Anda di halaman 1dari 13

KEUANGAN BERKELANJUTAN PADA BANK DALAM MENCAPAI TUJUAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SDGs)

MUHAMMAD KUNTO TRI WIBOWO

Muhammad20205@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Hadirnya sistem keuangan berkelanjutan dalam industri perbankan merupakan suatu hal
yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan World Wildlife Funding
(WWF) karena banyak permasalahan dari proses pembangunan yang hanya berorientasi
pada aspek ekonomi. Dari hal tersebut, mendorong pihak-pihak seperti pemerhati
lingkungan, perusahaan, dan pemerintah nasional maupun internasional perlu
menghadirkan sistem pembangunan berkelanjutan yang tetap memperhatikan
keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
bekerja sama dengan beberapa institusi keuangan lainnya, telah menyiapkan Roadmap
Keuangan Berkelanjutan yang bertujuan untuk memetakan kondisi yang ingin tercapai
terkait dengan keuangan berkelanjutan di Indonesia mulai dari tahun 2015 hingga 2024.
Gagasan tersebut juga dirancang untuk berkontribusi sekaligus menjaring peluang usaha
terhadap adanya tujuan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki ketahanan
terhadap perubahan iklim yang akan berdampak langsung pada upaya mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Berdasarkan roadmap yang telah dibuat oleh OJK,
perbankan di Indonesia sudah memiliki komitmen dalam Rencana Aksi Keuangan
Berkelanjutan (RAKB) untuk memberikan pinjaman berupa kredit kepada kreditur yang
memiliki perizinan sesuai dengan prinsip Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (LST) dan izin
AMDAL.

Kata Kunci: Keuangan Berkelanjutan; Industri Perbankan; Tujuan Keuangan Berkelanjutan


ABSTRACT

The presence of a sustainable financial system in the banking industry was initiated by the
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) together with the World Wildlife Funding (WWF) because
many problems in the development process were only oriented towards economic aspects.
From this, encouraging parties such as environmentalists, companies, and national and
international governments need to present a sustainable development system that still
pays attention to the balance of economic, social and environmental aspects. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), in collaboration with several other financial institutions, has prepared a
Sustainable Finance Roadmap which aims to map the conditions to be achieved in relation
to sustainable finance in Indonesia from 2015 to 2024. The idea is also designed to
contribute while seizing opportunities efforts towards the existence of Indonesia's
economic development goals that have resilience to climate change which will have a
direct impact on efforts to achieve the Sustainable Development Goals (SDGs). Based on
the roadmap made by the OJK, banks in Indonesia already have a commitment in the
Sustainable Finance Action Plan (RAKB) to provide loans in the form of credit to creditors
who have licenses in accordance with Environmental, Social and Governance (LST)
principles and AMDAL permits.

Keywords: Sustainable Finance; Banking Industry; Sustainable Finance Goals


PENDAHULUAN

Di dunia yang sedang tumbuh dan berkembang dengan cepat seperti saat ini,
pembangunan nasional yang berkelanjutan menjadi suatu upaya untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi kehidupan bermasyarakat dalam
jangka panjang. Konsep pembangunan berkelanjutan ini berfokus pada bagaimana cara
untuk memajukan perekonomian yang ada di masyarakat, dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup yang ada.

Salah satu upaya yang dapat diusung untuk mewujudkan pembangunan


berkelanjutan adalah dengan melalui Keuangan Berkelanjutan. Konsep ini merupakan
suatu bentuk dukungan menyeluruh dari sektor jasa keuangan dengan tujuan
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengolaborasikan
sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Dalam pengimplementasian konsep
Keuangan Berkelanjutan, tentunya dalam penerapannya akan menemui berbagai macam
tantangan, seperti bagaimana cara meyakinkan pelaku usaha dan masyarakat, bahwa
upaya untuk mendapatkan keuntungan akan lebih baik apabila ditempuh dengan
mempertimbangkan sumber daya alam dan juga dampak kepada sosial masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan
skema pembangunan berkelanjutan telah merumuskan prinsip-prinsip dalam
pembiayaan atau keuangan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut yang nantinya
dijadikan pertimbangan bagi pelaku industri keuangan dalam pengembangan
kegiatannya. Prinsip-prinsip dalam pembiayaan berkelanjutan yang dirumuskan oleh OJK
antara lain, Investasi Bertanggung Jawab, Pengelolaan Risiko Sosial dan Lingkungan Hidup,
Komunikasi yang Informatif, Pengembangan Sektor Unggulan Prioritas, Strategis dan
Praktik Bisnis Berkelanjutan, Tata Kelola, Inklusif, Koordinasi dan Kolaborasi. Prinsip-
prinsip yang telah dirumuskan tersebut memiliki fokus terhadap beberapa sektor, di
antaranya adalah, sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, UMKM,
bangunan berwawasan lingkungan, produk ramah lingkungan, adaptasi perubahan iklim,
pengelolaan air dan limbah, konservasi keanekaragaman hayati, efisiensi energi,
pengendalian polusi, pengendalian sumber daya alam dan lahan, dan kegiatan usaha yang
berwawasan lingkungan. Dapat dilihat bahwa dalam rencana realisasi pembiayaan
berkelanjutan di Indonesia sudah jelas terkait prinsip dan sasarannya maka diharapkan
skema pembiayaan berkelanjutan dapat berjalan lancar di Indonesia.

Kemudian terkait dengan berjalannya rencana keuangan berkelanjutan sebagai


suatu langkah dalam pemulihan hijau di Indonesia tentunya memerlukan peranan
lembaga keuangan agar dapat menjadi katalisator dalam mendorong pembangunan
maupun pemulihan hijau. Konsep keuangan berkelanjutan di Indonesia masih
menghadapi berbagai macam tantangan juga hambatan. Hambatan-hambatan yang
terjadi datang karena pola pikir dan perilaku bisnis pada umumnya, yang terbatas pada
kapasitas Sumber Daya Manusia di bidang pengelolaan Lingkungan, sosial dan tata kelola.
Kemudian dipengaruhi juga karena tidak adanya standar klasifikasi hijau yang
menimbulkan perbedaan persepsi mengenai aktivitas keuangan berkelanjutan. Padahal
seharusnya keuangan berkelanjutan merupakan suatu instrumen penting dalam rangka
mendorong transisi dan pemulihan hijau, terlebih pasca adanya Pandemi Covid-19 agar
tercapai perekonomian yang tahan iklim (climate resilient economy) melalui adanya
pembiayaan adaptasi dan pencegahan. Untuk mendukung ekosistem keuangan
berkelanjutan yang kondusif. Oleh karena itu menjadi penting terkait adanya
keterhubungan kebijakan lintas sektoral dalam pemulihan hijau menggunakan sistem
keuangan berkelanjutan di Indonesia.

Keuangan berkelanjutan selain diperlukan dalam pemulihan hijau, juga menjadi


penting dalam suatu strategi bisnis. Banyak permasalahan terkait dengan penurunan
kualitas lingkungan hidup, masalah terkait dengan kesenjangan sosial yang semakin
meluas, kemudian permasalahan perubahan iklim dengan segala implikasinya,
merupakan serangkaian dampak negatif yang timbul akibat proses pembangunan
ekonomi yang tidak berwawasan terhadap lingkungan. Hal tersebut tentunya mendorong
para pemerhati lingkungan, perusahaan serta pemerintahan global maupun nasional
mencetuskan adanya sistem pembiayaan berkelanjutan yang mengedepankan aspek
ekonomi, lingkungan hidup dan sosial. Pembiayaan berkelanjutan kemudian menjadi
suatu paradigma baru dalam mengejar pertumbuhan ekonomi. Keseimbangan antara
kepentingan untuk memperoleh profit tidak berarti dapat menjadikan turunnya perhatian
dalam menjaga lingkungan begitu saja. Lembaga jasa keuangan memiliki andil yang
penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi. OJK menjalin kerja sama dengan lembaga
terkait untuk menerbitkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan yang memiliki tujuan untuk
menjabarkan kondisi yang ingin dicapai terkait dengan keuangan berkelanjutan di
Indonesia. Terdapat 8 bank nasional yang mewakili 46 persen aset perbankan Indonesia
bersama WWF Indonesia membentuk Insiatif Keuangan berkelanjutan Indonesia (IKBI),
bank-bank tersebut antara lain, Bank BCA, Bank MUAMALAT, Bank BRI, Bank Mandiri,
Bank BNI, Bank BJB, Bank Artha Graha, dan Bank BNI Syariah. Kedelapan bank akan
memperoleh bimbingan terkait manajemen risiko lingkungan hidup dan tata kelola.
Beberapa produk dari proyek rintisan ini termasuk perbaikan kebijakan dan Standard
Operating Procedure pada masing-masing bank serta perbaikan kualitas pembiayaan
khususnya pada sektor usaha yang memiliki risiko lingkungan hidup dan sosial yang tinggi.
Inisiatif ini juga dibangun untuk berkontribusi sekaligus membangun strategi bisnis
terhadap upaya pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki ketahanan terhadap
perubahan iklim dan memiliki dampak langsung dalam upaya pencapaian Sustainable
Development Goals (SDGs).

METODE PENELITIAN

Dalam artikel ini metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif.
Metode penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang
dilaksanakan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder.
Penelitian melalui yuridis normatif dilakukan didasarkan dengan bahan hukum utama
dengan cara mencari tahu mengenai teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Lingkungan Global

Telah diatur secara jelas pada Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, bahwa kondisi lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi
setiap warga negara Indonesia.1 Hal tersebut juga selaras dengan Penjelasan Pasal 1 angka
2 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, bahwa merupakan suatu tanggung jawab untuk menghadirkan
perlindungan dan pengelolaan yang merupakan upaya bersifat sistematis dan terpadu.
2
Namun, sekarang Menjadi suatu hal yang telah kita ketahui bersama bahwasanya, telah
terjadi penipisan lapisan ozon, bumi yang menjadi tempat kita untuk tinggal tentunya
akan mendapatkan berbagai macam permasalahan apabila tanpa adanya lapisan ozon.
Pemanasan global, penyebaran penyakit, tidak menentunya cuaca, naiknya permukaan
laut, dan menghilangkan suatu daratan, menjadi permasalahan yang hadir apabila
masalah menipisnya lapisan ozon tidak dapat diatasi. Banyak orang yang mengira bahwa
permasalahan lingkungan global hanya dipengaruhi oleh faktor alam, seperti iklim, cuaca,
tekanan udara, dan lain sebagainya. Pada kenyataannya kegiatan-kegiatan dari manusia
juga dapat mempengaruhi perubahan lingkungan yang terjadi seperti saat ini3.

Terdapat beberapa faktor yang kemudian menjadi penyebab hadirnya


permasalahan lingkungan adalah penggunaan teknologi, angka pertumbuhan
pendudukan, serta sistem ekonomi yang berlaku. Dalam buku berjudul “The Closing
Circle” yang ditulis ole Barry Commoner (1973) menjelaskan bahwa teknologi merupakan
akar dari timbulnya masalah-masalah lingkungan. Penerapan dari hasil teknologi pada
sektorr industri, pertanian, transportasi merupakan penyebab terjadinya penurunan
kualitas hidup4 . Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi harus dibayar dengan
adanya kerusakan lingkungan yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan
hidup, seperti yang kita rasakan. Polusi terhadap air, udara, dan tanah, banjir, kekeringan
akibat banyaknya hutan yang ditebang menjadi lahan perindustrian, kemudian
meningkatnya suhu bumi akibat gas rumah kaca, kondisi-kondisi tersebut apabila tidak
segera dicarikan jalan keluarnya, maka dampaknya akan semakin meluas dan dirasakan
oleh generasi mendatang. Oleh karena itu perlu adanya peran dari pemerintah dan setiap

1
Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
Hidup
3
HPLI, 2020, Isu Lingkungan, http://www.hpli.org/isu.php , diakses pada 24 November 2022.
4
Scott, Robert L., 1973, The Closing Circle: A Review of Barry Commoner 's Book, Justitia, Vol. 1,
No. 1, pp. 81- 9
entitas yang ada untuk dapat segera melakukan penanganan terhadap permasalahan
lingkungan.

Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Menerapkan Rencana Aksi Keuangan


Berkelanjutan

Berkaca pada Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa


Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan sebagai penyelenggara jasa keuangan memilki peran
penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, selain itu berperan juga dalam
mengarahkan aktivitas ekonomi dalam suatu negara5. Terdapat pandangan bahwasanya
tolok ukur terhadap kesuksesan lembaga keuangan hanya dapat diukur pada pencapaian
dalam hal yang bersifat finansial, maka hal tersebut sudah harus ditinggalkan. Contoh
yang dapat menggambarkan pandangan tersebut adalah, krisis keuangan global yang
terjadi pada tahun 2008, pada akhirnya mendorong terbentuknya reformasi pada sektor
keuangan dengan cara menambahkan tolok ukur kesuksesan berupa adanya andil pada
stabilitas sistem keuangan terutama pada area penguatan modal dan implementasi Good
Corporate Governance. Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki pandangan bahwa
menjadi suatu hal yang seharusnya untuk dilakukan pengembangan perbankan ramah
lingkungan.6

Terdapat dua alasan utama menurut Bank Indonesia mengapa mengembangkan


perbankan ramah lingkungan menjadi hal yang penting, antara lain: 7

1. Hadirinya Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini mewajibkan semua aktivitas ekonomi
untuk taat mendorong kelestarian lingkungan dengan adanya pemberian sanksi
baik pidana maupun administratif bagi pelaku perusakan lingkungan.

5
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
6
Supriyatna, Agus; Yulianto, Erwin; Hamdani, Nizar Alam; Maulani, Galih Abdul Fatah; 2019,
Business Innovation & Entrepreneurship Journal (BIEJ), Vol. 1, No. 1, pp. 11-2
7
SWA, 2020, Alasan Utama BI Kembangkan Green Banking,
https://swa.co.id/swa/trends/management/ alasan-utama-bi-kembangkangreen-banking ,
diakses pada 27 November 2022
2. Adanya masalah nasional yang sampai saat ini menjadi tugas rumah, yaitu terkait
dengan ketahanan pangan dan energi. Dua sektor tersebut memiliki pengaruh
yang cukup besar, naik turunnya komoditas yang berpengaruh kepada inflasi dan
tekanan nilai tukar, serta defisit APBN. Oleh karena itu, dukungan perbankan
untuk membiayai kedua sektor tersebut menjadi penting, apabila perbankan
mendukung pembiayaan ke sektor energi dan ketahanan pangan, hasilnya akan
terwujudnya swasembada energi dan pangan, sekaligus membantu penurunan
potensi gas rumah kaca. Di sisi lain, ruang lingkup pembiayaan berkelanjutan
dapat diperluas ke sektor-sektor strategis lainnya, seperti jasa dan transportasi,
industri, perumahan, dan produk ekonomi kreatif yang tentunya mengedepankan
prinsip ramah lingkungan.

Dalam realitasnya, posisi sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan bukan merupakan
satu kesatuan bidang yang sama, akan tetapi bukanlah menjadi suatu hal yang mustahil
untuk disatukan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang merupakan badan pengawas lembaga
jasa keuangan 8telah membuktikan bahwa ketiga bidang tersebut dapat menjadi satu
dalam konsep “Keuangan Berkelanjutan”. Keuangan Berkelanjutan merupakan konsep
dengan dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan dengan tujuan adanya
pertumbuhan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan
lingkungan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mewujudkan konsep keuangan berkelanjutan


bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dalam hal membentuk kebijakan
yang dilaksanakan pada akhir tahun 2014, berupa Roadmap Keuangan Berkelanjutan,
yang tujuannya untuk memberikan standarisasi bagi lembaga jasa keuangan dengan
menerapkan prinsip keberlanjutan yaitu adanya harmonisasi dalam 3P (Profit-People-
Planet) dalam kegiatan bisnis lembaga jasa keuangan 9. Dalam praktiknya Roadmap
keuangan berkelanjutan ini menjabarkan lebih lanjut terkait tiga rencana kerja strategis
yakni adanya peningkatan supply pendanaan ramah lingkungan, peningkatan demand
bagi produk keuangan ramah lingkungan hidup dan peningkatan pengawasan dan

8
Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
9
OJK, 2020, Keuangan Berkelanjutan, https://www.ojk.go.id/id/pages/keuangan-
berkelanjutan.aspx , diakses pada 27 November 2022.
koordinasi pada keuangan berkelanjutan 10. Dalam periode Jangka Menengah (2015-2019)
yakni penguatan keuangan berkelanjutan yang difokuskan pada kerangka dasar
pengaturan dan sistem pelaporan, peningkatan pemahaman, pengetahuan serta
kompetensi SDM pelaku industri jasa keuangan, pemberian insentif serta koordinasi
dengan instansi terkait & Jangka Panjang (2020- 2024) yakni kegiatan yang difokuskan
pada integrasi manajemen risiko, tata kelola perusahaan, penilaian tingkat kesehatan
bank dan pembangunan sistem informasi terpadu keuangan berkelanjutan. Merujuk pada
rincian jangka menengah di atas adalah penekanan tentang perlunya kerangka dasar
pengaturan Keuangan Berkelanjutan.

Proyeksi jangka panjang penyaluran kepada industri sektor strategis dengan konsep
pembiayaan berkelanjutan diharapkan akan mendorong tumbuhnya ekonomi secara
berkelanjutan yang pada akhirnya akan memberikan pasar yang lebih besar bagi lembaga
jasa keuangan. Pasar yang lebih besar akan tercipta seiring dengan pertumbuhan ekonomi
yang dihasilkan yang kemudian akan memberikan dampak positif terhadap
keberlangsungan Lembaga Jasa Keuangan pada khususnya dan diharapkan juga dapat
mengurangi defisit neraca pembayaran Indonesia. Sebagai upaya untuk mendorong
pembiayaan berkelanjutan dikarenakan adanya kendala kemampuan SDM Indonesia
belum cukup kompeten untuk menilai sektor ekonomi strategis, beberapa inisiatif yang
dilakukan oleh OJK bekerja sama dengan pihak pihak terkait baik nasional maupun
internasional antara lain untuk 11:

• Meningkatkan kemampuan SDM LJK untuk mengelola risiko yang berkaitan


dengan lingkungan hidup;
• Meningkatkan daya saing LJK menyangkut kemampuan untuk mendanai bisnis-
bisnis yang terkait dengan perlindungan lingkungan;
• Memberi ruang persaingan untuk meningkatkan portofolio kredit / pembiayaan
di sektor ekonomi prioritas yang mendukung kegiatan perlindungan lingkungan;
dan

10
OJK, 2020, Roadmap Keuangan Berkelanjutan https://www.ojk.go.id/sustainable-
finance/id/publikasi/ panduan/Pages/Roadmap-Keuangan-Berkelanjutan.aspx , diakses pada 27
November 2022
11
WWF, 2020, Keuangan Berkelanjutan, https://www.wwf.or.id/program/inisiatif/mti
_indonesia/keuangan_berkelanjutan , diakses pada 27 November 2022
• Meningkatkan awareness dan perubahan paradigma (mindset) dalam
pembangunan nasional dari greedy economy menuju green economy.

Penerapan Roadmap Pembiayaan Berkelanjutan oleh Bank

Terdapat delapan bank yang sepakat untuk menjadi perintis untuk adanya
perbankan yang berkelanjutan. Komitmen ini dituangkan dalam Proyek Percontohan
(Pilot Project) yang berkolaborasi dengan OJK dan WWF-Indonesia yang bertemakan
“Langkah Pertama Untuk Menjadi Bank Yang Berkelanjutan”, ke delapan bank tersebut
antara lain adalah Bank Mandiri, BRI, BACA, BNI, Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank BJB,
dan Bank Artha Graha Internasional. Hal ini merupakan suatu terobosan besar yang
diambil para bank untuk menyambut peluncuran Roadmap Keuangan Berkelanjutan oleh
OJK, dalam penjelasan kali ini kita akan membahas terkhusus penerapannya pada Bank
BRI.

BRI berpandangan bahwa melaksanakan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan


dapat meningkatkan daya saung perusahaan dalam menjemput kesempatan di dunia
perbankan pada masa yang akan datang. Oleh karenanya, BRI senantiasa memenuhi
kebutuhan masyarakat secara aktif melalui pengembangan produk dan jasa keuangan
yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan. Dalam perjalanannya
BRI telah menerapkan tolok ukut dalam mematok kriteria bagi calon debitur dalam aksi
keuangan berkelanjutan, di antaranya adalah:

• Debitur harus tidak termasuk dalam daftar hitam (blacklist) yang dimiliki oleh
pemerintah atau asosiasi perusahaan.
• Debitur harus sudah memiliki perizinan lengkap terkait lingkungan, seperti
dokumen analisis dampak lingkungan (AMDAL) dan peringkat PROPER yang
diterbitkan oleh pemerintah.
• Terkhusus pada calon debitur yang bergerak di industri sawit, maka harus
mengantongi sertifkat Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan
Roundtable Sustainables Palm Oil (RSPO).12

12
Wawancara dengan Tria Mutiari tanggal 21 Oktober 2022 di Zoom Meeting.
Tanggung jawab BRI dalam menjalankan prinsip keuangan berkelanjutan
diwujudkan melalui adanya penerapan pembiayaan pada sektor ramah lingkungan,
seperti energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, pertanian, dan
perikanan berkelanjutan, dan pariwisata hijau. Saat ini BRI sedang menjalankan
pemetaan pembiayaan tersebut untuk digolongkan sebagai pembiayaan
berkelanjutan. Di samping itu, BRI mendukung perkembangan industri kelapa sawit di
Indonesia. Kebijakan ini mencakup prinsip pengelolaan industri kelapa sawit dan
dibentuk agar debitur mempertimbangkan pengelolaan isu lingkungan. Terdapat data
yang diambil Pada tahun 2017 lalu, bshwa BRI telah menyalurkan pinjaman kepada
perusahaan kelapa sawit bersertifikat RSPO / ISPO sebesar 23,24 miliar kepada 21
perusahaan. selain itu, BRI juga melakukan penilaian sektor usaha melalui instrumen
analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)13.

PENUTUP

Banyaknya permasalahan menurunnya tingkat kualitas lingkungan hidup, tingginya


permasalahan sosial, dan makin meluasnya permasalahan yang diakibatkan oleh
perubahan iklim, dan dampak-dampak lainnya akibat adanya pembangunan ekonomi
yang tidak sehat, mendorong adanya upaya oleh pemerintah hingga pemerhati
lingkungan untuk segera menerbitkan suatu konsep yang bernafaskan pada
pembangunan berkelanjutan, yang diharapkan dapat menyelaraskan antara sektor
lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Lembaga jasa keuangan berperan penting untuk meningkatkan pertumbuhan


ekonomi namun sekaligus mengarahkan aktivitas berekonomi. OJK bekerja sama dengan
beberapa lembaga terkait telah menyusun Roadmap Keuangan Berkelanjutan yang
bertujuan untuk menjabarkan kondisi yang ingin dicapai terkait keuangan yang
berkelanjutan di Indonesia dalam jangka menengah (2015-2019) dan panjang (2015-
2024) bagi industri jasa keuangan.

13
BRI, 2020, Sustainability Report, https://bri.co.id/ documents/20123/56786/BRI_2019_Annual_
Sustainability_Bond_Report_DRAFT_vFF _compressed.pdf, diakses pada 27 November 2022.
Salah satu bank yang telah menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan yaitu BRI
telah mengambil langkah tegas dalam pelaksanaan keuangan berkelanjutan, seperti
menetapkan kriteria bagi para calon debitu di berbagai sektor, hingga mengambil peran
penyaluran dana kepada sektor-sektor ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan

• Pasal 28H Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


• Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup

• Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Jurnal

• Scott, Robert L., 1973, The Closing Circle: A Review of Barry Commoner 's Book,
Justitia, Vol. 1, No. 1, pp. 81- 9
• Supriyatna, Agus; Yulianto, Erwin; Hamdani, Nizar Alam; Maulani, Galih Abdul
Fatah; 2019, Business Innovation & Entrepreneurship Journal (BIEJ), Vol. 1, No. 1,
pp. 11-2

Website

• HPLI, 2020, Isu Lingkungan, http://www.hpli.org/isu.php , diakses pada 24 November


2022.
• SWA, 2020, Alasan Utama BI Kembangkan Green Banking,
https://swa.co.id/swa/trends/management/%20alasan-utama-bi-kembangkangreen-
banking , diakses pada 27 November 2022
• OJK, 2020, Keuangan Berkelanjutan, https://www.ojk.go.id/id/pages/keuangan-
berkelanjutan.aspx , diakses pada 27 November 2022.
• OJK, 2020, Roadmap Keuangan Berkelanjutan https://www.ojk.go.id/sustainable-
finance/Pages/PageNotFoundError.aspx?requestUrl=http://www.ojk.go.id/sustainable-
finance/id/publikasi/%20panduan/Pages/Roadmap-Keuangan-Berkelanjutan.aspx ,
diakses pada 27 November 2022
• WWF, 2020, Keuangan Berkelanjutan, https://www.wwf.or.id/program/inisiatif/mti
_indonesia/keuangan_berkelanjutan , diakses pada 27 November 2022
• BRI, 2020, Sustainability Report, https://bri.co.id/
documents/20123/56786/BRI_2019_Annual_ Sustainability_Bond_Report_DRAFT_vFF
_compressed.pdf , diakses pada 27 November 2022.

Sumber Lain

• Wawancara dengan Tria Mutiari tanggal 21 Oktober 2022 di Zoom Meeting.

Anda mungkin juga menyukai