ABSTRAK
ABSTRACT
I. PENDAHULUAN
1
Kebutuhan energi dan jumlah penduduk merupakan dua hal yang
berkesinambungan, selaras, dan sejalan. Kementrian ESDM pada tahun 2015
memaparkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 mencapai
225 juta jiwa penduduk dan akan naik sebesar 280,48 juta jiwa pada tahun 2025.
Ini sebabnya ketersediaan energi merupakan satu hal yang vital bagi suatu bangsa.
Keberadaannya yang tidak dapat dipungkiri merupakan hal penunjang kehidupan
manusia selalu meninggalkan berbagai macam problema yang seolah tidak ada
ujungnya. Segela macam inovasi dan alternatif teknologi dibuat sedemikian rupa
sebagai kompensasi peningkatan jumlah penduduk yang disandingi dengan
tuntutan keberadaan energi yang seolah harus tidak terbatas. Faktanya, energi fosil
memerlukan wakru berjuta-juta tahun untuk memperolehnya. Dilansir dari
Encyclopedia 2015, energi fosil berasal dari fosil tumbuhan dan hewan yang
sudah terkubur dalam tanah berjuta-juta tahun. Belum lagi permasalahan residu
yang merupakan hasil sampigan dari proses konversi energi fosil ini menjadi akar
problema iklim global yang dewasa ini semakin meningkat. Dalam Paris
Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change
2015, yang memuat komitmen sejumlah negara-negara didunia harus
berpartisipasi sepenuhnya dalam menurunkan emisi karbon secara bertahap dalam
upaya pengendalian iklim global. Jalan keluar dari permasalah ini adalah
pengembangan energi terbarukan yang bersumber dari biomassa.
Dalam artikel ini kami mengupas perihal biomassa (biodiesel) berbahan
baku mikroalga yang dekade terakhir menjadi tren sebagai salah satu energi
alternatif yang bahan bakunya melimpah di planet kita.
III. TUJUAN
Artikel ini memiliki tujuan untuk menjelaskan dan memperkenalkan
tentang Mikroalga yang dibuat sebagai bahan dasar pembuatan Biodesel yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatife desel. Pada tahun
tahun belakangan ini telah banyak dijumpai penggunaan bahan bakar alternatif
selain minyak, seperti biomasa, biodiesel dan lain lain, sehingga metode
pembuatan bahan bakar alternative terus dikembangkan.
Pada pembuatan Biodesel menggunakan Mikroalga dijelaskan
kelebihan kelebihan dari mikroalga dalam artikel yang kami buat, seperti
2
mempunyai kemampuan dalam mengurangi emisi gas CO2, prokduktifitas
mengubah CO2 menjadi karbohidrat.
3
(Mata et al., 2009).
Sedemikian, mikroalga disebut sebagai salah satu sumber produksi biodiesel
yang paling efisien. Menurut Ahmad et al. (2010), ada beberapa keuntungan
penggunaan mikroalga sebagai biodiesel yaitu:
1. Menaikkan efisiensi ataupun mengurangi biaya. Biaya pemanenan
mikroalga relatif lebih rendah dibandingkan biomasa yang lain.
2. Tidak akan menghambat kestabilan supplai rantai makanan manusia.
3. Pengembangan mikroalga tidak memerlukan area yang luas dibanding
tumbuhan lain.
4. Mikroalga memiliki kandungan minyak kurang lebih 20 hingga 50% berat
keringnya.
5. Mikroalga dapat mengikat CO2 di udara
6. Dapat dipanen hampir sepanjang tahun sehingga menjadi sumber yang
berkelanjutan
7. Membuat minyak yang non-toxic serta ramah lingkungan.
4
rendah di lingkungan yang bersuhu rendah karena bahan baku generasi kedua
yang merupakan tanaman ataupun lemak hewani mengandung asam lemak jenuh
yang lebih tinggi.
Karakteristik Mikroalga
Mikroalga sama halnya dengan tumbuhan berklorofil yang dapat
berfotosintesis sehingga memerlukan cahaya matahari dan beberapa sumber
makanan lainnya. Kandungan minyak pada mikroalga lebih banyak daripada
kandungan minyak tanaman lainnya yaitu sebesar 20% sampai 50% dari berat
keringnya dan nantinya menghasilkan minyak yang bersifat non-toxic atau ramah
lingkungan. Alasan pemilihan mikroalga sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
adalah pertumbuhannya yang cepat, produktivitasnya tinggi, tidak membutuhkan
lahan yang luas, menggunakan air untuk nutrisinya tumbuh, serta tidak
mengganggu pasokan pangan karena mikroalga tidak berkompetisi dengan bahan
pangan. Disamping itu mikroalga mampu menggunakan karbondioksida untuk
diubah menjadi oksigen sehingga dapat menciptakan lingkungan yang bebas dari
pencemaran gas karbondioksida dan menekan efek dari pemanasan global.
5
Mikroalga menghasilkan sekitar 50 persen oksigen di atmosfer. Potensi
mikroalga sangat menjanjikan untuk digunakan sebagai agen dalam produksi
biofuel dimasa depan, karena memiliki kelebihan dalam pertumbuhannya, yaitu
cepat, produktivitasnya tinggi, tidak memerlukan lahan yang luas dalam
pembiakannya, dan dapat menggunakan air untuk nutrisi tumbuh. Mikroalga
sendiri memiliki empat macam jenis yaitu:
1. Bacillariophyceae (diatom)
ciri-cirinya:
-Diatom dapat berupa uniseluler ataupun berkoloni
- Pigmen emas-coklat fucoxanthin menutupi pigmen klorofil dan karotenoid
2. Chlorophyceae (ganggang hijau)
ciri-cirinya:
- Diatom dapat berupa uniseluler ataupun berkoloni
- Pigmen emas-coklat fucoxanthin menutupi pigmen klorofil dan karotenoid
3. Chrysophyceae (ganggang emas)
ciri-cirinya:
- Kebanyakan bersel tunggal dengan dua flagella khusus
- Memiliki pigmen fucoxanthin dan minyak sebagai cadangan makanan
- Reproduksi seksual jarang terjadi, reproduksi aseksual dengan pembentukan
spora motil dan nonmotil serta pembelahan sel
- Dapat ditemukan di air laut dan air tawar
4. Cyanophyceae (ganggang biru)
ciri-cirinya:
- Paling primitif dan paling sederhana, tidak memiliki membran inti sel
- Kromosom dan pigmen tersebar di sitoplasma, maka disebut prokariot
- Cyanophyta hanya mengandung satu bentuk klorofil yaitu klorofil-a, dan juga
pigmen hijau. Juga karotenoid kekuningan, pigmen biru fikobilin dan pada
beberapa spesies memiliki fikoeritrin pigmen merah. Kombinasi phycobilin dan
klorofil menghasilkan warna biru-hijau,
- Reproduksi aseksual dengan fragmentasi maupun pembelahan biner
- Beberapa bisa tumbuh dalam kegelapan jika memiliki glukosa yang cukup
sebagai sumber energi.
6
Berdasarkan pada data-data penelitian yang dilakukan Renova Panjaitan
dalam tugas akhirnya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, jenis
mikroalga yang digunakan adalah Chlorella sp. Ini mengandung minyak sampai
dengan 28-32% dari berat keringnya. Chlorella sp. adalah mikroalga bersel
tunggal yang hidup pada lingkungan perairan, serta tumbuh dan berkembang
dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi dan karbon
dioksida sebagai sumber karbon. Chlorella sp. Ini mempunyai struktur dinding sel
yang tebal. Chlorella sp. ialah kelompok organisme protista autotrof, yakni
protista yang mampu membuat makanannya sendiri, sebab memiliki pigmen
klorofil. Chlorella sp. merupakan salah satu kelompok alga hijau yang paling
banyak jumlahnya diantara alga hijau lainnya, sekitar 90% Chlorella sp. hidup di
air tawar serta 10% Chlorella sp. hidup di air laut (Sopiah dkk, 2012). Chlorella sp.
Juga mengandung lipid relatif tinggi dengan kisaran 28-32 % berat kering
sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku biodiesel (Chisti, 2007).
Berikut komposisi asam lemak di dalam Chlorella sp. yang dideskripsikan dalam
Tabel II.3.
Penelitian yang dikerjakan Renova dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
esterifikasi dan transesterifikasi. Pada tahap esterifikasi, Chlorella sp sebanyak
40 gram direaksikan dengan larutan methanol pada labu leher dua dengan suhu 50
7
°C dan diaduk konstan menggunakan magnetic stirer selama 30 menit. Kemudian
tahap yang kedua yaitu transesterifikasi dimana campuran hasil reaksi pada tahap
esterifikasi didinginkan selama 10 menit untuk menghentikan reaksi yang terjadi.
Selanjutnya setelah dingin dilakukan pemisahan untuk mendapatkan endapan
Chlorella sp dan FAME (molekul dalam biodiesel yang diperoleh dari minyak
nabati melalui transesterifikasi dan terletak pada lapisan atas campuran). FAME
ini kemudian diekstraksi menggunakan 50mL n-hexana dan akan terbentuk
gliserol pada lapisan bawah dan FAME lagi pada lapisan atasnya. Pada fase ini,
FAME dicuci dengan air bersuhu 50°C sebanyak 3x50 mL dengan tujuan
mengambil gliserol yang masih tercampur dengan FAME tersebut. Setelah dicuci
FAME diambil dan dilakukan destilasi untuk memisahkan solvent (heksan) dalam
FAME dan kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 80°C guna
menghilangkan sisa solvent dan air. Hasil dari pemanasan tersebut akan
menghasilkan biodiesel. Berikut data hasil penelitian uji GC-MS Chorella sp.:
1. Hasil Uji GC_MS dari Mikroalga Chlorella sp.
Pengujian GC_MS digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa
kimia pada minyak mikroalga Chlorella sp. Uji GC_MS juga digunakan untuk
mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam mestil ester dari Chlorella sp.
Berikut hasil dari pengujian GC_MS dapat dilihat pada tabel dibawah ini
8
Methil Acachidonate 11,29
Dari data diatas dapat diketahui yang memiliki kandungan metil ester paling
banyak yaitu metil ester palmitate yakni sebesar 30,24%
2. Hasil Analisa Angka Setana Pada Biodiesel dari Chlorella sp
9
sebesar 0,8 mg KOH/g minyak. Nilai angka asam yang tinggi akan menimbulkan
endapan dalam sistem bakar dan juga sebagai indikator bahwa bahan bakar
tersebut dapat digunakan sebagai pelarut yang nantinya dapat menurunkan
kualitas pada sistem bahan bakar.
3. Hasil Analisa Massa Jenis Biodiesel dari Chlorella sp
Dari data pada grafik diatas dapat diketahui bahwa kenaikan perbandingan
reaktan berdampak pada kenaikan konversi pada pembuatan biodiesel. Hal ini
terjadi karena pemakaian salah satu reaktan yang berlebihan sehingga
memperbesar kemungkinan terjadi tumbukan antara molekul zat yang bereaksi
dan membuat kecepatan reaksinya bertambah besar,
10
Sedemikian menurut data hasil Uji GC_MS telah terbentuk biodiesel
dengan kandungan utamanya metil ester palmiat sebesar 30,24%. Pada hasil
analisa angka setana biodiesel juga telah memenuhi karakteristik SNI mutu
biodiesel yakni sebesar 51 dan angka setana biodiesel adalah sebesar 51,17-53,58.
Pada hasil analisa angka asam biodiesel dari Chlorella sp juga telah memenuhi
syarat karena hasil angka rata-ratanya hampir melebihi batas maksimal syarat
mutu biodiesel menurut SNI-7182-2006, yaitu sebesar 0,8 mg KOH/g minyak.
Selain itu kenaikan konsentrasi katalis basa ternyata berpengaruh terhadap
kenaikan massa jenis biodiesel dan kenaikan perbandingan reaktan juga
berdampak pada kenaikan konversi pada pembuatan biodiesel.
Penghancuran
Ekstraksi minyak dapat berlangsung efisien jika dilakukan penghancuran
dinding sel mikroalga untuk membebaskan minyak yang terisolasi di dalam sel
sehingga bisa bereaksi dengan pelarut. Hal ini bertujuan untuk menganalisa suatu
teknik pemecahan dinding sel yang terbaik antara perlakuan menggunakan
sonicator dengan microwave pada proses ekstraksi minyak mikroalga Spirulina
sp. dan Chlorella sp.
Ektraksi minyak
Pada proses ekstraksi minyak dapat dilakukan dengan cara menambahkan
n-hexane sebanyak 10 ml pada setiap botol kemudian didiamkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam, larutan n-hexane dari setiap botol sampel kaca gelap dipindahkan
ke dalam botol kaca bening untuk diuapkan. Setelah itu, amati ada atau tidaknya
pembentukan minyak yang nantinya akan ditandai dengan adanya bercak minyak
pada dinding botol. Minyak yang diperoleh lalu akan ditimbang untuk
membandingkan berat minyak dari masing-masing perlakuan dan kontrol.
Selanjutnya, akan dilakukan analisis data rendemen dengan prosedur perhitungan
mengacu pada AOAC (1995).
Ada beberapa metode ekstraksi yang dapat digunakan dalam ekstraksi minyak
dari mikroalga, diantaranya adalah :
11
1. Metode mekanik
Pada metode mekanik, alga yang siap panen dikeringkan untuk mengurangi kadar
air. Selanjutnya dilakukan proses pengepresan dengan alat pengepres untuk
mengekstraksi minyak yang terkandung dalam alga.
3. Osmotic Shock
Metode ini banyak digunakan untuk mengeluarkan komponen-komponen dalam
sel, seperti minyak alga. Dengan menggunakan metode ini, maka tekanan osmotic
dalam sel itu akan berkurang, sehingga dapat membuat sel pecah dan komponen
di dalam sel akan keluar.
Transesterifikasi
Pada mikroalga terdapat asam lemak yang beraneka ragam salah satunya
bisa dimanfaatkan untuk biodisel. Biodisel sendiri adalah campuran dari alkali
ether dan asam lemak yang bisa diperoleh dari proses transesterifikasi minyak
nabati atau hewani. Sebelum minyak mikroalga dapat digunakan sebagai bahan
bakar (biodisel) maka perlu dilakukan proses transesterifikasi. Transesterifikasi
adalah proses pergantian alkohol dari suatu gugus ester (trigliserida) dengan ester
lain atau bisa juga diartikan sebagai proses pengubahan asam-asam lemak ke
dalam bentuk ester yang nantinya akan menghasilkan alkil ester dan gliserin yang
merupakan produk samping. Proses tersebut dikenal dengan proses alkoholisis.
Proses alkoholisis ini ialah reaksi yang biasanya berjalan dengan lambat tetapi
dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis (Indah, 2011). Reaksi
transesterifikasi dapat terjadi karena disebabkan oleh alkohol pada trigliserida
mengalami substitusi dengan alkohol monohidrat (metanol) sehingga membentuk
metil ester dan gliserol. Alkohol yang bisa digunakan sebagai pereaksi untuk
minyak nabati adalah metanol, tetapi juga dapat menggunakan etanol, isopropanol
atau butyl, namun, perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alkohol. Jika
kandungan pada air tinggi, maka akan mempengaruhi hasil biodiesel yang
kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigliserida tinggi.
12
Pemisahan Biodisel dan Gliserin
Biodiesel adalah salah satu bioenergi (energi hayati) yang saat ini banyak
dikembangkan oleh para peneliti. Minyak yang diesterifikasi dengan metanol
ataupun etanol nantinya akan menghasilkan biodiesel dan produk sampingan
berupa gliserin yang bercampur dengan metanol ataupun etanol yang tidak
terkonversi oleh katalis dan air. Kadar gliserin kotor pada produk samping
tersebut dapat mencapai 10% dari total produk dan dianggap tidak bernilai guna.
Cara yang salah seperti pembakaran pada suhu rendah (280 derajat celcius) dapat
menyebabkan gliserin berubah menjadi acreloin yaitu senyawa yang memiliki
sifat plastik serta dapat mengiritasi paru-paru apabila terhirup. Sedangkan jika
pada kemurnian tinggi memiliki banyak manfaat. Pemurnian dapat dilakukan
dengan dua tahap proses, yaitu tahap penetralan menggunakan asam klorida dan
tahap pemisahan melalui proses distilasi. Variasi yang akan dilakukan pada tahap
penetralan adalah penambahan asam klorida pada rentang 4-7% terhadap 500 ml
bahan baku. Pada tahap akan pemisahan dilakukan proses distilasi pada suhu yang
bervariasi, yakni pada 75OC, 100OC, 110OC, 120OC. Kondisi optimum pada
tahap penetralan akan didapatkan pada saat penambahan 7% asam klorida
terhadap 500 ml bahan baku. Sedangkan kondisi operasi optimum dapat dicapai
pada suhu distilasi 110O Celcius. Kadar gliserin 71,34% diperoleh pada kedua
kondisi optimum dengan spesifikasi massa jenis 1,2596 gr/ml; viskositas 170 cP;
pH 5,16; serta indeks bias 1,45566.
Pencucian
Yield crude biodiesel yang dihasilkan berasal dari proses transesterifikasi
selanjutnya akan disaring menggunakan corong buchner dengan bantuan pompa
vakum. Crude biodiesel yang terbentuk di lapisan atas dipisahkan dari metanol
dan gliserol pada lapisan bawah menggunakan corong pemisah. Lalu pada crude
biodiesel dilakukan pencucian dengan menggunakan aquades sebanyak 2 kali
yang selanjutnya dipisahkan antara crude biodiesel dengan aquades menggunakan
corong pemisah.
V. KESIMPULAN
13
Salah satu bentuk energi terbarukan adalah biodesel yang terbuat dari bahan dasar
berupa Mikroalga, mikroalga mempunyai beberapa jenis, salah satunya adalah
Chlorella sp. Pada pembutan biodesel dari mikroalga melalui bebrapa tahapan
yang harus dilalui, yakni penghancuran, esktraksi minyak, transesteerifikasi,
pemisahan biodiesel dan gliserin, pencucian. Lalu terbentuklah biodiesel yang
bisa digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.
14