Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padahal, sebelum manusia terbiasa dengan bahan bakar fosil, mereka
menggunakan biomassa sebagai sumber energi. Namun, penggunaan biomassa
telah bergeser dari kehidupan manusia sejak manusia mulai menggunakan minyak,
gas alam, atau batu bara untuk pembangkit listrik. Saat ini, ketersediaan energi fosil,
terutama minyak bumi, terus menurun. Setelah krisis energi yang memuncak
sekitar, dunia kini menghadapi peningkatan minyak yang stabil sebagai salah satu
tulang punggung pembangkit energi. Pasokan energi dunia akan terancam oleh
sumber energi fosil yang semakin sulit ditemukan (Luthfi dan Taufik, 2020).
Potensi biomassa Indonesia sebesar 146,7 juta ton per tahun dan potensi biomassa
dari sampah pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 53,7 juta ton. Limbah hewan
dan tumbuhan semuanya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan. Tanaman pangan
perkebunan menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang dapat digunakan untuk
keperluan yang biofuel memiliki manfaat langsung (Luthfi dan Taufik, 2020).
Meskipun ada banyak alasan untuk memilih energi terbarukan daripada bahan
bakar fosil, jelas energi terbarukan belum siap untuk menggantikan bahan bakar
fosil sepenuhnya. Ini terutama karena energi terbarukan masih merupakan pilihan
energi yang jauh lebih mahal daripada bahan bakar fosil, dan akibatnya banyak
negara, terutama negara berkembang, terus menggunakan bahan bakar fosil yang
murah seperti batu bara (Ridhuan dan Suranto, 2016).
Energi biogas merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar, khususnya
minyak tanah, dan digunakan untuk memasak. Biogas yang dipakai skala besar
sehingga digunakan untuk menghasilkan listrik. Biogas ini dikatakan mampu
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan bermanfaat bagi daerah
berkembang (Irawan dan Suwanto, 2016).

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui proses pembuatan biogas berbahan dasar feses hewan
dalam skala laboratorium.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Biogas.


Sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini dihasilkan dari berbagai
jenis sampah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, dan kotoran
hewan, serta dapat digunakan sebagai energi melalui proses pencernaan anaerobik.
Proses ini menghadirkan peluang besar untuk menciptakan sumber energi alternatif
yang mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil (Sulistiyanto et al., 2016).
Biogas adalah gas yang dihasilkan ketika bahan seperti kotoran hewan,
kotoran manusia, atau sisa makanan terendam dalam air dan disimpan di area
tertutup atau anaerobik (tidak ada oksigen di udara). Proses kimia pembentukan gas
sangat kompleks, namun cara pembuatannya tidak sesulit proses pembentukannya.
dengan teknik sederhana gas ini mudah dihasilkan (Sulistiyanto et al., 2016).
Biogas adalah proses dimana mikroorganisme secara anaerob
memfermentasi bahan organik untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar.
Komponen biogas terdiri dari sekitar 60% gas metana (CH4), 38% gas karbon
dioksida (CO2), dan sekitar 2% N2, O2, H2, H2S. Biogas sekitar 20% lebih ringan
dari udara, memiliki suhu pembakaran 650-750 derajat, dan gas metana memiliki
nilai kalor 20 MJ/m3. Bakteri yang menghasilkan gas metana digunakan dalam
proses pembuatan biogas yang disebut bakteri metanogen. Bakteri metanogen
menghasilkan CH4 yang digunakan sebagai gas alternatif (Elly et al., 2020).
Biogas yang berasal dari kotoran sapi dapat dibakar seperti LPG dan bila
dibakar akan menghasilkan nyala api berwarna biru terang seperti LNG. Biogas
yang dihasilkan dalam skala besar dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit energi
listrik. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa biogas dari kotoran sapi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah
lingkungan. Biogas menghasilkan produk utama yang biasa digunakan sebagai
bahan bakar memasak, dengan perkembangan teknologi selanjutnya Biogas
digunakan sebagai bahan bakar di pembangkit listrik. Limbah ternak sapi bila tidak
diminimalkan memberikan dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan dan
menganggu kenyamanan aktivitas. (Elly et al., 2020).

Universitas Sriwijaya
2.2 Bahan Baku Pembuatan Biogas.
Biogas adalah kelas energi yang berasal dari bahan organik (non-fosil),
umumnya berasal dari berbagai limbah organik seperti kotoran manusia, kotoran
hewan, dan sisa tumbuhan. Ketersediaan sampah organik ini menjamin
kelangsungannya dan yang terpenting ramah lingkungan. Ini bisa menjadi salah
satu faktor utama biogas dipertimbangkan sebagai sumber energi masa depan.
Keberadaan bahan bakunya terjamin ada dan tidak habis (Darnengsih et al.,2016).
Biogas biasanya dihasilkan melalui fermentasi kotoran sapi. Bahan baku
biogas juga dapat diperoleh tiga jenis biomassa lignoselulosa yang komponen
utamanya adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dalam bahan
lignoselulosa. Sumber karbon organik sehingga bahannya bisa berpotensi bahan
baku untuk produksi biogas (Darnengsih et al.,2016).

2.3 Proses Pembuatan Biogas.


Proses produksi biogas dapat dilakukan dengan menggunakan dekomposisi
aerob dan anaerob. Dekomposisi aerobik terjadi dalam kondisi oksigen dan limbah
yang dihasilkan dapat dibuang langsung ke lingkungan. Proses aerobik dilakukan
dengan aerasi, yang membutuhkan konsumsi energi yang tinggi. Pupuk yang
dihasilkan memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu 30-60%.
Produksi biogas dilakukan dengan dekomposisi anaerobik dalam kondisi anoksik.
Keuntungan dari pencernaan anaerobik adalah konsumsi energi yang lebih sedikit
dibandingkan dengan proses aerobik. Akibatnya, pertumbuhan lumpur relatif
rendah, berkisar antara 5-10% (Fitri dan Danishwara, 2018).
Proses dekomposisi anaerobik berlangsung dalam beberapa tahap:
hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis. Selanjutnya pada tahap
pembentukan asam, dilakukan tahap oksidasi anaerobik dengan menggunakan
substrat yang terbentuk pada tahap hidrolisis. Pengasaman adalah langkah tercepat
dalam memecah bahan organik kompleks dan mengubahnya menjadi fase cair.
Bakteri asetogenik penghasil hidrogen mengubah asam lemak dan etanol/alkohol
menjadi asetat, karbon dioksida, dan hidrogen. Pada tahap metanogenik, metana
terbentuk dari dua tahap, primer dan sekunder (Fitri dan Danishwara, 2018).

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai