Anda di halaman 1dari 14

BIODIESEL MIKROALGA

Aini Amelia, Aissha Nadira Syahnanta, Annisa Salwa Syahida, Ariella


Adzhani, Citra Pramestiardhiani Pangestuti, Dwi Novita Alfiana, Faiza
Adinda Putri, Muhammad Riski Agusta, Muhammad Ibrahim, Nabilah
Salma N.A.P, Najwa Nathania, Pramesti Rahayu Dewi Larasati, Saidatul
Kholidia, Sindy Ayu Anita Putri, Salma Dian Widyaningrum

Jurusan Kimia, OFF J, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Mengantisipasi probabilitas terjadinya krisis energi di masa depan,


manusia terus berinovasi, melakukan riset penelitian, menciptakan teknologi,
sedemikian untuk kemaslahatan hidup bersama di planet hijau yang semakin
kesini semakin kelabu ini. Kepadatan penduduk, pemanasan iklim global,
kenaikan garis pantai, hingga kepunahan, problema ini diharapkan bisa
diminimalisir atau bahkan dimusnahkan dengan langkah-langkah hijau. Salah
satunya yang vital adalah beralihnya penggunaan energi fosil yang penuh dengan
emisi dan membuat kotor, ke energi baru terbarukan. Begitupun negeri kita
tercinta yang terus berusaha mengembangkan konversi energi baru terbarukan
dengan memanfaatkan potensi alamnya. Satu dari berbagai upaya ialah pembuatan
biodiesel bahan baku mikroalga, yang mana ini memiliki potensi bio-oil yang
sangat tinggi jika dibandingkan dengan tumbuhan bahan baku biodiesel lain.

ABSTRACT

To anticipation the probability of an energy crisis in the future, human


sustainably makes innovations, do any research, create technology, solely for the
better life of human being on this green planet that nowadays is becoming grey.
The density of population, global warming, up to extinction, these world problems
expected can be reduced or even can be destroyed with green steps. One of the
most important steps is energy conversion, from fossil energy which is full of
emissions that make dirty to renewable energy. Our lovely country is never giving
up to develop this renewable energy. One of the ways Microalgae Biodiesel,
which is microalgae has large potential bio-oil if we compare with other
biodiesel’s raw materials.

Kata Kunci : Biodiesel; Mikroalga; chlorella vulgaris; Karakteristik Mikroalga

I. PENDAHULUAN

1
Kebutuhan energi dan jumlah penduduk merupakan dua hal yang
berkesinambungan, selaras, dan sejalan. Kementrian ESDM pada tahun 2015
memaparkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 mencapai
225 juta jiwa penduduk dan akan naik sebesar 280,48 juta jiwa pada tahun 2025.
Ini sebabnya ketersediaan energi merupakan satu hal yang vital bagi suatu bangsa.
Keberadaannya yang tidak dapat dipungkiri merupakan hal penunjang kehidupan
manusia selalu meninggalkan berbagai macam problema yang seolah tidak ada
ujungnya. Segela macam inovasi dan alternatif teknologi dibuat sedemikian rupa
sebagai kompensasi peningkatan jumlah penduduk yang disandingi dengan
tuntutan keberadaan energi yang seolah harus tidak terbatas. Faktanya, energi fosil
memerlukan wakru berjuta-juta tahun untuk memperolehnya. Dilansir dari
Encyclopedia 2015, energi fosil berasal dari fosil tumbuhan dan hewan yang
sudah terkubur dalam tanah berjuta-juta tahun. Belum lagi permasalahan residu
yang merupakan hasil sampigan dari proses konversi energi fosil ini menjadi akar
problema iklim global yang dewasa ini semakin meningkat. Dalam Paris
Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change
2015, yang memuat komitmen sejumlah negara-negara didunia harus
berpartisipasi sepenuhnya dalam menurunkan emisi karbon secara bertahap dalam
upaya pengendalian iklim global. Jalan keluar dari permasalah ini adalah
pengembangan energi terbarukan yang bersumber dari biomassa.
Dalam artikel ini kami mengupas perihal biomassa (biodiesel) berbahan
baku mikroalga yang dekade terakhir menjadi tren sebagai salah satu energi
alternatif yang bahan bakunya melimpah di planet kita.

II. METODE PENELITIAN


Saat menganalisis pokok bahasan mengenai Biodiesel yang berbahan dasar
Mikroalga, metode yang kami gunakan ialah metode literatur. Kami menggunakan
berbagai sumber pustaka berupa berapa jurnal jurnal dan Website untuk
menjelaskan dan menggambarkan tentang kegunaan dan manfaat dari Biodiesel
yang berbahan dasar Mikroalga yang dijadikan sebagai sumber daya energi
terbarukan di Indonesia. Data data yang kami ambil dari berbagai jurnal maupun
website tersebut kemudian kami jadikan bahan untuk membuat artikel.

III. TUJUAN
Artikel ini memiliki tujuan untuk menjelaskan dan memperkenalkan
tentang Mikroalga yang dibuat sebagai bahan dasar pembuatan Biodesel yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatife desel. Pada tahun
tahun belakangan ini telah banyak dijumpai penggunaan bahan bakar alternatif
selain minyak, seperti biomasa, biodiesel dan lain lain, sehingga metode
pembuatan bahan bakar alternative terus dikembangkan.
Pada pembuatan Biodesel menggunakan Mikroalga dijelaskan
kelebihan kelebihan dari mikroalga dalam artikel yang kami buat, seperti

2
mempunyai kemampuan dalam mengurangi emisi gas CO2, prokduktifitas
mengubah CO2 menjadi karbohidrat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Biodiesel dan Latar Belakang Dipilihnya Mikroalga


Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak
mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan bahan
bakar fosil. Biodiesel, yang terdiri dari campuran mono-alkil ester dari rantai panjang
asam lemak, adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak
nabati atau lemak hewan. lemak nabati yang dapat dijadikan bahan baku yakni antara
lain kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar, tebu dan beberapa jenis
tumbuhan lainnya.
Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar memiliki banyak keuntungan
diantaranya berasal dari sumber yang dapat diperbaharui (renewable) dan mudah
ditemukan, mudah terurai secara biologis, dan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca,
(Haas dkk., 2001; Canakci dan van Gerpen, 2003). Biodiesel memiliki bilangan setana
dan titik nyala lebih tinggi sehingga lebih mudah disimpan (Knothe dkk., 2005). Selain
itu biodiesel tersedia dalam bentuk cairan sehingga memudahkan pendistribusiannya. 
Pada umumnya, Mikroalga adalah tanaman renik berukuran mikroskopik
(diameter antara 3-30 μm) yang termasuk dalam kelas alga serta hidup sebagai
koloni maupun sel tunggal pada semua perairan tawar maupun laut. Mikroalga
memiliki potensi yang besar sebagai sumber energi baru terbarukan. Ini termasuk
ke dalam organisme tercepat dalam fotosinstesis sehingga mempunyai
produktivitas yang tinggi. Mikroalga tumbuh dan berkembang hanya
membutuhkan cahaya matahari serta beberapa sumber makanan sederhana
lainnya. Belum lagi spesiesnya diperkirakan mencapai lebih dari seratus ribu yang
tersebar di Bumi. Ini menyelesaikan polemik masyarakat kita soal masalah bahan
baku nabati biodiesel yang menggunakan sumber pangan dan dianggap
mengganggu kestabilan ketahanan pangan. Berikut adalah data-data pada Tabel
II.2 yang membandingkan efisiensi produksi biodiesel dan penggunaan lahan untuk
tumbuh dan tingginya bio-oil dalam kandungan mikroalga dibandingkan tanaman bahan
baku biodiesel lain.

3
(Mata et al., 2009).
Sedemikian, mikroalga disebut sebagai salah satu sumber produksi biodiesel
yang paling efisien. Menurut Ahmad et al. (2010), ada beberapa keuntungan
penggunaan mikroalga sebagai biodiesel yaitu:
1. Menaikkan efisiensi ataupun mengurangi biaya. Biaya pemanenan
mikroalga relatif lebih rendah dibandingkan biomasa yang lain.
2. Tidak akan menghambat kestabilan supplai rantai makanan manusia.
3. Pengembangan mikroalga tidak memerlukan area yang luas dibanding
tumbuhan lain.
4. Mikroalga memiliki kandungan minyak kurang lebih 20 hingga 50% berat
keringnya.
5. Mikroalga dapat mengikat CO2 di udara
6. Dapat dipanen hampir sepanjang tahun sehingga menjadi sumber yang
berkelanjutan
7. Membuat minyak yang non-toxic serta ramah lingkungan.

Dalam pembuatan biodiesel, bahan baku merupakan faktor yang penting


karena sangat berkontribusi terhadap 75% dari total biaya produksi. Oleh karena
itu, pemilihan bahan baku biodiesel yang tepat untuk pembuatan biodiesel harus
selalu diperhatikan. Secara umum, di Indonesia sudah terdapat tiga generasi
sumber bahan baku biodiesel yang telah dikembangkan, antara lain:

A.Bahan baku generasi pertama


Bahan baku generasi pertama pada biodiesel merupakan penggolongan
jenis tanaman yang pertama kali digunakan sebagai bahan baku pembuatan
biodiesel. Bahan baku yang termasuk pada generasi pertama adalah minyak sawit
(palm oil), minyak kedelai (soybeans), minyak bunga matahari (sunflower), dan
minyak rapa (rapeseed). Penggunaan bahan baku generasi pertama ini pada
akhirnya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ketahanan pangan
dalam skala global karena 95% dari bahan baku tersebut adalah bahan pangan.

B. Bahan Baku Generasi Kedua


Contoh bahan baku yang dikembangkan pada generasi kedua adalah bahan
baku yang fungsinya bukan digunakan sebagai bahan pangan, seperti: biji
tembakau, tanaman jatropha, minyak jojoba, termasuk juga minyak jelantah.
Penggunaan bahan baku generasi kedua memiliki banyak keunggulan, diantaranya
yaitu, tidak bersaing dengan bahan pangan, ramah lingkungan serta lebih efisien
apabila bahan baku generasi kedua dibandingkan dengan bahan baku generasi
pertama, luas lahan yang dibutuhkan jauh lebih kecil, serta nantinya dapat
menghasilkan suatu produk lain atau bisa disebut sebagai produk sampingan yang
bisa digunakan lebih lanjut pada industri bahan kimia maupun industri energi.
Namun, meskipun memiliki banyak keunggulan, bahan baku generasi kedua juga
memiliki kelemahan yaitu ketersediaan bahan baku belum dapat memenuhi
kebutuhan energi atau bahan bakar minyak. Selain itu, memiliki performa yang

4
rendah di lingkungan yang bersuhu rendah karena bahan baku generasi kedua
yang merupakan tanaman ataupun lemak hewani mengandung asam lemak jenuh
yang lebih tinggi.

C. Bahan Baku Generasi Ketiga


Bahan baku generasi ketiga dikembangkan karena melihat kendala yang
dihadapi pada saat penggunaan bahan baku generasi pertama maupun kedua.
Bahan baku generasi ketiga ini adalah mikroalga. Pemilihan mikroalga sebagai
bahan baku terbarukan dalam pembuatan biodiesel karena mikroalga memiliki
kemampuan untuk melakukan fotosintesis dengan efisiensi yang terbilang cukup
tinggi dalam menghasilkan suatu biomassa serta laju pertumbuhannya sangat
cepat apabila dibandingkan dengan tumbuhan lain.

Biodiesel dari mikroalga dan biodiesel yang berbasis petroleum memiliki


karakteristik yang sama, diantaranya yaitu, densitas, titik nyala, viskositas, dan
nilai dari pemanasan. Selain itu, biodiesel dari mikroalga telah memenuhi kriteria
yang ditetapkan oleh American Society for Testing and Materials (ASTM) untuk
kualitas biodiesel serta International Biodiesel Standard for Vehicles (ENI 4214).
Pemenuhan kriteria tersebut mengakibatkan biodiesel yang berbahan baku
mikroalga dapat digunakan secara massal. Akan tetapi, ternyata hasil penelitian
lain menyatakan bahwa biodiesel dari mikroalga mempunyai nilai derajat asam
lemak tak jenuh yang cukup tinggi. Hal tersebut mengakibatkan pembatasan
penggunaan biodiesel disebabkan karena biodiesel dari mikroalga tersebut mudah
mengalami oksidasi saat proses penyimpanan. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut agar masalah tersebut bisa teratasi serta pemanfaatan
biodiesel berbahan baku mikroalga bisa digunakan secara maksimal tanpa ada
pembatasan.

Karakteristik Mikroalga
Mikroalga sama halnya dengan tumbuhan berklorofil yang dapat
berfotosintesis sehingga memerlukan cahaya matahari dan beberapa sumber
makanan lainnya. Kandungan minyak pada mikroalga lebih banyak daripada
kandungan minyak tanaman lainnya yaitu sebesar 20% sampai 50% dari berat
keringnya dan nantinya menghasilkan minyak yang bersifat non-toxic atau ramah
lingkungan. Alasan pemilihan mikroalga sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
adalah pertumbuhannya yang cepat, produktivitasnya tinggi, tidak membutuhkan
lahan yang luas, menggunakan air untuk nutrisinya tumbuh, serta tidak
mengganggu pasokan pangan karena mikroalga tidak berkompetisi dengan bahan
pangan. Disamping itu mikroalga mampu menggunakan karbondioksida untuk
diubah menjadi oksigen sehingga dapat menciptakan lingkungan yang bebas dari
pencemaran gas karbondioksida dan menekan efek dari pemanasan global.

5
Mikroalga menghasilkan sekitar 50 persen oksigen di atmosfer. Potensi
mikroalga sangat menjanjikan untuk digunakan sebagai agen dalam produksi
biofuel dimasa depan, karena memiliki kelebihan dalam pertumbuhannya, yaitu
cepat, produktivitasnya tinggi, tidak memerlukan lahan yang luas dalam
pembiakannya, dan dapat menggunakan air untuk nutrisi tumbuh. Mikroalga
sendiri memiliki empat macam jenis yaitu:
1. Bacillariophyceae (diatom)
ciri-cirinya:
-Diatom dapat berupa uniseluler ataupun berkoloni
- Pigmen emas-coklat fucoxanthin menutupi pigmen klorofil dan karotenoid
2. Chlorophyceae (ganggang hijau)
ciri-cirinya:
- Diatom dapat berupa uniseluler ataupun berkoloni
- Pigmen emas-coklat fucoxanthin menutupi pigmen klorofil dan karotenoid
3. Chrysophyceae (ganggang emas)
ciri-cirinya:
- Kebanyakan bersel tunggal dengan dua flagella khusus
- Memiliki pigmen fucoxanthin dan minyak sebagai cadangan makanan
- Reproduksi seksual jarang terjadi, reproduksi aseksual dengan pembentukan
spora motil dan nonmotil serta pembelahan sel
- Dapat ditemukan di air laut dan air tawar
4. Cyanophyceae (ganggang biru)
ciri-cirinya:
- Paling primitif dan paling sederhana, tidak memiliki membran inti sel
- Kromosom dan pigmen tersebar di sitoplasma, maka disebut prokariot
- Cyanophyta hanya mengandung satu bentuk klorofil yaitu klorofil-a, dan juga
pigmen hijau. Juga karotenoid kekuningan, pigmen biru fikobilin dan pada
beberapa spesies memiliki fikoeritrin pigmen merah. Kombinasi phycobilin dan
klorofil menghasilkan warna biru-hijau,
- Reproduksi aseksual dengan fragmentasi maupun pembelahan biner
- Beberapa bisa tumbuh dalam kegelapan jika memiliki glukosa yang cukup
sebagai sumber energi.

Hasil Uji Mikroalga

6
Berdasarkan pada data-data penelitian yang dilakukan Renova Panjaitan
dalam tugas akhirnya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, jenis
mikroalga yang digunakan adalah Chlorella sp. Ini mengandung minyak sampai
dengan 28-32% dari berat keringnya. Chlorella sp. adalah mikroalga bersel
tunggal yang hidup pada lingkungan perairan, serta tumbuh dan berkembang
dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi dan karbon
dioksida sebagai sumber karbon. Chlorella sp. Ini mempunyai struktur dinding sel
yang tebal. Chlorella sp. ialah kelompok organisme protista autotrof, yakni
protista yang mampu membuat makanannya sendiri, sebab memiliki pigmen
klorofil. Chlorella sp. merupakan salah satu kelompok alga hijau yang paling
banyak jumlahnya diantara alga hijau lainnya, sekitar 90% Chlorella sp. hidup di
air tawar serta 10% Chlorella sp. hidup di air laut (Sopiah dkk, 2012). Chlorella sp.
Juga mengandung lipid relatif tinggi dengan kisaran 28-32 % berat kering
sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku biodiesel (Chisti, 2007).
Berikut komposisi asam lemak di dalam Chlorella sp. yang dideskripsikan dalam
Tabel II.3.

Penelitian yang dikerjakan Renova dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
esterifikasi dan transesterifikasi. Pada tahap esterifikasi, Chlorella sp sebanyak
40 gram direaksikan dengan larutan methanol pada labu leher dua dengan suhu 50

7
°C dan diaduk konstan menggunakan magnetic stirer selama 30 menit. Kemudian
tahap yang kedua yaitu transesterifikasi dimana campuran hasil reaksi pada tahap
esterifikasi didinginkan selama 10 menit untuk menghentikan reaksi yang terjadi.
Selanjutnya setelah dingin dilakukan pemisahan untuk mendapatkan endapan
Chlorella sp dan FAME (molekul dalam biodiesel yang diperoleh dari minyak
nabati melalui transesterifikasi dan terletak pada lapisan atas campuran). FAME
ini kemudian diekstraksi menggunakan 50mL n-hexana dan akan terbentuk
gliserol pada lapisan bawah dan FAME lagi pada lapisan atasnya. Pada fase ini,
FAME dicuci dengan air bersuhu 50°C sebanyak 3x50 mL dengan tujuan
mengambil gliserol yang masih tercampur dengan FAME tersebut. Setelah dicuci
FAME diambil dan dilakukan destilasi untuk memisahkan solvent (heksan) dalam
FAME dan kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 80°C guna
menghilangkan sisa solvent dan air. Hasil dari pemanasan tersebut akan
menghasilkan biodiesel. Berikut data hasil penelitian uji GC-MS Chorella sp.:
1. Hasil Uji GC_MS dari Mikroalga Chlorella sp.
Pengujian GC_MS digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa
kimia pada minyak mikroalga Chlorella sp. Uji GC_MS juga digunakan untuk
mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam mestil ester dari Chlorella sp.
Berikut hasil dari pengujian GC_MS dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Grafik diatas merupakan Kromatografi Gas Metil Ester dari Biodiesel


pada perbandingan mol reaktan 1:35 dengan suhu 60°C dan katalis 1,5 %. Dari
hasil data tersebut maka berbagai jenis metil ester yang ada pada biodiesel dapat
ditentukan, berikut data jenis metil ester pada biodiesel
Nama Senyawa % senyawa
metil ester palmitate 30,24
metil ester nonadecanoate 14,51
3,7,11,15-tetramethyl 11,50
Methil Palmitoleat 19,63

8
Methil Acachidonate 11,29
Dari data diatas dapat diketahui yang memiliki kandungan metil ester paling
banyak yaitu metil ester palmitate yakni sebesar 30,24%
2. Hasil Analisa Angka Setana Pada Biodiesel dari Chlorella sp

Grafik diatas merupakan parameter angka setana biodiesel Chlorella sp


dengan variasi konsentrasi katalis KOH pada suhu 60°C. Dari grafik diatas dapat
ditunjukkan bahwa karakteristik angka setana biodiesel dari mikroalga Chlorella
sp telah memenuhi karakteristik Standart Nasional Indonesia (SNI) mutu biodiesel
senilai 51, sedangkan angka setana biodiesel adalah 51,17-53,58 menurut grafik
diatas.
3. Hasil Analisa Angka Asam Pada Biodiesel dari Chlorella sp

Tabel diatas merupakan angka asam biodiesel Chlorella sp dengan variasi


perbandingan reaktan pada suhu 60° C. Menurut data pada tabel menunjukkan
bahwa karakteristik angka asam biodiesel dari Chlorella sp telah memenuhi syarat
yang ditetapkan. Hasil angka asam rata-rata menurut data pada tabel hampir
melebihi batas maksimal syarat mutu biodiesel menurut SNI-7182-2006, yaitu

9
sebesar 0,8 mg KOH/g minyak. Nilai angka asam yang tinggi akan menimbulkan
endapan dalam sistem bakar dan juga sebagai indikator bahwa bahan bakar
tersebut dapat digunakan sebagai pelarut yang nantinya dapat menurunkan
kualitas pada sistem bahan bakar.
3. Hasil Analisa Massa Jenis Biodiesel dari Chlorella sp

Grafik diatas merupakan data hasil pengaruh konsentrasi katalis basa


terhadap massa jenis biodiesel. Kenaikan konsentrasi katalis basa pada tahap
esterifikasi berpengaruh terhadap kenaikan massa jenis. Penggunaan katalis yang
berlebihan akan menyebabkan reaksi penyabunan sehingga muncul zat pengotor
yang dapat menyebabkan massa jenis biodiesel menjadi lebih besar.
4. Pengaruh Perbandingan Reaktan terhadap Konversi Reaksi

Dari data pada grafik diatas dapat diketahui bahwa kenaikan perbandingan
reaktan berdampak pada kenaikan konversi pada pembuatan biodiesel. Hal ini
terjadi karena pemakaian salah satu reaktan yang berlebihan sehingga
memperbesar kemungkinan terjadi tumbukan antara molekul zat yang bereaksi
dan membuat kecepatan reaksinya bertambah besar,

10
Sedemikian menurut data hasil Uji GC_MS telah terbentuk biodiesel
dengan kandungan utamanya metil ester palmiat sebesar 30,24%. Pada hasil
analisa angka setana biodiesel juga telah memenuhi karakteristik SNI mutu
biodiesel yakni sebesar 51 dan angka setana biodiesel adalah sebesar 51,17-53,58.
Pada hasil analisa angka asam biodiesel dari Chlorella sp juga telah memenuhi
syarat karena hasil angka rata-ratanya hampir melebihi batas maksimal syarat
mutu biodiesel menurut SNI-7182-2006, yaitu sebesar 0,8 mg KOH/g minyak.
Selain itu kenaikan konsentrasi katalis basa ternyata berpengaruh terhadap
kenaikan massa jenis biodiesel dan kenaikan perbandingan reaktan juga
berdampak pada kenaikan konversi pada pembuatan biodiesel.

Proses Konversi Mikroalga Menjadi Biodiesel

Penghancuran 
Ekstraksi minyak dapat berlangsung efisien jika dilakukan penghancuran
dinding sel mikroalga untuk membebaskan minyak yang terisolasi di dalam sel
sehingga bisa bereaksi dengan pelarut. Hal ini bertujuan untuk menganalisa suatu
teknik pemecahan dinding sel yang terbaik antara perlakuan menggunakan
sonicator dengan microwave pada proses ekstraksi minyak mikroalga Spirulina
sp. dan Chlorella sp.

Ektraksi minyak  
Pada proses ekstraksi minyak dapat dilakukan dengan cara menambahkan
n-hexane sebanyak 10 ml pada setiap botol kemudian didiamkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam, larutan n-hexane dari setiap botol sampel kaca gelap dipindahkan
ke dalam botol kaca bening untuk diuapkan. Setelah itu, amati ada atau tidaknya
pembentukan minyak yang nantinya akan ditandai dengan adanya bercak minyak
pada dinding botol. Minyak yang diperoleh lalu akan ditimbang untuk
membandingkan berat minyak dari masing-masing perlakuan dan kontrol.
Selanjutnya, akan dilakukan analisis data rendemen dengan prosedur perhitungan
mengacu pada AOAC (1995).
Ada beberapa metode ekstraksi yang dapat digunakan dalam ekstraksi minyak
dari mikroalga, diantaranya adalah : 

11
1. Metode mekanik
Pada metode mekanik, alga yang siap panen dikeringkan untuk mengurangi kadar
air. Selanjutnya dilakukan proses pengepresan dengan alat pengepres untuk
mengekstraksi minyak yang terkandung dalam alga.

2. Metode pelarut kimia


Minyak dari alga dapat di ekstraksi dengan menggunakan beberapa larutan kimia,
seperti benzena, eter, dan heksana.  Proses ekstraksi minyak tergantung pada
kepolaran pelarut, ukuran partikel, rasio pelarut dan partikel, temperature dan
waktu ekstraksi. Benzena dan eter dapat digunakan sebagai pelarut, namun
senyawa kimia yang sering digunakan yaitu heksena yang berada pada titik didih
antara 65-69°C  karena relatif lebih murah. Metode ini memiliki kelebihan
dibandingkan metode mekanik, yaitu menghasilkan minyak lebih banyak dan
membutuhkan biaya yang lebih kecil.

3. Osmotic Shock
Metode ini banyak digunakan untuk mengeluarkan komponen-komponen dalam
sel, seperti minyak alga. Dengan menggunakan metode ini, maka tekanan osmotic
dalam sel itu akan berkurang, sehingga dapat membuat sel pecah dan komponen
di dalam sel akan keluar.

Transesterifikasi 

Pada mikroalga terdapat asam lemak yang beraneka ragam salah satunya
bisa dimanfaatkan untuk biodisel. Biodisel sendiri adalah campuran dari alkali
ether dan asam lemak yang bisa diperoleh dari proses transesterifikasi minyak
nabati atau hewani. Sebelum minyak mikroalga dapat digunakan sebagai bahan
bakar (biodisel) maka perlu dilakukan proses transesterifikasi. Transesterifikasi
adalah proses pergantian alkohol dari suatu gugus ester (trigliserida) dengan ester
lain atau bisa juga diartikan sebagai proses pengubahan asam-asam lemak ke
dalam bentuk ester yang nantinya akan menghasilkan alkil ester dan gliserin yang
merupakan produk samping. Proses tersebut dikenal dengan proses alkoholisis.
Proses alkoholisis ini ialah reaksi yang biasanya berjalan dengan lambat tetapi
dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis (Indah, 2011). Reaksi
transesterifikasi dapat terjadi karena disebabkan oleh alkohol pada trigliserida
mengalami substitusi dengan alkohol monohidrat (metanol) sehingga membentuk
metil ester dan gliserol. Alkohol yang bisa digunakan sebagai pereaksi untuk
minyak nabati adalah metanol, tetapi juga dapat menggunakan etanol, isopropanol
atau butyl, namun, perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alkohol. Jika
kandungan pada air tinggi, maka akan mempengaruhi hasil biodiesel yang
kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigliserida tinggi. 

12
Pemisahan Biodisel dan Gliserin
Biodiesel adalah salah satu bioenergi (energi hayati) yang saat ini banyak
dikembangkan oleh para peneliti. Minyak yang diesterifikasi dengan metanol
ataupun etanol nantinya akan menghasilkan biodiesel dan produk sampingan
berupa gliserin yang bercampur dengan metanol ataupun etanol yang tidak
terkonversi oleh katalis dan air. Kadar gliserin kotor pada produk samping
tersebut dapat mencapai 10% dari total produk dan dianggap tidak bernilai guna.
Cara yang salah seperti pembakaran pada suhu rendah (280 derajat celcius) dapat
menyebabkan gliserin berubah menjadi acreloin yaitu senyawa yang memiliki
sifat plastik serta dapat mengiritasi paru-paru apabila terhirup. Sedangkan jika
pada kemurnian tinggi memiliki banyak manfaat. Pemurnian dapat dilakukan
dengan dua tahap proses, yaitu tahap penetralan menggunakan asam klorida dan
tahap pemisahan melalui proses distilasi. Variasi yang akan dilakukan pada tahap
penetralan adalah penambahan asam klorida pada rentang 4-7% terhadap 500 ml
bahan baku. Pada tahap akan pemisahan dilakukan proses distilasi pada suhu yang
bervariasi, yakni pada 75OC, 100OC, 110OC, 120OC. Kondisi optimum pada
tahap penetralan akan didapatkan pada saat penambahan 7% asam klorida
terhadap 500 ml bahan baku. Sedangkan kondisi operasi optimum dapat dicapai
pada suhu distilasi 110O Celcius. Kadar gliserin 71,34% diperoleh pada kedua
kondisi optimum dengan spesifikasi massa jenis 1,2596 gr/ml; viskositas 170 cP;
pH 5,16; serta indeks bias 1,45566. 

Pencucian
Yield crude biodiesel yang dihasilkan berasal dari proses transesterifikasi
selanjutnya akan disaring menggunakan corong buchner dengan bantuan pompa
vakum. Crude biodiesel yang terbentuk di lapisan atas dipisahkan dari metanol
dan gliserol pada lapisan bawah menggunakan corong pemisah. Lalu pada crude
biodiesel dilakukan pencucian dengan menggunakan aquades sebanyak 2 kali
yang selanjutnya dipisahkan antara crude biodiesel dengan aquades menggunakan
corong pemisah. 

V. KESIMPULAN

Manusia pada bebrapa tahun terakhir sering melakukan pengembangan terhadap


sumber energi terbarukan, dimana pada pembuatananya cenderung dapat
mengurangi emisi karbon, dan dapat membantu menghemat energi tidak
terbarukan, seperti minyak bumi, dan energi tidak terbarukan lainnya.

13
Salah satu bentuk energi terbarukan adalah biodesel yang terbuat dari bahan dasar
berupa Mikroalga, mikroalga mempunyai beberapa jenis, salah satunya adalah
Chlorella sp. Pada pembutan biodesel dari mikroalga melalui bebrapa tahapan
yang harus dilalui, yakni penghancuran, esktraksi minyak, transesteerifikasi,
pemisahan biodiesel dan gliserin, pencucian. Lalu terbentuklah biodiesel yang
bisa digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Astuti, J. T. (2010). BIODIESEL DARI MIKROALGA:


PERBANYAKAN BIOMASSA MELALUI PENAMBAHAN NUTRISI
SECARA BERTAHAP. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 160
- 168.

Oktavianus, S. (2018). Mikroalga: Sumber Energi Terbarukan Masa


Depan. Jurnal Kelautan, 95-103.

Sri Amini, d. (2010). PRODUKSI BIODIESEL DARI MIKROALGA


Botryococcus braunii. Squalen.
Panjaitan, R., & Asrim, W. O. M. (2017). Pembuatan Biodiesel Dari
Mikroalga Chlorella Sp. Dengan Metode Microwave-Assisted
Transesterification Secara In Situ (Doctoral dissertation, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember).

Purkan.2019.Potensi Mikroalga Indonesia Untuk Sumber Produksi


Biodiesel.Surabaya

Firman ramadhan.2021.Buku Panduan Praktikum Botani Laut


Tropis.Malang

14

Anda mungkin juga menyukai