PENDAHULUAN
Sampah merupakan bahan sisa yang sudah dibuang bersumber baik dari sisa hasil
kegiatan manusia maupun alam yang tidak bernilai ekonomis. Sampah dikelompokkan
membentuk dua jenis yakni sampah organik (degradable) yang asalnya dari makhluk
hidup serta bersifat sangat mudah terurai, dan sampah anorganik (undegradable) yang
asalnya dari benda-benda sangat sulit untuk terurai seperti kantong plastik, kaleng,
karet, dan lain sebagainya. Sampah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang
meliputi human erecta (zat sisa buangan dari dalam tubuh), sewage (air limbah pabrik
maupun rumah tangga), refuse (sisa pengolahan masyarakat sehari-hari), dan industrial
waste (bahan buangan industri dengan skala besar. Sampah organik merupakan sampah
yang asalnya dari manusia, hewan, serta tumbuhan.
Negara kita mengalami masalah krisis energi yang dikarenakan jumlah kebutuhan
masyarakat terus meningkat, sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi
tingkat perekonomian negara yang terutama terjadi pada negara berkembang. Peranan
energi alternatif ditargetkan dapat mengalami peningkatan menjadi 4,4% pada tahun
2025. Salah satu caranya untuk menanggulangi adalah dengan menerapkan teknologi
anaerobik untuk menghasilkan energi. Terdapat energi alternatif lain yang mampu
diproduksi melalui sarana teknologi yang tepat guna dengan cara kerja yang relatif
sederhana, mudah didapatkan, bisa diperbarui dan cocok bagi masyarakat yang tinggal
di pedesaan.
Energi yang dimaksud ialah energi biogas yang berasal dari limbah bio dan diproses
dengan alat kedap udara atau yang sering dikenal dengan digester. Biogas ini bisa
didapatkan melalui cara pemanfaatan limbah seperti sampah organik yang hasilnya
tidak jauh beda dengan biogas yang berasal dari bahan lainnya. Diperlukan fasilitas
untuk menguraikan sampah menjadi sebuah energi. Proses untuk mengubah sampah
menjadi energi yaitu dengan cara melakukan pemisahan sampah secara mikrobiologis
anaerob yang dapat menghasilkan sebuah metana dalam sebuah biogas.
Oleh karena itu, Praktikum Biologi dan Mikrobiologi tentang Biogas penting dilakukan
agar praktikan dapat mengetahui manfaat dari pembuatan biogas pada Praktikum
Biologi dan Mikrobiologi tentang Biogas. Mengetahui kelebihan dan kekurangan bahan
bakar biogas pada Praktikum Biologi dan Mikrobiologi tentang Biogas. Mengetahui
kadar COD awal dan COD akhir pada Praktikum Biologi dan Mikrobiologi tentang
Biogas.
1.2 Tujuan
Sumber energi dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber energi terbarukan dan sumber
energi tak terbarukan. Sumber energi tak terbarukan merupakan yang sifatnya habis
sekali pakai dan tidak dapat terbentuk lagi atau berkelanjutan. Gas alam, minyak bumi,
dan batu bara merupakan contoh energi tak terbarukan, sedangkan sumber energi
terbarukan merupakan sumber energi yang dapat dengan cepat diisi oleh alam dalam
proses yang berkelanjutan. Sumber energi yang tidak akan habis jika dimanfaatkan
dengan benar, misalnya sinar matahari, angin, bioenergi, panas bumi, dan lain-lain
(Mira, 2018).
Bioenergi merupakan sumber energi (bahan bakar) yang dihasilkan oleh sumber daya
hayati seperti tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, dan limbah peternakan dan pertanian.
Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam bentuk gas (biogas), cair (biofuel),
atau padat (biomass). Energi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan
panas (kalor), gerak (mekanik), dan listrik tergantung pada alat yang digunakan dan
kebutuhan dari pengguna. Kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di
Indonesia, pemanfaatan bioenergi merupakan pilihan yang tepat dalam rangka
penyediaan energi yang terbarukan, murah, dan ramah lingkungan (Mira, 2018).
Biogas adalah sumber energi alternatif dengan menipisnya kandungan minyak bumi. Ini
perlu dilakukan karena pertumbuhan penduduk semakin pesat akan mempengaruhi
tingkat kebutuhan energi yang besar. Selama ini minyak bumi menjadi sumber energi
yang utama. Eksploitasi penduduk maka kebutuhan energi juga akan meningkat tajam.
Lama kelamaan sumber energi minyak bumi akan habis. Banyak cara dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut. Misalnya mencari alternatif untuk dapat menciptakan sumber
energi baru. Alternatif yang dikembangkan antara lain energi panas matahari, energi air,
nuklir, gas bumi dan lain-lain (Sulistyaningsih, 2020).
2.2 Sejarah Biogas
Sejarah biogas awalnya adalah dari Mesir, China, dan Roma Kuno diketahui telah
memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Orang pertama
yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah A.
Volta (1776), sedangkan Wiliam Henri pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang
dapat terbakar tersebut adalah gas metan lalu Becham (1968) murid dari Louis Pasteur
dan Tappeuner memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan metan. Teknologi
biogas muncul karena dorongan naiknya harga minyak dunia, biogas memberikan solusi
terhadap masalah penyediaaan energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan.
Biogas pertama kali dikembangkan pada 1970 di Denmark, saat itu Denmark telah
membangun 55 lokasi pengolahan biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari
proses penguraian bahan bahan organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme anaerobik
pada kondisi anaerob didalam digester. Gas yang dimanfaatkan adalah gas metan yang
dapat diperoleh setelah melalui rangkaian proses biokimia yang kompleks (Mira, 2018).
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi
kedap udara). Semua jenis bahan organik bisa di proses untuk menghasilkan biogas,
namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine
(air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Jenis bahan
organik yang diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas di samping
parameter-parameter lain seperti temperatur digester, pH, tekanan dan kelembaban
udara. Bahan organik dimasukkan ke dalam digester (ruangan tertutup kedap udara)
sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut yang kemudian
menghasilkan gas (disebut biogas). Energi biogas punya kelebihan-kelebihan dibanding
energi nuklir atau batubara, yakni tak berisiko tinggi bagi lingkungan. Biogas tak
memiliki polusi yang tinggi, alhasil sanitasi lingkungan pun makin terjaga (Pujiati,
2020).
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk
menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam.
Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang
dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia jerami,
sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses
metanisasi. Biogas yang terbentuk dapat di jadikan bahan bakar karena mengandung gas
yang cukup tinggi. Biogas merupakan gas hasil proses fermentasi bakteri terjadi di
dalam biodigester yang ada kondisi anaerob. Biodigester digunakan sebagai tempat
bakteri tumbuh dan mencerna bahan organik yang digunakan untuk proses pembuatan
biogas. Menghasilkan suatu biogas dengan jumlah dan kualitas tertentu, maka perlu
pengaturan suhu, kelembaban, dan pH pada digester agar bakteri bisa berkembang
dengan baik. Gas yang terkandung di dalam biogas yaitu gas metana (CH 4), gas CO2,
dan gas lainnya. Pemanfaatan biogas di Indonesia digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga. Penduduk di Indonesia sebagian besar sudah bisa membuat biodigester dengan
skala kecil. Biodigester berskala kecil dapat dibuat dari plastik maupun drum,
sedangkan bahan baku yang digunakan untuk pembuatan biogas yaitu kotoran sapi
(Pujiati, 2020).
Biogas adalah sebuah gas yang diproduksi dari suatu kegiatan anaerobik ataupun
fermentasi suatu bahan organik misalnya feses manusia serta hewan, limbah dalam
negeri atau rumah tangga, sampah yang bersifat biodegradable ataupun limbah organik
yang biodegradable dalam keadaan anaerobik. Biogas mengandung metana dan karbon
dioksida. Biogas diproduksi oleh suatu bakteri yang asalnya dari bahan organik pada
keadaan hampa udara. Proses ini bekerja selama tahap pengolahan ataupun fermentasi,
di mana sebagian besar gasnya merupakan metana dan karbon dioksida. Kandungan lain
yang terdapat dalam biogas walaupun dalam jumlah sedikit yaitu antara lain karbon
monoksida, oksigen, hidrogen disulfida, hidrogen, dan propan, dari banyaknya
komponen penyusun biogas tersebut, yang dapat digunakan sebagai suatu bahan bakar
yaitu metana. Proses untuk mengubah sampah menjadi energi yaitu dengan cara
melakukan pemisahan sampah secara mikrobiologis anaerob yang dapat menghasilkan
sebuah metana dalam sebuah biogas (Damayanti, 2021).
Biogas merupakan energi yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif. Biogas berguna
untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas
alam, dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan semakin
menipisnya kebutuhan bahan bakar menjadi permasalahan yang besar bagi
kelangsungan hidup selanjutnya. Biogas adalah energi yang dapat dijadikan sebagai
bahan bakar alternatif. Gas metan terbentuk karenanya adanya proses fermentasi secara
anaerobik oleh bakteri metan atau disebut juga bakteri yang mengurangi sampah
sampah yang banyak mengandung bahan organik sehingga terbentuk gas metan yang
apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas (Mira, 2018).
Biogas adalah gas yang timbul dari proses fermentasi anaerobik (tanpa oksigen) dari
bahan organik seperti limbah kotoran ternak, tinja manusia maupun limbah pertanian.
Komponen penyusun biogas yang paling dominan adalah gas methan (54-70%) dan
karbon dioksida (CO₂) yakni sebesar 27-45%. Komponen lain yang menyusun biogas,
tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit (kurang dari 1%) adalah karbon monoksida,
oksigen (O2), hidrogen disulfida (HS), hidrogen, dan propan. Komponen penyusun
biogas tersebut, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah gas methan (CH₂),
dengan nilai kalori sebesar 4800-6700 kkal/m³ untuk biogas dan 8900 kkal/m³ untuk gas
methan murni (Wahyudi, 2020).
Proses fermentasi secara anaerob untuk terbentuknya suatu biogas harus melalui
beberapa tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman dan tahap pertukaran gas CH 4.
Tahap hidrolisis bahan organik yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan bahan
ekstraktif seperti protein, karbohidrat dan lipida akan diurai menjadi senya wa yang
lebih sederhana. Polisakarida terurai menjadi monosakarida, sedangkan protein terurai
menjadi peptida dan asam amino. Tahap hidrolisis, mikroorganisme yang berperan
adalah enzim ekstraselular seperti selulose, amilase, protease dan lipase (Pujiati, 2020).
Tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang berfungsi untuk mengubah
senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam asetat (CH3COOH), H2 dan CO2. Bakteri
ini merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan asam, yaitu dengan pH
5,5 dan 6,5. Bakteri ini bekerja secara optimum pada temperatur sekitar 30 oC, untuk
menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang
diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Terjadinya metabolisme yang merata
diperlukan pencampuran yang baik dengan konsentrasi air > 60%. Bakteri tersebut juga
mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam
amino, CO2, H2S dan sedikit gas CH4 (Pujiati, 2020).
Tahap pembentukan gas CH4, bakteri yang berperan adalah bakteri methanogenesis
(bakteri metana). Kelompok bakteri metana, yaitu dari jenis methanobacterium,
methanobacillus, methanosacaria, dan methanococcus. Bakteri ini membutuhkan
kondisi digester yang benar-benar kedap udara dan gelap. Temperatur di mana bakteri
ini bekerja secara optimum adalah pada 35o C dan sangat sensitif terhadap teknologi
biogas (pembuatan, operasional, dan pemanfaatan perubahan temperatur sekitar 23oC).
Kisaran pH adalah 6,5 dan pada akhir metabolisme 7,5. Dihasilkan CH4 dan CO2 dari
gas H2, CO2 dan asam asetat yang dihasilkan pada tahap pengasaman. Kotoran sapi
terdapat banyak bakteri metana sehingga sangat baik untuk starter (Pujiati, 2020).
Salah satu metode pengolahan kotoran yang bisa juga digunakan sebagai sumber energi
alternatif ialah teknologi biogas. Biogas adalah suatu jenis gas yang diproduksi melalui
proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia,
biomassa limbah pertanian, atau campuran keduanya, di dalam suatu ruang pencerna
yang disebut digester. Semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
biogas, namun hanya bahan organik homogen, seperti kotoran dan urin hewan ternak,
yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Limbah industri tahu, tempe, ikan pindang
dan brem dapat menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem biogas sehingga tidak
mencemari lingkungan. Hal ini memungkinkan karena limbah tersebut berasal dari
bahan organik yang homogen. Semua kotoran ternak dan manusia dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Teknologi biogas pada dasarnya memanfaatkan
proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri metanogen yang produknya berupa gas
metana (CH4). Bakteri ini bekerja dalam kondisi anaerob sehingga proses ini juga
disebut sebagai pencernaan anaerob (anaerob digestion). Bakteri metanogen akan secara
natural berada dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran hewan,
manusia, dan sampah organik rumah tangga. Sampah organik seperti sayuran dan buah-
buahan adalah substrat terbaik untuk menghasilkan biogas (Sulistyaningsih, 2020).
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa
gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbondioksida, gas inilah yang
disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme,
terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30 oC – 55 oC,
dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik
secara optimal. Hasil perombakan bahan - bahan organik oleh bakteri adalah gas metan
seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini. Prinsip pembuatan biogas adalah adanya
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme secara anaerobik (tertutup dari udara
bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki
sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida. Mikroorganisme secara alami terdapat pada
limbah yang mengandung bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan
sampah organic, dan sampah rumah tangga Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30 oC – 55 oC (Sulistyaningsih, 2020).
Biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasi kesulitan
masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), teknologi ini bisa
segera diaplikasikan, terutama untuk kalangan masyarakat pedesaan yang memelihara
hewan ternak sapi. Masyarakat pedesaan belum mampu memanfaatkan limbah kotoran
ternak sebagai penghasil energi alternatif (terbarukan) pengganti kayu dan BBM, di
mana kegiatan mereka sangat tergantung pada BBM dan kayu baik untuk memasak
maupun penerangan. Hal ini sangat berdampak terhadap pendapatan dari masyarakat
desa (peternak) itu sendiri. Kotoran ternak dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk
menghasilkan energi terbarukan (renewable) dalam bentuk biogas. Proses produksi
biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dapat di pergunakan
sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian (Pujiati, 2020).
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan
pupuk organik yang sangat kaya unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan
unsur-unsur tertentu seperti protein, sellulose, lignin dan lain tidak bisa digantikan oleh
pupuk kimia lain. Biogas memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, di antaranya yaitu, sebagai sumber bahan bakar gas yang menghasilkan
panas, sebagai sumber bahan bakar gas yang digunakan untuk kompor rumah tangga,
sebagai sumber dan bahan bakar gas yang digunakan untuk menggerakkan motor
(Pujiati, 2020).
Karakteristik bahan baku biogas harus memiliki karakteristik yang khas agar
keberhasilan proses fermentasi berjalan dengan lancar, idealnya bahan baku biogas
dipilih dan di campur dalam proporsi tepat untuk menghasilkan biogas yang berkualitas.
Kandungan air, derajat keasaman pH dan kualitas bahan baku biogas merupakan hal
yang sangat penting perlu di perhatikan. Karakteristik bahan baku yang harus
diperhatikan C/N adalah perbandingan jumlah karbon (C) dan nitrogen (N) dalam suatu
bahan (Wahyudi, 2020).
Menurut Pujiati (2020), biogas juga memiliki kekurangan antara lain yaitu:
1. Perlunya teknologi tinggi
Sistem yang digunakan dalam proses produksi belum efisien, hingga kini belum
ada teknologi baru yang memiliki kemampuan menyederhanakan proses sekaligus
menghasilkan biogas melimpah dengan biaya yang rendah. Artinya untuk
melakukan produksi biogas dalam skala yang besar belum memungkinkan.
2. Pengaruh temperatur pada produksi biogas
Proses produksi biogas dipengaruhi oleh temperatur. Bakteri umumnya tumbuh
pada suhu optimal untuk mencerna limbah sekitar 37°C, di iklim dingin digester
membutuhkan energi panas untuk menjaga pasokan biogas konstan.
3. Masih mengandung sisa (kotoran)
Setelah penyempurnaan dan kompresi, biogas masih mengandung kotoran, jika
bahan bakar biogas yang dihasilkan digunakan untuk menyalakan mobil dapat
menyebabkan korosi pada bagian logam.
DAFTAR PUSTAKA
2. Mira, dkk., 2018, Pra Rancang Bangun Pabrik Biogas dari Limbah Padat
Pembuatan Tahu dengan Kapasitas 4.865,664 Liter/Tahun, Jurnal Penelitian
Mahasiswa Teknik Sipil dan Teknik Kimia, Vol. 2, No. 1, 122-128, Universitas
Tribhuwana Tunggadewi, Malang. Diakses pada tanggal 9 April 2022 pukul 00.04
WITA.
3. Pujiati, dkk., 2020, Produksi Biogas Berbasis Biomassa, UNIPMA Press, Madiun.