Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN KEUANAGAN DAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

“PENGEMBANGAN PRODUK KEUANGAN HIJAU”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

1. Arina Kamelia Martin (1906511103)


2. Yuniarti Purwaningsih (1906511009)
3. Petronella Mariana Napitupulu (1906511111)
4. Emmya Maria Pepayosa Br Ginting (1906511068)
5. Meijididah Br Barus (1906511139)
6. I Ketut Yudi Arsayana (1806511050)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dewasa ini berbagai negara dihadapkan pada masalah degradasi sumber alam, seumber daya
energi, lingkungan, dan sumber daya pangan. Eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan
semakin memperburuk sumber daya lingkungan karena perilaku umat manusia yang tidak ramah
lingkungan. Sementara itu, ancaman akibat perubahan iklim dan pemanasan global semakin
mengurangi sustainabilitas burni dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan umat manusia di
dunia.

Bercermin pada kondisi di atas, kini mulai dikembangkan pendekatan Keuangan Hijau.
Keuangan hijau adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada usaha terkait keuangan yang
bertujuan untuk menciptakan dan mendistribusikan produk serta layanan keuangan yang
mendorong investasi ramah lingkungan dan pengembangan ekonomi berkelanjutan. Hal ini
dapat menjadi salah satu model pembangunan ekonomi yang tidak lagi mengandalkan
eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan.

1.2 Tujuan
Pembuatan Paper yang berjudul " Pengembangan Produk Keuangan Hijau " bertujuan untuk
memberi informasi mengenai apa itu keuangan hijau secara lebih luas dan cara kerjannya dalam
mempengaruhi perekonomian.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keuangan Hijau

2.1.1 Pengertian

Keuangan hijau memadukan dunia keuangan dan bisnis dengan perilaku ramah
lingkungan. Keuangan hijau adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada usaha terkait
keuangan yang bertujuan untuk menciptakan dan mendistribusikan produk serta layanan
keuangan yang mendorong investasi ramah lingkungan dan pengembangan ekonomi
berkelanjutan. Keuangan hijau mencakup semua keputusan yang diambil oleh badan swasta
maupun publik (misalnya bisnis, bank, pemerintah, organisasi internasional, dll.) dalam
mengembangkan, mempromosikan, mengimplementasikan, dan mendukung proyek dengan
dampak berkelanjutan melalui kegiatan keuangan.

Menurut hasil analisis ADB (Asian Development Bank), negara berkembang di Asia
membutuhkan sekitar 1,7 triliun dollar setiap tahunnya untuk pembangunan infrastruktur berupa
transportasi, listrik, telekomunikasi, air dan yang lainnya. Jika negara-negara Asia ingin
mencapai pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan PBB, maka harus menerapkan
konsep keuangan hijau.

2.1.2 Konsep Keuangan Hijau

Konsep keuangan hijau merupakan suatu konsep yang relatif baru, namun konsep ini
sejatinya merupakan pengembangan dari suistainable development. Pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup sangat populer di gunakan di negara negara barat. Konsep
ini susah lama di jalankan pemerintah indonesia yang dikenal dengan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga


pembangunan harus didasarkan pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (suistainable
development),yakni pembangunan yang berprinsip pada pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Laporan ini mendefinisikan
pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Didalam gagasan tersebut terkandung dua gagasan penting yaitu :

Pertama, gagasan kebutuhan khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia yang harus di
berikan prioritas utama.

Kedua, gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial
terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.

Selanjutnya konsep pembangunan berkelanjutan dibangun dengan 3 pilar utama yang secara
seimbang saling tergantung dan saling memperkokoh yaitu, ekonomi,sosial, dan lingkungan.
Melalui tiga pilar ini diharapkan pembangunnan akan berimplikasi setidaknya pada 3 hal yaitu:

1. Produksi harus dilakukan dengan menggunakan sumber alam yang seefisien mungkin.
2. Pertumbuhan ekonomi harus tersebar dan mempunyai dampak terhadap lingkungan yang
di kelola secara seimbang.
3. Konflik kepentingan dalam penggunaan sumber alam harus di kelola secara baik dan adil
agar menghasilkan produksi yang memberikan kemanfaatan maksimal.

Menurut Permen (1996) dan Fauzi (2004) setidak nya da 3 alasan utama mengapa ekonomi
harus berlanjut

1. Menyangkut alasan moral


2. Menyangkut alasan ekologi
3. Menyangkut alasan ekonomi

2.1.3 Produk Keuangan Hijau.

Produk keuangan hijau yaitu perbankkan dimana Green finance atau keuangan hijau akan
membantu mengatasi keuangan pasar dan sistem keuangan lainnya, termasuk beberapa hal di
bawah ini:

 Biaya dan manfaat kegiatan ekonomi atau disebut ekternalitas seperti polusi udara dan
air, tidak diinternalisasi dalam sistem penetapan harga
 Bank biasanya tidak berkenan untuk memberikan pinjaman untuk proyek infrastruktur
berkelanjutan dalam jangka panjang
 Beberapa investor yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial tidak
mengetahui tempat atau perusahaan untuk berinvestasi, karena kurang informasi
 Investor tidak memiliki data atau alat untuk menganalisa investasi dalam proyek ramah
lingkungan

Beberapa masalah di atas bisa diatasi dengan menerapkan green finance serta membantu
mengubah pola pikir dan perilaku orang. Bank juga dapat meminta pertanggungjawaban atas
kerusakan lingkungan dari perusahaan yang mereka pinjami. Konsep ini disebut dengan ‘lender’s
liability’ atau kewajiban pemberi pinjaman.

2.1.4 Pengembangan Produk Keuangan Hijau

Telah dijelaskan pada pokok bahasan sebelumnya bahwa contoh dari produk keungan
hijau salah satunya adalah pada perbankan. Kesadaran masyarakat dan perbankan Indonesia pada
umumnya terhadap produk keuangan hijau masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari produk-
produk yang dikembangkan oleh perbankan, secara umum masih dalam bentuk konvensional dan
program-program yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan hal tersebut baru pada bentuk
tanggung jawab sosial saja, dan belum menyentuh pada akar masalah, dimana hal ini akan
menjadi sangat penting, karena sesuai dengan POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan
Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten,dan Perusahaan Publik, Produk
dan/atau Jasa Keuangan Berkelanjutan, institusi keuangan wajib menerapkan konsep keuangan
berkelanjutan secara bertahap, dimulai pada tahun 2019, untuk Bank BUKU 3, 4 dan Bank Asing
dan seterusnya untuk Bank BUKU 1 dan 2, BPR, serta semua Lembaga jasa keuangan yang ada
di Indonesia, sampai dengan tahun 2024.

Sejak diberlakukannya POJK tersebut pada bulan Juni 2017, maka Perbankan di
Indonesia sudah seharusnya mulai mengembangkan produk keuangan hijau. Beberapa cara yang
dapat dilakukan oleh Perbankan dalam rangka mengembangkan produk keuangan hijau
diantaranya adalah dengan menambahkan fitur pada produk konvensional dengan fitur yang
mendukung penerapan keuangan berkelanjutan, misalnya: untuk produk KPR, maka Bank perlu
melakukan potongan biaya dan bunga yang lebih rendah, manakala nasabah mengajukan KPR
untuk pembelian rumah yang ramah lingkungan (green building). Selain itu, Bank juga dapat
membiayai pembelian kendaraan bermotor yang ramah lingkungan, Low Cost Green Car
(LCGC) dengan tenor dan bunga yang spesial, lebih rendah dibandingkan dengan produk-produk
lainnya, dan selanjutnya. Bank juga dapat mendorong nasabah untuk melindungi produk yang
dibiayai dengan menggunakan asuransi yang menggunakan prinsip keuangan berkelanjutan
(green insurance) dimana tingkat premi yang diberikan memiliki nilai yang khusus, selain lebih
rendah juga memberikan perlindungan yang lebih baik. Strategi pengembangan dan pemasaran
produk keuangan hijau dapat dijalankan dengan langkah-langkah berikut :

1. Melakukan Green Branding


Bank perlu mengembangkan pendekatan branding yang terstruktur untuk produk
keuangan hijau yang akan dipasarkannya. Bank tidak boleh lagi menyepelekan kekuatan
brand (merek), karena saat ini brand dapat menjadi kekuatan yang tak ternilai.
2. Melakukan Promosi dan Sosialisasi
Promosi dan sosialisasi produk keuangan hijau dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat konsumen akan pentingnya produk keuangan hijau, informasi harga dan
layanan serta fitur-fitur menarik yang melekat pada produk-produk tersebut.

3. Melakukan Riset Pasar dan Riset terhadap Pemangku Kepentingan


Hal ini dapat membantu Bank dalam melakukan analisis terhadap kebutuhan serta
keinginan segmen konsumen tertentu untuk berkontribusi dalam usahausaha pelestarian
lingkungan dan hasil riset juga dapat dijadikan kajian bagi pemangku kepentingan dalam
menawarkan pilihan dan memberikan rekomendasi produk keuangan hijau.

4. Melakukan Kampanye untuk Menjangkau Para Pemangku Kepentingan


Selain menghilangkan hambatan pemasaran, terutama hambatan yang berhubungan
dengan persepsi nasabah terhadap produk keuangan hijau, Bank juga perlu merangsang
permintaan terhadap produk keuangan hijau melalui kampanye pemasaran yang kreatif
dan edukatif.

Pada akhirnya upaya regulator dalam penerapan keuangan berkelanjutan akan menghasilkan
Bank dengan konsep pembiayaan dan menghasilkan produk-produk yang ramah dengan
lingkungan dapat terwujud dan seiring dengan hal tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi
yang stabil dan berkelanjutan.
BAB III

KESIMPULAN

Keuangan hijau adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada usaha terkait
keuangan yang bertujuan untuk menciptakan dan mendistribusikan produk serta layanan
keuangan yang mendorong investasi ramah lingkungan dan pengembangan ekonomi
berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup sangat populer di


gunakan di negara negara barat. Konsep ini susah lama di jalankan pemerintah indonesia yang
dikenal dengan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Selanjutnya
konsep pembangunan berkelanjutan dibangun dengan 3 pilar utama yang secara seimbang saling
tergantung dan saling memperkokoh yaitu, ekonomi,sosial, dan lingkungan.

Strategi pengembangan dan pemasaran produk keuangan hijau dapat dijalankan dengan
langkah-langkah yaitu melakukan green branding , melakukan promosi dan sosialisasi,
melakukan riset pasar dan riset terhadap pemangku kepentingan dan yang terakhir adalah
melakukan kampanye untuk menjangkau para pemangku kepentingan
Daftar Pustaka

M, Sharif, dan Kaushal, V. K. 2018. Green Finance : A Step towards Sustainable Development.
MUDRA : Journal of Finance and Accounting. 5(1): 59-74s

Nurdin, Amin. 2018. "Green Product and Green Marketing for Green Banking", http://lppi.or
id/produk/suistanable/&http://lppi.or.id/produk/riset/, diakses pada 10 September
2021 pukul 08.05.

M, Sharif, dan Kaushal, V. K. 2018. Green Finance : A Step towards Sustainable Development.
MUDRA : Journal of Finance and Accounting. 5(1): 59-74

Anda mungkin juga menyukai