Anda di halaman 1dari 8

PERAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PELESTARIAN LINGKUNGAN

Peran bioteknologi dalam bidang pelestarianlingkungan, contohnya adalah produksi


biogas dari limbah peternakan (kotoran ternak) yang dapat mengurangi pencemaran
lingkungan akibat limbah peternakan tersebut. Biogas sebenarnya merupakan gas
metana yang dihasilkan dari penguraian bahan organik (kotoran hewan) oleh
mikroba pada fermentasi anaerob.

Biogas sebagian besar mengandung metana (CH4) dan karbondioksida, dan


beberapa kandungan jumlah kecil diantaranya hidrogen sulfat (H2S) dan amonia
(NH3) serta hidrogen (H2) niterogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang
terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas dan sebaliknya semakin kecil kandungan
metana semakin kecil nilaikalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan
memperlakukan beberapa parameter yaitu :
- menghilangkan hidrogen sulfur,
- menghilangkan kandungan air
- dan menghilangkan kandungan karbondioksida
Hidogen sulfur mengandung racun dan mengandung zat yang menyebabkan korosi,
bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas tersebut
berbahaya sehinggan konsentrasi yang diijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dinakar
maka hidrogen sulfur akan berbahaya karena membentuk senyawa baru bersama
oksigen, yaitu sulfur dioksida atau trioksida (SO2 atau SO3). Senyawa ini lebih
beracun ketika membentuk asam sulfit (H2SO3), yaitu suatu senyawa yang korosif.
Parameter kedua yaitu menghilangkan kandungan karbondioksida yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kulitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan
bakar kendaraan.
Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat
menimbulkan korosif.
Gas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan sehari-
hari, dapat digunakan untuk kendaraan bermotor.Pembentukan biogas itu
mengurangi pencemaran udara akibat bau busuk dari kotoran hewan dan akibat
dilepaskannya metana (gas rumah kaca) ke udara. Produksi biogas tersebut telah
dikembangkan di India, Cina dan Pakistan.
Selain kotoran hewan, limbah batang dan daun tebu juga dapat difermentasikan
menjadi etanol (alkohol) untuk menggantikan minyak bumi adalah lebih sedikit
menyebabkan pencemaran. Penggunaan etanol dari limbah batang dan daun tebu
(bioetanol) untuk kendaraan bermotor telah dilakukan di negara Brazil, Zimbabwe
dan Amerika serikat. Sejak tahun 1990, 30% mobil baru di Brazil menggunakan
etanol sebagai bahan bakar dan banyak lagi yang menggunakan campuran antara
minyak bumi dan etanol.
Proses pembuatan biodiesel dari tanaman Jarak pagar
Bahan bakar biologis lainnya adalah minyak dari biji bunga matahari, biji jarak dan
minyak kelapa sawit yang diolah menjadi bahan bakar pengganti solar atau disebut
biodiesel. Bahan bakar biologis itu lebih sedikit menyebabkan polusi, tetapi biaya
produksinya lebih mahal.
Mikroorganisme dapat pula dijadikan sebagai pembersih bahan pencemar
lingkungan yang dikenal dengan istilah bioremediasi. Bioremediasi merupakan
proses pembersihan lingkungan tercemar dengan menggunakan mikroorganisme,
seperti jamur dan bakteri. Bioremediasi bertujuan untuk menghilangkan , memecah
atan mendegredasi zat-zatpencemar, seperti tumpahan minyak, pestisida atau sisa-
sisa bahan kimia lainnya, menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbondioksida dan air). Bakteri yang biasa digunakan untuk bioremediasi, antara
lain dari genus Pseudomonas, Flavobacterium, Arthrobacter dan Azotobacter.

Proses Pengolahan Limbah Cair


Mikroorganisme terutama bakteri dan protozoa, memainkan peran penting dalam
pengolahan lombah. Limbah mengandung bakteri dari saluran pencernaan manusia
yang mungkin membahayakan. Bakteri-bekteri tersebut harus dimusnahkan untuk
penyebaran penyakit saluran pencernaan. Limbah juga mengandung bahan-bahan
dari buangan rumah tangga (seperti sabun dan detergen) serta bahan-bahan kimia
dari pabrik. Semua kota harus memiliki tempat-tempat pengolahan limbah.
Pengolahan limbah membersihkan bahan-bahan buangan padat dan cair dari limbah
sehingga air yang keluar dari tempat pengolahan limbah aman untuk digunakan.
Secara umum, bioteknologi dapat dipahami sebagai cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup (seperti bakteri, fungi, virus,
tumbuhan, dan lain-lain) atau produk yang dihasilkan oleh makhluk hidup tersebut
(seperti enzim, alkohol, dan senyawa lainnya) untuk memberikan keuntungan bagi
manusia.

Sedangkan secara etimologis, bioteknologi tersusun atas tiga kata yakni bio yang
artinya hidup, teknos yang berarti penerapan, dan logos yang artinya ilmu. So,
bioteknologi dapat juga diartikan sebagai ilmu atau cabang ilmu yang mempelajari
tentang penerapan ilmu atau prinsip-prinsip dalam biologi.

Lalu, selain definisi tersebut, beberapa pakar dan lembaga keilmuan dunia juga
mengemukakan definisi tentang bioteknologi, antara lain:
Menurut Bull et al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu
pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan
melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

Menurut Primrose (1987), bioteknologi merupakan eksploitasi komersial organisme


hidup atau komponennya seperti: sel, enzim.

Menurut OECD (1982), Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu


pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan
bantuan agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa.

Menurut OTA-US (1982), Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme


hidup atau bagian organisme untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan
meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau hewan atau mengembangkan
mikroorganisme untuk penggunaan khusus.

Nah, beberapa contoh sederhana dari produk pemanfaatan ilmu bioteknologi yang
lekat dengan keseharian kita adalah tempe, tape, atau makanan dan minuman
terfermentasi lainnya. Di dalam tempe, terdapat jamur, seperti Rhizopus oligosporus,
yang tumbuh di permukaan kacang kedelai dan mengubah struktur, aroma, dan rasa
kacang tersebut menjadi tempe.

Sekalipun ilmu bioteknologi baru ramai menjadi perbincangan pada satu dekade
terakhir ini, tetapi pengimplementasian ilmu ini sudah ada sejak lama. Sebut saja
penemuan metode produksi wine pada tahun 4100 sebelum masehi dan produksi
keju di tahun 800 sebelum masehi. Kedua produk tersebut merupakan bukti
kemajuan peradaban keilmuan manusia pada masa lalu.

Selanjutnya, pada tahun 1917 ada seorang ilmuwan asal Hungaria bernama Karl
Ereky yang kemudian memperkenalkan istilah bioteknologi sebagai diksi untuk
menggambarkan suatu interaksi antara ilmu biologi dan teknologi. Interaksi tersebut
mengubah suatu bahan baku menjadi produk yang berguna bagi manusia dengan
menggunakan organisme dan sistem biologi.

Nah, jika kamu berminat untuk mendalami ilmu bioteknologi, salah satu kampus
patut menjadi prioritasmu adalah Indonesia International Institute for Life Sciences
(i3L). i3L menyelenggarakan program S1 untuk jurusan Bioteknologi dengan
mengimplementasikan kurikulum interdisipliner yakni mengkolaborasikan bidang
keilmuan bioteknologi dengan disiplin ilmu lainnya yang bisa saling bersinergi.
Kurikulum seperti ini tentunya dapat memberikan pengalaman akademis yang
menyenangkan.
Peranan Bioteknologi di Bidang Lingkungan

Selain diterapkan pada bidang pangan, ilmu bioteknologi juga akhirnya bisa
diterapkan pada bidang-bidang lainnya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Salah satu contohnya adalah penerapan ilmu bioteknologi dalam
usaha menjaga kualitas lingkungan.

Permasalahan lingkungan hidup hingga saat ini masih menjadi salah satu topik yang
banyak diperbincangkan di kalangan generasi muda Indonesia bahkan dunia.
Semakin banyak anggota gen Z yang menyadari bahwasanya permasalahan
lingkungan yang terjadi saat ini akan menjadi masalah besar bagi kehidupan di
masa mendatang. Nah, ketika banyak orang berpikir tentang cara mengatasi
permasalahan lingkungan tersebut, kita pun harus mampu melihat berbagai peluang
yang dapat menawarkan solusi terbaik dan ilmu bioteknologi mampu memberikan
solusi tersebut.

Baca Juga: Mengapa Belajar Ilmu Biomedis Itu Penting? Pahami Yuk!

Beberapa bentuk usaha pemuliaan lingkungan dari implementasi ilmu bioteknologi


antara lain:

Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses atau upaya pemulihan kondisi lingkungan menggunakan


makhluk hidup. Dalam proses bioremediasi, makhluk hidup yang sering digunakan
ialah mikroorganisme yang mana mikroorganisme tersebut ketika diaplikasikan akan
menghasilkan metabolit sekunder dari hasil interaksi dengan polutan yang ada di
lingkungan yang kemudian membuatnya menjadi tidak berbahaya.

Sebagai contoh, misalnya ilmuwan dari Jepang pada Maret 2016 mempublikasikan
penemuan bakteri Ideonella sakaiensis yang mereka dapatkan dari lokasi
pengolahan sampah plastik di Osaka. Bakteri tersebut telah beradaptasi dengan
kondisi lingkungan di mana banyak materi plastik ditemukan. I. sakaiensis mampu
melakukan penguraian polyethylene terephthalate (PET) yang menjadi salah satu
unit kimia yang digunakan dalam memproduksi botol plastik.

Lalu, bayangkan jika kita dapat memanfaatkan kemampuan bakteri ini untuk
menguraikan sampah plastik yang semakin menjadi permasalahan besar saat ini.
Bayangkan pula jika ada spesies bakteri lain asli Indonesia yang bisa ditemukan dari
lokasi pembuangan sampah seperti Bantar Gebang, Bekasi. Itu adalah salah satu
contoh solusi yang bisa bioteknologi tawarkan.

Selain itu, ada juga istilah phytomining yang merupakan salah satu metode dalam
bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan tumbuhan untuk mengambil mineral
tertentu, seperti kobalt, nikel, dan besi dari perut bumi tanpa perlu membuat lubang
besar menganga di tanah.

Hal ini sudah mulai diteliti secara lebih mendalam oleh ilmuwan di Australia yang
memanfaatkan tanaman asli Australia, Crotalaria novae-hollandiae, yang telah
beradaptasi untuk memanfaatkan kobalt dari dalam tanah.

Untuk bisa mendapatkan kobalt murni dari tanaman tersebut, proses ekstraksi dan
purifikasi lanjut masih harus dilakukan. Bayangkan jika ada tumbuhan atau
mikroorganisme asli Indonesia yang mampu mengekstraksi emas, tembaga, atau
nikel dari dalam tanah tanpa perlu membuka lokasi tambang baru.

Biofertilizer dan Biodekomposer

Biofertilizer adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup seperti Bacillus,


Pseudomonas, Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, Mikoriza, dan Trichoderma
yang memiliki kemampuan dalam menyediakan unsur hara yang dapat
meningkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan kualitas hasil produksi tanaman.
Sedangkan biodekomposer adalah mikroorganisme yang berperan dalam
mempercepat proses dekomposisi atau penghancuran bahan-bahan organik dari
sisa tanaman menjadi kompos yang kemudian menjadi supplier unsur hara bagi
tanaman. Contohnya adalah bakteri, cacing, dan jamur.

Biokontrol

Biokontrol adalah metode alternatif dari upaya pengendalian hama dan penyakit
tanaman dengan memanfaatkan makhluk hidup. Organisme yang digunakan dalam
biokontrol disebut agen hayati, yang mana organisme tersebut bersifat antagonis
terhadap patogen tanaman.

Salah satu contoh organisme yang dapat berperan sebagai biokontrol adalah
mikroba dari genus Trichoderma, mikroba tersebut adalah agen biokontrol untuk
Rhizoctonia solani yang merupakan penyebab penyakit busuk pelepah pada
tanaman jagung dan sorgum.
Dibidang Pertambangan

i beberapa negara telah digunakan mikroba atau bakteri untuk penambangan secara
biologis yang dikenal dengan istilah bioleaching. Bakteri yang digunakan merupakan
bakteri kemoautotrof, yaitu bakteri yang menggunakan sumber karbon dari bahan
anorganik dan sumber energi dari reaksi kimia. Contoh bakteri ini adalah
Thiobacillus ferro-oxidans dan Thiobacillus thiooxidans. Kedua bakteri ini mampu
mengubah logam tak larut menjadi logam terlarut sehingga memungkinkan
pengambilan logam dari bijih mineral berkadar rendah. Sebagai contoh, bioleaching
oleh bakteri dapat mengekstraksi tembaga dari limbah tambang tua yang hanya
mengandung 0,25—0,50% tembaga. Bioleaching dapat digunakan untuk
menambang logam, seperti tembaga dan besi, bahkan emas Dalam bidang
pertambangan dikenal sebagai istilah mealurgi.Metalurgi adalah ilmu dan teknologi
yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam Ruang
lingkup metalurgi meliputi: pengolahan mineral (mineral dressing),
ekstraksilogamdari konsentrat mineral(extractive metallurgy), proses produksi
logam(mechanical metallurgy), perekayasaan sifat fisik logam(physical metallurgy).
Salah satu cabangnyaadalah Biohidrometalurgi, yakni pengolahan bijih
logammenjadi logam murni dengan cara penambahan makhluk hidup seperti
bakteri.Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan
sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia. Logam
berat masih termasuk golongan logamdengan kriteria-kriteria yang sama dengan
logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini
berikatan dan atau masuk kedalam organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa,
logam berat biasanyamenimbulkan efekefek khusus pada mahluk hidup.Keberadaan
logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses
alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawiserta dari
tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia terutama
hasil limbah 3ndustry.
PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTAMBANGAN Di bidang
pertambangan berkembang bioteknologi untuk memisahkan logam dari bijihnya yaitu
dengan pemanfaatan bakteri Thiobacillus ferroxidans. Bakteri ini merupakan bakteri
kemolitotrof yang mampu memisahkan logam dari bijihnya. Energy yang digunakan
Thiobacillus ferroxidans dalam memisahkan logam dari bijihnya berasal dari hasil
oksidasi senyawa anorganik khususnya senyawa besi dan belerang. Asam sulfat
dari besi sulfat melarutkan logam dari bijihnya. Mikroorganisme bermanfaat dalam
pertambangan karena alasan-alasan berikut. Tidak merusak lingkungan
dibandingkan pengolahan dengan bahan kimia. Lebih banyaknya mineral yang
dapat menggunakan mikroorganisme dalam pengolahannya. Mikroorganisme
mampu mengumpulkan mineral dari bijih yang hanya mengandung sedikit mineral.
Bijih miskin mineral ini tidak layak diproses secara konvensional. Berikut ini adalah
tahapan bakteri dalam memisahkan tembaga dari bijihnya, yaitu : a. Bakteri bereaksi
dengan melarutkan senyawa belerang dan besi dalam batuan. Selanjutnya, bakteri
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. b. Unsure S dalam FeS2 bereakasi dengan ion
hydrogen dan molekul oksigen membentuk H2SO4. c. Ion Fe3+ pada bijih yang
mengandung CuSO4 mengoksidasi ion Cu+menjadi Cu2+ dan bereaksi dengan
SO42- dari H2SO4 sehingga membentuk CuSO4. d. e.

Reaksi selanjutnya adalah sebagai berikut : CuSO4 + 2Fe + H2SO4 → 2FeSO4 +


Cu + 2H+

Anda mungkin juga menyukai