MAKALAH
Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Perbaja Tulus Pasaribu 23121023/ SMBP B / 2023
Narulita Aulia Azahra 23121002/ SMBP B / 2023
Muhamad Rafli Setiawan 23121022/ SMBP B / 2023
Paskalis Tegar Abadi 23121010/ SMBP B / 2023
Rizki Lidia Angaraini 23121007 / SMBP B / 2023
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program Sustainable Consumption and Production dapat
menjadi solusi bagi perubahan pola konsumi dan pola produksi pada
masyarakat ?
2. Apa dampak pola produksi pertanian terhadap kesejahteraan social
masyrakat ?
3. Bagaimana tantangan social ekonomi muncul dalam mengelola pola
konsumsi dan produksi pertanian?
BAB II. PEMBAHASAN
1.Bagaimana program Sustainable Consumption and Production dapat
menjadi solusi bagi perubahan pola konsumi dan pola produksi pada
masyarakat ?
Sustainable Consumption and Production (SCP) atau konsumsi dan produksi
berkelanjutan pada dasarnya adalah upaya perwujudan kegiatan konsumsi dan
produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan oleh semua pemangku
kepentingan secara global, dengan perubahan secara terpadu dan sistematis dari
pola sebelumnya yang tidak ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan. SCP atau
konsumsi dan produksi berkelanjutan adalah usaha untuk mewujudkan kegiatan
konsumsi dan produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan oleh semua pihak
yang terlibat secara global. Hal ini dilakukan melalui perubahan yang terpadu dan
sistematis dari pola sebelumnya yang tidak ramah lingkungan dan tidak
berkelanjutan. Menurut definisi dari (Oslo, 2021), konsumsi dan produksi
berkelanjutan merujuk pada penggunaan produk dan jasa yang memenuhi
kebutuhan dasar dan membawa kualitas hidup lebih baik sembari meminimalisasi
penggunaan sumber daya alam, material beracun, emisi gas dan polutan dalam
siklus hidup produk dan jasa tersebut. Dengan begitu, kita tidak membahayakan
kebutuhan generasi mendatang.
SCP adalah salah satu sub-tema dari aksi untuk mencapai Pembangunan
Berkelanjutan yang telah di inisiasi sejak Deklarasi Rio pada tahun 1992. Prinsip
ke-8 dari Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan menyatakan
bahwa untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan
kualitas hidup bagi semua orang, negara-negara harus mengurangi dan
menghilangkan pola konsumsi dan produksi (Castaneda Aguilar et al., 2020) dalam
Global Poverty Monitoring Technical Note, jika pertumbuhan ekonomi semua
negara pada tahun 2020 lebih rendah dua poin dari proyeksi Bank Dunia, maka
pandemi akan menyebabkan peningkatan kemiskinan global sebesar 1,1 poin dan
jumlah penduduk miskin akan bertambah sebanyak 82 juta orang. Namun, jika
(Placeholder1)ketimpangan ekonomi meningkat sebesar 2 persen di semua negara
pada tahun 2020, maka kemiskinan global akan meningkat sebesar 1,2 poin dan
jumlah orang miskin akan bertambah sebanyak 94 juta orang. Dalam beberapa
skenario yang telah disusun, diperkirakan tingkat kemiskinan global pada tahun
2030 akan berada pada kisaran 8 persen. Oleh karena itu, diperlukan tindakan nyata
untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusi yang tepat adalah melalui
pembangunan berkelanjutan, yang melibatkan berbagai negara dan
diimplementasikan melalui program SDGs. yang tidak berkelanjutan serta
mendorong kebijakan demografi yang sesuai.
Komitmen untuk menerapkan SCP terus diperkuat dengan adanya
Johannesburg Plan of Implementation (JPOI) tahun 2002 dan Konferensi United
Nations Conference on Sustainable Development (Konferensi Rio+20) di Rio de
Janeiro, Brasil pada bulan Juni 2012. Dalam Konferensi Rio+20 tersebut,
penerapan SCP dikaitkan dengan upaya pengentasan kemiskinan dan green
economy. Rio+20 sepakat bahwa penerapan SCP harus melibatkan semua
pemangku kepentingan secara universal, mengingat bahwa penerapan SCP terkait
dengan kegiatan produksi dan konsumsi yang merupakan mesin utama sistem
ekonomi. Selain itu, penerapan SCP juga mencakup interaksi semua pemangku
kepentingan dan warga masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
yang merupakan mesin utama sistem sosial. Dokumen "The Future We Want" yang
dihasilkan dari Konferensi Rio+20 mengatur tentang penerapan 10 Year
Framework of Programme on SCP (10Y FP SCP) baik di tingkat internasional
maupun nasional. Setelah Rio+20, penerapan SCP akan dilakukan secara
terkoordinasi melalui 10 Year Framework of Programme (10 Y FP) di tingkat
Nasional oleh masing-masing Pemerintah, dan juga melalui kerjasama di tingkat
Internasional dengan Sekretariat: United Nations Environment Programme
(UNEP).
1.1 Perkembangan SCP
SCP berfokus pada perubahan pola konsumsi dan produksi untuk mencapai
efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam (material dan energi) serta dampak
negatif minimal terhadap lingkungan hidup. SCP menjadi dasar bagi pembangunan
berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi, sosial, dan
lingkungan secara universal dan harus dilakukan dengan hati-hati..
Inisiasi SCP berada di bawah arahan kerangka kerja nasional dan dimulai sejak
tahun 2013. Pada tahun 2015, konsumsi dan produksi berkelanjutan disepakati pada
sidang PBB untuk menjadi tujuan ke-12 Global Goals 2030 dengan nama konsumsi
dan produksi yang bertanggung jawab. Kata "bertanggung jawab" digunakan agar
lebih mudah memahami tujuan ke-12 tersebut. Tahun 2020 ini telah memasuki
tahapan akselerasi yang berfokus pada upaya mendorong efisiensi sumber daya,
strategi pengembangan rendah karbon, ekonomi hijau, ekonomi sirkular, dan secara
lebih luas di Indonesia melalui 4 (empat) strategi utama yaitu:
B. Saran
Dengan meningkatnya populasi penduduk maka akan meningkat juga permintaan
bahan pangan,lalu solusinya adalah masyrakat harus sadar dalam menerapkan
pola konsumsi dan pola produksi dari produk pertanian dengan memikirkan
keberlanjutan dari ketersediaan bahan pangan atau waste management dari sebuah
produk serta menerapkan program SCP.
DAFTAR PUSTAKA