Konsep blue economy sendiri tidak jauh berbeda dengan konsep green economy
dari segi lingkungan maupun pada aspek penekanan ekonomi. Perbedaan utama
blue economy dan green economy terletak pada fokus pembangunan ekonomi.
Green economy Indonesia ditopang oleh enam sumber energi terbarukan yaitu,
gelombang laut, panas bumi, bioenergi, air, angin, dan panas matahari. Untuk
mengoptimalkan energi terbarukan, pemerintah melakukan telah melakukan
berbagai upaya. Salah satunya dengan dibuatnya Peraturan Presiden Nomor 12
tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk
Penyediaan Tenaga Listrik.
Pada tahun 2020, target investasi EBT US$2,02 miliar dan hanya terealisasi US$
$1,36 miliar atau sekitar 70%. Tahun 2021 pemerintah menargetkan investasi
EBT sebesar US$ 2,04 miliar, namun target kembali tidak tercapai dan hanya
terealisasi US$1,51 miliar atau 74%. Pada tahun 2022, pemerintah menaikan
target investasi EBT mencapai US$3,93 miliar dan baru berhasil terealisasi
US$0,67 miliar atau 16,9% hingga Juni 2022.
Ke depannya, kamu bisa membeli Sukuk melalui platform ECF yang sudah
menjadi securities crowdfunding (SCF). Securities crowdfunding pada pada
dasarnya merupakan penyempurnaan dari sistem equity crowdfunding yang
sebelumnya hanya efek dalam bentuk saham yang ditawarkan dan kemudian
berkembang menawarkan efek yang lebih beragam seperti Sukuk, obligasi,
saham, dan saham syariah.
Konsep pembangunan berkelanjutan sudah lama menjadi perhatian para ahli. Namun, istilah
keberlajutan (sustainability) baru muncul beberapa dekade lalu. Walau demikian, perhatian
terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus (1798) mengkhawatirkan ketersedian lahan
di Inggris akibat ledakan penduduk yang pesat.
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan dengan
tetap berusaha tidak melampaui ekosistem pendukung kehidupannya. Dewasa ini masalah
pembangunan berkelanjutan telah dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus disosialisasikan
di tengah masyarakat.
Faktor pertama menyangkut alasan moral. Generasi kini menikmati barang dan jasa yang
dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan, sehingga secara moral perlu untuk
memerhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi mendatang. Kewajiban
moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya alam yang dapat merusak
lingkungan, serta dapat menghilangkan kesempatan bagi generasi mendatang untuk menikmati
layanan serupa.
Faktor kedua, menyangkut alasan ekologi, Keanekaragaman hayati misalnya, memiliki nilai
ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan pada
kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan semata yang pada akhirnya dapat
mengancam fungsi ekologi.
Faktor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatikan aspek keberlanjutan adalah alasan
ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak diketahui
apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan, seperti
kita ketahui, bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering
aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan
antargenerasi (intergeneration welfare maximization).
Ekologi industrial
adalah studi tentang sistem industri yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menerapkan
strategi terbaik untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Industri seperti pabrik
manufaktur dan energi, mengekstraksi bahan mentah dan sumber daya alam dari bumi dan
mengubahnya menjadi produk dan layanan yang memenuhi permintaan penduduk. [1][2]
Ekologi industri bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan industri dengan memeriksa
aliran material dan energi dalam produk, proses, sektor industri, dan ekonomi. Ekologi industri
memberikan perspektif jangka panjang, mendorong pertimbangan pengembangan keseluruhan
baik teknologi maupun kebijakan untuk pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dan
perlindungan lingkungan di masa depan
Pada dasarnya ekologi industri merupakan suatu pendekatan manajemen lingkungan dimana suatu
sistem tidak dilihat secara terpisah dengan sistem sekelilingnya tetapi merupakan bagian utuh yang
saling mendukung dalam rangka mengoptimalkan siklus material ketika suatu bahan baku diproses
menjadi produk. Ekologi industri dirancang agar suatu sistem dapat berintegrasi antar industri
menyerupai ekosistem yang ada di alam, sehingga interaksi antar industri dalam sistem ekologi
industry berlangsung secara alam.
Ide ekologi industry dianologikan dengan sistem ekologi alam, yang biasanya digerakkan oleh energi
matahari, ekosistem, termasuk di dalamnya hubungan mutualisme antar berbagai jasad renik dan
lingkungan sekitarnya dimana terjadinya pertukaran material melalui suatu siklus besar. Idealnya
sistem yang dibangun dalam ekologi industri juga mengikuti siklus seperti itu, di mana aliran energi,
material dan penggunaan sampah hasil olahannya dapat dibentuk dalam suatu siklus tertutup,
sehingga dapat mengefisiensikan penggunaan sumberdaya alam, bahkan bisa
melengkapi/memperkaya sumber daya alam itu sendiri.
Di Indonesia belum banyak dikembangkan sumber energi baru yang berasal dari limbah atau buangan
industri lain dalam suatu kerangka ekologi industri. Energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan
oleh teknologi baru baik yang berasal dari energi terbarukan maupun energi tak terbarukan antara lain
hidrogen, coal bed methane, batubara yang dicairkan (liquefied coal), gasifikasi batubara (gasified
coal) dan nuklir; sedangkan energy terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya
energy yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara
lain panas bumi, bahan bakar nabati (biofuel), arus sungai, energi surya, energi angin, biomasa, dan
energi laut.
G20 Development Ministerial Meeting (DMM) 2022 Side Event yang bertajuk “The Development of
Indonesia's Blue Economy Roadmap” di Belitung, pada 7-8 September 2022. Deputi Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menekankan, agenda tersebut berperan
penting bagi penyusunan Peta Jalan Ekonomi Biru Indonesia, sebagai tindak lanjut dari Kerangka
Pembangunan Ekonomi Biru Indonesia yang telah diluncurkan tahun lalu. “Ini adalah kesempatan untuk
menegaskan besarnya potensi ekonomi laut Indonesia yang jika dimanfaatkan secara maksimal, akan
berkontribusi signifikan bagi pemulihan dan transformasi ekonomi bangsa, utamanya untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, produktivitas, dan nilai tambah bagi perekonomian,” ucap Deputi Amalia di
Belitung, Selasa (6/8).
Side Event tersebut mengusung tiga tujuan. Pertama, mengusulkan dan mempromosikan Peta Jalan
Ekonomi Biru sebagai salah satu solusi untuk mendukung transformasi ekonomi di tingkat nasional.
Kedua, menjadi wadah untuk mempelajari praktik terbaik dan kisah sukses negara-negara yang
mewujudkan Ekonomi Biru. Ketiga, membangun kolaborasi potensial dalam desain dan implementasi Peta
Jalan Ekonomi Biru Indonesia. “Strategi Ekonomi Biru yang inklusif dan berkelanjutan diharapkan dapat
dirancang untuk menyejahterakan masyarakat mengingat Indonesia merupakan negara maritim yang
potensi lautnya sangat besar untuk dikelola,” tutur Deputi Amalia.
Tiga tujuan tersebut selaras dengan Prioritas 1 G20 Development Working Group, yakni Strengthening
Recovery from the Covid-19 Pandemic and Ensuring Resilience in Developing Countries, Underdeveloped
Countries, and Archipelagic Countries through the three key pillars of Micro, Small, Medium Enterprises;
Adaptive Social Protection; and Low-Carbon Green and Blue Economies. Prioritas tersebut menjadi
fondasi bagi salah satu deliverables dalam DMM 2022, yakni the G20 Roadmap for Stronger Recovery
and Resilience in Developing Countries, Least Developed Countries (LDCs), and Small Island Developing
States (SIDS). Indonesia mendorong negara-negara G20 untuk mendukung aksi bersama dalam
memprioritaskan pembangunan ekonomi hijau dan ekonomi biru yang rendah karbon di negara
berkembang, terutama dari sisi perencanaan, peningkatan kapasitas, serta penyusunan rencana aksi terkait
pembiayaan dan investasi.
Kementerian PPN/Bappenas tengah menyusun Peta Jalan Ekonomi Biru Indonesia dengan dukungan dari
mitra lokal dan internasional, termasuk UN Resident Coordinator, International Labour Organization, UN
Environment Programme, ARISE+ Indonesia, dan EcoNusa Foundation. Peta jalan tersebut berupaya
untuk menjembatani transisi ke ekonomi biru yang lebih berkelanjutan melalui konservasi dan penggunaan
sumber daya laut dan pesisir yang bertanggung jawab untuk memberi manfaat bagi generasi mendatang,
serta menjadi pedoman kebijakan dan program untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045, termasuk harapan
untuk keluar dari middle-income trap sebelum 2045.
The Development of Indonesia's Blue Economy Roadmap Side Event turut menghadirkan para pembuat
kebijakan di Indonesia, baik kementerian/lembaga, pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Bangka
Belitung, asosiasi, perguruan tinggi, hingga lembaga swadaya masyarakat yang berkecimpung dan terlibat
dalam bidang yang termasuk dalam sektor ekonomi biru. Selain itu, hadir pula berbagai perwakilan
lembaga internasional, serta perwakilan delegasi dan kedutaan besar, utamanya dari negara G20, untuk
membahas pengembangan Peta Jalan Pembangunan Ekonomi Biru Indonesia serta memberikan lesson-
learned dari negara yang telah mengembangkan peta jalan serupa