Anda di halaman 1dari 11

LOMBA ESAI MONTION

TINGKAT NASIONAL TAHUN 2023


GREEN ECONOMY SEBAGAI WAJAH BARU
EKONOMI INDONESIA DI TENGAH KRISIS
EKONOMI GLOBAL

Disusun Oleh:
Muhammad Ilham Setya Deva, (F0220088)
Fitri Binawati, (F0220060)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


KOTA SURKARTA
2023
FORMULIR SUBMIT KARYA
MONTION 2023

Asal Perguruan Tinggi Universitas Sebelas Maret

Ketua Tim

Nama Lengkap Muhammad Ilham Setya Deva

NIM F0220088

Jurusan/Fakultas Manajemen/Ekonomi dan Bisnis

Email ilhamdeva30@gmail.com

No. Telepon 085157111060

Scan KTM

Nama Anggota 1

Nama Lengkap Fitri Binawati

NIM F0220060

Jurusan/Fakultas Manajemen/Ekonomi dan Bisnis

Email fitribinawati88@gmail.com

No. Telepon 081243561572

Scan KTM
Green Economy sebagai Wajah Baru Ekonomi Indonesia
di Tengah Krisis Ekonomi Global

Kegiatan ekonomi semakin maju. Itu menjadi lebih berskala besar dan
beragam. Munculnya masalah lingkungan merupakan akibat dari ekspansi
ekonomi yang seringkali terbatas pada faktor alam. Oleh karena itu, perlu
mempertimbangkan fakta ini saat menerapkan kebijakan sosial dan ekonomi baik
di tingkat internasional maupun nasional.
Salah satu tanggapan terhadap transformasi global alam dan ekonomi
global dirumuskan pada Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro pada tahun 1992, ketika
perwakilan dari negara-negara peserta menguraikan dan mengadopsi strategi
untuk pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, dokumen ekonomi hijau merupakan gagasan terkait ketahanan
lingkungan sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup semua orang yang
hidup di lingkungan ekologis planet ini. Kamar Dagang Internasional memandang
ini sebagai model untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan perlindungan
lingkungan, yang bersama-sama dipromosikan dan pada saat yang sama
mendorong kemajuan sosial. Ben Glasson mendefinisikan gagasan ini sebagai
agenda radikal yang mengancam struktur kekuasaan yang ada dan skeptisisme
fundamentalnya tentang memaksimalkan keuntungan di masa depan. 
Ekonomi hijau merupakan perpanjangan dari strategi ekonomi biasa,
yang meliputi, antara lain, alokasi modal dan tujuan kualitas lingkungan. Penulis
lain melihat dalam konsep ini sebagai katalisator untuk menciptakan kondisi
ekonomi yang mempromosikan keadilan sosial dan lingkungan untuk kepentingan
semua manusia, bukan manusia, alam, dan sistemnya. Konsep ekonomi hijau
didefinisikan sebagai investasi pada sektor ekonomi yang meningkatkan sumber
daya alam, seperti energi terbarukan, transportasi rendah karbon, bangunan hemat
energi, teknologi bersih, pengelolaan limbah yang lebih baik, peningkatan
pasokan air bersih, dan pertanian, kehutanan, dan perikanan berkelanjutan. .
melestarikan sumber daya alam bumi dan mengurangi risiko lingkungan. Untuk
mencapai tujuan ini, baik kebijakan nasional maupun pengembangan kebijakan
internasional dan infrastruktur pasar harus didefinisikan dengan jelas. Secara
global, pedoman penerapan konsep Ekonomi Hijau telah berkembang secara
signifikan. Reformasi pajak, peraturan lingkungan, standar, skema sertifikasi,
pembayaran untuk jasa ekosistem, pengelolaan sumber daya alam terpadu, dan
instrumen keuangan untuk mendukung praktik dan investasi berkelanjutan
hanyalah sebagian dari inisiatif tersebut. 
Dalam dekade terakhir, gagasan ekonomi hijau semakin menarik bagi
para pembuat keputusan. Namun, ekonomi hijau mencakup banyak konsep
berbeda yang tidak selalu jelas terkait dengan pembangunan berkelanjutan. Dalam
artikel ini, kami fokus pada pendefinisian ekonomi hijau dan konsep-konsep
terkait dan mengevaluasi konsep-konsep ini terhadap kriteria keberlanjutan yang
kuat dan lemah. Konferensi Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) pada tahun 1992, yang diadakan di Rio de Janeiro, secara resmi
mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan, yang didefinisikan dalam
Laporan Brundtland sebagai "pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang "beresiko menemui
mereka" menentukan kebutuhan mereka sendiri" (Komisi Dunia untuk
Lingkungan dan Pembangunan, 1987). Dua puluh tahun kemudian, konferensi
Rio+20 mengembangkan konsep “ekonomi hijau” (Barbier, 2012). Organisasi
internasional seperti Bank Dunia (2012) dan Program Lingkungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNEP, 2011a) melihat konsep populer ini sebagai jalan menuju
pembangunan berkelanjutan. 
Di tengah pandemi Covid-19 ini tidak dapat dipungkiri bahwa semua
tatanan di Indonesia bahkan di dunia mengalami masalah yang serius. Tak hanya
masalah kesehatan yang tengah dihadapai saat ini, pandemi Covid-19 juga
melumpuhkan roda perokonomian yang diklaim sabagai krisis ekonomi Global.
Tak terkecuali Indonesia sebagai negara berkembang merasakan dampak kirisis
ekonomi di tengah pandemi Covid-19 ini.
Krisis ekonomi Global sendiri telah terjadi sejak tahun 2008 yang
berlajut hingga tahun 2013, kemudian diperparah dengan adanya virus Corona
dan musim pandemi Covid-19 ini. IMF memprediksi output ekonomi dunia tahun
ini akan menyusut hampir 5%, atau hampir 2% lebih buruk dari perkiraan yang
dirilis pada bulan April 2020.
Berbagai faktor menjadi penyebab dari krisis ekonomi ini. Satu
diantaranya adalah Covid-19 sebagai dari biang dari krisis ini. Dengan adanya
virus ini sebagian besar negara mengambil langkah untuk memberlakukan
karantina wilayah atau lockdown dan jaga jarak (physical ditancing) antar warga.
Sangat disayangkan di sejumlah negara yang memberlakukan sistem semacam ini
berbalik menjelma sebagai malapetaka yang berdampak pada berbagai sektor
terlebih sektor perekonomian, termasuk di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Menyatakan bahhwa pada triwulan ketiga
ini pertumbahan Indonesia berada di kisaran 0% hingga -2%. Dengan data
tersebut Indonesia tidak bisa memandang sebelah mata, hal ini menjadi tantangan
yang nyata. Para ekonom menilai dari adanya kondisi deflasi yang terjadi pada
tahun 2020 sangar wajar karena masuknya pandemi yang dimana deflasitidak
hanya disebabkan adanya indeks dari Harga Konsumen (IHK) yang mengalami
penurunan tetapi disebabkan tingginya tingkat pengangguran (Ratna Pratiwi,
2022). Krisis Ekonomi global di Indonesia telah menunjukan adanya tanda-tanda
inflasi. Selain itu masih banyak dampak yang terjajadi, bertambahnya
pengangguran karena pemutusan hubungan kerja, banyak siswa yang putus
sekolah,dll. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengatasi krisis tersebut untuk
mencegah dampaknya yang begitu luas.
Menurut UNEP, realisasi ekonomi hijau tercermin dari peningkatan
investasi publik dan swasta di sektor industri, peningkatan kuantitas dan kualitas
lapangan kerja di sektor industri, peningkatan PDB sektor industri dan
pertumbuhan ekonomi. penggunaan energi maupun sumber daya per unit
produksi, penurunan konsentrasi karbondioksida dan polusi atau PDB serta
penurunan konsumsi yang menghasilkan banyak limbah. Dimensi internasional
dari kebijakan promosi ekonomi hijau mencakup perjanjian perdagangan
multilateral dan bilateral untuk barang dan jasa terkait lingkungan, bantuan
internasional untuk mendukung pelaksanaan ekonomi hijau, aktivasi pasar karbon
global dan pengembangan ekosistem global. pasar.
Dalam Green Economy pengembangan dan transfer teknologi, yang
membutuhkan koordinasi hijau dan internasional dalam implementasi paket
stimulus. UNEP telah mengembangkan program GEI yang dirancang untuk
membantu negara-negara menghijaukan ekonomi mereka dengan merencanakan
kebijakan, investasi, dan pengeluaran pemerintah di bidang-bidang seperti
teknologi bersih, energi terbarukan, penggunaan air, transportasi ramah
lingkungan, pengelolaan limbah, pertanian dan kehutanan berkelanjutan, dan
penggunaan dengan sengaja. 
Tujuan GEI adalah untuk mendorong dan mendukung negara-negara
untuk berinvestasi dalam ekonomi hijau untuk kepentingan umat manusia,
terutama yang miskin dan rentan karena kepentingan ekonomi dan lingkungan.
GEI berfokus pada hubungan positif antara pembangunan hijau dan pertumbuhan
ekonomi/penciptaan lapangan kerja atau pengentasan kemiskinan. 
Sejumlah pakar menilai gagasan Green economy atau ekonomi hijau
dapat menjadi penyelesaian untuk mengahadpi krisi ekonomi akibat Covid-19.
Green eonomy diharapkan menjadi wajah baru di perekonomian di Indonesia.
Green economy sendiri merupakan suatu gagasan pembangunan ekonomi yang
didasarkan pada pembangunan berkelanjutan yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan dan sekaligus mencegah kerusakan alam sebagai aset di masa
depan. Bahkan green economy ini tidak hanya dapat diterapkan di satu sektor,
tetapi di berbagai maccam sektor, seperti Industri Hijau yang telah diterapkan oleh
Kementerian Perindustrian.
Green economy yang diterapkan saat ini akan sangat membantu dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi, bahkan tidak hanya pada tahun ini,
beberapa tahun kedepan green economy akan menjadi sistem perokonomian
Indonesia yang lebih baik. Dilihat dari berbagai sudut pandang green economy
mampu meningkatkan dan memperbaiki pertumbuhan ekonomi di Indonesia
secara bertahap, dengan tetap memperhatikan efek terhadap lingkungan maupun
alam Indonesia. Seperti kita ketahui Indonesia merupakan salah satu negara
dengan sumber daya alama terbesar di dunia saat ini.
Selain itu, green economy yang diterapkan mampu membuat sumber
daya alam dan sumber daya manusia teroptimalisasi. Dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pun akan meningkat dari tahun ketahun.
Seiring berjalannya waktu kualitas taraf hidup, kesehatan, dan pendidikan akan
meningingkat dimana kesejahteraan masyarakat akan meningkat pula yang tentu
akan menurunkan angka kecemburuan sosial. Imbasnya angka kejahatan juga
menurun akibat dari mengecilnya angka ketimpangan sosial. Untuk mendukung
dari terwujudnya pelaksanaan green economy maka dapat dilakukannya dengan
cara melakukan Digitalisasi terhadap pihak UMKM, ketahanan pangan, penguatan
Arsitektur Kesehatan Global dan Transisi dari Energi Berkelanjutan (Hutagaol et
al., 2022). Dalam penerapan green economy terdapat empat tantangan yang harus
dihadapi yaitu munculnya paradigma ekonomi konvensional, ekonomi politik,
domestic policy space, dan komitmen (Hayfaza, 2022). Akan tetapi hal tersebut
dapat dihadapi dengan melakukannya suatu perencanaan, melakukan monitoring,
dan melakukan kontol terhadap target yang akan dicapai kedepannya.
Oleh karena itu kebijakan green economy merupakan salah satu
kebijakan yang tepat diberlakukan pada mas pandemi Covid-19 ini bahkan tahun-
tahun sealanjutnya. Disamping diandalkan untuk memecahkan masalah, green
economy dapat menjadi upaya pemerintah dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan dan alam Nusantara. Menurut Muslimah et al., 2019, keunungan yang
akan diperoleh dari adanya penerapan green economy yaitu dari segi bidang
teknologi, ekonomi, dan lingkungan. Dari adanya penggunaan teknologi yang
semakin maju saat ini sudah pasti memudahkan masyarakat dalam melakukan
suatu pemanfaatan contohnya untuk usahanya. Dalam penggunaan green economy
memberikan suatu keuntungan terbaik bagi masyarakat, dalam jangka panjang dan
memberikan pandangan baru yang inovatif untuk mencapai tujuannya. Adanya
penerapan kebijakan green economy dapat lakukan dengan cara melakukan
kebijakan dalam menurunkan emisi polutan udara, membatasi penggunaan dari
energi, dan intensitas dari karbon ekonomi, hingga mengurangi adanya abstraksi
air tawar, dan memperluas jumlah Kawasan yang dilindungi (Anwar, 2022).
Bagi negara berkembang, konsep pertumbuhan hijau dapat diterima
secara politik sepanjang memberikan kontribusi positif terhadap upaya
pengurangan kemiskinan dan pencapaian Millennium Development Goals,
termasuk dampak perubahan iklim. Upaya pengendalian perubahan iklim dengan
mengurangi gas rumah kaca memberikan berbagai dampak positif bagi kehidupan
masyarakat, seperti pengembangan sumber energi terbarukan yang berdampak
pada pengurangan polusi udara dan kesehatan manusia. Itulah sebabnya negara-
negara berkembang memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai
pertumbuhan hijau global. Oleh karena itu, perlu dirumuskan berbagai kebijakan
untuk menerapkan ekonomi hijau guna menciptakan lingkungan yang lebih baik
bagi kelangsungan hidup manusia. 
Pertumbuhan hijau, ekonomi hijau dan keberlanjutan adalah tiga topik
yang saling terkait. Ekonomi hijau dapat didefinisikan sebagai rendah karbon,
hemat sumber daya dan inklusif secara sosial. Program Pertumbuhan Hijau
mendukung Indonesia dalam menerapkan pertumbuhan ekonomi hijau yang
mengurangi kemiskinan dan memastikan inklusi sosial, kelestarian lingkungan
dan efisiensi sumber daya. Operasi hijau dan berkelanjutan tidak hanya
bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga membantu membuat bisnis lebih sukses
dan menguntungkan. 
Pertumbuhan hijau kuat tetapi juga ramah lingkungan dan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif secara sosial. Tidak seperti model pembangunan
tradisional yang didasarkan pada praktik yang tidak berkelanjutan seperti
penipisan dan penghancuran sumber daya alam, pertumbuhan hijau adalah
gerakan terkoordinasi yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi, kelestarian
lingkungan, pengentasan kemiskinan, dan inklusi sosial, didorong oleh
pengembangan dan penggunaan sumber daya global. secara berkelanjutan.
Program Pertumbuhan Hijau bertujuan untuk merancang dan mengembangkan
proyek dan kegiatan ekonomi hijau yang secara langsung dapat memungkinkan
akses yang lebih baik dan lebih berkelanjutan ke layanan dan sumber daya penting
dan menciptakan pekerjaan hijau, sambil memastikan konservasi, kemiskinan dan
inklusi sosial.
Pertumbuhan hijau atau ereen erowtm adalah pertumbuhan ekonomi
yang berkontribusi terhadappenggunaan modal alam secara bertanggung
jawab, mencegah dan mengurangi polusi, dan menciptakan peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan dengan membangun
ekonomi hijau (ereen economy), dan akhirnya memungkinkan pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan adengan tau dikenal sustainable development.
Maka, ketiga istilah ini tidak dapat dipisahkan: pertumbuhan hijau, ekonomi hijau,
pembangunan berkelanjutan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Negara Kesatuan Republik Indonesia
telah menerapkan kebijakan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Untuk itu, sumber daya Indonesia harus digunakan secara lokal. Ketika
sumber daya alam digunakan secara berlebihan dan dieksploitasi secara tidak
bertanggung jawab, eksploitasi menyebabkan degradasi sumber daya lingkungan
lebih lanjut melalui perilaku manusia. Selain itu, ancaman pemanasan global
semakin memperlemah kelestarian Bumi untuk memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan umat manusia. Sebagai pengakuan atas adanya masalah lingkungan,
konsep keberlanjutan diciptakan. Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini dengan tetap memperhatikan
kebutuhan generasi yang akan datang. Konsep ini tidak hanya berfokus pada isu
lingkungan, tetapi juga mencakup tiga bidang politik, yaitu pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan.  
Negara Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya
alam yang melimpah. Namun dibalik kekayan tersebut, Indonesia juga negara
dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kita sebagai masyarakat
Indonesia sejatinya harus bisa menjaga kekayaan sumber daya alam untuk
generasi mendapatang. Sinergi anatara pemerintah dan masyarakat dengan
perananya masing-masing dibutuhkan demi kelestarian sumber daya alam di bumi
Indonesia.

 
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. (2022). Green Economy Sebagai Strategi Dalam Menangani Masalah


Ekonomi Dan Multilateral. Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara (PKN),
4(1S), 343–356. https://doi.org/10.31092/jpkn.v4i1s.1905
Barbier, E. B. (2016). Building the green economy. Canadian Public Policy,
42(1), S1–S9. https://doi.org/10.3138/cpp.2015-017
Ehresman, T. G., & Okereke, C. (2015). Environmental justice and conceptions of
the green economy. International Environmental Agreements: Politics, Law
and Economics, 15(1), 13–27. https://doi.org/10.1007/s10784-014-9265-2
Hayfaza. (2022). Mengupas Tuntas Peluang dan Tantangan Ekonomi Hijau.
Henderson, H. (2007). Growing the green economy - Globally. International
Journal of Green Economics, 1(3–4), 276–298.
https://doi.org/10.1504/IJGE.2007.013060
Hutagaol, Y. R. T., Sinurat, R. P. P., & Shalahuddin, S. M. (2022). Strategi
Penguatan Keuangan Negara Dalam Menghadapi Ancaman Resesi Global
2023 Melalui Green Economy. Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara (PKN),
4(1S), 378–385. https://doi.org/10.31092/jpkn.v4i1s.1911
Irawati, D., Onggo, S., & Kennet, M. (2013). Editorial: The green economy for
sustainable development in Indonesia - The challenges and opportunities of a
multidisciplinary approach. International Journal of Green Economics, 7(1),
1–5.
Loiseau, E., Saikku, L., Antikainen, R., Droste, N., Hansjürgens, B., Pitkänen, K.,
Leskinen, P., Kuikman, P., & Thomsen, M. (2016). Green economy and
related concepts: An overview. Journal of Cleaner Production, 139, 361–
371. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.08.024
Masdar, R., Husna, Jurana, Amborowatie, R., Meldawaty, L., Tenripada, Mursali,
M. I., & Naida, N. (2022). Implementation of a Sustainable green economy
in Indonesia: A Literature Review. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 1075(1), 0–8. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/1075/1/012056
Muslimah, E., Abdullah, I., Suparman, S., Yanuwiadi, B., & Riniwati, H. (2019).
Pendekatan Green Ergonomic di UKM Batik X. Seminar Nasional IENACO,
ISSN: 2337, 89–93.
Ratna Pratiwi, Y. (2022). Pemulihan Perekonomian Indonesia Setelah Kontraksi
Akibat Pandemi Covid-19. Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Vertakova, Y., & Plotnikov, V. (2017). Problems of sustainable development
worldwide and public policies for green economy. Economic Annals-XXI,
166(7–8), 4–10. https://doi.org/10.21003/ea.V166-01

Anda mungkin juga menyukai