Anda di halaman 1dari 16

MINI PAPER

SUSTAINABLE FINANCE

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Kelayakan Pembiayaan Bank Syariah

Dosen Pengampu: Ade Ananto Terminanto, M.M.

Disusun Oleh:

Ahmad Rizky Naufal 11180850000009


Amelia Rizkha Putri 11180850000012
Husni Agdila Ilhami 11180850000040
Siti Nurhayanti 11180850000084

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
Pendahuluan

Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik keuangan berkelanjutan, yaitu


menghormati standar nasional dan internasional terkait isu-isu keberlanjutan,
melindungi lingkungan dan mencegah perubahan iklim, mencegah dampak negatif
jangka panjang atas keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta transparan
dalam apa saja dan bagaimana proyek dibiayai.
Dalam jangka panjang, penyaluran kepada industri sektor strategis dengan konsep
pembiayaan berkelanjutan diharapkan akan mendorong tumbuhnya ekonomi secara
berkelanjutan yang pada akhirnya akan memberikan pasar yang lebih besar bagi industri
jasa keuangan. Pasar yang lebih besar akan tercipta seiring dengan pertumbuhan
ekonomi yang dihasilkan kemudian akan memberikan dampak positif terhadap
keberlangsungan sektor jasa keuangan pada khususnya dan diharapkan juga dapat
mengurangi defisit neraca pembayaran Indonesia.
Perusahaan yang baik tidak hanya berfokus pada profit dalam melaksanakan
bisnisnya. Mereka juga akan memperhatikan dan mempertimbangkan isu keberlanjutan
yang berkaitan dengan lingkungan, sosial, serta ekonomi. Namun sangat disayangkan
masih ada perusahaan yang terlibat masalah karena tidak mempertimbangkan isu
keberlanjutan dalam pelaksanaan bisnisnya.
Perusahaan seharusnya melakukan bisnis secara etis dan bertanggung jawab baik
dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Jika perusahaan tidak melakukan hal
tersebut, maka keberadaan perusahaan tersebut perlu dipertimbangkan. Bentuk
kepedulian perusahaan tersebut dapat ditunjukkan melalui kegiatan corporate social
responsibility (CSR). Kegiatan CSR tersebut dapat dilaporkan ke dalam laporan
keberlanjutan (suistainable report).
Laporan tersebut berisi gambaran yang seimbang serta wajar tentang kinerja
keberlanjutan dari sebuah organisasi atau perusahaan. Termasuk juga kontribusi positif
serta negatif perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut, kami memutuskan untuk melakukan penelitian terkait
laporan keberlanjutan pada PT. Nestle.
Deskripsi Kajian

A. Definisi Sustainable Finance.


Ekonomi, sosial, dan lingkungan sejatinya adalah tiga bidang yang berbeda,
karena memiliki karakteristik masing-masing. Berbeda tetapi bukan mustahil
disatukan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah membuktikan bahwa ketiga bidang
tersebut tadi dapat disatukan dalam satu konsep yang diberi nama. Sebagaimana
dikutip dari laman resmi OJK, , Sustainable Finance merupakan dukungan
menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk pertumbuhan yang dihasilkan dari
keselarasan antara kepentingan ekonomi,sosial dan lingkungan. untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang mampu menjaga stabilitas ekonomi serta bersifat
inklusif diperlukan sistem perekonomian nasional yang mengedepankan keselarasan
antara aspek ekonomi, sosial,danlingkunganhidup
Kurang lebih setahun silam, tepatnya 5 Desember 2014, Sustainable Finance
(Roadmap) oleh OJK berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam
acara peluncuran, Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengatakan
Roadmap berisi paparan rencana kerja program keuangan berkelanjutan untuk
industri jasa keuangan di bawah pengawasan OJK.

B. Regulasi Terkait Sustainable Finance.


Peraturan atau regulasi mengenai keuangan berkelanjutan yang utama adalah
peraturan dari OJK NO.51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan
Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik.
Peraturan ini dirancang untuk memberikan penjelasan teknis mengenai:
1. Makna praktis dari prinsip-prinsip Keuangan Berkelanjutan
2. Prioritas program Keuangan Berkelanjutan
3. Langkah strategis dalam implementasi program Keuangan Berkelanjutan
4. Outline dan isi dari Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB)
5. Outline dan isi dari Laporan Keberlanjutan Report (SR)
6. Kriteria dan kategori kegiatan usaha berkelanjutan
7. Alokasi dan penggunaan data Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
untuk mendukung kegiatan penerapan Keuangan Berkelanjutan
Menurut OJK, peraturan dan ketentuan terkait keuangan berkelanjutan selain
POJK nomor 51/POJK.03/2017 adalah UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007,
UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009, dan PBI
tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum No. 14/15/PBI/2012

C. Penerapan Sustainable Finance di Indonesia.


Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang tumbuh secara stabil, inklusif,
dan berkelanjutan dengan tujuan akhir memberikan kesejahteraan ekonomi dan
sosial kepada seluruh rakyat, serta melindungi dan mengelola Lingkungan Hidup
secara bijaksana di Indonesia, proses pembangunan ekonomi harus mengedepankan
keselarasan aspek ekonomi, sosial, dan Lingkungan Hidup. Hal ini karena
penyelenggaraan pembangunan yang hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi
akan menyebabkan kesenjangan sosial dan penurunan kualitas Lingkungan Hidup
dengan segala implikasinya.
Dalam mencapai perekonomian nasional yang tumbuh secara stabil, inklusif,
dan berkelanjutan tersebut diperlukan dukungan dari sistem keuangan yang dapat
mencegah terjadinya praktik pendanaan atau investasi pada kegiatan usaha yang
menggunakan sumber daya secara berlebihan, dapat meningkatkan kesenjangan
sosial, dan mengakibatkan kerusakan Lingkungan Hidup. Sistem keuangan tersebut
harus menerapkan prinsip berkelanjutan yang mampu menciptakan nilai ekonomi,
sosial, dan ekologis di dalam model, proses, dan praktik pada tingkatan pengambilan
kebijakan maupun keputusan bisnis menuju stabilitas.
sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap
berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan
pembangunan berkelanjutan antara lain untuk menjamin keutuhan Lingkungan
Hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki isu
kesenjangan sosial yang merupakan sumber risiko yang harus mendapatkan
perhatian yang memadai. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang secara
geografis terpapar risiko perubahan iklim. Oleh karena itu,diperlukan pengelolaan
dan pencegahan risiko sosial dan Lingkungan Hidup yang lebih baik.
Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan dalam sistem lembaga keuangan di
Indonesia merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk mengembangkan
dan menerapkan instrumen ekonomi Lingkungan Hidup termasuk di dalamnya
adalah kebijakan yang ramah Lingkungan Hidup di bidang perbankan, pasar modal,
dan industri keuangan nonbank. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan juga
merupakan bentuk nyata dari komitmen Indonesia kepada dunia internasional
dengan menyediakan sumber pendanaan untuk melakukan mitigasi maupun adaptasi
perubahan iklim.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berfungsi untuk menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan. Dengan demikian Otoritas Jasa Keuangan memiliki
kewenangan dan otoritas yang penuh atas penyelenggaraan Keuangan Berkelanjutan
di Indonesia. Komitmen menjalankan Keuangan Berkelanjutan dicanangkan melalui
peluncuran Roadmap Keuangan Berkelanjutan di Indonesia pada bulan Desember
2014.
Dalam Roadmap Keuangan Berkelanjutan salah satu yang harus direalisasikan
adalah adanya peraturan yang spesifik dan mengikat untuk seluruh pelaku sektor
jasa keuangan berkaitan dengan implementasi Keuangan Berkelanjutan di
Indonesia. Peraturan keuangan Berkelanjutan merupakan jawaban tentang
bagaimana seluruh pemangku kepentingan di sektor jasa keuangan atau LJK
menuangkan komitmen dan aksi nyata sebagai upaya mendukung implementasi
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Arah dari pengaturan penerapan
Keuangan Berkelanjutan ini adalah mendorong penciptaan Keuangan Berkelanjutan
di sektor jasa keuangan yang mendukung keberlanjutan ekonomi, sosial, dan
Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan proses pembangunan di Indonesia.
Sasaran pengaturan penerapan Keuangan Berkelanjutan ini yaitu agar setiap
LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik memiliki kesadaran atau komitmen terhadap
pelaksanaan prinsip Keuangan Berkelanjutan, berkontribusi dalam pengembangan
produk berupa barang dan jasa yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan
Lingkungan Hidup. Selain itu, dengan adanya pengaturan ini diharapkan akan
tercipta kondisi persaingan yang sehat serta menghindari adanya aktivitas arbitrase
yang merugikan salah satu pihak.
Tujuan penerapan Keuangan Berkelanjutan yaitu:
a. menyediakan sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan dan pendanaan terkait perubahan iklim dalam
jumlah yang memadai;
b. meningkatkan daya tahan dan daya saing LJK, Emiten, dan Perusahaan Publik
melalui pengelolaan risiko sosial dan Lingkungan Hidup yang lebih baik
dengan cara mengembangkan produk dan/atau jasa keuangan yang menerapkan
prinsip Keuangan Berkelanjutan sehingga mampu berkontribusi positif pada
stabilitas sistem keuangan;
c. mengurangi kesenjangan sosial, mengurangi dan mencegah kerusakan
Lingkungan Hidup, menjaga keanekaragaman hayati, dan mendorong efisiensi
pemanfaatan energi dan sumber daya alam; dan
d. mengembangkan produk dan/atau jasa keuangan yang menerapkan prinsip
Keuangan Berkelanjutan.

D. Pihak Yang Harus Terlibat Dalam Pelaksanaan Sustainable Finance


Kurang lebih setahun silam, tepatnya 5 Desember 2014, Sustainable Finance
(Roadmap) oleh OJK berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam
acara peluncuran, Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengatakan
Roadmap berisi paparan rencana kerja program keuangan berkelanjutan untuk
industri jasa keuangan di bawah pengawasan OJK. Kurang lebih setahun silam,
tepatnya 5 Desember 2014, Sustainable Finance (Roadmap) oleh OJK berkolaborasi
dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam acara peluncuran, Ketua Dewan
Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengatakan Roadmap berisi paparan rencana
kerja program keuangan berkelanjutan untuk industri jasa keuangan di bawah
pengawasan OJK.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya berharap penyaluran
pembiayaan yang ramah lingkungan sebagaimana dicanangkan dalam Roadmap, tak
hanya dilakukan oleh perbankan saja, tetapi juga industri keuangan non bank hingga
pasar modal yang berada dibawah pengawasan OJK. Peluncuran Roadmap ini
merupakan kelanjutan dari kerja sama program bertajuk yang pernah terjalin antara
Kementerian Lingkungan Hidup dan Bank Indonesia pada tahun 2010. Seiring
dengan lahirnya OJK, program Green Banking pun dilimpahkan oleh BI, dan
konsepnya diperluas tidak hanya untuk perbankan, tetapi lembaga jasa keuangan.

E. Efek Jika Sustainable Finance Tidak Ditangani dengan Baik.


Salah satu upaya pemerintah dalam mendorong program keuangan
berkelanjutan adalah dengan mengeluarkan POJK. POJK Keuangan Berkelanjutan
dikeluarkan sebagai peraturan yang spesifik dan mengikat untuk seluruh pelaku
sektor jasa keuangan dalam rangka mewujudkan sistem keuangan yang menerapkan
prinsip-prinsip berkelanjutan.
POJK ini juga merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk
mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup termasuk di
dalamnya adalah kebijakan yang peduli kepada sosial dan lingkungan hidup di
bidang perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank.
Keuangan berkelanjutan termuat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
51/POJK.03/2017: Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Keuangan,
Emiten, dan Perusahaan Publik.
Jika suistainable finance tidak dilakukan atau ditangani dengan baik, maka akan
menyebabkan:
1. Lemahnya Bimbingan Teknis dalam proses implementasi.
2. Kurang adanya sanksi finansial ataupun perdata lain yang efektif .
3. Kurangnya Persyaratan Manajemen Risiko .
4. Tidak adanya tolak ukur unruk membandingkan profil paparan risiko bank
Masalah utama yang akan terjadi jika suistainable finance tidak diterapkan
yaitu:
1. Mencampuradukkan klasifikasi “legalitas" dan “keberlanjutan"
2. Memasukkan kegiatan bisnis berisiko tinggi
3. Mengabaikan dampak utama kegiatan operasional bank terhadap pemberian
pinjaman kepada nasabah
Pembahasan (Analisis Perusahaan)

Nestlé adalah sebuah perusahaan multinternasional di Vevey, Swiss yang bergerak


dalam bidang makanan minuman. Didirikan pada tahun 1868 oleh Hendry Nestlé.
Perusahaan ini menghasilkan makanan nutrisi dan minuman nutrisi seperti makanan
bayi, susu, kopi, cokelat, dan lain-lain. Perusahaan ini masuk dalam bursa saham SWX
Swiss Exchange.
Masyarakat Indonesia sudah mengenal Nestlé sejak akhir abad ke-19 lewat produk
“Tjap Nona” (Cap Nona) yang sempat dikenal dengan nama “Milk Maid”. Pada tahun
1930 Nestlé memiliki pangsa pasar terbesar di Indonesia untuk jenis produk susu.
Keberhasilan Nestlé di Indonesia disebabkan oleh produk yang bermutu tinggi yang
diminati oleh para konsumen dan didukung oleh jaringan distribusi yang efisien dan staf
penjualan dan sistem manajemen yang profesional.
Nestlé secara global mengumumkan komitmen-komitmen baru untuk dicapai pada
2020 dan tiga ambisi jangka panjang dalam rangka mendukung Sustainable
Development Goals 2030 dari PBB.
Ketiga ambisi jangka panjang tersebut yaitu membantu 50 juta anak untuk hidup
lebih sehat, membantu meningkatkan kesejahteraan 30 juta orang di komunitas-
komunitas yang secara langsung terkait dengan aktivitas bisnis kami, dan berupaya
menghilangkan seluruhnya dampak lingkungan dari kegiatan operasional perusahaan.
Untuk mewujudkan komitmen-komitmen perusahaan ditunjukkan melalui tiga area:
individu dan keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Salah satu contoh komitmen global perusahaan adalah mengurangi jumlah gula
yang kami tambahkan ke dalam produk-produk kami sebesar 5% pada 2020. Jika
dihitung di Eropa saja, pencapaian target tersebut berarti pengurangan sebanyak 18.000
ton gula dari produk-produk kami.
Contoh seperti ini dan banyak lagi yang lainnya dapat ditemukan di laporan Nestlé
S.A. 'Nestlé in society: Creating Shared Value and meeting our commitments 2016’
(pdf, 6MB). Laporan ini menjelaskan secara rinci tentang 42 komitmen Nestlé di
masyarakat, yang ditargetkan untuk kami capai pada 2020, progres dari berbagai upaya
kami dan ambisi-ambisi kami untuk masa depan, yang semuanya telah memungkinkan
kami untuk mencapai posisi tertinggi di Dow Jones Sustainability Index 2016.
Analisis Dampak Perusahaan Terhadap Lingkungan
Pabrik-pabrik Nestlé merupakan motor penggerak pembangunan pedesaan yang
sekaligus menerapkan standar kualitas lingkungan yang baru. Nestlé telah melakukan
langkah-langkah penting dalam mengurangi dampak lingkungan untuk memperbaiki
kesinambungan dalam jangka panjang.
Proses produksi di pabrik Kejayan memiliki skala yang cukup besar mengingat
demikian banyaknya produk yang kami hasilkan sebagai komitmen untuk memenuhi
kebutuhan para konsumen. Selain dari berbagai pendekatan inovatif untuk
meningkatkan efsiensi produksi dan kualitas produk, perusahaan ini juga menggunakan
beragam upaya terbaik dan teknologi termutakhir untuk menjaga lingkungan hidup di
mana perusahaan beroperasi.

Pembangkit Listrik dan Uap Gabungan


Energi, dalam bentuk uap dan tenaga listrik, merupakan bagian penting bagi
kelangsungan proses produksi kami. Hingga pertengahan tahun 2008, perusahaan masih
menggunakan alat penghasil uap dan pembangkit listrik konvensional yang
menggunakan dua jenis bahan bakar minyak, yaitu Heavy Fuel Oil (HFO) dan Light
Fuel Oil (LFO) atau yang kerap disebut sebagai diesel. Sebagai bagian dari perencanaan
jangka panjang untuk lebih menghemat pemakaian energi dan mengurangi emisi hasil
efek rumah kaca, maka kami memutuskan untuk menggunakan generator gabungan (co-
generation plant) di mana pemakaian bahan bakar minyak digantikan oleh gas alam.
Di dalam pembangkit tenaga gabungan ini, gas alam dimasukkan ke dalam sebuah
turbin gas untuk menggerakkan generator yang menghasilkan tenaga bagi alat ini. Gas
panas yang disemburkan kemudian dialihkan ke sebuah heat recovery generator untuk
menghasilkan uap yang digunakan dalam proses pembangkit energi. Dengan
menggunakan energi dari turbin gas dan generator uap, dapat dihasilkan pengurangan
penggunaan bahan minyak bumi hingga 24%.
Penggunaan generator gabungan ini telah terbukti menguntungkan dalam hal
penghematan energi dan dampaknya pada lingkungan. Dibandingkan dengan bahan
bakar minyak, gas alam menghasilkan lebih sedikit gas karbondioksida, yang
merupakan penyumbang terbesar pada efek rumah kaca. Hal ini, ditambah dengan
penggunaan minyak bumi yang berkurang telah mengurangi jumlah karbondioksida
sebanyak 26.000 ton per tahunnya. Dengan fakta ini, maka semua pabrik Nestlé di
Indonesia telah mampu mengurangi emisi gas karbondioksida sebanyak 30%. Langkah
ini merupakan wujud komitmen kami dalam mengurangi penggunaan sumber daya alam
melalui pemanfaatan teknologi mutakhir untuk mengurangi dampak buruk pada
lingkungan hidup.

Pengelolaan Air
Nestlé telah memfokuskan diri pada pengelolaan air yang bertanggung jawab. Air
digunakan untuk menghasilkan uap, menara pendingin dan juga sebagai pembersih.
Untuk menghasilkan uap, air dipanaskan di dalam sebuah pemanas. Uap ini
kemudian digunakan untuk proses pemanasan di mana akan terjadi kondensasi menjadi
air selama proses berlangsung. Air kondensasi ini kemudian dikembalikan ke dalam
generator uap dan dapat digunakan kembali sebagai penghasil uap. Dengan prosedur ini
maka kami dapat menghemat penggunaan air.
Terjadinya air limbah adalah sebuah proses yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan produksi produk-produk makanan. Sudah menjadi kewajiban para pelaku
industri untuk memastikan bahwa air limbah tidak akan merusak lingkungan melalui
pengelolaan yang tepat melalui fasilitas Pengolahan Air Limbah, atau Waste Water
Treatment Plant (WWTP) yang sesuai dengan standar nasional dan internasional.
Dengan komitmen untuk melestarikan lingkungan, air limbah yang telah diolah telah
mampu memberikan manfaat bagi penduduk sekitar, sebagai sumber pengairan
persawahan mereka.
Sarana WWTP memproses air limbah menjadi air bersih dengan prinsip dasar
menyeimbangkan, pengudaraan dan penjernihan. Setiap hari, fasilitas ini menghasilkan
sekitar 1.300 meter kubik air bersih. Secara berkala, kualitas air yang dihasilkan dari
fasilitas ini dipantau dengan ketat dan dilakukan pengambilan sampel. Bekerja sama
dengan masyarakat sekitar dan para petani kami membangun saluran air sepanjang 1,2
kilometer yang melalui jalur persawahan. Sejumlah 26 hektar sawah bisa memperoleh
pasokan air dari saluran ini. Proses ini memberikan nilai positif pada lingkungan karena
para petani tidak lagi menggantungkan diri pada pasokan air sumur untuk kepentingan
irigasi mereka.
Disamping untuk keuntungan lingkungan hidup itu sendiri, strategi sebagai suatu
perusahaan dunia di bidang gizi, kesehatan dan keafatan yang bertanggung jawab akan
meningkatkan daya saing melalui efsiensi dalam produk-si serta menjadikan konsumen
bisa menikmati produk-produk bernutrisi yang terjangkau.

Analisis Dampak Perusahaan Terhadap Sosial


Sebagai upaya membantu mewujudkan kesinambungan produksi kopi Indonesia
(Sustainable Coffee Production), sejak 2000, Nestlé juga telah bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia melalui Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Jember
untuk mencari dan menyeleksi bibit kopi unggul melalui teknologi Genetic Mapping,
yaitu sebuah teknologi yang dapat mempercepat proses penemuan bibit kopi unggul.
Selanjutnya, Nestlé juga menghibahkan teknologi Somatic Embryogenesis, yaitu
teknologi untuk memperbanyak tanaman dalam jumlah besar dalam waktu relatif
singkat, di mana bibit yang dihasilkan akan memiliki karakteristik yang sama dengan
induknya. Pada 2008, Menteri Pertanian meresmikan Pusat Somatic Embryogenesis
kakao pertama di Indonesia hasil kerja sama alih teknologi dari Nestlé R&D Centre di
Tours, Perancis. Oleh Puslitkoka, teknologi Somatic Embryogenesis telah digunakan
untuk mempercepat proses revitalisasi tanaman kakao rakyat agar produksi kakao
Indonesia tetap terjaga di tahun-tahun mendatang.
Upaya-upaya ini merupakan sebuah kemitraan yang saling menguntungkan untuk
menciptakan manfaat bersama bagi Nestlé dan para petani kopi, yang juga membantu
meningkatkan kualitas hidup keluarga mereka.

Analisis Dampak Perusahaan Terhadap Ekonomi


Nesté memiliki misi untuk dikenal sebagai pemimpin dalam Gizi, Kesehatan dan
Keafiatan di dunia, dipercaya oleh semua pemangku kepentingan, dan dijadikan acuan
untuk kinerja keuangan dalam industrinya. Misi dan perilaku ini terangkum dalam moto
sederhana, "Good Food, Good Life", yang mencerminkan keinginan lewat perusahaan
kami.
Nestle berusaha meraih kepemimpinan dan mendapat kepercayaan dengan
memenuhi harapan konsumen yang pilihannya sehari-hari mendorong kinerja,
pemegang saham, komunitas tempat beroperasi dan harapan masyarakat secara
keseluruhan.
Nestle berinvestasi untuk masa depan untuk memastikan keberlangsungan keuangan
dan lingkungan dari kegiatan dan operasional: dari segi kapasitas, teknologi,
kemampuan, karyawan, merek, Riset dan Pengembangan (R&D). Tujuanya adalah
memenuhi kebutuhan hari ini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya, dan melakukannya dengan cara yang menjamin
pertumbuhan laba tahun demi tahun dan timbal balik yang tinggi bagi para pemegang
saham dan masyarakat pada umumnya dalam jangka panjang.

Analisis Sustainability Finance yang dikaitkan dengan Pembiayaan Bank Syariah


Bank layak memberikan pembiayaan yang berkelanjutan kepada perusahaaan
tersebut. Karena dapat kita lihat dari segi pembangunan berkelanjutan operasional,
perusahaan tidak memberikan dapak negative terhadap lingkungan, sosial maupun
ekonomi. PT Nestle Indonesia menerapkan pendekatan green banking yang
mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial dalam kebijakan dalam proses
pembiayaan untuk mendukung usaha berkelanjutan. Ditinjau dari segi produknya, PT
Nestle Indonesia memproduksi produk halal sehingga tidak memberikan mudharat pada
konsumen, dimana syarat bank syariah untuk memberikan pembiayaan ialah produknya
harus halal. Selain itu, program CSR yang baik untuk lingkungan, sosial, dan ekonomi
dapat menjadi pertimbangan bagi bank syariah untuk memberikan pembiayaan sebagai
bentuk dukungan terhadap program dari PT Netle Indonesia tersebut.
Menurut pasal 1 angka 3 UUPT bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
(TJSL) adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perseroan, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya Dalam
hal ini PT Nestle Indonesia Menjadikan Creating Shared Value (CSV) Sebagai Program
Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui program CSR ini diharapkan dapat
membantu perusahan dalam menjalankan tanggung jawabnya yang meliputi bina
lingkungan dan sosial, kemitraan usaha mikro kecil, koperasi dan program langsung
kepada masyarakat. Sebenarnya CSR sendiri merupakan program pemerintah dimana
harapannya adalah dapat membantu pemerintah dalam mengurangi masalah sosial
masyarakat yang sangat pelik terutama masalah kemiskinan yang menjadi masalah
utama bangsa indonesia. Sebuah perusahaan menerapkan CSR sebagai bentuk
komitmen serta menjalankannya dengan memiliki etika demi berkonstribusi terhadap
sebuah pembangunan yang berkelanjutan bekerjasama dengan para steakholder.
Dalam hal ini CSV PT Nestle Indonesia bekerjasama dengan FFPM memilih
desa binaan didaerah Desa Waturejo Kecamatan Ngantang Malang sebagai bentuk
tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Tidak seperti pada perusahaan lainya yang
dalam melakukan tanggung jawab sosialnya hanya sebatas memberikan berapa persen
dari perusahaan, dalam hal ini mengapa CSV lebih unggul dikarenakan dalam
melakukan tanggung jawab sosial, Nestle tidak hanya mementingkan keuntungan
melainkan bagaimana mereka berbagi pengetahuan (Shared Value) agar masyarakat
juga merasakan dampak dari tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan tersebut,
dalam hal ini daerah Desa Waturejo memiliki sebuah potensi yang sangat luar biasa
dibidang Pertanian, Peternakan dan Kegiatan ekonomi, Nestle memiliki ketergantungan
pada desa Waturejo sebab Desa Waturejo merupakan salah satu pemasok bahan yang
diperlukan oleh perusahaan Nestle, saat ini kondisi perekonomian Desa Waturejo
dianggap masih sangat rendah sebab potensi yang ada pada wilayah tersebut belum
mampu dikembangkan oleh masyarakatnya, sangat disayangkan jika sebuah potensi
yang sangat menguntungkan tidak didampingi dengan sebuah skill dan juga
pengetahuan yang memadai, sebab kita tahu bahwa tidak semua masyarakat memiliki
riwayat pendidikan yang tinggi dan juga terbatas akan kemampuannya. Kita tahu bahwa
pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor produksi utama
dalam kegiatan ekonomi. Desa Waturejo Kecamatan Ngantang merupakan desa yang
sangat berpotensi dibidang pertanian, Peternakan dan Kegiatan usaha kecil dilihat dari
berbagai macam produk olahan, hasil susu, hasil pertanian, serta kreatifitas masyarakat
Ngantang dalam menciptakan sebuah peluang usaha ekonomi, namun sangat
disayangkan rendahnya pengetahuan mengenai berbagai macam aspek penting dalam
menjalankan sebuah usaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih baik menjadikan
sebuah kendala masyarakat Ngantang, dimana mereka hanya berhenti disitu saja, sebab
setelah produksi masyarakat tidak mengetahui bagaimana sistem pemasaran serta
pengembangan hasil produksinya sehingga setelah produksi mereka hanya memasarkan
didepan ruko mereka masingmasing.
Dari program CSR PT Nestle Indonesia dia atas, Bank Syariah dapat bekerja
sama dengan perusahaan dalam program sustainable finance, dimana sama-sama
memiliki prinsip untuk membiayai kembali usaha masyarakat dengan memperhatikan
keselarasan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.BRI Syariah
menerapkan pendekatan green banking yang mengintegrasikan aspek linkungan dan
sosial dalam kebijakan dalam proses pembiayaan untuk mendukung usaha yang
berkelanjutan. Bagi BRI Syariah, keberlanjutan adalah menintegrasikan aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan dalam kebijakan operasionalnya. Dasar keberlanjutan ini sejalan
dengan lima aspek (5Ps) dalam tujuan pembangunan berkelanjutan berkelanjutan
(SDGs) yang berhubungan, yaitu: People, planet, prosperity, peace, dan partnership.
Dalam upaya aktualisasi keuangan bekelanjutan, BRI Syariah berinsiatif
membentuk Satuan Kerja Pendampingan Implemenatsi keuangan berkelanjutan. Satuan
kerja ini membantu menentukan arah strategi dan target BRI Syariah dalam
meningkatkan intergrasi keuangan berkelanjutan serta sasaran pelaksanaan dalam
implemenatsi Keuangan Berkelanjutan dan Lingkungan, Sosial dan Tata Tertib (LST) di
BRI Syariah.
BRI Syariah mengimplementasikan praktik inisiatif keuangan berkelanjutan melalui
upaya:
1. Menerapkan kebijakan pembiayaan green banking
2. Penguatan Teknologi Informasi
3. Mengelola sumber daya insani dan melaksanakan tata kelola berkelanjutan.
Inisiatif ini bertujuan mendukung pencapaian sasaran peta jalan Keuangan
Berkelanjutan untuk periode 2015-2019 sebagaimana telah tertuang dalam Peraturan
OJK (POJK). Sejak tahun 2016, BRI Syariah menerapkan strategi segmentasi dan
komposisi pembiayaan green banking untuk mendukung program pemerintah, seperti
pada segmen kelistrikan dan UMKM. Pada segmen kelistrikan, pembiayaan green
banking telah disalurkan kepada delapan nasabah untuk membangun Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro (PLTMH). Total plafon yang disetujui sebesar Rp. 233 miliar, telah
direalisasikan sebesar Rp. 134 miliar dengan baki debet pada akhir tahun sebesar Rp. 59
miliar.
Selain itu, komitmen menuju Keuangan Berkelanjutan juga diwujudkan melalui
segmen bisnis mikro. Rata-rata pertumbuhan Mikro pertahun selama 6 (enam) tahun
terakhir sebesar Rp.583 miliar. BRI Syariah di tahun 2018 telah menyalurkan Kredit
Usaha Rakyat Mikro sebesar Rp. 449,6 miliar sementara KUR Kecil sebesar Rp. 248,9
miliar. Pembiayaan mikro yang disalurkan meningkat tiap tahunnya dan menargetkan
peningkatan pembiayaan usaha mikro secara keseluruhan hingga sebesar Rp 3 triliun di
tahun 2019 ini.
Kesimpulan

Keuangan berkelanjutan atau Sustainable Finance merupakan dukungan


menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk pertumbuhan yang dihasilkan dari
keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Misi utama Sustainable Finance seperti halnya Green Banking ketika pertama kali
dicetuskan adalah mengubah paradigma dalam pembangunan nasional dari Greedy
Economy (Ekonomi Serakah) menjadi Green Economy (Ekonomi Hijau).
Greedy Economy merupakan istilah dimana fokus ekonomi hanya terbatas pada
pertumbuhan ekonomi yang dinilai melalui pertumbuhan Gross Domestic Product
(GDP), melakukan eksploitasi kekayaan alam, dan aktivitas ekonomi yang bertumpu
pada hutang. Sedangkan Green Economy merupakan perubahan pandang terhadap
pembangunan ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan 3P yakni people (sosial),
profit (ekonomi), dan planet (lingkungan).
Analogi sederhananya, Greedy Economy itu ibarat tubuh manusia yang terus
mengonsumsi makanan tanpa memandang gizi dan kesehatan sehingga tubuh menjadi
gemuk atau bahkan obesitas dan rentan penyakit. Sementara, Green Economy itu ibarat
tubuh yang selektif memilih makanan atau minuman yang akan dikonsumsi dengan
mempertimbangkan gizi dan kesehatan sehingga tubuh berkembang, tetapi tetap sehat.
Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017 jika
sustainable Finance jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan:
1. Lemahnya Bimbingan Teknis dalam proses implementasi
2. Kurang adanya sanksi finansial ataupun perdata lain yang efektif
3. Kurangnya Persyaratan Manajemen Risiko
4. Tidak adanya tolak ukur untuk membandingkan profil paparan risiko bank
Bank layak memberikan pembiayaan yang berkelanjutan kepada perusahaaan
tersebut. Karena dapat kita lihat dari segi pembangunan berkelanjutan operasional,
perusahaan tidak memberikan dapak negative terhadap lingkungan, sosial maupun
ekonomi. PT Nestle Indonesia menerapkan pendekatan green banking yang
mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial dalam kebijakan dalam proses
pembiayaan untuk mendukung usaha berkelanjutan. Kemudian memproduksi produk
halal, serta program CSR yang baik untuk lingkungan, sosial, dan ekonomi dapat
menjadi pertimbangan bagi bank syariah untuk memberikan pembiayaan.
Daftar Pustaka

https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Pages/Penerapan-Keuangan-Berkelanjutan-bagi-
Lembaga-Jasa-Keuangan,-Emiten,-dan-Perusahaan-Publik.aspx
diakses pada 20 November 2020

https://www.ojk.go.id/id/Pages/Keuangan-Berkelanjutan.aspx
diakses pada 20 November 2020

https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/Lembaga-Jasa-Keuangan-khusus.aspx
diakses pada, 20 November 2020
https://www.google.com/amp/s/www.soocadesign.com/tantangan-implementasi-
keuangan-berkelanjutan/amp/
diakses pada 20 November 2020

https://www.google.com/amp/s/m.akurat.co/901864/keuangan-berkelanjutan-harus-jadi-
bagian-dari-manajemen-risiko-perbankan
diakses pada, 22 November 2020

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/piwnxf368
diakses pada, 22 November 2020

https://www.google.com/amp/s/amp.wartaekonomi.co.id/berita205369/sustainable-
finance-ini-strategi-mandiri-syariah-2019
diakses pada, 22 November 2020

Anda mungkin juga menyukai