Anda di halaman 1dari 14

POLA KONSUMSI DAN POLA PRODUKSI PERTANIAN

“TANTANGAN SOSIAL EKONOMI”

MAKALAH
Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Perbaja Tulus Pasaribu 23121023/ SMBP B / 2023
Narulita Aulia Azahra 23121002/ SMBP B / 2023
Muhamad Rafli Setiawan 23121022/ SMBP B / 2023
Paskalis Tegar Abadi 23121010/ SMBP B / 2023
Rizki Lidia Angaraini 23121007 / SMBP B / 2023

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER YOGYAKARTA
2023
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Sumber Daya Alam yang
melimpah sehingga keberlanjutan dari pada sumber dalam nya harus dijaga dan di
budidayakan dengan sebaik mungkin. Dengan adanya sumber daya alam yang besar
ini,Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran investor untuk
berinvestasi karena memang sumber daya alam yang ada saat ini sangat potensial
untuk investas jangka panjang.
Karena pertumbuhan populasi, ada peningkatan kebutuhan akan bahan pangan.
Selain itu, perubahan pola konsumsi menimbulkan masalah besar bagi
keberlanjutan produksi dan konsumsi pangan (Nurdin, 2015)Peradaban manusia
berada di ambang bencana karena pola produksi dan konsumsi yang tidak
berkelanjutan(Rachmini Saparita, 2006a). Selama bertahun-tahun, populasi
manusia selalu mengalami kekurangan dalam produksi pangan. Pertumbuhan
populasi sebelumnya telah menyebabkan eploitasi berlebihan terhadap sumber
daya alam, yang pada gilirannya menyebabkan kepunahan dan runtuhnya
peradaban(Dhirtya & Warmika, 2019). Memenuhi kebutuhan pangan memerlukan
ketersediaan produksi pangan,
Kebelanjutan dari pada produk-produk pertanian saat ini tergantung pada
masyarakat itu sendiri. Karena pada saat ini,masyarakat cenderung lebih sering
memakai produk dari luar karena tidak bisa di pungkiri hal ini adalah hal yang
instant dan simple bagi para petani yang menjadi konsumen. Dan pastinya ada
beberapa alas an yang menjadi pertimbangan bagi para konsumen,mengapa mereka
lebih memilih menggunakan produk impor di bandingkan menggunakan produk
dalam negeri. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan
strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi
pertanian dalam pembangunan ekonomi (Syofya & Rahayu, 2018) dibagi menjadi
6, yaitu: (1) Pertanian sebagai penyerap tenaga kerja, (2) Kontribusi terhadap
pendapatan, (3) Kontribusi dalam penyediaan pangan, (4) Pertanian sebagai
penyedia bahan baku, (5) Kontribusi dalam bentuk kapital dan (6) Pertanian sebagai
sumber devisa. Di tahun 2011, International Labour Organization (ILO)
menyatakan bahwa setidaknya terdapat 1 miliar lebih penduduk yang bekerja di
bidang sektor pertanian. syarakat setempat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan
di daerah tersebut.
Untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakatnya, suatu wilayah akan
menggunakan sumber daya alamnya.Akses adalah perbedaan utama antara
masyarakat agraris dan pesisir ini.terhadap sumber daya lahan. Tidak peduli pola
produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab, masalah lingkungan terus
muncul. Untuk mencapai hal ini, produsen dan konsumen harus berkomitmen pada
perubahan melalui pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien.
Pemanfaatan sumber daya yang efektif berarti menerapkan Pola konsumsi dan
produksi yang berkelanjutan (SCP) bertanggung jawab. SCP adalah upaya untuk
mewujudkan perubahan secara keseluruhan dan sistem dari pola sebelumnya yang
tidak berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan. Yang tidak ramah lingkungan dan
tidak berkelanjutan oleh semua pemangku kepentingan. Diharapkan SCP ini dapat
memberikan manfaat seperti perubahan pola konsumsi pada masyrakat dan
konsumen dengan mengutamakan sistem konsumsi yang berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program Sustainable Consumption and Production dapat
menjadi solusi bagi perubahan pola konsumi dan pola produksi pada
masyarakat ?
2. Apa dampak pola produksi pertanian terhadap kesejahteraan social
masyrakat ?
3. Bagaimana tantangan social ekonomi muncul dalam mengelola pola
konsumsi dan produksi pertanian?
BAB II. PEMBAHASAN
1.Bagaimana program Sustainable Consumption and Production dapat
menjadi solusi bagi perubahan pola konsumi dan pola produksi pada
masyarakat ?
Sustainable Consumption and Production (SCP) atau konsumsi dan produksi
berkelanjutan pada dasarnya adalah upaya perwujudan kegiatan konsumsi dan
produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan oleh semua pemangku
kepentingan secara global, dengan perubahan secara terpadu dan sistematis dari
pola sebelumnya yang tidak ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan. SCP atau
konsumsi dan produksi berkelanjutan adalah usaha untuk mewujudkan kegiatan
konsumsi dan produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan oleh semua pihak
yang terlibat secara global. Hal ini dilakukan melalui perubahan yang terpadu dan
sistematis dari pola sebelumnya yang tidak ramah lingkungan dan tidak
berkelanjutan. Menurut definisi dari (Oslo, 2021), konsumsi dan produksi
berkelanjutan merujuk pada penggunaan produk dan jasa yang memenuhi
kebutuhan dasar dan membawa kualitas hidup lebih baik sembari meminimalisasi
penggunaan sumber daya alam, material beracun, emisi gas dan polutan dalam
siklus hidup produk dan jasa tersebut. Dengan begitu, kita tidak membahayakan
kebutuhan generasi mendatang.
SCP adalah salah satu sub-tema dari aksi untuk mencapai Pembangunan
Berkelanjutan yang telah di inisiasi sejak Deklarasi Rio pada tahun 1992. Prinsip
ke-8 dari Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan menyatakan
bahwa untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan
kualitas hidup bagi semua orang, negara-negara harus mengurangi dan
menghilangkan pola konsumsi dan produksi (Castaneda Aguilar et al., 2020) dalam
Global Poverty Monitoring Technical Note, jika pertumbuhan ekonomi semua
negara pada tahun 2020 lebih rendah dua poin dari proyeksi Bank Dunia, maka
pandemi akan menyebabkan peningkatan kemiskinan global sebesar 1,1 poin dan
jumlah penduduk miskin akan bertambah sebanyak 82 juta orang. Namun, jika
(Placeholder1)ketimpangan ekonomi meningkat sebesar 2 persen di semua negara
pada tahun 2020, maka kemiskinan global akan meningkat sebesar 1,2 poin dan
jumlah orang miskin akan bertambah sebanyak 94 juta orang. Dalam beberapa
skenario yang telah disusun, diperkirakan tingkat kemiskinan global pada tahun
2030 akan berada pada kisaran 8 persen. Oleh karena itu, diperlukan tindakan nyata
untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusi yang tepat adalah melalui
pembangunan berkelanjutan, yang melibatkan berbagai negara dan
diimplementasikan melalui program SDGs. yang tidak berkelanjutan serta
mendorong kebijakan demografi yang sesuai.
Komitmen untuk menerapkan SCP terus diperkuat dengan adanya
Johannesburg Plan of Implementation (JPOI) tahun 2002 dan Konferensi United
Nations Conference on Sustainable Development (Konferensi Rio+20) di Rio de
Janeiro, Brasil pada bulan Juni 2012. Dalam Konferensi Rio+20 tersebut,
penerapan SCP dikaitkan dengan upaya pengentasan kemiskinan dan green
economy. Rio+20 sepakat bahwa penerapan SCP harus melibatkan semua
pemangku kepentingan secara universal, mengingat bahwa penerapan SCP terkait
dengan kegiatan produksi dan konsumsi yang merupakan mesin utama sistem
ekonomi. Selain itu, penerapan SCP juga mencakup interaksi semua pemangku
kepentingan dan warga masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
yang merupakan mesin utama sistem sosial. Dokumen "The Future We Want" yang
dihasilkan dari Konferensi Rio+20 mengatur tentang penerapan 10 Year
Framework of Programme on SCP (10Y FP SCP) baik di tingkat internasional
maupun nasional. Setelah Rio+20, penerapan SCP akan dilakukan secara
terkoordinasi melalui 10 Year Framework of Programme (10 Y FP) di tingkat
Nasional oleh masing-masing Pemerintah, dan juga melalui kerjasama di tingkat
Internasional dengan Sekretariat: United Nations Environment Programme
(UNEP).
1.1 Perkembangan SCP
SCP berfokus pada perubahan pola konsumsi dan produksi untuk mencapai
efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam (material dan energi) serta dampak
negatif minimal terhadap lingkungan hidup. SCP menjadi dasar bagi pembangunan
berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi, sosial, dan
lingkungan secara universal dan harus dilakukan dengan hati-hati..
Inisiasi SCP berada di bawah arahan kerangka kerja nasional dan dimulai sejak
tahun 2013. Pada tahun 2015, konsumsi dan produksi berkelanjutan disepakati pada
sidang PBB untuk menjadi tujuan ke-12 Global Goals 2030 dengan nama konsumsi
dan produksi yang bertanggung jawab. Kata "bertanggung jawab" digunakan agar
lebih mudah memahami tujuan ke-12 tersebut. Tahun 2020 ini telah memasuki
tahapan akselerasi yang berfokus pada upaya mendorong efisiensi sumber daya,
strategi pengembangan rendah karbon, ekonomi hijau, ekonomi sirkular, dan secara
lebih luas di Indonesia melalui 4 (empat) strategi utama yaitu:

1. Pendorong "Demand": "Green Public Procurement" dan Perbaikan Fasilitas


Publik Ramah Lingkungan
2. Pendorong "Supply": portofolio produk/jasa/investasi baru yang ramah
lingkungan, "sustainable sourcing", Inovasi, "green technology", "sustainable
financing"
3. "Resource pool": Platform menu-menu aksi konkret SCP bagi pemerintah, bisnis,
dan masyarakat
4. Penciptaan potensi lapangan kerja/ekonomi baru melalui jasa pengelolaan
sampah terpadu, rainwater harvesting, dan lainnya.

Indonesia telah meng-update dan melakukan penyegaran terhadap Kerangka


Kerja 10 Tahun Program Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan Indonesia
(Indonesia 10Y-FP on SCP) yang telah diterbitkan pada tahun 2013 menjadi
Dokumen Kerangka Kerja Strategi Pencapaian Konsumsi dan Produksi
Berkelanjutan 2020-2030. Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan (dikenal sebagai
SCP) adalah melakukan lebih banyak dan lebih baik dengan lebih sedikit. Hal ini
juga bertujuan untuk memisahkan pertumbuhan ekonomi dari degradasi
lingkungan, meningkatkan efisiensi sumber daya dan mendorong gaya hidup
berkelanjutan. Saat ini kita mengonsumsi lebih banyak sumber daya dibandingkan
sebelumnya, melebihi kapasitas pembangkitan bumi. Sementara itu, sampah dan
polusi semakin meningkat, dan kesenjangan antara kaya dan miskin semakin lebar.
Kesehatan, pendidikan, kesetaraan dan pemberdayaan semuanya terkena dampak
buruk.
Yang terpenting, SCP dapat berkontribusi besar terhadap pengentasan
kemiskinan dan transisi menuju ekonomi rendah karbon dan ramah lingkungan.
Untuk melakukan hal ini, SCP memerlukan pembangunan kerja sama di antara
banyak pemangku kepentingan serta lintas sektor di semua negara. Dalam hal ini,
kami menyerukan dukungan terhadap upaya negara-negara berkembang kepulauan
kecil untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program dalam kerangka
10 tahun program pola konsumsi dan produksi berkelanjutan untuk memajukan
konsumsi dan produksi berkelanjutan , dengan penekanan pada mikro, usaha kecil
dan menengah, pariwisata berkelanjutan, pengelolaan limbah, pangan dan gizi,
gaya hidup, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan keterkaitan dalam
rantai pasokan untuk mendorong pembangunan pedesaan (SDG, 2023)

2. Apa dampak pola produksi pertanian terhadap kesejahteraan social


masyrakat ?
Peningkatan populasi penduduk menjadi sebuah evaluasi yang berdampak
pada peningkatan kebutuhan bahan pangan, selain itu perubahan pola konsumsi
juga menjadi tantangan serius terhadap kelanjutan produksi dan konsumsi pangan
(Rachmini Saparita, 2006b) Hal ini mendorong banyak kalangan termasuk
akademisi untuk melakukan berbagai upaya pengembangan produksi dan konsumsi
pangan yang berkelanjutan (Nizar, 2017)Dengan adanya peningkatan produksi
pangan, maka akan terjadi juga perubahan kesejahteraan dalam masyarakat. Saat
ini pertanian di Indonesia sudah masuk kedalam revolusi industri 4.0 yang memiliki
banyak dampak positif. Revolusi industry 4.0 bertujuan mengalokasi sumber daya
produksi secara efisien, pemenuhan proses produksi, hingga integritas perangkat
lunak, mesin, dan manusia secara real time.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK) serta semakin
bertambahnya laju populasi penduduk, realita nya adalah semakin meningkatkan
eksploitasi sumberdaya alam yang terjadi tanpa pengawasan dan kurangnya kendali
yang di pegang (Widodo et al., 2012)Revolusi industri 4.0 memberi dampak yang
begitu besar, baik dampak positif maupun dampak negatif. Beberapa dampak
positif banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia terutama para petani, mulai
dari proses produksi hingga proses pemasaran. Tantangan pada pengolahan lahan
memberikan inovasi untuk menciptakan alat yang dapat memudahkan petani dalam
melakukan pemantauan lahan, salah satu teknologi yang dikembangankan adalah
penggunaan drone. Drone merupakan pesawat tanpa awak yang dilengkapi oleh
sensor perangkat lunak untuk pengambilan data yang akuran dan real-time.
Keuntugan penggunaannya adalah drone dapat memetakan lahan pertanian secara
akurat dengan menggunakan sensor, hal ini memungkinkan para petani untuk
mengidentifikasi area yang membutuhkan perhatian khusus seperti penyiraman dan
pemupukan tambahan. Penggunaan drone juga dapat bermanfaat untuk membantu
pemantauan pertumbuhan tanaman, sehingga didapatkan data mengenai kepadatan
vegetasi, tinggi tanaman, dan tingkat kematangan, sehingga data ini dapat berfungsi
untuk pengoptimalan waktu panen (Siregar, 2023)Dari keterangan tadi dapat
disimpulkan bahwa revolusi industry 4.0 memberikan dampak yang positif bagi
kesejahteraan masyarakat.
Selain dampak positif, terdapat juga dampak negatif yang ditimbulkan dari
adanya revolusi industri 4.0. Seperti para petani akan ketergantungan pada
teknologi yang ada, ketergantungan tersebut menyebabkan ketidakaktifan para
petani lagi ,terjadinya urbanisasi penduduk desa akan pindah ke kota untuk mencari
pekerjaan di pabrik ,dampak teknologi terhadap lingkungan juga mempengaruhi
karena manusia menggunakan mesin untuk bekerja maka kebutuhan energi akan
tetap tinggi dan hingga sekarang belum ada sumber energi yang mencukupi bisa
digunakan untuk kegiatan produksi dalam skala besar selain dengan menggunakan
bahan bakar fosil,investasi sdm yang tidak murah perusahaan yang ingin
menggunakan sistem otomatisasi dan juga teknologi tinggi tentunya harus memiliki
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk bisa
menggunakan sarana canggih tersebut. Jadi perusahaan harus mau mengeluarkan
yang tidak sedikit untuk memberikan gaji kepada karyawannya dengan jumlah yang
cukup banyak sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki karyawannya, dengan
adanya revolusi 4.0 juga akan rentan dengan serangan siber karena jaringan loT
yang telah di temukan saat ini menghilangkan batas fisik antara proses produksi
dengan sistem jaringan oleh karena itu sangat rentan terkena serangan siber jika
tidak dijaga menggunakan keamana yang kuat dan tangguh.

Pola konsumsi dan produksi berkelanjutan mendukung ekonomi melingkar.


(Sumber: UNEP)
3.Bagaimana tantangan social ekonomi muncul dalam mengelola pola
konsumsi dan produksi pertanian?
Pada saat ini jumlah populasi manusia di dunia meningkat pesat dihitung dari
tahun- tahun sebelumnya Peningkatan jumlah populasi ini juga ternyata
memengaruhi berbagai aspek seperti pembangunan ekonomi di negara-negara di
berbagai belahan di dunia. Pembangunan ekonomi akibat pertumbuhan penduduk
ini memberi dampak yang berbeda-beda terhadap negara maju ataupun negara
berkembang , pertumbuhan penduduk akan berpengaruh pada pemanfaatan aspek
biofik atau sumber daya alam.
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk
cukup padat berdasarkan proyeksi (Tautan & Situs, n.d.) jumlah penduduk
Indonesia pada 2023 mencapai 278,8 juta jiwa tidak bisa di pungkiri bahwa laju
pertumbuhan penduduk Indonesia begitu pesat dan tidak bisa di hindari, meskipun
pemerintah telah melakukan upaya dan berbagai solusi seperti memberikan
program keluarga berencana (KB) serta berbagai semboyan telah di tawarkan
kepada masyarakat namun tetap saja laju pertumbuhan penduduk tidak bisa
terbantahkan meskipun solusi yang di tawarkan tidak sesuai dengan harapan
pemerintah, tapi setidaknya bisa mereduksi sebagian masalah yang ada disisi lain
penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan
mengembangkan kegiatan ekonomi.

Secara umum, pertumbuhan penduduk membawa dampak positif dan negatif


bagi manusia itu sendiri maupun lingkungan. Beberapa dampak positifnya antara
lain sebagai berikut.

• Dampak positif pertumbuhan penduduk:


-Tersedianya tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat. Bertambahnya kebutuhan akan pangan, sandang,
dan papan sehingga berkembang jumlah dan jenis usaha lokal.
-Meningkatnya investasi atau penanaman modal karena makin banyakkebutuhan
manusia.
- Meningkatnya inovasi karena penduduk dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya.
Misalnya, agar produktivitas lahan pertaniannya meningkatmanusia
mengembangkan pupuk dan benih unggul untuk memenuhi kebutuhan penduduk
yang terus meningkat
Disamping dampak positif, pertumbuhan penduduk yang tinggi juga berpotensi
menimbulkan dampak negatif terutama jika tidak diimbangi dengan kualitas
penduduk dan ketersediaan sarana prasarana hidup serta sumber ekonomi.
Beberapa dampak tersebut antara lain sebagai berikut:
• Dampak negatif pertumbuhan penduduk
- Meningkatnya Angka Pengangguran
- Meningkatnya Angka Kriminal hingga Meningkatnya Angka Kemiskinan
Akibat pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk membawa dampak atau tantangan
sosial ekonomi dalam pola konsumsi dan produksi pertanian seperti kebutuhan dan
ketahanan bahan pangan nasional yang seiring dengan pertumbuhan penduduk ,
maka kebutuhan pangan akan semakin besar di masa mendatang .

Sehingga untuk mengimbangi kebutuhan pangan maka harus mulai bisa


memanfaatkan lahan sub-optimal menjadi alternatif penting sehingga kebutuhan
pangan tercapai. Lahan sub-optimal merupakan lahan yang telah mengalami
degradasi yang mempunyai kesuburan rendah dan tidak mampu mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal (Mulyani & Sarwani, 2013)
Lahan sub-optimal yang paling potensial adalah lahan kering dan lahan rawa,
potensi lahan kering secara nasional mencapai angka 148 juta ha (Nurdin,
2011)Luas lahan gambut di Indonesia mencapai 14,9 juta ha (abdul qirom et al.,
2019)dan tersebar di Pulau Jika lahan tersebut mampu di berdayakan maka
ketahanan bahan pangan akan selalu terjaga, lahan sub-optimal merupakan salah
satu sumberdaya lahan, walaupun sebagian tergolong lahan marginal namun
memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan pertanian.
pertumbuhan penduduk yang cukup pesat tidak hanya berdampak pada ketahanan
bahan pangan tatapi juga memiliki dampak lain seperti :
•Adanyan Ketidaksetaraan Akses Sumber Daya
•Ketergantungan Pada Monokultur
•Ketidakpatian Iklim
•Perbedaan Harga Dan Pasar
•Pola Konsumsi Pangan
•Perbedaan Akses Pendidikan Dan Pelatihan
Sehingga dalam pemecahan tantangan sosial ini memerlukan pendekatan holistik
yang melibatkan kebijakan pemerintah dan dukungan finansial serta perubahan
pola konsumsi masyarakat.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah yang kami buat yang berjudul “Pola Konsumsi
Dan Pola Produksi Pertanian:Tantangan Sosial Ekonomi” adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah harus menggalakan program program yang dapat mendukung
keberlangsungan pola konsumsi dan pola produksi kepada masyarakat supaya
terdapat perubahan terkait kesejahteraan social masyarakat pertani
2. Terdapat beberapa dampak posive dan dampak negative dengan adanya pola
konsumsi dan pola produksi produk pertanian yang di alami oleh masyarakat
3. Perubahan pola konsumsi dan pola produksi dapat mempengaruhi
perkembangan perekonomian bgai negara maju dan negara berkembang.
4. Solusi SCP dapat membantu perubahan pola konsumsi dan pola produksi bagi
masyarakat, maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus saling bekerja
sama dalam melaksanakan program ini

B. Saran
Dengan meningkatnya populasi penduduk maka akan meningkat juga permintaan
bahan pangan,lalu solusinya adalah masyrakat harus sadar dalam menerapkan
pola konsumsi dan pola produksi dari produk pertanian dengan memikirkan
keberlanjutan dari ketersediaan bahan pangan atau waste management dari sebuah
produk serta menerapkan program SCP.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qirom, M., Halwany, W., Rahmanadi, D., &


Tampubolon, A. P. (2019). The Study on Biophysical
Peatland Landscape in Sebangau National Park: Case in
Mangkok Resort. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 24(3),
188–200. https://doi.org/10.18343/jipi.24.3.188
Castaneda Aguilar, R. A., Fujs, T., Jolliffe, D., Lakner, C.,
Gerszon Mahler, D., Nguyen, M. C., Schoch, M., Vargas
Mogollon, D. L., Viveros Mendoza, M. C., Baah, S. K. T.,
Yonzan, N., & Yoshida, N. (2020). September 2020
PovcalNet Update. September 2020 PovcalNet Update,
September. https://doi.org/10.1596/34451

Dhirtya, D. A. M. C., & Warmika, I. G. K. (2019). 肖沉 1, 2, 孙


莉 1, 2∆, 曹杉杉 1, 2, 梁浩 1, 2, 程焱 1, 2. Tjyybjb.Ac.Cn,
27(2), 58–66.
Mulyani, A., & Sarwani, M. (2013). Karakteristik dan Potensi
Lahan Sub Optimal untuk Pengembangan Pertanian di
Indonesia. Jurnal Sumber Daya Lahan, 7(1), 47–55.
Nizar, M. A. (2017). Munich Personal RePEc Archive
Development of Productive Waqf in Indonesia: Potential
and Problems. Munich Personal RePEc Archive, 97967.
https://mpra.ub.uni-muenchen.de/id/eprint/97967
Nurdin. (2011). Penggunaan lahan kering di das limboto
provinsi gorontalo untuk pertanian berkelanjutan. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 30(6), 98–107.
https://www.researchgate.net/profile/Nurdin_Sp_Msi/co
ntributions
Nurdin, M. F. (2015). Perubahan pola-pola produksi dan
konsumsi yang bekelanjutan: Dimensi sosial politik.
Abstrak.
https://scholar.google.com/citations?view_op=view_citat
ion&hl=en&user=_zXI_LQAAAAJ&pagesize=100&citation_
for_view=_zXI_LQAAAAJ:qUcmZB5y_30C
Rachmini Saparita. (2006a). Penduduk Dan Kebutuhan
Pangan Di Indonesia 2005-2050: Suatu Proyeksi. Jurnal
Matematika Sains Dan Teknologi, 7(1), 25–39.
https://doi.org/10.33830/jmst.v7i1.626.2006
Rachmini Saparita. (2006b). Penduduk Dan Kebutuhan
Pangan Di Indonesia 2005-2050: Suatu Proyeksi. Jurnal
Matematika Sains Dan Teknologi, 7(1), 25–39.
https://doi.org/10.33830/jmst.v7i1.626.2006
Siregar, M. (2023). PENGGUNAAN TEKNOLOGI DRONE
DALAM MONITORING DAN PENGELOLAAN LAHAN
PERTANIAN. https://doi.org/10.31219/osf.io/dmu5g
Syofya, H., & Rahayu, S. (2018). Peran Sektor Pertanian
terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-
Output). Manajemen Dan Kewirausahaan, 9(3), 91.
https://doi.org/10.31317/jmk.9.3.91-103.2018
Tautan, M., & Situs, P. (n.d.). Indonesia Jumlah Penduduk
Menurut Provinsi di Indonesia Facebook Berita Resmi. 2–
3.
Widodo, L., Joko, D., & Susanto, P. (2012). Pendekatan
Pengelolaan Lingkungan Melalui Produksi dan Konsumsi
Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan, Edisi
khus(Juni), 127–138.
http://www.kelair.bppt.go.id/Jtl/2012/harilh/13pengelola
an.pdf
Oslo,(2021). Mengenal Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan.
https://greeneration.org/publication/green-
info/mengenal-konsumsi-dan-produksi-berkelanjutan/

SDG,(2023). Daftar 169 Target SDGs.


https://lestari.kompas.com/read/2023/05/04/16000048
6/daftar-169-target-sdgs?lgn_method=google

Anda mungkin juga menyukai