Anda di halaman 1dari 12

RMK W14 - PELAPORAN BERKELANJUTAN DAN PELAPORAN TERINTEGRASI

1.1 Pelaporan Berkelanjutan (Sustainability Reporting)


Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) memiliki definisi bahwa
pembangunan tidak boleh mengorbankan kelangsungan hidup dari generasi yang akan datang.
Apabila entitas mempunyai visi bisnis yang terus menerus berkelanjutan maka entitas tersebut
akan mempunyai strategi pemikiran jangka panjang dan akan cenderung menghindari aktivitas
bisnis yang bertujuan mencari laba jangka pendek. Visi berkelanjutan tersebut kemudian
diturunkan menjadi tujuan, program, dan kegiatan bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip
berkelanjutan. Hal tersebut nantinya diungkapkan kepada publik dalam bentuk sustainability
report (SR).

Dalam pelaporan keberlanjutan terdapat salah satu konsep yang mendasarinya yaitu konsep
triple bottom line yang menganjurkan bahwa nilai entitas juga wajib diukur dari tanggung
jawabnya terhadap social (people) dan lingkungan (planet) (Elkington 1994). Pada dasarnya
tiap transaksi dan interaksi yang dilakukan oleh entitas dengan masyarakat (people) dan
lingkungan (planet) pasti akan menimbulkan adanya hubungan sebab akibat satu sama lain, di
mana hubungan ini membutuhkan kegiatan pertanggungjawaban sosial lingkungan untuk
menjaga keberlangsungan usaha entitas pada masa yang akan datang. Bentuk
pertanggungjawaban sosial entitas salah satunya dituangkan pada kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR).

1.1.1 Regulasi di Indonesia


Peraturan di Indonesia terkait dengan SR, salah satunya terdapat dalam UU No. 40 Tahun
2007 terkait Perseroan Terbatas (UU PT) yang disahkan di bulan juli 2007. UU ini mengatur
seluruh PT yang memiliki kegiatan usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk
melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta menyajikan pada laporan
tahunan terkait informasi kinerja kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pada bulan April 2012, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012
terkait Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perseroan. Peraturan ini sejalan
dengan UU PT yang menyebutkan bahwa tiap Perseroan mempunyai tanggung jawab sosial
dan lingkungan namun kewajiban dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
tersebut hanya melekat pada Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau terkait dengan sumber daya alam. Peraturan ini juga menegaskan bahwa pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan diungkapkan pada laporan tahunan Perseroan dan
dipertanggungjawabkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Beberapa peraturan terkait dengan kewajiban penyampaian informasi tentang tanggung
jawab sosial dan lingkungan atau keberlanjutan juga diterbitykan oleh OJK. Pada peraturan
OJK No. 29/POJK.04/2016 terkait Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, Bab II,
Pasal 4, menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah salah satu
informasi yang wajib untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Pengungkapan infotmasi
tanggung jawab sosial dan lingkungan kemudian dituangkan dalam Surat Edaran OJK
(SEOJK) No. 30/SEOJK.04/2016 terkait Bentuk dan Isi Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.
OJK kembali menerbitkan POJK No. 51/POJK.03/2017 pada tahun 2017 terkait dengan
Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.
Peraturan ini mewajibkan Lembaga Jasa Keuangan (LJK), Emiten, dan Perusahaan Publik
untuk menyusun Laporan Keberlanjutan. Laporan Keberlanjutan bisa disusun sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan tahunan atau disusun secara terpisah dari laporan tahunan.
Laporan Keberlanjutan ini wajib disampaikan kepada OJK dan dipublikasikan pada situs web
atau media cetak/media pengumuman lain yang mudah terbaca oleh publik apabila belum
mempunyai situs web. Peraturan ini juga menuangkan acuan format laporan keberlanjutan.

1.1.2 Definisi dan Manfaat Laporan Keberlanjutan


Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD, 2002,
Sustainability Report merupakan laporan publik dimana entitas memberikan gambaran
terkait aktivitas dan posisi entitas pada aspek sosial, lingkungan dan ekonomi kepada
stakeholders baik internal maupun eksternal. SR merupakan pelaporan yang dilaksanakan
oleh entitas untuk mengukur dan mengungkapkan seluruh kegiatan yang diakukan oleh
entitas yang terkait dengan upaya pelestarian lingkungan sosialnya dan upaya entitas untuk
menjadi entitas yang akuntabel bagi semua stakeholder untuk mencapai tujuan kinerja
entitas menuju pembangunan yang berkelanjutan sehingga diharapkan entitas dapat
berkembang secara berkelanjutan (sustainable growth) dan didasarkan atas business ethics.
Penyampaian SR yang dilaksanakan oleh entitas akan menambah informasi yang dapat
digunakan oleh pihak pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Beberapa manfaat yang didapatkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dari penyampaian SR yaitu:
1. Bagi Entitas
SR berguna sebagai alat ukur pencapaian target kerja dalam isu triple bottom line
(sosial, ekonomi,lingkungan)
2. Bagi Investor
SR berguna sebagai alat kontrol atas pencapaian kinerja suatu entitas dan sebagai media
peryimbangan investor dalam mengalokasikan sumber daya keuangan yang dimiliki
terutama dalam lingkup Sustainable & Responsible Investment (SRI)
3. Bagi Pemangku Kepentingan Lainnya (pemerintah, konsumen, media masa, akademisi
dan lain lain)
SR berguna sebagai tolok ukur dalam menilai kesungguhan komitmen entitas terhadap
pembangunan keberlanjutan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, masih banyak manfaat dari SR untuk seluruh stakeholder. Manfaat itu dapat
dilihat dalam gambar berikut:
1.1.3 Langkah-Langkah Penyusunan Laporan Keberlanjutan
GRI atau Global Reporting Initiative menganjurkan limalangkah yang dilakukan dalam proses
penyusunan SR yaitu:
1. Prepare
Manajemen mempersiapkan dan melakukan perencanaan terkait penentuan informasi yang
sebaiknya dilaporkan pada SR entitas dan dampak yang terjadi terhadap entitas. Pada tahap
ini, entitas membuat action plan dan apabila sudah didiskusikan semua, selanjutnya etitas dapat
membuat “kick off meeting”.
2. Connect
Manajemen mengidentifikasi pemangku kepentingan utama (key stakeholder) untuk
mendiskusikan informasi yang penting bagi pemangku kepentingan untuk mengetahui
kegiatan yang perlu dilaksanakan entitas untuk membuat bisnis dan lingkungan berkelanjutan
dan informasi yang perlu dilaporkan.
3. Define
Dari hasil diskusi yang dilakukan oleh entitas dengan para key stakeholder, selanjutnya entitas
membuat assessment internal. Diskusi internal dengan manajemen akan mengidentifikasi hal
hal yang penting dan perlu untuk dilaporkan baik untuk kebutuhan eksternal maupun internal
serta perlu mempertimbangkan ruang lingkup dan besar kecilnya pengaruh entitas terhadap
kapasitas, lingkungan dan komitmen entitas karena akan membantu kandungan informasi dan
cara kegiatan entitas dilaporkan dalam SR.
4. Monitor
Selanjutnya, entitas memonitor proses dan data untuk memastikan kualitas informasi nyang
akan dilaporkan serta menetapkan target target yang akan dicapai yang kemudian akan
dilaporkan dan melakukan follow up jika ada target yang belum tercapai.
5. Report
Pada tahap ini, dilakukan penulisan infromasi yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya
disusun sebagai laporan SR, di mana laporan ini juga wajib dikomunikasikan kepada para
pemangku kepentingan untuk mendapatkan pendapat dan masukan serta senantiasa
dimutakhirkan.

1.1.4 Standar Pembuatan Laporan Keberlanjutan


Salah satu standar pembuatan SR mengacu pada pedoman yang diterbitkan oleh Global Reporting
Initiative (GRI). Pedoman baru telah diberlakukan pada tahun 2018 yaitu GRI Standards (GRIS)
ATAU GRI Sustainability Reporting Standards. GRIS ini dibagi menjadi 2 kelompok standar yaitu
Standar Universal dan Standar Topik-Spesifik.
A. Standar Universal
Standar Universal terdiri dari:
1. Foundation (GRI 101)
Dalam GRI 101, dijelaskan bahwa terdapat 2 kelompok prinsip pelaporan yang mendasari
pelaporan menurut GRIS yaitu prinsip prinsip peolaporan untuk menentukan isi laporan dan
prinsip prinsip pelaporan untuk menentukan kualitas pelaporan.
Prinsip-prinsip pelaporan untuk menentukan isi laporan terdiri dari:
1. Stakeholder inclusiveness: entitas mengidentifikasi pemangku kepentingan, menjelaskan
respon entitas terhadap kepentingan dan ekspetasi rasional dari para pemangku
kepentingannya.
2. Sustainable context: laporan wajib menyajikan kinerja organisasi dalam konteks
keberlanjutan lebih luas.
3. Materiality: laporan wajib mencakup aspek yang mencerminkan dampak sosial,
lingkungan dan ekonomi yang signifikan dari entitas, atau secara substansial memiliki
pengaruh terhadap keputusan dan penilaian pemangku kepentingan.
4. Completeness: laporan wajib mencakup aspek material dan ruang lingkupnya agar dapat
mencerminkan secara memadai dampak sosial, lingkungan dan ekonomi yang signifikan
dan memungkinkan para pemangku kepentingan menilai kinerja entitas pada periode
pelaporan.
Sedangkan, prinsip-prinsip pelaporan untuk menentukan kualitas pelaporan terdiri atas:
1. Accuracy: informasi yang dilaporkan harus cukup akurat dan detail
2. Balance: Laporan harus mencerminkan aspek negative dan positif dari kinerja perusahaan
3. Clarity: Entitas menyajikan informasi dalam format yang mudah dipahami dan diakses
oleh pemangku kepentingan
4. Comparability: Entitas wajib memilih, mengkompilasikan dan melaporkan informasi
secara konsisten agar pemangku kepentingan dapat menganalisis perubahan kinerja entitas
dari waktu ke waktu.
5. Reliability: Entitas wajib mengumpulkan, mencatat, mengkompilasikan, menganalisis dan
mengungkapkan informasi dan proses yang dilakukan dalam mempersiapkan laporan.
6. Timeless: Entitas wajib melaporkan dalam schedule regular agar informasi tersedia tepat
waktu.
GRI 101 juga menjelaskan terkait cara menggunakan GRIS dan bentuk klaim atas penggunaan
GRIS. GRI 101 menyebutkan bahwa terdapat 2 pilihan dalam penggunaan GRIS yaitu opsi
“core” dan opsi “comprehensive”. Perbedaan antara 2 pilihan tersebut terdapat pada penerapan
GRI 102 dan GRI topik-Spesifik.
2. General Disclosures (GRI 102)
GRI 102 menjelaskan terkait pengungkapan umum yang wajib disajikan seluruh entitas yang
menerapkan GRIS dalam menyusun SR. Pengungkapan umum ini mencakup:
1. Profile Organisasi
Standar pengungkapan ini memberikan gambaran terkait karakteristik organisasu untuk
memberikan konteks untuk pelaporan selanjutnya yang lebih rinci terhadap bagian lain
peduman.
2. Strategi
Standar pengungkapan ini menjelaskan pernyataan dari pembuat keputusan paling senior
dari organisasi terkait relevansi keberlanjutan terhadap organisasi dan strategi organisasi
untuk menuju keberlanjutan.
3. Etika dan Integritas
Standar pengungkapan ini memberikan gambaran terkait nilai nilai perusahaan, prinsip,
norma perilaku standar, mekanisme internal dan eksternal untuk mendapatkan saran terkait
perilaku etis dan sesuai aturan.
4. Tata Kelola
Standar pengungkapan ini memberikan gambaran terkait tata kelola entitas.
5. Stakeholder engagement
Standar pengungkapan ini memberikan gambaran terkait keterlibatan pemangku
kepentingan organisasi selama periode pelaporan.
6. Profil Laporan
Standar pengungkapan ini memberikan gambaran terkait informasi dasar tentang laporan
tersebut, konten indeks GRI serta pendekatan untuk mencari asurans pihak eksternal.
3. Management Approach (GRI 103)
GRI 103 menyajikan terkait pendekatan manajemen di mana pengungkapan manajemen
ini mencakup:
1. Penjelasan terkait topik material dan ruang lingkupnya
2. Penjelasan terkait pendekatan manajemen dan komponennya
3. Evaluasi terkait pendekatan manajemen

B. Standar Topik-Spesifik
Standar topik-spesifik terdiri dari GRI 200 (ekonomi), GRI 300 (lingkungan) dan GRI 400
(sosial). Pengungkapan untuk masing-masing topik-spesifik terdapat pada tabel berikut:

Sumber : Buku IAI Pelaporan Korporat


1.1.5 Standar-Standar SR Lain selain GRI
Selain GRI, terdapat standar lain yang berkaitan dengan SR seperti ISO 26000, ISO 14001:2004,
dan AA1000.
A. ISO 14001:2004
ISO 14001:2004 adalah standar internasional terkait system manajemen lingkungan yang
membahas berbagai aspek pengelolaan lingkungan. Hal ini dapat digunakan oleh setiap
organisasi terlepas dari jenis aktivitas atau sektornya. Penerapan ISO 14001:2004 dapat
memberikan jaminan kepada manajemen entitas dan karwayan serta para pemangku
kepentingan eksternal bahwa dampak lingkungan sudah diukur dan penanganannya
ditingkatkan. Manfaat penggunaan ISO 14001:2004 yaitu:
1. Mengurangi biaya pengelolaan sampah
2. Menghemat konsumsi energi dan material
3. Biaya distribusi lebih rendah
4. Meningkatkan citra entitas di kalangan regulator, pelanggan dan masyarakat

B. ISO 26000
ISO 26000 menyajikan pedoman untuk organisasi dan bisnis agar dapat beroperasi dengan
bertanggungjawab secara sosial yang berarti bertindak dengan cara yang etis dan transparan.
Hal ini dapat digunakan oleh setiap organisasi terlepas dari jenis kegiatan, ukuran atau lokasi.
ISO 26000 membantu organisasi dan bisnis dalam menerjemahkan prinsip-prinsip
keberlanjutan ke dalam tindakan dan praktik terbaik terkait tanggung jawab sosial yang efektif
secara global.
C. AA1000
AA1000 merupakan standar berbasis prinsip yang memiliki tujuan untuk membantu organisasi
menjadi lebih bertanggung jawab, akuntabel, dan berkelanjutan. AA1000 menjelaskan terkait
isu-isu yang mempengaruhi tata kelola, strategi organisasi, model bisnis dan memberikan
bimbingan operasional pada jaminan keberlanjutan dan keterlibatan pemangku kepentingan.
AA1000 terdiri dari 3 standar yaitu The AA1000 Account Ability Principes Standard
(AA1000APS), The AA1000 Assurance Standard (AA1000AS), dan The AA1000 Stakeholder
Engagement Standard (AA1000SES).
1.2 Laporan Terintegrasi
Banyaknya jenis dan ketebalan laporan yang dihasilkan oleh perusahaan membuat pembaca
(ex: investor) dapat kehilangan gambaran utuh dari value added yang dilakukan oleh
perusahaan sehingga adanya konsep Laporan/Pelaporan Terintegrasi ini diharapkan dapat
menjawab hal tersebut. Integrated Reporting (IR) mempunyai konsep yang berbeda dengan
SR. Pada pembuatan IR, entitas menyusun pelaporan yang terfokus pada upaya entitas dalam
menciptakan value yang akan bertahan jangka panjang. Berikut gambar yang menjelaskan
konsep IR dan posisinya terhadap laporan laporan lain.
Beberapa keuanggulan yang ditawarkan oleh IR diantaranya membantu mengintegrasikan
sustainabilitas bisnis ke dalam operasi dan strategi, menunjukkan komitmen terhadap
keberlanjutan bisnis kepada para pemangku kepentingan, meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas entitas, dan menyederhanakan pelaporan ekternal dan masih banyak lagi.
Pada saat ini hanya terdapat kerangka konseptual IR yang diterbitkan pada tahun 2013 oleh
IIRC yang didukung oleh Yayasan Pangeran Charles dan kini didukung oleh pelaku bisnis
dan investor lebih dari 25 negara.

1.2.1 Definisi dan Manfaat Pelaporan Terintegrasi


IIRC mendefinisikan IR sebagai sebuah proses yang dilandasi pada pemikiran yang terintegrasi
yang menghasilkan laporan terintegrasi secara berkala oleh suatu organisasi terkait penciptaan
value dari waktu ke waktu dan komunikasi tentang aspek penciptaan value. IR merupakan sebuah
komunikasi yang ringkas dan terintegrasi terkait strategi, remunerasi, tata kelola, prospek dan
kinerja suatu entitas dalam menghasilkan penciptaan value dalam jangka pendek, jangka panjang
dan menengah. IR bukanlah sekedar penggabungan laporan keuangan dan laporan keberlanjutan.
Dalam pembuatan IR, entitas berfokus pada pelaporan terkait upaya entitas dalam menciptakan
value untuk keberlanjutan organisasi di masa depan. Tujuan utama IR ini yaitu untuk menjelaskan
kepada penyedia modal keuangan terkait upaya entitas menciptakan value dari waktu ke waktu.
IR menguntungkan semua pemangku kepentingan yang tertarik pada kemampuan organisasi untuk
menciptakan value dari waktu ke waktu.
1.2.2 Kerangka Prinsip Pelaporan Terintegrasi
IIRC mengeluarkan kerangka prinsip pelaporan terintegrasi yang bersifat international atau
international framework pada tahun 2013. Kerangka ini bersifat principle based dan tidak akan
mengatur secara detail terkait isi yang wajib ada dalam IR. Tujuan kerangka prinsip IR ini yaitu
untuk membangun panduan prinsip dan elemen elemen yang mengatur keseluruhan isi IR dan
untuk menjelaskan konsep dasar yang mendukungnya. Kerangka prinsip IR merupakan suatu
kerangka untuk:
1. Mengidentifikasi informasi untuk dimasukkan secara terpadu dalam laporan
2. Ditujukan kepada sektor swasta dari berbagai ukuran.
Berikut ini merupakan pedoman prinsip-prinsip yang melandasi penyusunan IR, isi laporan, dan
penyajian informasi:
1. Fokus strategi dan orientasi masa depan
2. Konektivitas informasi
3. Keterhubungan para pemangku kepentingan
4. Materialitas
5. Keringkasan
6. Keandalan dan kelengkapan
7. Konsistensi dan keterbandingan
IR mencakup 8 elemen isi laporan yang fundamental yang saling terkait satu sama lain dan tidak
saling ekslusif. Delapan elemen tersebut yaitu:
1. Ikhtisar terkait organisasi dan lingkungan eksternalnya
2. Tata kelola (governance)
3. Model Bisnis
4. Risiko dan peluang
5. Strategi dan alokasi sumber daya
6. Kinerja
7. Outlook
8. Dasar dasar penyajian
Kerangka Prinsip IR yang disusun oleh IIRC memberikan skema proses penciptaan value dalam
entitas terjadi seperti pada gambar berikut:
Sumber : IIRC, 2013

Model penciptaan nilai diatas menekankan bahwa penciptaan nilai oleh entitas bergantung pada
banyaknya faktor dan tidak hanya bertumpu pada entitas saja. Penciptaan nilai sangat dipengaruhi
oleh keterkaitan antar pemangku kepentingan, lingkungan eksternal entitas, dan hubungan antar
elemen. Setiap model bisnis di dalam entitas terdiri atas berbagai input melalui kegiatan bisnis
sehingga menghasilkan output yang terdiri dari produk, prosuk sampingan, jasa dan limbah.
Aktivitas dan keluaran dari entitas ini kemudian menciptakan outcome yang mempunyai efek
terhadap modal. Dalam hal ini proses penciptaan nilai bukanlah suatu yang bersifat statis sehingga
perlu dilakukan penilaian ulang terhadap komponen komponen penciptaan nilai secara berkala.
1.2.3 Permodalan Entitas : Bukan hanya Finansial
Dalam kerangka prinsip IR disebutkan bahwa modal entitas untuk menciptakan nilai bukan hanya
dari modal keuangan tetapi bersumber dari 6 jenis modal yaitu:
1. Financial Capital
Financial capital merupakan sumber dana yang tersedia atau dimiliki oleh sebuah entitas
atau organisasi, di mana dana ini digunakan untuk memproduksi barang atau penyediaan
layanan jasa dan didapatkan melalui pembiayaan seperti utang, hibah, ekuitas ataupun
dihasilkan melalui noperasi atau investasi.
2. Manufactured Capital
Manufactured Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa
benda benda fisik yang digunakan untuk mendukung proses produksi barang atau penyedia
jasa. Modal produksi ini diantaranya terdiri dari peralatan, bangunan, mesin dll.
3. Intellectual Capital
Intellectual Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa
pengetahuan organisasi yang tak berwujud. Intellectual Capital diantaranya terdiri dari
properti intelektual seperti hak cipta serta hak dan lisensi cipta perangkat, di mana dalam
organisasi mencakup tacid knowledge, protokoler dan prosedur.
4. Human Capital
Human Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa
kompetensi, kemampuan dan pengalaman karyawan serta motivasi untuk melakukan
inovasi.
5. Social and Relationship Capital
Social and Relationship Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas Lembaga
lembaga atau organisasi dan hubungan diantara masyarakat, kelompok kelompok
pemangku kepentingan, dan jaringan lainnya serta kemampuan dalam berbagi informasi
baik secara kolektif maupun individu.
6. Natural Capital
Natural Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa sumber
daya alam yang ada di lingkungan baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui. Modal alam ini terdiri dari diantaranya air, tanah, udara, mineral, hutan,
ekosistem dan keanekaragaman hayati

1.3 Pelaporan Keberlanjutan dan Pelaporan Terintegrasi


SR merupakan suatu bentuk pelaporan yang menggabungkan pelaporan lingkungan, sosial,
keuangan, dan atta kelola secara integral dan terpadu dalam 1 paket pelaporan korporasi. Pada
pelaporan ini, terdapat 2 jenis informasi yang disajikan yaitu informasi yang bersifat kualitatif
(terkait informasi sosial dan lingkungan) dan informasi kuantitatif (terkait informasi keuangan).
Tujuan SR ini adalah untuk menjamin keberlangsungan atau sustainabilitas korporasi, lingkungan
dan sosial di masa depan. Pedoman yang lazim digunakan Sebagian korporasi dalam praktik SR
yaitu GRI generasi ke 4, namun telah memberlakukan standar baru yaitu GRI Standards.
Sedangkan IR merupakan konsep pelaporan tahunan yang menyediakan satu laporan yang
sepenuhnya mengintegrasikan informasi baik keuangan maupun nonkeuangan entitas. Dengan
kesadaran yang muncul dari Sebagian korporasi terhadap kondisi krisis lingkungan yang semakin
parah saat ini mampu mengubah paradigma bisnis di mana berbisnis selain untuk mendapatkan
laba (profit) juga perlu peduli dan bertanggungjawab melestarikan lingkungan (planet) serta
meningkatkan kesejahteraan sosial (people). Dengan adanya tren korporasi yang mulai
menggunakan SR dan IR, menjadi tantangan baru sekaligus peluang untuk profesi akuntan dan
dunia pendidikan dalam menyediakan sumber daya manusia yang kompeten menguasai SR dan
IR.

Anda mungkin juga menyukai