Dalam pelaporan keberlanjutan terdapat salah satu konsep yang mendasarinya yaitu konsep
triple bottom line yang menganjurkan bahwa nilai entitas juga wajib diukur dari tanggung
jawabnya terhadap social (people) dan lingkungan (planet) (Elkington 1994). Pada dasarnya
tiap transaksi dan interaksi yang dilakukan oleh entitas dengan masyarakat (people) dan
lingkungan (planet) pasti akan menimbulkan adanya hubungan sebab akibat satu sama lain, di
mana hubungan ini membutuhkan kegiatan pertanggungjawaban sosial lingkungan untuk
menjaga keberlangsungan usaha entitas pada masa yang akan datang. Bentuk
pertanggungjawaban sosial entitas salah satunya dituangkan pada kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR).
B. Standar Topik-Spesifik
Standar topik-spesifik terdiri dari GRI 200 (ekonomi), GRI 300 (lingkungan) dan GRI 400
(sosial). Pengungkapan untuk masing-masing topik-spesifik terdapat pada tabel berikut:
B. ISO 26000
ISO 26000 menyajikan pedoman untuk organisasi dan bisnis agar dapat beroperasi dengan
bertanggungjawab secara sosial yang berarti bertindak dengan cara yang etis dan transparan.
Hal ini dapat digunakan oleh setiap organisasi terlepas dari jenis kegiatan, ukuran atau lokasi.
ISO 26000 membantu organisasi dan bisnis dalam menerjemahkan prinsip-prinsip
keberlanjutan ke dalam tindakan dan praktik terbaik terkait tanggung jawab sosial yang efektif
secara global.
C. AA1000
AA1000 merupakan standar berbasis prinsip yang memiliki tujuan untuk membantu organisasi
menjadi lebih bertanggung jawab, akuntabel, dan berkelanjutan. AA1000 menjelaskan terkait
isu-isu yang mempengaruhi tata kelola, strategi organisasi, model bisnis dan memberikan
bimbingan operasional pada jaminan keberlanjutan dan keterlibatan pemangku kepentingan.
AA1000 terdiri dari 3 standar yaitu The AA1000 Account Ability Principes Standard
(AA1000APS), The AA1000 Assurance Standard (AA1000AS), dan The AA1000 Stakeholder
Engagement Standard (AA1000SES).
1.2 Laporan Terintegrasi
Banyaknya jenis dan ketebalan laporan yang dihasilkan oleh perusahaan membuat pembaca
(ex: investor) dapat kehilangan gambaran utuh dari value added yang dilakukan oleh
perusahaan sehingga adanya konsep Laporan/Pelaporan Terintegrasi ini diharapkan dapat
menjawab hal tersebut. Integrated Reporting (IR) mempunyai konsep yang berbeda dengan
SR. Pada pembuatan IR, entitas menyusun pelaporan yang terfokus pada upaya entitas dalam
menciptakan value yang akan bertahan jangka panjang. Berikut gambar yang menjelaskan
konsep IR dan posisinya terhadap laporan laporan lain.
Beberapa keuanggulan yang ditawarkan oleh IR diantaranya membantu mengintegrasikan
sustainabilitas bisnis ke dalam operasi dan strategi, menunjukkan komitmen terhadap
keberlanjutan bisnis kepada para pemangku kepentingan, meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas entitas, dan menyederhanakan pelaporan ekternal dan masih banyak lagi.
Pada saat ini hanya terdapat kerangka konseptual IR yang diterbitkan pada tahun 2013 oleh
IIRC yang didukung oleh Yayasan Pangeran Charles dan kini didukung oleh pelaku bisnis
dan investor lebih dari 25 negara.
Model penciptaan nilai diatas menekankan bahwa penciptaan nilai oleh entitas bergantung pada
banyaknya faktor dan tidak hanya bertumpu pada entitas saja. Penciptaan nilai sangat dipengaruhi
oleh keterkaitan antar pemangku kepentingan, lingkungan eksternal entitas, dan hubungan antar
elemen. Setiap model bisnis di dalam entitas terdiri atas berbagai input melalui kegiatan bisnis
sehingga menghasilkan output yang terdiri dari produk, prosuk sampingan, jasa dan limbah.
Aktivitas dan keluaran dari entitas ini kemudian menciptakan outcome yang mempunyai efek
terhadap modal. Dalam hal ini proses penciptaan nilai bukanlah suatu yang bersifat statis sehingga
perlu dilakukan penilaian ulang terhadap komponen komponen penciptaan nilai secara berkala.
1.2.3 Permodalan Entitas : Bukan hanya Finansial
Dalam kerangka prinsip IR disebutkan bahwa modal entitas untuk menciptakan nilai bukan hanya
dari modal keuangan tetapi bersumber dari 6 jenis modal yaitu:
1. Financial Capital
Financial capital merupakan sumber dana yang tersedia atau dimiliki oleh sebuah entitas
atau organisasi, di mana dana ini digunakan untuk memproduksi barang atau penyediaan
layanan jasa dan didapatkan melalui pembiayaan seperti utang, hibah, ekuitas ataupun
dihasilkan melalui noperasi atau investasi.
2. Manufactured Capital
Manufactured Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa
benda benda fisik yang digunakan untuk mendukung proses produksi barang atau penyedia
jasa. Modal produksi ini diantaranya terdiri dari peralatan, bangunan, mesin dll.
3. Intellectual Capital
Intellectual Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa
pengetahuan organisasi yang tak berwujud. Intellectual Capital diantaranya terdiri dari
properti intelektual seperti hak cipta serta hak dan lisensi cipta perangkat, di mana dalam
organisasi mencakup tacid knowledge, protokoler dan prosedur.
4. Human Capital
Human Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa
kompetensi, kemampuan dan pengalaman karyawan serta motivasi untuk melakukan
inovasi.
5. Social and Relationship Capital
Social and Relationship Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas Lembaga
lembaga atau organisasi dan hubungan diantara masyarakat, kelompok kelompok
pemangku kepentingan, dan jaringan lainnya serta kemampuan dalam berbagi informasi
baik secara kolektif maupun individu.
6. Natural Capital
Natural Capital merupakan modal yang dimiliki oleh entitas atau organisasi berupa sumber
daya alam yang ada di lingkungan baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui. Modal alam ini terdiri dari diantaranya air, tanah, udara, mineral, hutan,
ekosistem dan keanekaragaman hayati