Muhammad20205@mail.unpad.ac.id
ABSTRAK
Hadirnya sistem keuangan berkelanjutan dalam industri perbankan merupakan suatu hal
yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan World Wildlife Funding
(WWF) karena banyak permasalahan dari proses pembangunan yang hanya berorientasi
pada aspek ekonomi. Dari hal tersebut, mendorong pihak-pihak seperti pemerhati
lingkungan, perusahaan, dan pemerintah nasional maupun internasional perlu
menghadirkan sistem pembangunan berkelanjutan yang tetap memperhatikan
keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
bekerja sama dengan beberapa institusi keuangan lainnya, telah menyiapkan Roadmap
Keuangan Berkelanjutan yang bertujuan untuk memetakan kondisi yang ingin tercapai
terkait dengan keuangan berkelanjutan di Indonesia mulai dari tahun 2015 hingga 2024.
Gagasan tersebut juga dirancang untuk berkontribusi sekaligus menjaring peluang usaha
terhadap adanya tujuan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki ketahanan
terhadap perubahan iklim yang akan berdampak langsung pada upaya mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Berdasarkan roadmap yang telah dibuat oleh OJK,
perbankan di Indonesia sudah memiliki komitmen dalam Rencana Aksi Keuangan
Berkelanjutan (RAKB) untuk memberikan pinjaman berupa kredit kepada kreditur yang
memiliki perizinan sesuai dengan prinsip Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (LST) dan izin
AMDAL.
The presence of a sustainable financial system in the banking industry was initiated by the
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) together with the World Wildlife Funding (WWF) because
many problems in the development process were only oriented towards economic aspects.
From this, encouraging parties such as environmentalists, companies, and national and
international governments need to present a sustainable development system that still
pays attention to the balance of economic, social and environmental aspects. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), in collaboration with several other financial institutions, has prepared a
Sustainable Finance Roadmap which aims to map the conditions to be achieved in relation
to sustainable finance in Indonesia from 2015 to 2024. The idea is also designed to
contribute while seizing opportunities efforts towards the existence of Indonesia's
economic development goals that have resilience to climate change which will have a
direct impact on efforts to achieve the Sustainable Development Goals (SDGs). Based on
the roadmap made by the OJK, banks in Indonesia already have a commitment in the
Sustainable Finance Action Plan (RAKB) to provide loans in the form of credit to creditors
who have licenses in accordance with Environmental, Social and Governance (LST)
principles and AMDAL permits.
Di dunia yang sedang tumbuh dan berkembang dengan cepat seperti saat ini,
pembangunan nasional yang berkelanjutan menjadi suatu upaya untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi kehidupan bermasyarakat dalam
jangka panjang. Konsep pembangunan berkelanjutan ini berfokus pada bagaimana cara
untuk memajukan perekonomian yang ada di masyarakat, dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup yang ada.
METODE PENELITIAN
Dalam artikel ini metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif.
Metode penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang
dilaksanakan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder.
Penelitian melalui yuridis normatif dilakukan didasarkan dengan bahan hukum utama
dengan cara mencari tahu mengenai teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Telah diatur secara jelas pada Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, bahwa kondisi lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi
setiap warga negara Indonesia.1 Hal tersebut juga selaras dengan Penjelasan Pasal 1 angka
2 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, bahwa merupakan suatu tanggung jawab untuk menghadirkan
perlindungan dan pengelolaan yang merupakan upaya bersifat sistematis dan terpadu.
2
Namun, sekarang Menjadi suatu hal yang telah kita ketahui bersama bahwasanya, telah
terjadi penipisan lapisan ozon, bumi yang menjadi tempat kita untuk tinggal tentunya
akan mendapatkan berbagai macam permasalahan apabila tanpa adanya lapisan ozon.
Pemanasan global, penyebaran penyakit, tidak menentunya cuaca, naiknya permukaan
laut, dan menghilangkan suatu daratan, menjadi permasalahan yang hadir apabila
masalah menipisnya lapisan ozon tidak dapat diatasi. Banyak orang yang mengira bahwa
permasalahan lingkungan global hanya dipengaruhi oleh faktor alam, seperti iklim, cuaca,
tekanan udara, dan lain sebagainya. Pada kenyataannya kegiatan-kegiatan dari manusia
juga dapat mempengaruhi perubahan lingkungan yang terjadi seperti saat ini3.
1
Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
Hidup
3
HPLI, 2020, Isu Lingkungan, http://www.hpli.org/isu.php , diakses pada 24 November 2022.
4
Scott, Robert L., 1973, The Closing Circle: A Review of Barry Commoner 's Book, Justitia, Vol. 1,
No. 1, pp. 81- 9
entitas yang ada untuk dapat segera melakukan penanganan terhadap permasalahan
lingkungan.
5
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
6
Supriyatna, Agus; Yulianto, Erwin; Hamdani, Nizar Alam; Maulani, Galih Abdul Fatah; 2019,
Business Innovation & Entrepreneurship Journal (BIEJ), Vol. 1, No. 1, pp. 11-2
7
SWA, 2020, Alasan Utama BI Kembangkan Green Banking,
https://swa.co.id/swa/trends/management/ alasan-utama-bi-kembangkangreen-banking ,
diakses pada 27 November 2022
2. Adanya masalah nasional yang sampai saat ini menjadi tugas rumah, yaitu terkait
dengan ketahanan pangan dan energi. Dua sektor tersebut memiliki pengaruh
yang cukup besar, naik turunnya komoditas yang berpengaruh kepada inflasi dan
tekanan nilai tukar, serta defisit APBN. Oleh karena itu, dukungan perbankan
untuk membiayai kedua sektor tersebut menjadi penting, apabila perbankan
mendukung pembiayaan ke sektor energi dan ketahanan pangan, hasilnya akan
terwujudnya swasembada energi dan pangan, sekaligus membantu penurunan
potensi gas rumah kaca. Di sisi lain, ruang lingkup pembiayaan berkelanjutan
dapat diperluas ke sektor-sektor strategis lainnya, seperti jasa dan transportasi,
industri, perumahan, dan produk ekonomi kreatif yang tentunya mengedepankan
prinsip ramah lingkungan.
Dalam realitasnya, posisi sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan bukan merupakan
satu kesatuan bidang yang sama, akan tetapi bukanlah menjadi suatu hal yang mustahil
untuk disatukan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang merupakan badan pengawas lembaga
jasa keuangan 8telah membuktikan bahwa ketiga bidang tersebut dapat menjadi satu
dalam konsep “Keuangan Berkelanjutan”. Keuangan Berkelanjutan merupakan konsep
dengan dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan dengan tujuan adanya
pertumbuhan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan
lingkungan.
8
Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
9
OJK, 2020, Keuangan Berkelanjutan, https://www.ojk.go.id/id/pages/keuangan-
berkelanjutan.aspx , diakses pada 27 November 2022.
koordinasi pada keuangan berkelanjutan 10. Dalam periode Jangka Menengah (2015-2019)
yakni penguatan keuangan berkelanjutan yang difokuskan pada kerangka dasar
pengaturan dan sistem pelaporan, peningkatan pemahaman, pengetahuan serta
kompetensi SDM pelaku industri jasa keuangan, pemberian insentif serta koordinasi
dengan instansi terkait & Jangka Panjang (2020- 2024) yakni kegiatan yang difokuskan
pada integrasi manajemen risiko, tata kelola perusahaan, penilaian tingkat kesehatan
bank dan pembangunan sistem informasi terpadu keuangan berkelanjutan. Merujuk pada
rincian jangka menengah di atas adalah penekanan tentang perlunya kerangka dasar
pengaturan Keuangan Berkelanjutan.
Proyeksi jangka panjang penyaluran kepada industri sektor strategis dengan konsep
pembiayaan berkelanjutan diharapkan akan mendorong tumbuhnya ekonomi secara
berkelanjutan yang pada akhirnya akan memberikan pasar yang lebih besar bagi lembaga
jasa keuangan. Pasar yang lebih besar akan tercipta seiring dengan pertumbuhan ekonomi
yang dihasilkan yang kemudian akan memberikan dampak positif terhadap
keberlangsungan Lembaga Jasa Keuangan pada khususnya dan diharapkan juga dapat
mengurangi defisit neraca pembayaran Indonesia. Sebagai upaya untuk mendorong
pembiayaan berkelanjutan dikarenakan adanya kendala kemampuan SDM Indonesia
belum cukup kompeten untuk menilai sektor ekonomi strategis, beberapa inisiatif yang
dilakukan oleh OJK bekerja sama dengan pihak pihak terkait baik nasional maupun
internasional antara lain untuk 11:
10
OJK, 2020, Roadmap Keuangan Berkelanjutan https://www.ojk.go.id/sustainable-
finance/id/publikasi/ panduan/Pages/Roadmap-Keuangan-Berkelanjutan.aspx , diakses pada 27
November 2022
11
WWF, 2020, Keuangan Berkelanjutan, https://www.wwf.or.id/program/inisiatif/mti
_indonesia/keuangan_berkelanjutan , diakses pada 27 November 2022
• Meningkatkan awareness dan perubahan paradigma (mindset) dalam
pembangunan nasional dari greedy economy menuju green economy.
Terdapat delapan bank yang sepakat untuk menjadi perintis untuk adanya
perbankan yang berkelanjutan. Komitmen ini dituangkan dalam Proyek Percontohan
(Pilot Project) yang berkolaborasi dengan OJK dan WWF-Indonesia yang bertemakan
“Langkah Pertama Untuk Menjadi Bank Yang Berkelanjutan”, ke delapan bank tersebut
antara lain adalah Bank Mandiri, BRI, BACA, BNI, Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank BJB,
dan Bank Artha Graha Internasional. Hal ini merupakan suatu terobosan besar yang
diambil para bank untuk menyambut peluncuran Roadmap Keuangan Berkelanjutan oleh
OJK, dalam penjelasan kali ini kita akan membahas terkhusus penerapannya pada Bank
BRI.
• Debitur harus tidak termasuk dalam daftar hitam (blacklist) yang dimiliki oleh
pemerintah atau asosiasi perusahaan.
• Debitur harus sudah memiliki perizinan lengkap terkait lingkungan, seperti
dokumen analisis dampak lingkungan (AMDAL) dan peringkat PROPER yang
diterbitkan oleh pemerintah.
• Terkhusus pada calon debitur yang bergerak di industri sawit, maka harus
mengantongi sertifkat Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan
Roundtable Sustainables Palm Oil (RSPO).12
12
Wawancara dengan Tria Mutiari tanggal 21 Oktober 2022 di Zoom Meeting.
Tanggung jawab BRI dalam menjalankan prinsip keuangan berkelanjutan
diwujudkan melalui adanya penerapan pembiayaan pada sektor ramah lingkungan,
seperti energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, pertanian, dan
perikanan berkelanjutan, dan pariwisata hijau. Saat ini BRI sedang menjalankan
pemetaan pembiayaan tersebut untuk digolongkan sebagai pembiayaan
berkelanjutan. Di samping itu, BRI mendukung perkembangan industri kelapa sawit di
Indonesia. Kebijakan ini mencakup prinsip pengelolaan industri kelapa sawit dan
dibentuk agar debitur mempertimbangkan pengelolaan isu lingkungan. Terdapat data
yang diambil Pada tahun 2017 lalu, bshwa BRI telah menyalurkan pinjaman kepada
perusahaan kelapa sawit bersertifikat RSPO / ISPO sebesar 23,24 miliar kepada 21
perusahaan. selain itu, BRI juga melakukan penilaian sektor usaha melalui instrumen
analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)13.
PENUTUP
13
BRI, 2020, Sustainability Report, https://bri.co.id/ documents/20123/56786/BRI_2019_Annual_
Sustainability_Bond_Report_DRAFT_vFF _compressed.pdf, diakses pada 27 November 2022.
Salah satu bank yang telah menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan yaitu BRI
telah mengambil langkah tegas dalam pelaksanaan keuangan berkelanjutan, seperti
menetapkan kriteria bagi para calon debitu di berbagai sektor, hingga mengambil peran
penyaluran dana kepada sektor-sektor ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
Jurnal
• Scott, Robert L., 1973, The Closing Circle: A Review of Barry Commoner 's Book,
Justitia, Vol. 1, No. 1, pp. 81- 9
• Supriyatna, Agus; Yulianto, Erwin; Hamdani, Nizar Alam; Maulani, Galih Abdul
Fatah; 2019, Business Innovation & Entrepreneurship Journal (BIEJ), Vol. 1, No. 1,
pp. 11-2
Website
Sumber Lain