi yang
tidak sedikit. Welfle et al. (2014) mengatakan bahwa melalui indigenous resource atau
sumberdaya khas yang dimiliki oleh suatu wilayah, sangat berpotensi untuk pemenuhan
kebutuhan bahan baku bagi sumber bioenergi. Melalui pemanfaatan indigenous resource sebagai
bioenergi, dapat mengurangi biaya instalasi bagi penyedia listrik seperti PLN untuk dapat
menjangkau daerah yang terisolir. Kumar et al. (2007) membuktikan melalui penggunaan
indigenous resource dengan memasang power plant di lokasi dimana resource tersebut berada
dapat meminimalkan biaya instalasi yang diperlukan untuk menyambung listrik dan masyarakat
sekitar lokasi mendapatkan manfaat berupa kemudahan mendapatkan listrik.

Bioenergi adalah energi yang didapat dari organisme biologis atau bahan organik. Secara
umum, bioenergi menghasilkan tiga jenis sumber energi, yaitu: biofuel (biodiesel, bioetanol),
biogas, dan biomassa padat (serpihan kayu, biobriket serta residu pertanian). Bioenergi dapat
menghasilkan
tiga bentuk energi yaitu: listrik, bahan bakar transportasi, dan panas. Bioenergi
diharapkan dapat
menggantikan peran penting sumber energi fosil yang merupakan sumber energi yang tidak
terbarukan
(Bappenas 2015).

Bioenergi/biomass ini merupakan sumber energi terbarukan dengan jumlah yang tidak
terbatas karena dalam prosesnya sumber-sumber ini dapat ditumbuhkan kembali dalam waktu
dekat, dan ketersediaannya melimpah. Berbeda dengan energi yang bersumber dari fossil, perlu
berjuta-juta tahun untuk kembali menghasilkan sumber energi (Kumar et al., 2007; Jeffers,
2013). Oleh karena jumlah biomass yang tidak terbatas ini, maka biomass potensial untuk
dijadikan sumber energi demi pemenuhan kebutuhan energi baik saat ini maupun di masa
mendatang. Dharmawan et al. (2016) menyebutkan bahwa biomass dapat dihasilkan dari produk
kehutanan, pertanian, dan perairan (algae). Bioenergi memiliki turunan bentuk energi yaitu heat
atau panas, biopower (listrik yang bersumber dari bahan baku biologis), dan biofuel yang dapat
berbentuk padat (solid fuel), gas (gas fuel), dan cair (liquid)

Bioetanol merupakan hasil rekayasa dari biomasa (tanaman) melalui proses biologi
(enzimatik dan fermentasi). Ubi kayu merupakan bahan baku yang memiliki efisiensi tertinggi
setelah jagung dan tetes. Berdasarkan rataan hasil panen ubi kayu berkisar 10-50 ton/ha/tahun,
dan dapat menghasilkan etanol antara 2.000-7.000 liter/ha/tahun

Penyediaan bahan baku untuk mendukung industri bioetanol memegang peranan yang
sangat penting. Pengembangan ubi kayu dapat diarahkan pada daerah-daerah sentra produksi
yang lahannya masih tersedia terutama lahan kering dan produktivitasnya dapat ditingkatkan.
Pengembangan areal budi daya ubi kayu diharapkan tidak mengganggu areal lahan
pengembangan tanaman pangan lain seperti padi dan jagung.

Balai Besar Teknologi Pati (BBTP), Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT)
telah memiliki fasilitas pengkajian dan pengembangan produksi bioetanol mengguna-kan bahan
baku berpati untuk mencukupi kebutuhan pabrik komersial bioetanol yang merupakan bahan
baku utama gasohol (bahan bakar campuran bensin dan etanol). Beberapa negara yang sudah
mulai menggunakan gasohol berbasis alkohol nabati adalah Amerika Serikat, Swedia, Perancis,
Brasil, dan India. Indonesia berupaya terus mengembangkan bioetanol, mengingat sumber daya
hayati berkarbohidrat yang dimiliki cukup berlimpah.

Pembuatan bioetanol dari bahan baku ubi kayu yang umumnya dilakukan oleh industri
skala menengah dan besar, terdapat permasalahan aspek teknis, yaitu: (a) kontinuitas bahan
baku, di mana untuk kebutuhan produksi bioetanol secara umum dibutuhkan jumlah pasokan
sesuai kapasitas tertentu dan kontinyu, sementara ini bahan baku tidak stabil baik jumlah maupun
harga, sehingga menyebabkan produksi bioetanol sering jatuh-bangun; dan (b) dihadapkan pada
persaingan bahan baku antara penggunaan untuk pangan/tapioka dan sebagai bahan baku
bioetanol, sehingga ketika harga ubi kayu untuk bahan baku tapioka naik, maka harga bahan
baku untuk bioetanol menjadi tidak rasional. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sari dan
Hadiyanto (2013) bahwa bioenergi khususnya berupa bioetanol dapat digunakan sebagai bahan
bakar bagi kebutuhan rumah tangga, industri, maupun transportasi masyarakat. Namun,
ketersediaan bahan bakunya masih bersinggungan dengan kebutuhan pangan.

Bioenergi adalah energi yang diperoleh dari biomassa sebagai fraksi produk
biodegradasi, limbah, dan residu dari pertanian (berasal dari nabati dan hewani), industri
kehutanan dan terkait, dan sebagian kecil biodegradasi dari limbah industri dan kota. Bioenergi
berperan penting pada pencapaian target dalam menggantikan petroleum didasarkan pada bahan
bakar transportasi dengan bahan bakar alternatif dan pereduksian emisi karbondioksida dalam
jangka panjang. Salah satu bentuk bioenergi yang terus dikembangkan dewasa ini adalah biofuel,
yakni sumber energi yang dihasilkan dari biomassa, meliputi biodiesel, bioetanol dan biooil.
Kelebihan bioenergi, selain bisa diperbaharui, adalah bersifat ramah lingkungan, dapat terurai,
mampu mengeliminasi efek rumah kaca, dan kontinuitas bahan bakunya terjamin (Hambali et al.,
2007).

Adapun alur proses pembuatan biofuel dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Alur Proses Pembuatan Biofuel (Sumber: Sari dan Hadiyanto, 2013)

2.2 Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) menggunakan bantuan
ragi/yeast terutama jenis Saccharomyces cerevisiae. Pemisahan bioetanol selanjutnya dilakukan
dengan distilasi (Khaidir et al., 2012). Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol dibagi menjadi tiga
grade sebagai berikut: a. Grade Industri dengan kadar alkohol 90-94%. b. Netral dengan kadar
alkohol 96-99%, umumnya digunakan untuk minuman keras atau bahan baku farmasi. c. Grade
bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5% (Hambali et al., 2007).

Anda mungkin juga menyukai