Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY AWARENESS

PT BANK CENTRAL ASIA TAHUN 2017 S.D. 2021

Oleh:
Kelompok 2:

Anggi Yodhita NIM 123012111003


Eneng Surtini NIM 123012111010
Wadastika N. NIM 123012111016
Ida Rianti NIM 123012201054
Prankyanto T NIM 123012201085
BAB I
A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) atau dikenal dengan “Agenda 2030” merupakan visi
beda dan transformasional yang terdiri dari 17

indikator dan 169 target terintegrasi dan tidak terpisahkan (Miftahadi dkk, 2022). Komitmen
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan berklenjutan diatur secara khusus dalam rencana
Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-20124 yang bertujuan untuk
memberikan akses pembangunan yang adil dan inklusif serta menjaga lingkungan hidup.
Pemerintah mendorong penerapan ekonomi hijau dalam industri keuangan. Di sektor perbankan,
Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan Roadmap Keuangan
Berkelanjutan Tahun 2014 sebagai kerangka acuan bagi lembaga keuangan untuk berperan aktif
dan berkontribusi positif dalam proses pembangunan berkelanjutan. Peran perbankan sangat
esensial dalam menggerakkan perubahan industri dari praktik konvensional ke praktik
berkelanjutan.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) merupakan salah satu bank yang berkomitmen menjalankan
prinsip keberlanjutan dalam mendukung keselarasan antara aspek bisnis dan ESG. BCA
menjalankan nilai keberlanjutan dengan berkomitmen pada kepatuhan peraturan Pemerintah,
konsisten berinovasi atas produk dan jasa pelayanan yang relevan dengan kebutuhan terkini,
yang selaras dengan proses ekonomi yang rendah karbon. Dari 17 pilar SDG's, BCA
menjalankan tiga Pilar Keberlanjutan BCA yaitu Perbankan Keberlanjutan, Budaya
Keberlanjutan dan Berkarya memberikan nilai.

Dalam menilai implementasinya BCA menyajikan Laporan keuangan berkelanjutan dengan


mempedomani POJK 51. Penhungkapan sustainability report diukur dengan indeks GRI G4

Sesuai dengan POJK

Laporan keberlanjutan perusahaan menjadi perhatian para pemangku kepentingan karena


menunjukkan usaha dan prestasi perusahaan dalam menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Laporan keberlanjutan adalah praktik mengukur, mengungkapkan, dan akuntabilitas kinerja
organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelnajutan
Sustainability awareness merupakan kesadaran keberlanjutan pada perusahaan dalam melakukan
aktovitas perusahaan (Anis,2021). Untuk menilai Sustainability Awareness dapat diukur
berdasarkan Corporate Sustainability Management Model (CSM Model) dalam tiga tahapan,
tahapan pertama memetakan praktik CSM berdasarkan proposed extended SR disclosure, tahap
kedua mendesain CSM Model berdasarkan SPMS-BSC dan “triple I framework”, tahap ketiga
adalah mengembangkan SA level index “The framework to sustainable “finance” dengan
qualitative content analysis dan menguji applicability-nya (Anis, 2021).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi Overall Sustainability Awareness pada Bank Central
Asia pada Tahun 2017 s.d. 2021;
2. Bagaimana implementasi Sustainability Intention pada Bank Central Asia pada
Tahun 2017 s.d. 2021;
3. Bagaimana implementasi Sustainability Integration pada Bank Central Asia pada
Tahun 2017 s.d. 2021;
4. Bagaimana implementasi Sustainability Implementation pada Bank Central Asia
pada Tahun 2017 s.d. 2021.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat Sustainability Awareness pada Bank Central Asia pada
Tahun 2017 s.d. 2021;
2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan, efisiensi dan inovasi yang sudah diterapkan
pada Bank Central Asia pada Tahun 2017 s.d. 2021.
BAB II
Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Landasan Teori


Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah mekanisme bagi suatu perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung
jawab terhadap seluruh pemangku kepentingan yang diantaranya adalah konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan. Dalam segala aspek operasional
perusahaaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. CSR berhubungan
erat dengan “pertumbuhan berkelanjutan” yakni suatu organisasi terutama perusahaan,
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau
dividen, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari
keputusan itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang
(Wikipedia, 2020).
Sudana (2015:25) mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab sebuah organisasi
perusahaan terhadap dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatannya kepada
masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku transparan dan etis, yang sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 = 𝐿𝑛 ( 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡) dengan
mempertimbangkan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders), sejalan dengan
hukum yang berlaku dan norma perilaku internasional.
Suwandi (2017:11) mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan konsep yang telah dikenal luas dikalangan pelaku usaha, masyarakat, konsep
Corporate Social Responsibility (CSR) terus berkembang dan semakin menarik minat
berbagai pihak. Dinamika yang berlangsung di antara para pemangku kepentingan telah
menyebabkan beragamnya perspektif yang digunakan dalam memutuskan konsep
Corporate Social Responsibility (CSR).
Lamo (2015:17) mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah bagian yang penting untuk dilaksanakan karena kegiatannya selalu berhubungan
dengan pemerintah dan masyarakat sebagai stakeholders perusahaan. Supaya program
Corporate Social Responsibility (CSR) berkelanjutan, efektivitas, efisien dan tepat
sasaran baik kepada pemerintah maupun terhadap masyarakat maka pelaksanaannya
perlu dilakukan secara profesional dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait.

Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility


(CSR) terdiri dari 3 (tiga) prinsip utama menurut Crowther dan Aras (2008) dalam
Suwandi (2017:21-22) sebagai berikut :
a. Sustainability (Keberlanjutan)
Prinsip ini berkaitan dengan tindakan yang dilakukan sekarang yang
berdampak dimasa depan. Sumber daya yang jumlahnya terbatas dan lambat laun
akan habis jumlahnya di masa mendatang. Pada saat tertentu, sumber daya alternatif
dibutuhkan hanya sekedar memenuhi fungsi dari sumber daya yang ada saat ini.
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan kegiatan yang berkelanjutan untuk
masa yang akan datang.
b. Accountability (Pertanggungjawaban)
Accountability atau pertanggungjawaban berkaitan dengan pengakuan
perusahaan dalam melakukan tindakan yang memengaruhi lingkungan eksternal.
Tentunya perusahaan harus bertanggung jawab pada tindakan yang telah
dilakukan. Prinsip ini berdampak pada hitungan akibat efek dari tindakan yang
diambil perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Lebih kepada
pelaporan terhadap stakeholders yang berhubungan dan menjelaskan bagaimana
kaitannya antara aktivitas yang dilakukan terhadap stakeholders.
c. Transparancy (Transparan)
Transparency atau transparan merupakan sebuah prinsip yang dinyatakan
bahwa dampak eksternal harus dilaporkan secara nyata tanpa disembunyikan.
Prinsip ini berkaitan dengan kedua prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)
dan dapat dikatakan sama dengan proses pengenalan tanggung jawab terhadap
efek yang dapat ditimbulkan oleh pihak luar atau sama dengan proses transfer
kekuatan kepada stakeholder. Stakeholder juga dengan sadar dapat menjalankan
dirinya sebagai fungsi pengawasan karena organisasi melakukan prinsip
keterbukaan dalam setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)


Hendrik Budi Untung (2017:11-12) dalam buku Corporate Social
Responsibility mengemukakan secara konseptual, pengungkapan (discloure)
merupakan bagian menyeluruh dari laporan keuangan secara teknis,
pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian
informasi dalam bentuk seperangkat statement keuangan. Seiring dengan
ramainya masyarakat global terhadap produk-produk ramah lingkungan CSR
diatur oleh Undang-Undang PT No. 22 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang kegiatan atau usahanya
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakannya. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk mendukung terjadinya hubungan perusahaan yang baik,
seimbang, dan sesuaidengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat
setempat.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Hendrik Budi Untung (2017:11-12) dalam buku Corporate Social
Responsibility mengemukakan bahwa dalam upaya mencapai efektifitas
implementasi tanggung jawab sosial perusahaan sedikitnya ada empat model atau
pola yang secara umum dilaksanakan di Indonesia, yaitu :
a. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program tanggung jawab sosial secara langsung
dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya.
Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di
perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan
dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur
bagi kegiatan yayasan.
c. Bermitra dengan pihak lain.
Pihak perusahaan melakukan kerja sama dengan lembaga sosial atau
organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media
massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam pelaksanaannya.
d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau medukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan
model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan
yang bersifat hibah pembangunan.

Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki


efektivitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi
berperan hanya sebagai dermawan. Sikap seperti ini berdampak negatif, yaitu
melestarikan ketergantungan pada uang kontribusi. Dalam konteks
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun
suatu relasi dalam bentuk mitra kerja antara perusahaan dengan masyarakat
setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Dalam melaksanakan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktek-
praktek tertentu yang dianggap terbaik, setiap perusahaan memiliki
karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana
mereka memandang tanggung jawab sosial. Setiap perusahaan memiliki
kondisi yang beragam dalam hal kesadaran akan berbagai isu berkaitan
dengan CSR serta seberapa banyak hal yang telah dilakukan dalam hal
mengimplementasikan pendekatan CSR. Meskipun tidak terdapat standar
atau praktek-praktek tertentu yang dianggap terbaik dalam pelaksanaan
aktivitas CSR, namun kerangka kerja (framework) yang luas dalam
pengimplementasian CSR masih dapat dirumuskan, yang didasarkan pada
pengalaman dan juga pengetahuan dalam bidang-bidang seperti manajemen
lingkungan. Kerangka kerja ini mengikuti model “plan, do, check, and
improve” dan bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi
yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan.
Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR)
Hendrik Budi Untung (2017:11-12) dalam buku Corporate Social
Responsibility mengemukakan bahwa Menurut Prince of Wales
Foundation ada lima hal penting yang dapat mempengaruhi Implementasi
CSR. Pertama, menyangkut Human Capital atau pemberdayaan manusia.
Kedua, Environments yang berbicara tentang lingkungan. Ketiga adalah
Good Corporate Governance. Keempat, Social Cohesion artinya dalam
melaksanakan CSR jangan menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima,
Economic Strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian
di bidang ekonomi.
Bentuk dan Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Hendrik Budi Untung (2017:14-15) dalam buku Corporate Social
Responsibility mengemukakan bahwa manfaat CSR Perusahaan yang
telah meyakini CSR sebagai suatu kewajiban bagi perusahaan, maka
dengan sendirinya perusahaan telah melaksanakan investasi social.
Sebagai investasi sosial maka perusahaan akan memperoleh keuntungan
dalam bentuk manfaat yang akan diperoleh, antara lain yaitu:
1. Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh,
misalnya lewat efisiensi lingkungan.
2. Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi.
3. Mendorong komitmen karyawan. Karena mereka diperhatikan dan
dihargai.
4. Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas.
5. Mempertinggi reputasi dan corporate building.

Konsep Piramida Corporate Social Responsibility (CSR)


Hendrik Budi Untung (2017:17-18) dalam buku Corporate Social Responsibility
mengemukakan bahwa konsep piramida CSR memberikan sebuah justifikasi teoritis dan logis
mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat disekitarnya. CSR adalah
puncak piramida yang erat terkait, dan bahkan identik dengan, tanggung jawab filantropis.
1. Tanggung jawab ekonomis.
Kata kuncinya adalah make profit. Motif utama perusahaan adalah
menghasilkan laba. Laba adalah pondasi perusahaan, dan perusahaan harus
memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan terus hidup dan
berkembang.
2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat
hukum.
3. Tanggung jawab etis. Kata kuncinya: be ethical. Perusahaan memiliki kewajiban
untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, dan adil. Norma-norma
masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.
4. Tanggung jawab filantropis. Kata kuncinya: be good citizen. Selain perusahaan
harus memperoleh laba, taat hukum dan berlaku etis, perusahaan dituntut agar
dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh
masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua.
Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab
ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan
istilah nonfiduciary responsibility.

Corporate Sustainability Management


Corporate Sustainability Management adalah pendekatan perusahaan yang
menyelaraskan pengambilan keputusan tentang alokasi modal, pengembangan produk dan
sumber dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang tercermin dalam environment
management (EM), corporate social responsibility (CSR), and corp. political activity (CPA).
Corporate Sustainability Management adalah sustain atau keberlanjutan. Guna
mewujudkan sustainability pada perusahaan, maka diperlukan aktor pendukungnya yakni Good
Corporate Governance (GCG) sebagai fondasi dasar suatu perusahaan. Menurut, Organization of
Economic Cooperation and Development (OECD, 2004), Good Corporate adalah serangkaian
hubungan antara pemegang saham, pimpinan perusahaan, manajemen perusahaan, serta
pemangku kepentingan lainnya yang menjadi satu di antara elemen kunci dalam mencapai tujuan
perusahaan dengan meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan serta kepercayaan investor.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan
yang baik adalah suatu proses pengungkapan dan transparansi yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memberikan informasi kepada regulator dan pemegang saham serta masyarakat umum
yang tepat dan akurat mulai dari aspek keuangan, operasional, dan lainnya dari perusahaan
sebagai wujud prinsip transparancy, accountability, independency, fairness, dan responsibility.
Sustainability awareness dapat diukur berdasarkan Corporate Sustainability Management
Model (CSM Model) dalam tiga tahapan, tahapan pertama memetakan praktik CSM berdasarkan
proposed extended SR disclosure, tahap kedua mendesain CSM Model berdasarkan SPMS-BSC
dan “triple I framework”, tahap ketiga adalah mengembangkan SA level index “The framework
to sustainable “finance” dengan qualitative content analysis dan menguji applicability-nya
(Anis, 2021) dalam (Ramadhan et al. 2022).
Menurut Rodrigo Garcia Motta et al. (2021) Ide awal dari sustainability innovation
adalah keunggulan benefit melebihi cost dihasilkan dalam proses “the virtuous cycle balance”,
dengan dua asumsi; Pertama, adanya formulasi strategi oleh TMT dan dikomunikasikan secara
efektif kepada pegawai di level operasional, Kedua, diperlukan mekanisme jarak waktu untuk
melihat dampak strategi pertama kali, agar mengasahkan kepekaan TMT atas isu tematik serta
membangun stakeholders awareness yang akan memengaruhi keputusan membeli produk serta
berinvestasi. Penelitian ini mengembangkan CSM model disajikan pada Gambar:
Sustainability Intention

Menurut Rodrigo Garcia Motta et al. (2021) Tahap pertama untuk menjadi sustainable

companies adalah memformulasikan Sustainability intention melalui (A) pernyataan misi,

values, visi dan strategi (sustainability motivation) (B) menentukan inisiatif portofolio

berdasarkan analisis kondisi eksternal (political, economic, social, technological, environmental

& legal) dan kondisi internal (human capital, operations, innovation, & technology deployment),

serta kondisi strategi berjalan (stakeholders engagement). Analisis kondisi eksternal dan internal

akan memberikan pemahaman strategy gap dan management capability gap (Ansoff dan

McDonnel, 1990). Pada tahap ini, bank mengembangkan key performance indicator (KPI) untuk

meningkat efisiensi proses bisnis rutin dengan penurunan konsumsi energi, penggunaan kertas

dan optimalisasi teknologi informasi dan komunikasi (Weber dan Felmate, 2016). Selain itu bank

menghindari menyalurkan pembiayaan/investasi kepada industri kontroversial (Schoenmaker,

2017) serta mengidentifikasi isu tematik SDGs di mana ingin berkontribusi (GRI Standard; FSB,

2012).

Kedua komponen sustainability intention sejalan dengan dynamic capability dan

diffusion of innovation theory, bahwa untuk meningkatkan kapabilitas, perusahaan perlu

mengidentifikasi ancaman dan peluang, mengambil peluang dan menyesuaikan

pembiayaan/investasi (sensing & seizing capability) (Teece, 2007). Stakeholders engagement

merupakan awal di mana bank membuat kontrak sosial untuk merespon isu SDGs yang material

(PACC, 2015). Identifikasi stakeholders merupakan preferensi mengakses masa datang,

mengelola risiko dan membatasi penurunan dampak (real option) (Husted, 2005) dan mencapai

kinerja yang sustainable (Eccles et al., 2012).


Sustainability Integration

Sustainability Intention merupakan syarat yang perlu, namun bukan merupakan syarat

yang cukup. Sustainability initiative harus diikuti dengan penguatan komitmen TMT untuk

memobilisasi pegawai melalui dua komponen (C) Unit organization alignment dengan

memformulasikan risk governance framework (RGOV), serta meng- cascading KPI kepada unit

bisnis serta unit pendukung lintas fungsi organisasi, dan (D) mengembangkan mekanisme

eksekusi sustainability strategy (Eccles et al., 2012). Bank perlu mengembangkan strategic

management office (Kaplan dan Norton,2008) untuk mengadministrasikan strategi (centralized

strategy and decentralized operation). Level optimal sentralisasi dan desentralisasi akan

mendorong self-managed team, suatu kultur yang diharapkan dapat memperkuat proses bisnis

kunci, sales planning, resource capacity planning dan budgeting (Adlers dan Borys, 1996).

Struktur ini akan memobilisasi pegawai lintas fungsi organisasi berinovasi (Pavlou and El Sawy,

2011) untuk menemukan sustainability business case drivers (True Price, 2014). Kedua

komponen sustainability intention sejalan dengan dynamic capability and

diffusion of innovation theory bahwa kapabilitas organisasi akan meningkat dari “zero

level” ke “first order” jika TMT mampu mengintegrasikan, membuat tindakan kolektif dalam

mengeksekusi strategi, memodifikasi produk, meningkatkan skala pasar (integrating &

reconfiguring capability) (Pavlou and El Sawy, 2011) dalam (Rodrigo Garcia Motta, et al

(2021) .

Sustainability Implementation

Sustainability implementation memerlukan formalisasi sustainability ke dalamproses

bisnis rutin untuk memberdayakan; (E) Stakeholders & risk management process, (F)

Operational dan strategic review meeting serta pelaporan progress kinerja (accountability &
communication) (Eccles et al., 2012). Formalisasi dapat berpengaruh positif terhadap kinerja

pada organisasi kecil, sebaliknya juga dapat menghambat komunikasi dan respon strategis. TMT

perlu mengoptimalkan formalisasi dan relasi sosial informal pada proses bisnis rutin (Adler and

Borys, 1996). Sentralisasi strategi merupakan determinan exploratory innovation, formalisasi

determinan dari exploitative innovation, sedangkan relasi sosial informal merupakan determinan

exploitative & explorative innovation pada perbankan di Eropa (Jensen et al., 2006).

Sustainability implementation memerlukan sustainability management tools, standard dan

guidance, life cycle accounting - LCA technology untuk monetisasi risiko aspek sosial dan

lingkungan (True Price, 2014). Kedua komponen sustainability implementation sejalan dengan

dynamic

capability dan diffusion of innovation theory, di mana sustainability implementation

memerlukan koordinasi dan konsistensi melakukan scanning kondisi internal dan eksternal

(coordinating & scanning capability) (Pavlou and El Sawy, 2011). Komitmen TMT untuk

memobilisasi pegawai dapat diperkuat dengan dengan menyelaraskan insentif dan reward

(Wiliamson, 2002).

Sustainability Awareness dan Efisiensi Operasional

Dalam paradigm Modigliani dan Miller (1958) peluang investasi merupakan satu-

satunya driver investasi perusahaan. Keseluruhan net present value positive (NPV) harus dicapai.

Perusahaan berkemungkinan mendapatkan pembiayaan untuk semua proyek dengan NPV positif,

dan melanjutkan untuk berinvestasi hingga marginal benefit investasi sama dengan marginal cost

(Hayashi, 1982). Namun dalam praktiknya perusahaan menemui beberapa kendala yang

membatasi manajer untuk dapat membawa semua proyek dengan NPV positif (Hubbard, 1998).

Literatur menunjukan adanya friksi di pasar modal dapat menyebabkan deviasi


pembiayaan/investasi dengan fenomena over & under financing/investing. (Chen et al., 2014).

Fenomena over-financing/investing terjadi karena buruknya pemilihan proyek, di mana manajer

berpeluang mengekspropriasi sumberdaya perusahaan. Sedangkan fenomena

under-financing/investing terjadi karena perusahaan menghadapi keterbatasan dana, sehingga

menarik diri dari proyek dengan NPV positif, karena tingginya biaya perolehan modal (Biddle et

al., 2009). Asimetri informasi dan agency problem merupakan dua friksi yang menyebabkan

pembiayaan/investasi sub-optimal (Stein, 2003).

Asimetri informasi antara manajer dan stakeholders dapat memengaruhi biaya

perolehan modal dalam pemilihan proyek (Meyer 1984). Ketika manajer memiliki informasi

privat bahwa saham perusahaan over-valued, mereka akan menerbitkan saham baru. Manajer

akan menolak discount price walaupun harus melepas peluang investasi. Oleh karena itu,

asimetri informasi menghalangi efisiensi pembiayaan/investasi (Lang et al. 1996). Dari

perspektif keagenan manajer cenderung memaksimumkan kesejahteraannya

dengan memilih peluang pembiayaan/investasi yang tidak sejalan dengan kepentingan

shareholders (Jansen dan Mekling, 1976). Investor mengantisipasi potensi ekspropriasi yang

meningkatkan biaya perolehan dana. Keinginan membangun kerajaan bisnis mendorong manajer

memanfaatkan arus kas bebas menyalurkan pembiayaan/investasi secara berlebihan, hal ini

terdukung di situasi tidak adanya monitoring shareholders (Jensen 1986). Bukti empiris

menunjukan permasalahan keagenenan merupakan permasalahan utama inefisiensi

pembiayaan/investasi (Lang et al., 1991). Sustainability Awareness berkemungkinan berperan

sebagai management control

system dengan terdapatnya belief system, boundary system, diagnostic control system

serta interactive control system untuk mengatasi bounded rationality (Arjalies dan Mundy,
2014). Oleh karena itu penelitian ini memprediksi Sustainability Awareness akan meningkatkan

efisiensi pembiayaan/investasi dengan rendahnya asimetri informasi, good management

(Waddock dan Graves, 1997) karena adanya pertimbangan stakeholders dalam proses bisnis

rutin.
ANALISA TAHUN 2017

1. SUSTAINABILITY INTENTION BANK BCA pada tahun 2017 menunjukan Point


3.74% yang merupakan dari item :

1. Sustainibility Motivation (MOTV) (Point 16)

Dari ke 4 Sub item masing-masing mendapat 4 poin, ini Memberikan narasi yang
komprehensif (didukung data, table, metode, gambar, grafik dll) untuk pertanyaan yang
memiliki 1 sub-item.

2. Stakeholders Enggagement) (STAKE) (Point 10,17) dalam 3 item

1) Economic sustainibility (Point 2,83) dari 6 sub item dimana

Dampak terhadap ekonomi lokal dan ekonomi global (pont 2) yang memberikan narasi
singkat pada sub item tersebut.

Tindakan legal untuk anti-competitive behavior, dan praktik monopoli (point 1). Sub item
tersebut tidak mengungkapkan sama sekali. Namun 4 sub item Memberikan narasi yang
komprehensif (didukung data, table, metode, gambar, grafik. dll) untuk pertanyaan yang
memiliki 1 sub-item..

2) Environmental Sustainability – Natural Environment ( Point 3,89) dari 9 sub


item dimana

Kepatuhan dengan regulasi lingkungan (Point 3). dimana BCA mengungkapkan kalimat
Upaya meminimalkan risiko sosial dan lingkungan yang signifikan dan dalam rangka
kepatuhan telah dilakukan BCA melalui prinsip kehati-hatian dan ini di dukung
Peraturan OJK 51/POJK.03/2017 yang mengadopsi prinsip pembangunan berkelanjutan
yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, dimana BCA mematuhi
peraturan tersebut, namun ini tidak menyatakan secara luas dengan dukungan data
melainkan BCA menyatakan mematuhi lebih dari satu peraturan pada sub item tersebut.
3) Social Sustainability – Contribution to Community (3.44) dari 9 sub item dimana

Mendukung inisiatif pengembangan komunitas (Point 3) dimana BCA melakukan


pendampingan dan pengembangan kapasitas komunitas agar dapat memajukan potensi
lokal yang berdampak pada kenaikan pendapatan dan kesejahteraan.

Mendukung dan berpartisipasi bagi disabilitas dalam kehidupan sosial dan ekonominya
(Point 3). Ini Memberikan narasi lebih luas dengan dukungan data pada sub item
tersebut.

Mendukung dan membiayai wirausaha pemula (start-up) (Point 1) ini tidak


mengungkapkan sama sekali keseluruhan pada sub-item yang diidentikasi tersebut.

2. SUSTAINABILITY INTEGRATION BANK BCA pada tahun 2017 menunjukan


point 2.33 yang merupakan dari item dari :

1) Board-level risk governance structure BANK BCA (Point 2) dari 3 sub item
dimana;

Pada independensi Dewan Komisaris, diukur dengan jumlah dewan (komisaris)


independen > 50% (Point 1), kemampuan atau kompetensi yang memadai dari Board
Risk Management Committee (BRMC), diukur oleh sekurang-kurangnya satu
anggota yang memiliki sertifikat atau pengalaman manajemen risiko (Point 1). Sub
item tersebut tidak mengungkapkan sama sekali.

2) Management-level risk governance structure (ALIGN2) discloses (Point 1) dari 2


sub item dimana Pada Tanggung jawab Chief Executive Officer (CEO) dan personel
manajemen senior lainnya sambil mempertimbangkan selera risiko keuangan, sosial,
dan lingkungan (Point 1).

3) Group structure governance (ALIGN3) (Point 1) dimana discloses Top


Management Teams (TMT) yang bertanggung jawab atas pengelolaan risiko
keberlanjutan unit bisnis perbankan Sub item tersebut tidak mengungkapkan sama
sekali.

4) Independence of Chief Risk Officer (CRO) (ALIGN4) reveals (Point 1) dimana


Bank mengungkapkan keberadaan Komite Manajemen Risiko (RMC) dan
independensinya dari fungsi eksekutif lainnya. Sub item tersebut tidak
mengungkapkan sama sekali.

5) Reporting of Chief Risk Officer (CRO) (ALIGN5) discloses (Point 1) dalam


adanya sistem pelaporan dimana Risk Management Committees (RMC) melaporkan
langsung profil risiko kepada Board Risk Management Committees (BRMC). Sub
item tersebut tidak mengungkapkan sama sekali.

6) Cost – Sustainability cost management (Point 2,4) dari 3 sub item dimana ;

Biaya operasional yang dikeluarkan secara spesifik untuk investasi komunitas (Point
2) BCA menyediakan berbagai produk keuangan bagi UKM berupa kredit modal
kerja dan kredit investasi yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk
mengembangkan usahanya.

Biaya yang berhubungan dengan riset dan pengembangan investasi komunitas (Point
2) Pada tahun 2017, untuk pertama kali BCA melakukan evaluasi pelaksanaan
program CSR dengan melibatkan konsultan eksternal yaitu Kiroyan Partners. Pada
sub item diatas memberikan narasi singkat untuk pertanyaan yang memiliki 1 sub-
item.

7) Efficiency - Energy Consumption & Savings (Point 2,86) dari 7 sub item dimana ;

Apakah bank mengungkapkan isu peningkatan efisiensi operasional dari inisiatif


lingkungan (environtment sustainability) (Point 3)

Kebijakan penghematan energi (Point 3) , Awareness gedung-gedung yang ramah


lingkungan (Point 3) dimana pada tahun 2017 BCA mengungkapkan dalam
penurunan penggunaan efisiensi operasional yang melakukan penghematan energi
namun tidak mengungkapkan datanya secara komerehensif .
Sistem pengadaaan bertanggung jawab (sustainable procurement systems) (Point 1).
Dimana bank tidak mengungkapkan sama sekali.

8) Kebijakan organisasi terkait Hak Azasi Manusia - Human Right (Point 3.50)
dari 6 sub item dimana ;

Tunjangan untuk kelahiran dan cuti melahirkan (Point 1) bank tidak


mengungkapkan sama sekali.

9) Human Resource Development – HRD (Point 3,0) dari 9 sub item dimana ;

Penekanan intgritas, moralitas dan penegakan kode etik (Point 1). Memberikan
apresiasi atas upaya pegawai (Point 1) Memberikan penghargaan (reward) atas
kinerja (Point 1). Dimana bank tidak mengungkapkan sama sekali.

10) Revenue - Product Responsibility (Point 3,57) dari 7 sub item dimana ;

Memberikan apresiasi atas dukungan nasabah (Point 1). Dimana bank tidak
mengungkapkan sama sekali.

11) Innovation – Developing Sustainable Finance Point (2,67) dari 6 sub item dimana
;

Menggunakan teknologi informasi dalam penilaian risiko lingkungan, sosial dan tata
kelola (ESG Screening) dalam menyalurkan kredit (Point 1). Riset dan
pengembangan sustainable finance (Point 1). Dimana bank tidak mengungkapkan
sama sekali.

Melakukan kolaborasi dengan financial technology (fintech) dan e-commerce (Point


2) BCA memberikan narasi singkat untuk Finhacks maupun IKF yang merupakan
salah satu implementasi komitmen BCA untuk turut aktif mendukung pengembangan
generasi muda Indonesia. Melalui teknologi, BCA terus menjajaki peluang tak
terbatas dalam pengembangan solusi perbankan agar senantiasa dapat berperan dalam
upaya peningkatan perekonomian nasional Indonesia.
3. SUSTAINABILITY IMPLEMENTATION BANK BCA pada tahun 2017 menunjukan
nilai 2.38 yang memiliki nilai Item dari :

1) Stakeholders and Risk Management Process (SRMGT) ; Point 0,76 ( 9,9/13) yang
merupaka item dari :

a. Pada Evaluasi profil risiko dalam Apakah bank mengungkapkan bahwa manajemen
senior atau Komite Pemantau Risiko (board risk committee) mengevaluasi risiko
yang dihadapi perusahaan untuk keseluruhan profil risiko (Point 4). Ini memberikan
narasi yang komprehensif (didukung data, table, metode, gambar, grafik dll) untuk
pertanyaan yang memiliki 1 sub-item. Namun pada bagian Apakah evaluasi profil
risiko dilakukan secara teratur ? (Point 1) Bank BCA tidak mengungkapkan sama
sekali keseluruhan sub-item pertanyaan yang di identikasi. Dari hasil point kedua
sub item di atas akan di rata-ratakan sehigga mendapatkan nilai 2.5.

b. Komunikasi risiko yang efektif

Apakah informasi terkait dengan risiko dikomunikasikan kepada Komite Pemantau


Risiko (board risk committee) dan manajemen senior (Point 3) dimana Komite
Pemantau Risiko (KPR) dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam
melaksanakan tanggung jawab pengawasan risiko sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Sistem pelaporan risiko - Apakah bank mengungkapkan sistem pelaporan profil risiko
kepada Komite Pemantau Risiko (board risk committee) berisi informasi penting dan
rutin dilaporkan (Point 1). Dimana bank tidak mengungkapkan sama sekali
keseluruhan sub-item pertanyaan yang diidentikasi.

c. Tanggung jawab fungsi kepatuhan hukum

Apakah bank mengungkapkan fungsi kepatuhan (legal compliance) independent dari


satuan kerja operasional (Point 1).

Fungsi kepatuhan hukum memberikan laporan terkait risiko kepatuhan (Point 1).
Bank BCA tidak mengungkapkan sama sekali keseluruhan sub-item pertanyaan
yang di identikasi. Dari hasil point kedua sub item di atas akan di rata-ratakan
sehingga mendapatkan nilai 1.

d. Tanggung jawab fungsi audit internal (Point 1)

Apakah bank mengungkapkan bahwa fungsi internal audit independent terhadap


satuan kerja operasional (Point 1).

Anggota komite audit memiliki sertifikasi profesional internal auditor (Point 1).

Anggota komite audit memiliki skill terkait aktivitas risiko yang diukur dengan
sertfikat manajemen risiko? (Point 1). Bank BCA tidak mengungkapkan sama sekali
keseluruhan sub-item pertanyaan yang di identikasi. Dari hasil point ketiga sub item
di atas akan di rata-ratakan sehingga mendapatkan nilai 1.

e. Struktur remunerasi berbasis risiko (Point 1) dalam Apakah bank mengungkapkan


struktur remunerasi mempertimbangkan risiko dalam mengevaluasi kinerja manajer
senior? (Point 1). Bank BCA tidak mengungkapkan sama sekali keseluruhan sub-
item pertanyaan yang di identikasi.

f. Manajemen risiko reputasi dan relasi stakeholders (Point 2.4) dalam

Pengungkapan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) dan memberikan


laporan kepada OJK (Point 1), bank tidak mengungkapkan sama sekali keseluruhan
sub-item pertanyaan yang diidentikasi.

Pengungkapan bahwa bank tidak berinvestasi dan/atau tidak memberikan pembiayaan


kepada sektor industri kontroversial (Point 2), BCA mengungkapkan yaitu melarang
pemberian kredit kepada perusahaan yang tidak memiliki dokumen izin lingkungan
yang relevan, juga tidak memberikan kredit kepada debitur yang memperoleh
peringkat Merah dan Hitam dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pengungkapan bahwa bank melakukan peninjauan ulang kontrak utang bagi debitur
yang tidak menerapkan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan (Point 1). bank tidak
mengungkapkan sama sekali keseluruhan sub-item pertanyaan yang diidentikasi.
Dari hasil point lima sub item akan di rata-ratakan termasuk dua sub item ( masing-
masing Point 4) yang tidak di sebutkan di analisa ini, mendapatkan point 2.4.

2) Accountability & Communication) (ACCOM) ; Point 1,62 ( 21,08/13) yang


disebabkan

a. Penggunaan sustainability management tools (TOOLS) (Point 4) dalam

Bank menggunakan risk scoring systems untuk menilai risiko kredit dan membuat
pemeringkatan (Point 4).

Bank memiliki sertifikasi manajemen kualitas yang di-update secara regular seperti ISO
31000; ISO 14001; ISO 9000 dan/atau standar lainnya (Point 4). Masing - masing sub
item diatas Memberikan narasi yang komprehensif (didukung data, table, metode,
gambar, grafik dll) untuk pertanyaan yang memiliki 1 sub-item. Dari hasil point sub item
di atas akan di rata-ratakan sehigga mendapatkan nilai 4.

b. Sustainability Management System, standard & guidelines (ACCOM2) (Point 1)


dalam

Bank menerapkan Environmental Management System (EMS) (Point 1).

Bank mengembangkan Key Performance Indicator (KPI) menggunakan Strategic


Performance Measurement System berbasis Balanced Scorecard, atau SPMS dalam
mengelola strategi (Point 1).

Bank mengungkapkan IT Governance dan/atau Data Governance Standard yang


digunakan seperti COBIT, Systrust atau standar lainnya (Point 1). Bank BCA tidak
mengungkapkan sama sekali keseluruhan sub-item pertanyaan masing masing yang di
identikasi. Dari hasil point sub item di atas akan di rata-ratakan sehigga mendapatkan
nilai 1
c. Sustainability Performance – Direct Impact (Point 4) dalam

Bank mengungkapkan besaran capaian kinerja ekonomi berupa peningkatan praktik


operasional dan efisiensi. (Point 4)

Bank mengungkapkan besaran capaian kinerja lingkungan atau kebijakan penurunan


emisi gas rumah kaca dan penghematan energi (Point 4).

Bank mengungkapkan besaran capaian kinerja penurunan konsumsi kertas (Point 4).

Bank mengungkapkan besaran capaian kinerja pengembangan sumberdaya manusia


(Point 4)

Bank mengungkapkan besaran capaian kinerja pengembangan sumberdaya manusia dan


kepuasan pegawai (Point 4).

Bank mengungkapkan besaran capaian kinerja kepuasan nasabah dari peningkatan


inovasi teknologi, produk dan layanan perbankan (Point 4). Masing - masing sub item
diatas Memberikan narasi yang komprehensif (didukung data, table, metode, gambar,
grafik dll) untuk pertanyaan yang memiliki 1 sub-item. Dari hasil point sub item di atas
akan di rata-ratakan sehigga mendapatkan nilai 4.

d. Sustainability Performance – Indirect Impact (Point 3,5) dalam

Bank mengungkapkan dampak ekonomi tidak langsung yang diciptakan melalui rantai
pasok pengadaan (supply chain & procurement system) (Point 2). yang memberikan
narasi singkat untuk pertanyaan yang memiliki 1 sub-item.

Bank mengungkapkan kasus korupsi, pelanggaran kode etik yang terkonfirmasi serta
tindakan yang diambil (Point 4).

Bank mengungkapkan kasus korupsi, pelanggaran kode etik yang terkonfirmasi serta
tindakan yang diambil (Point 4).

Bank mengungkapkan dampak tidak langsung yang diciptakan melalui pembiayaaan


lingkungan dan/atau pengembangan komunitas (Point 4).
Bank mengungkapkan dampak tidak langsung yang signifikan melalui pembiayaan
infrastruktur (Point 4).

Dari hasil point sub item di atas akan di rata-ratakan sehigga mendapatkan nilai 3.5.

e. Principle of Reporting Quality - Data & Information Governance (Point 2.83)


dalam

Akurasi (accuracy) – Dukungan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang kinerja


lingkungan dan sosial (Point 4).

Keseimbangan (balance) – Pengungkapan hasil positif dan negatif untuk topik yang
material dalam format yang menunjukan tren – seperti tindakan (Point 4)

Kejelasan (Clarity) – Kemudahan penelusuran informasi, daftar isi, penjelasan memadai


serta informasi yang dapat diakses (Point 4).

Masing - masing sub item diatas Memberikan narasi yang komprehensif (didukung data,
table, metode, gambar, grafik dll) untuk pertanyaan yang memiliki 1 sub-item.

Keterbandingan (comparability) – informasi disajikan dalam 3 tahun terakhir, sehingga


terdapat tolok ukur untuk topik yang material (Point 1). bank tidak mengungkapkan sama
sekali keseluruhan sub-item pertanyaan yang diidentikasi.

Keandalan (reliability) – Palaporan mengidentifikasi sumber asli atau bukti yang


terpercaya dan menegaskan keakuratan, batas waktu dan kesalahan yang dapat diterima
(Point 2)

Timeliness – Menerbitkan laporan berkelanjutan dalam 5 tahun secara berturut-turut. Dari


kedua sub item diatas hanya menyinggung topik saja, ini memberikan narasi singkat
untuk pertanyaan yang memiliki 1 sub-item. Dari hasil point sub item di atas akan di rata-
ratakan sehigga mendapatkan nilai 2.83.

f. Penghargaan di bidang Sustainability (Point 4.0) dalam


Bank mendapatkan penghargaan praktik tata kelola perusahaan yang baik (corporate
governance)

Bank mendapatkan penghargaan pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting award)

Bank mendapatkan penghargaan dan/atau sertifikat terkait keberlanjutan ekonomi

Bank mendapatkan perhargaan dan/atau sertifikat terkait keberlanjutan sosial

Bank mendapatkan perhargaan dan/atau sertifikat terkait keberlanjutan lingkungan

Bank terdaftar pada Indeks Sri Kehati atau Sustainability Index lainnya.

Masing - masing sub item diatas mendapat Point 4 dimana Masing-masing Memberikan
narasi yang komprehensif (didukung data, table, metode, gambar, grafik dll) untuk
pertanyaan yang memiliki 1 sub-item. Dari hasil point sub item di atas akan di rata-
ratakan sehigga mendapatkan nilai 4.

g. Penjaminan (Assurance) Laporan Keberlanjutan (Point 1) dalam

Bank mengungkapkan bahwa data dan informasi keberlanjutan yang disajikan telah
melewati tahap verifikasi internal.(Point 1)

Bank mengungkapkan bahwa data dan informasi keberlanjutan yang disajikan telah
mendapatkan penjaminan dari lembaga eksternal independent (Point 1). Masing - masing
sub item diatas mendapat Point 1 dimana Masing-masing tidak mengungkapkan sama
sekali keseluruhan sub-item pertanyaan yang diidentikasi. Dari hasil point sub item di
atas akan di rata-ratakan sehigga mendapatkan point 1.
Analisa tahu 2018

1.Sustainability intention index tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,05% dari tahun
sebelumnya sebesar 3,75 menjadi 3, 80%.

- kenaikan ini terjadi karena pada tahun 2018 pengungkapan dampak terhadap ekonomi lokal,
mendukung insiatif pengembangan komunitas, mendukung dan berpartisipasi bagi disabilitas
dalam kehidupan social dan ekonomi, mendukung dan membiayai wirausaha pemula (start up)
dan kontribusi dalam pembiayaan UMKM dengan menggunakan tabel dan dibubuhkan target
pencapaian serta strategi BCA dalam rencana untuk kegiatan keberlanjutan dan dampaknya
secara global, sedangkan pada tahun 2017 laporan keberlanjutan hanya menyajikan penjelasan
beserta inisiatif BCA saja tidak menyajikan target pencapaian strateginya

2. Sustainability integration index tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,02% kenaikan
tersebut terjadi karena pengungkapan terakit Energy Consumption & Savings.

- Sustainability cost management pada tahun 2018 tidak dilampirkan tabel biaya yang
dikeluarkan untuk investasi teknologi dan pengembangan produk tetapi dijelaskan informasi
bahwa BCA aktif mengembangkan dan mendorong layanan digital banking yang inovatif.

- pada tahun 2018 bank BCA mengungkapkan laporan terkait penggunaan pengehematan energi
listrik, air, emisi. Berdasarkan data tersebut bahwa BCA Upaya untuk meminimalkan dampak
lingkungan juga diterapkan dengan mengintegrasikan prinsip pelestarian lingkungan pada solusi
perbankan serta BCA melakukan upaya efisiensi operasional di kantor-kantor bank

- pada aspek pengembangan sumberdaya manusia tahun 2018 Kompensasi dan kesejahteraan
pegawai dan Program pendidikan dan pelatihan keberlanjutan hanya menginformasikan program
tersebut tetapi tidak membubukan target pencapaiannya.

- pengungkapan sustainable finance di tahun 2018 terjadi kenaikan dimana penjelasan mengenai
penggunaan teknologi informasi dalam penilaian risiko lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG
Screening) tetapi tidak dijelaskan secara detail produk yang digunakan dalam menyalurkan
kredit, sedangkan dalam financial technology (fintech) dan e-commerce program tersebut
melanjutkan program sebelumnya sehingga pada tahun 2018 tidak disajikan laporan tersebut.
- pada tahun 2018 terjadi penurunan dari index penyajian atas Biaya modal yang dikeluarkan
untuk inovasi teknologi dan pengembangan produk dan layanan keberlanjutan tidak
menggunakan tabel dan target pencapian.

3. sustainability implementation tahun 2018 dari index fungsi laporan risiko kepatuhan
mengalami kenaikan sebesar 0,18% dari tahun sebelumnya sebesar 2,38 menjadi 2,57%. Dengan
memiliki nilai sub:

- pada tanggung jawab fungsi kepatuhan hukum, terjadi kenaikan ditahun 2018 di bandingkan
tahun sebelumnya pada fungsi kepatuhan hukum memberikan laporan terkait risiko kepatuhan
dengan menyajikan informasi beberapa komite terkait fungsi pokok.

- pada principle of reporting quality – data & information governance terjadi kenaikan ditahun
2018 karena menerbitkan laporan keberlanjutan hanya dalam 4 tahun secara berturut-turut
dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya menerbitkan laporan selama 3 tahun saja.

- tahun 2018 mengungkapkan informasi terkait laporan keberlanjutan Bank mengungkapkan


bahwa data dan informasi keberlanjutan yang disajikan telah mendapatkan penjaminan dari
lembaga eksternal independent dibandingkan pada tahun 2017

- pada index manajemen risiko reputasi dan relasi stakeholders pada tahun 2018 terjadi
penurunan dari tahun sebelumnya pada pengungkapan bahwa bank melakukan proses monitoring
pada perusahaan atau proyek pembiayaan berisiko tinggi dimana pada tahun 2017 menyajikan
keterangan terakit laporan proyek pembiayaan berisiko tinggi sedangkan pada tahun
2018program tersebut melanjutkan program sebelumnya sehingga tidak disajikan di laporan
tahun 2018.
Analisis tahun 2019
1. Sustainability intenstion index tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 0,0`1% dari
tahun sebelumnya sebesar 3,83% menjadi 3, 84%.

- Kenaikan ini terjadi karena pada tahun 2019 pengungkapan dampak terhadap
ekonomi global disajikan dengan menggunakan tabel yang didalamnya memuat
target pencapaian strategi BCA dalam rencana untuk kegiatan keberlanjutan dan
dampaknya secara global, sedangkan pada tahun 2018 laporan keberlanjutan
hanya menyajikan tabel beserta inisiatif BCA saja tidak menyajikan target
pencapaian dan stateginya.

- Selain itu, terjadi penurunan dari index penyajian atas kontribusi terhadap start-
up. Hal ini dikarenakan pada laporan tahun 2019 BCA tidak menyajikan
kontribusi terkait pendanaan start-up, sedangkan di tahun 2018 BCA menyajikan
keterangan terkait pendanaan start-up. Tidak disajikannya pengungkapan tersebut
tersebut bisa terjadi karena program tersebut direncanakan dan dibentuk pada
tahun 2018 dan di tahun 2019 program tersebut melanjutkan program
sebelumnya.

2. Sustainability integration index tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 0,17% dari
tahun sebelumnya sebesar 2,33% menjadi 2,50%. Kenaikan ini terjadi karena
terdapat kenaikan beberapa pengungkapan terkait dengan sustanability cost
management, energy consumption & saving, kebijakan organisasi terkait HAM,
HRD, dan inovasi – developing sustainable finance.

- Sustainable cost management

Terjadi kenaikan biaya operasional yang dikeluarkan untuk investasi komunitas.


Dimana tahun 2018 biaya yang keluarkan untuk investasi komunitas UMKM dan
non UMKM adalah sebesar Rp. 116.331 Miliar jika dibandingkan dengan tahun 2018
sebesar Rp. 102.201 Miliar. Per 31 Desember 2019, BCA menyalurkan pembiayaan
KKUB Sektor korporasi yang berbasis LST sebesar 13,7% dari tahun 2018. Dengan
adanya resiko LST dalam setiap pembiayaan, BCA mendukung debitur-debitur untuk
tidak mengakibatkan hayati, penebangan hutan, banjir, kekeringan, pencematan
pelanggaran HAM, dan hak pekerja.

- Pada tahun 2019 terjadi peningkatan sebesar 0,29% untuk pengungkapan energy
consumption & saving. Hal ini karena di tahun 2019 BCA mengungkapkan
penggunaan energi listrik, air, emisi, dan limbah sampah plastik serta upaya
pengelolaannya. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa BCA membangun
budaya keberlanjutan dengan efisiensi penggunaan lisstrik, air bersih, dan kertas,
serta penggunaan panel surya.

- Pada tahun 2019 terjadi kenaikan pada pengungkapan pengembangan sustainable


finance, dimana terdapat penjelasan mengenai upaya-upaya yang dilakukan BCA
untuk mendukung Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia.

3. Sustainability implementation index pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar


0,03% dari tahun sebelumnya sebesar 2,57% menjadi 2,54%. Penurunan terjadi
karena terdapat penurunan di beberapa pengungkapan terkait dengan evaluasi profil
resiko, komunikasi resiko, tanggungjawab fungsi kepatuhan hukum, manajemen
resiko reputasi dan relasi stakeholders, principles of reporting quality-data &
information governance.

- Evaluasi profil resiko

Pada tahun 2019, BCA tidak menginformasikan terkait dengan risiko


dikomunikasikan kepada komite pemantau resiko yang dihadapi oleh Perusahaan.
Berbeda dengan tahun 2018, BCA mengungkapkan tata kelola perusahaan dengan
perangkat tata kelola serta struktur tata kelola.

- Komunikasi resiko
Pada tahun 2019 BCA hanya mengungkapkan terkait dengan struktur tata kelola
keberlanjutan saja, sedangkan pada tahun 2018 BCA mengungkapkan informasi
terkait dengan resiko melalu tabel fungsi pokok struktur tata kelola perusahaan. Di
dalam fungsi pokok ini terdapat informasi terkait dengan kegiatan komunikasi resiko
dari komite pemantau kepada manajemen senior.

Contohnya:

Komite pemantau risiko membantu dan memberikan rekomendasi kepada Dewan


Komisaris dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas pengawasan
dan tanggung jawab di bidang manajemen risiko dan memastikan bahwa kebijakan
manajemen risiko dilaksanakan dengan baik.

- Tanggung jawab fungsi kepatuhan hukum

Pada tahun 2019, BCA tidak memberikan laporan terkait risiko kepatuhan, berbeda
dengan tahun 2018 dimana BCA mengungkapkan penerapan manajemen resiko dan
pengelolaan resikonya. Hal ini dikarenakan pada tahun 2019 BCA sudah masuk ke
dalam tahap implementasi manjemen resiko, sehingga pelaporannya dilakukan pada
laporan yang terpisah dengan laporan keberlanjutan.

- Manajemen risiko reputasi dan relasi stakeholders

Terjadi kenaikan pada pengungkapan RAKB kepada OJK di tahun 2019, hal ini
didukung oleh keterangan yang menunjukan bahwa sejak tahun 2018 BCA telah
membuat RAKB lima tahun (periode 2019 sampai dengan 2023). Selain itu pada
tahun 2019 dalam laporan keberlanjutannya BCA mengungkapkan prosedur terkait
dengan proses monitoring pada pembiayaan beresiko tinggi. Pengungkapan ini
berupa alur proses persetujuan kredit BCA.
Input analisis tahun 2020,
Tindakan legal untuk anti-competitive behavior, dan praktik monopoli berubah dari tahun
2019 belum ada bahasan terkait praktik monopoli dan kompetitif, di tahun 2020 sudah
disebutkan tetapi tidak di dukung tabel dan angka

Biaya yang berhubungan dengan riset dan pengembangan investasi komunitas, 2019
masih menyebutkan nominal untuk pengembangan riset, 2020 tidak ada bahasan
pengembangan riset karena kendala Covid 19

Biaya modal yang dikeluarkan untuk inovasi teknologi dan pengembangan produk dan
layanan keberlanjutan, tahun 2020 BCA menyebutkan nominal untuk inovasi teknologi
produk digitalisasi dalam pandemi covid

Riset dan pengembangan sustainable finance, berbeda poin penilaian dengan 2019, 2020
BCA tidak ada bahasan riset dan pengembangan selama covid 19

Melakukan kolaborasi dengan financial technology (fintech) dan e-commerce, Selama


covid 19 2020 dukungan bca dengan berkolaborasi dgn e commerce dan penambahan
menu e commerse dalam menu BCA Mobile

Fungsi kepatuhan hukum memberikan laporan terkait risiko kepatuhan, tahun 2020
mengungkapkan Tanggung jawab pengelola K5,terdapat singgungan materi terkait resiko
kepatuhan

Bank mengembangkan Key Performance Indicator (KPI) menggunakan


Strategic Performance Measurement System berbasis Balanced Scorecard,
atau SPMS dalam mengelola strategi, tahun Ada KPI tidak ada bahasan terkait BSC

Tunjangan untuk kelahiran dan cuti melahirkan, tahun 2020 ganti ke 2 dengan asumsi
bantuan lainnya masuk ke tunjangan kelahiran.

ANALISIS TAHUN 2021


a. Sustainability Intention

Sustainability intention merupakan tahapan dimana perusahaan mencoba mengindentifikasi


ancaman dan peluang untuk menyusun strategi perusahaan dan memberikan dampak bagi
kapabilitas perusahaan dalam memberdayakan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan (Anis,2021). Berdasarkan analisis atas informasi yang disajikan oleh PT Bank Centra
Asia pada Laporan Keberlanjutan sejak Tahun 2017 s.d. 2021, diketahui bahwa nilai tertinggi
selama kurun waktu lima tahun terakhir dicapai pada Tahun 2021 yaitu sebesar 3,96 dengan
rincian sebagai berikut.

1) Sustainabilty Motivation

Berdasarkan hasil analisis atas kriteria pada Sub item Sustainability Motivation, PT Bank
Central Asia memperoleh nilai maksimal yaitu 4.00 karena pada Laporan Keberlanjutan
Tahun 2021, PT Bank Central Asia telah menyajikan seluruh informasi dengan memberikan
narasi yang komprehensif yang didukung oleh data, tabel dll untuk menerangkan setiap
kriteria.

Untuk mewujudkan komitmen keberlanjutan, PT Bank Central Asia telah menyusun visi,
misi dan tata nilai perusahaan. Pada Tahun 2021, PT Bank Central Asia telah
mengidentifikasi para pemangku kepentingan kunci, menetapkan topik utama kegiatan yang
melibatkan pemangku kepentingan dan menjelaskan bagaimana respon PT Bank Central Asia
atas hal tersebut. Pelibatan pemangku kepentingan dikelola secara kolektif oleh berbagai
unit, salah satunya oleh Divisi Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan. PT Bank Central
Asia telah menyajikan aspek-aspek keberlanjutannya dan mengidentifikasi topik-topik
material yang mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, social organisasi yang dapat
mempengaruhi keputusan para pemangku kepentingan yang terdiri sembilan topik yang
menjadi prioritas dan dikelompokkan menjadi 3 tingkatan materialitas yaitu cukup penting
(akses dan keterjangkauan layanan, dan pelatihan dan pendidikan), penting (keselamatan dan
kesehatan kerja, tanggung jawab produk dan jasa, portofolio kredit, dan kinerja ekonomi) dan
sangat penting (Pelayanan Bank, anti Korupsi dan Keamanan Data dan Privasi Nasabah).
Laporan Keberlanjutan BCA Tahun 2021 telah menyajikan informasi mencakup aspek
material dan boundary yang mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial yang
signifikan. Informasi kinerja disajikan secara komparatif periode laporan 3 tahun terakhir
sehingga memudahkan pemangku kepentingan menilai kinerja organisasi dalam periode
laporan

2) Stakeholders Enggagement

Berdasarkan hasil analisis atas kriteria pada sub item Stakeholders Enggagement, , PT Bank
Central Asia memperoleh nilai 11,72 dengan rincian sebagai berikut,

a) Economic Sustainability

Berdasarkan hasil analisis atas kriteria pada sub item Economic Sustainability, PT Bank
Central Asia memperoleh nilai 3,83 karena BCA telah menyajikan informasi dengan
memberikan narasi yang komprehensif yang didukung oleh data, tabel dll pada 5 kriteria
dari 6 kriteria. PT Bank Central Asia telah menyajikan informasi dampak atas program-
progam yang telah dijalankan pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu dalam upaya
pencagahan fraud BCA telah memiliki beberapa kebijakan dan peraturan mengenai
kontribusinya terhadap ekonomi nasional, pengembangan investasi infrastruktur,terkait anti
korupsi dan pengendalian gratifikasi. Setiap pekerja PT Bank Central Asia juga telah
mengikuti pelatihan anti fraud melalui e learning. PT Bank Central Asia memiliki unit antau
fraud untuk melakukan pemantauan (penyedartahuan, komunikasi dan penegakan anti
fraud). PT Bank Central Asia juga menyajikan informasi fraud yang terjadi dalam 3 tahun
terkahir dan proses penyelesaiannya. PT Bank Central Asia mempertahankan praktik
operasi yang adil dengan mematuhi undang-undang, peraturan, norma sosial, dan kode etik
agar membangun dan memelihara hubungan yang adil, menghilangkan konflik kepentingan
dengan pemasok atau pihak terkait lainnya, serta melakukan persaingan yang sehat dengan
mematuhi undang-undang anti-monopoli.

b) Environmental Sustainability

BCA telah memilki Kebijakan Lingkungan melalui SK DIR No. 179/SK/DIR/2021).

c) Social Sustainability
BCA telah menyajikan informasi pelibatan masyarakat lokal, asessment dampak dan
program pengembangan yang dilakukan yaitu Program pengembangan masyarakat
lokal berdasarkan kebutuhan masyarakat lokal melalui program pembinaan komunitas
UMKM dan Desa Wisata, program pendidikan berkualitas untuk generasi muda
melalui program belajar siswa SMK, program beasiswa dan program komunitas synergy
academy dalam rangka mendukung dan mengembangkan ekosistem startup di
Indonesia.

b. Sustainability Integration

Tahapan selanjutnya pada SCM model yaitu Sustainability Integration. Komponen yang ada
di sustainability intention menyatakan bahwa kapabilitas organisasi akan meningkat dari
“zero level” ke “first order” jika TMT mampu mengintegrasikan, membuat tindakan kolektif
dalam mengeksekusi strategi, memodifikasi produk, serta meningkatkan skala pasar (Anis,
2021). Berdasarkan analisis atas informasi yang disajikan oleh PT Bank Central Asia pada
Laporan Keberlanjutan sejak Tahun 2017 s.d. 2021, diketahui bahwa nilai tertinggi selama
kurun waktu lima tahun terakhir dicapai pada Tahun 2021 yaitu sebesar 2,71 dengan
penjelasan sebagai berikut.

1) Board-level risk governance structure;

BCA telah mempertimbangkan risiko keuangan, social dan lingkungan. Pada Laporan
Keberlanjutan Tahun 2021, BCA belum menyajikan informasi terkait kemampuan atau
kompetensi dari Board Risk Management Committee. Dewan Komisaris BCA terdiri dari
presiden komisaris, komisaris dan 3 komisaris independen. Sehingga atas kriteria tersebut dapat
disimpulkan bahwa dewan komisaris telah independen namun BCA belum menyajikan informasi
pengukuran tersebut dalam poin tersendiri.

2) Management-level risk governance structure;

BCA telah menyajikan informasi struktur tata kelola keberlanjutan yang teridir dari Direksi,
Direktur Lainnya, Direktur Perencanaan dan Keuangan dan Divisi Sekretariat dan Komunikasi
Untuk memastikan hal tersebut dibentuk unit kerja khusus yaitu Sub Divisi Environment
Sustainability Governance (ESG). Selain itu BCA telah mengungkapkan tanggung jawab CEO
dan anggota manajemen senior lainnya pada Laporan Keberlanjutan namun tidak disajikan
secara rinci dan hanya disajikan sebagai penanggungjawab pada program-program yang
dilaksanakan oleh BCA

3) Group structure governance

Pemantauan atas implementasi Keuangan Berkelanjutan dilakukan setiap tiga bulan dan
dipaparkan dalam Analyst Meeting dengan memperhatikan capaian RAKB. Khusus untuk
pengelolaan kredit berwawasan LST, pengawasan dilakukan oleh Grup Corporate Banking,
Transaction & Finance, Divisi Bisnis Komersial & SME, Grup Analisa Risiko Kredit, di bawah
tanggung jawab Direktur Perbankan Korporasi, Direktur Perbankan Komersial & SME dan
Direktur Kredit & Hukum.

4) Independence of Chief Risk Officer (CRO);

Berdasarkan Laporan Keberlanjutan Tahun 2021, BCA belum mengungkapkan keberadaan


Komite Manajemen Risiko dan independensinya dari fungsi eksekutif lainnya

5) Reporting of Chief Risk Officer (CRO);

BCA belum menyajikan informasi sistem pelaporan terkait manajemen risiko

6) ESG Unit

BCA telah menyajikan informasi struktur tata kelola keberlanjutan yang teridir dari Direksi,
Direktur Lainnya, Direktur Perencanaan dan Keuangan dan Divisi Sekretariat dan Komunikasi
Persuahaan. Untuk memastikan hal tersebut dibentuk unit kerja khusus yaitu Sub Divisi
Environment Sustainability Governance (ESG).

7) Cost – Sustainability cost management

BCA telah menyajikan informasi biaya terkait program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat secara komparatif. Namun Pada Tahun 2021, BCA tidak merealisasikan biaya yang
berhubungan dengan riset dan pengembangan komunitas.

8) Efficiency - Energy Consumption & Savings


BCA mulai mengelola pemakaian energi dan konsisten melakukan inisiatif pengurangan
pemakaian energi listrik, kertas, air dll. Informasi pengehematan penggunaan energi tersebut
telah disajikan secara komparatif 3 tahun terakhir.

9) Kebijakan organisasi terkait Hak Azasi Manusia - Human Right

BCA telah memiliki kebijakan Hak Asasi Manusia melalui SK DIR No 214/SK/DIR/2021.
Dalam kebijakan HAM, BCA menerapkan praktik non diskriminasi dan adanya kesetaraan
gender di tempat kerja. Dalam pengelolaan sumbder daya manusia adalah memberikan
kesempatan yang sama bagi pekerja tanpa memandang suku agama ras golongan dan gender.
Selain itu BCA juga melindungi seluruh pekerja, nasabah dan pemangku kepentingan lainnya
dengan memberikan lingkungan kerja yang layak dan aman. Selain itu BCA juga
memperhatikan kesejahteraan pekerja dengan memberikan remunerasi sebagai penghargaan dan
memberikan bonus ekstra berupa saham BCA. BCA memberikan hak cutimelahirkan kepada
pekerja perempuan selama 3 bulan, namun di dalam laporan keberlanjutan belum diungkapkan
ketentuan terkait besaran tunjangan yang diberikan kepada pekerja yang melakukan cuti
melahirkan. BCA hanya mengungkapkan beberapa jenis tunjangan yang diterima berdasarka
status ketenagakerjaan diantaranya tunjangan hari raya, tunjangan akhir tahun, tunjangan khusus
hari raya keagamaan, tunjangan jabatan dan bantuan lainnya. Sebagai bagian dari transparansi,
BCA menerapkan sistem pengaduan pelanggaran WBS untuk mendeteksi dan mencegah fraud.
Pencegahan Korupsi dan Fraud menjadi salah satu topik material karena merupakan pencegahan
kejahatan keuangan yang menjadi dasar kepercayaan bisnis suatu bank.

10) Human Resource Development

BCA memiliki Kebijakan Pengembangan Kompetensi Pekerja yaitu Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) 2019-2021 Bab XXIV Pengembangan Sumber Daya Manusia pasal 71. BCA berupaya
menciptakan sumber daya unggul dengan memberikan berbagai jenis pelatihan dan mendukung
pekerjanya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. BCA juga menanamkan
nilai ‘Fokus pada Nasabah, Integritas, Kerja Sama Tim, dan Berusaha Mencapai yang Terbaik’
guna menjaga sinergi internal perusahaan). BCA mengapresiasi pekerjanya dengan memberikan
remunerasi sesuai dengan kemampuan perusahaan dan ketentuan upah yang berlaku di
Indoensia. selain Gaji dan tunjangan, BCA juga memberikan bonus ekstra berupa saham BCA
untuk meningkatkan kepemilikan pekerja terhadap perusahaan. Namun data yang disajikan pada
laporan keberlanjutan belum secara rinci menyajikan data keuangan.

11) Revenue - Product Responsibility

BCA memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh nasabah setianya. Pelayanan ini
mempertimbangkan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi, konsultasi terkait solusi
perbankan, serta kepuasan nasabah. Guna mencapai service excellence, BCA memiliki
komitmen untuk melayani nasabah maupun klien lainnya sesuai standar SMART SOLUTIONS.
BCA juga menanamkan nilai ‘Fokus pada Nasabah, Integritas, Kerja Sama Tim, dan Berusaha
Mencapai yang Terbaik’ guna menjaga sinergi internal perusahaan. Dalam rangka menjalin
hubungan baik dan menjaga kepercayaan nasabah, BCA mengelola setiap keluhan yang
disampaikan nasabah namun BCA belum memberikan apresiasi atas dukungan nasabah

12) Innovation – Developing Sustainable Finance

BCA merespons perkembangan ini dengan terus meningkatkan kemampuan layanan perbankan
berbasis digital. Transaksi digital ini tentu kami iringi dengan perlindungan data dan IT security
yang berlapis untuk mitigasi risiko kejahatan siber. BCA menyajikan informasi inovasi dan
pengembangan produk dan atau jasa keuangan yang diimplementasikan di Tahun 2021. Namun
BCA belum menyajikan informasi secara komprehensif terkait teknologi informasi dalam
penilaian risiko lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG Screening). Sebagai salah satu bentuk
komitmen BCA dalam mendukung ekonomi digital, BCA membangun program Synergy
Accelerator untuk mengembangkan ekosistem start up di Indonesia.

c. Sustainability Implementation

Sustainability implementation diperlukan dalam rangka formalisasi sustainability ke dalam


proses bisnis rutin untuk memberdayakan stakeholders & risk management process, strategic
review meeting dan operasional serta pelaporan progress kinerja (Anis, 2021). Berdasarkan
analisis atas informasi yang disajikan oleh PT Bank Central Asia pada Laporan
Keberlanjutan sejak Tahun 2017 s.d. 2021, diketahui bahwa nilai tertinggi selama kurun
waktu lima tahun terakhir dicapai pada Tahun 2021 yaitu sebesar 2,77 dengan penjelasan
sebagai berikut.
1) Evaluasi profil risiko

Secara periodik, Satuan Kerja Manajemen Risiko memantau portofolio kredit, termasuk
memastikan diversifikasi yang sesuai dengan risk appetite Bank. Hasil pemantauan akan
disampaikan kepada Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko dan/atau Direktur masing-
masing unit bisnis. Dalam merespons risiko keberlanjutan, BCA melakukan stress test secara
rutin

untuk memastikan bahwa perusahaan memahami dinamika bisnis. Namun penyajian informasi
tersebut belum disajikan secara komprehensif dan informatif

2) Komunikasi risiko yang efektif

Hasil pemantauan risiko disampaikan kepada Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko dan/atau
Direktur masing-masing unit bisnis. Namun tidak diungkapkan sistem pelaporan profil risiko
kepada Komite Pemantau Risiko

3) Tanggung jawab fungsi kepatuhan hukum

BCA tidak menyajikan informasi terkait fungsi kepatuhan independen dari satuan kerja
operasional. BCA belum mengungkapkan bagaimana mekanisme pelaporan terkait manajemen
risiko. BCA hanya mengungkapkan bahwa Fungsi Kepatuhan hukum Satuan Kerja Manajemen
Risiko yaitu memantau portofolio kredit, termasuk memastikan diversifikasi yang sesuai dengan
risk appetite Bank.

4) Tanggung jawab fungsi audit internal

Pada Laporan Keberlanjutan Tahun 2021, BCA belum menyajikan informasi tentang Fungsi dan
tanggung jawab audit internal serta kriteria sertifikasi maupun skill yang harus dimiliki oleh
anggota komite audit,

5) Struktur remunerasi berbasis risiko


BCA belum mengungkapkan struktur remunerasi maupun kriteria penghitungan dasar
pembayaran remunerasi. BCA hanya mengungkapkan bahwa pemberian remunerasi diberikan
sesuai kemampuan perusahaan dan ketentuan upah yang berlaku di indonesia.

6) Manajemen risiko reputasi dan relasi stakeholders

Merespons penerapan Keuangan Berkelanjutan, BCA melaksanakan Rencana Aksi Keuangan


Berkelanjutan (RAKB) yang disampaikan setiap tahun kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam rangka Pendekatan kehati-hatian (precautionary approach) diterapkan pada identifikasi
pemberian kredit sesuai dengan Manual Ketentuan Umum Kredit, BCA tidak memberikan
pembiayaan kepada kegiatan yang melanggar hukum dan peraturan perundang-undangan serta
berisiko LST sesuai kebijakan No. 169/SK/DIR/2020 tanggal 23 Oktober 2020. Bank
melakukan proses screening terhadap calon debitur untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin.

7) Accountability & communication

PT Bank Central Asia telah menerapkan Sistem pemeringkat risiko debitur atau Internal Credit
Risk Rating/Scoring System. Internal Credit Risk Rating/Scoring System terdiri dari sebelas
kategori peringkat risiko mulai dari RR1 sampai dengan RR10, dan yang paling buruk (loss).
Selain itu BCA telah memiliki beberapa sertifikasi seperti Sistem Manajemen Mutu, Sistem
Manajemen Keamanan Informasi, Sistem Management System dll

8) Sustainability Management System, standard & guidelines

PT Bank Central Asia belum menyajikan informasi terkait penerapan ISO 140001 tentang
Environmental management systems (EMS) dan belum mengungkapkan terkait IT Governance yang
digunakan. Namun PT Bank Central Asia telah mengembangkan Key Performance Indicator (KPI) terkait
keberlanjutan di setiap unit kerja dan KPI bersama bagi seluruh jajaran Direksi untuk mendukung
implementasi LST selaras dengan roadmap OJK. Dalam implementasi sustainability, PT Bank Central
Asia berpedoman pada GRIS Standard dan POJK Nomor 51/POJK.03/2017.

9) Sustainability Performance – Direct Impact

Kinerja ekonomi PT Bank Central Asia secara keseluruhan meningkat dibandingkan tahun lalu.
PT Bank Central Asia telah menyajikan capaian kinerja ekonomi berupa peningkatan praktik
operasional dan efiensi, kebijakan penurunan emisi, penurunan konsumsi kertas, pengembangan
sumber daya manusia, dan kinerja kepuasan nasabah serta peningkatan inovasi secara
komprehensif dan didukung dengan data, narasi, grafik dan tabel.

10) Sustainability Performance – Indirect Impact

PT Bank Central Asia telah menyajikan informasi dengan memberikan narasi yang komprehensif
yang didukung oleh data, tabel dll pada 3 kriteria dari 4 kriteria yaitu pengungkapan dampak
tidak langsung yang diciptakan melalui pembiayaan lingkungan atau pengembangan komunitas,
pembiayaan infrastruktur dan pengungkapan kasus korupsi dan yang terjadi di perusahaan.
Namun PT Bank Central Asia belum menyajikan informasi yang komprehensif mengenai
dampak ekonomi tidak langsung yang diciptakan melalui rantai pasok pengadaan (supply chain
& procurement system).

11) Principle of Reporting Quality - Data & Information Governance

PT Bank Central Asia telah menyajikan informasi yang memenuhi prinsip-prinsip kualitas
Laporan Keuangan yang terdiri dari akurasi (informasi yang disajikan cukup akurat dan
terperinci bagi para pemangku kepentingan untuk dapat menilai kinerja organisasi),
keseimbangan (Laporan yang disajikan telah memberikan gambaran objective tentang kinerja
organisasi), kejelasan (informasi yang disajikan dalam Laporan Keberlanjutan Tahun 2021,
disajikan secara informatif dan dapat dipahami oleh para pemangku kepentingan),
keterbandingan (komparatif) keandalan (menyajikan informasi yang meyakinkan sehingga dapat
diuji) dan timeliness (disajikan selama 5 tahun berturut-turut sehingga dapat diakses oleh
pemangku kepentingan yang menggunakan laporan).

12) Penghargaan di bidang Sustainability

PT Bank Central Asia telah menyajikan informasi terkait penghargaan yang diperoleh selama
Tahun 2021 dengan memberikan narasasi yang komprehensif didukung dengan data, foto dll.

13) Penjaminan (Assurance) Laporan Keberlanjutan

PT Bank Central Asia telah mengungkapkan bahwa data dan informasi yang disajikan pada
Laporan Keberlanjutan Tahun 2021 telah diperiksa oleh pihak internal dan diverifikasi oleh
pihak eksternal independen, yaitu melalui proses penjaminan (assurance). Pemeriksaan pihak
internal melibatkan tim ESG, seluruh kontributor data dan pejabat tertinggi dari fungsi terkait,
hingga mendapat persetujuan dari Direksi dan Dewan Komisaris. Pihak eksternal yang
melakukan verifikasi/assurance service adalah SR Asia

Anda mungkin juga menyukai