Anda di halaman 1dari 14

GREEN ECONOMY: KONSEP, IMPLEMENTASI, DAN PERANAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh:

1. M Dwi Ariwibowo (1720600016)


2. Nur Rofiqoh (4119500267)

GenBI UPS Tegal

ABSTRACT
This study aims to deal with environmental problems ranging from air
pollution, air, soil, biodiversity, depletion of the earth's layer, and other
environmental problems in Central Java Province. This study uses a literature
exploration method. The literature exploration method presents a theory related
to green and economy. This green economy is a model of an economic
development approach that no longer relies on economic development based on
excessive exploitation of natural resources and the environment. The
implementation of the green economy can be seen through: (i) increasing public
and private green sector investment, (ii) increasing the quantity and quality of
employment in the green sector, (iii) increasing GDP from the green sector, (iv)
decreasing energy/resource use per units of production, (v) a reduction in CO
and pollution levels /GDP, and (vi) a decrease in consumption that generates a
lot of waste. Based on the available data, it can be seen that the Central Java
Provincial Government has begun to prepare for the implementation of the Green
and Circular Economy. It can be seen from the existence of several policies for
implementing green investment in Central Java.
Keywords: environmental problems, green economy, green investment.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghadapi masalah lingkungan mulai dari
polusi udara, air, tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, penipisan lapisan
bumi, dan masalah lingkungan lainnya pada Provinsi Jawa Tengah. Penelitian
ini menggunakan metode eksplorasi literatur. Metode eksplorasi literatur
menyajikan suatu teori terkait dengan green and economy. Green economy ini
merupakan suatu model pendekatan pembangunan ekonomi yang tidak lagi
mengandalkan pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam
dan lingkungan yang berlebihan. Penerapan green economy dapat dilihat
melalui: (i) peningkatan investasi public dan private di sektor green, (ii)
peningkatan dalam kuantitas dan kualitas lapangan kerja di sektor green, (iii)
peningkatan GDP dari sektor green, (iv) penurunan penggunaan energi/sumber
daya per unit produksi, (v) penurunan level CO dan polusi /GDP, dan (vi)
penurunan konsumsi yang banyak menghasilkan limbah. Berdasarkan data yang
ada, dapat diihat bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah mulai untuk
mempersiapkan implementasi Green and Circullar Economy. Terlihat dari
adanya beberapa kebijakan penerapan investasi hijau di Jawa Tengah.
Kata kunci: masalah lingkungan, green economy, investasi hijau.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini dan mungkin di masa yang akan datang, masalah lingkungan
semakin membahayakan kehidupan dan ekosistem yang ada di bumi ini.
Masalah lingkungan yang dihadapi mulai dari polusi udara, air, tanah,
hilangnya keanekaragaman hayati, penipisan lapisan bumi, dan masalah
lingkungan lainnya (Geissdoerfer et al., 2017). Tidak terkecuali di Provinsi
Jawa Tengah yang menghadapi permasalahan yang sama. Terutama masalah
sampah. Berdasarkan data yang diambil Sistem Informasi Pengelolaan
Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2012 Provinsi Jawa tengah menjadi
penyumbang timbunan sampah nasional terbanyak dengan jumlah mencapai
3,17 juta ton.
Masalah ini tentunya akan membahayakan kehidupan masyarakat saat ini
maupun generasi selanjutnya. Isu sustainability menjadi kajian yang sangat
3R menarik untuk dibahas, baik oleh para akdemisi, praktisi, otoritas terkait,
bahkan masyarakat umum, terutama di negara berkembang (Bilal et al.,
2020). Konsep 3 R (Reuse, Reduce, Recycle) yang selama ini ditawarkan
sebagai solusi untuk mengurangi limbah, limbah masyarakat dan limbah
keluarga (rumah tangga) terus dikembangkan dan saat ini menjadi konsep
ekonomi sirkular. Konsep ekonomi sirkular yang sedang trending, dengan
berbagai kajian yang menarik (Bilal et al., 2020; Geissdoerfer et al., 2017;
Govindan, 2018; Hinaa et al., 2022; Kirchherr et al., 2017; Kirchherr &
Piscicelli, 2019; Lewandowski, 2016; Munaro et al., 2020; Stahel, 2016;
Velenturf & Purnell, 2021) wajib untuk disebarluaskan agar setiap manusia
(baik sebagai makhluk social maupun pelaku ekonomi) menyadari pentingnya
untuk berperan mewujudkan ekonomi sirkular bagi keberlangsungan
kehidupan di masa yang akan datang.
Pemprov Jateng dan Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah terus
mendorong upaya untuk mewujudkan green economy atau ekonomi hijau dan
ekonomi sirkular. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat
Dwisaputra mengungkapkan, green economy juga menjadi salah satu isu
penting dalam Presidensi G20 yang untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam konteks green economy, pertanyaan yang timbul adalah

1. Sejauh mana permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi Provinsi Jawa


Tengah sehingga Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dipandang perlu
menerapkan green and circular economy?
2. Kebijakan apa yang sudah dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Tengah
dalam rangka implementasi green and circular economy?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah
1. Menganalisis masalah lingkungan hidup di Jawa Tengah,
2. Menganalisis kebijakan green and circular economy di Jawa Tengah,
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Green Economy


Sekarang ini dunia dihadapkan pada masalah degradasi sumber alam,
sumber daya energi, lingkungan, dan sumber daya pangan. Eksploitasi
sumber daya alam tak terbarukan semakin memperburuk sumber daya
lingkungan karena perilaku umat manusia yang tidak ramah lingkungan.
Sementara itu, ancaman akibat perubahan iklim dan pemanasan global
semakin mengurangi sustainabilitas bumi dalam memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan umat manusia di dunia.
Salah satu hal yang ditawarkan untuk mengurangi efek tersebut adalah
dengan penerapan Green economy. Green economy ini merupakan suatu
model pendekatan pembangunan ekonomi yang tidak lagi mengandalkan
pembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam dan
lingkungan yang berlebihan. Ekonomi hijau merupakan suatu lompatan besar
meninggalkan praktik-praktik ekonomi yang mementingkan
keuntunganjangka pendek yang telah mewariskan berbagai permasalahan
yang mendesak untuk ditangani termasuk menggerakkan perekonomian yang
rendah karbon (Pearce et al., 1992).
Seperti yang di definisikan United Nations Programme (UNEP) dalam
(Cameron & Stuart, 2012) dimana green economy merupakan embal
kegiatan ekonomi yang berkesinambungan dari proses produksi, distribusi,
dan konsumsi barang dan jasa yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan
manusia jangka kembali yang tidak menyisakan risiko buruk terhadap
generasi mendatang terhadap masalah lingkungan dan kelangkaan ekologis.
Ada pula yang mendefinisikan green economy sebagai perekonomian di
mana pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan berkolaborasi
dengan cara saling menguatkan dan mendukung pembangunan. Selanjutnya,
green economy didefinisikan sebagai ekonomi yang memberikan peningkatan
kualitas hidup, dengan memperhatikan batas ekologis planet (Green
Economy Coalition, 2010). Selain itu, green economy juga didefinisikan
sebagai perekonomian di mana pertumbuhan kesejahteraan rakyat dan
peningkatan lapangan kerja tersedia namun negara memastikan pengurangan
emisi dan pencemaran lingkungan yang merangsang menggunakan energi
dan sumber daya secara efektif yang dapat mencegah segala kerusakan
terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem (Diyar, Akparova,
Toktabayev, & Tyutunnikova, 2014)
2.2 Konsep Circullar Economy
Semakin meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap keberlangsungan
lingkungan (sustainability), berkembang konsep terbaru yang ditawarkan
untuk mencapai target SDG’s berupa keberlanjutan (sustainability), yaitu
ekonomi sirkular (circular economy).
Kirchherr, Reike, and Hekkert (2017) merangkum 114 definisi circular
economy menjadi ekonomi yang menggantikan konsep “end-of-life” dengan
mengurangi (reduce), menggunakan (reuse), mendaur ulang (recycle), dan
memperbaiki (recover) bahan atau peralatan pada proses produksi dan
konsumsi. Siklus ini berlaku untuk skala ekonomi mikro (rumah tangga dan
perusahaan) serta tingkat makro (tingkat wilayah kota, negara, dan wilayah
sekitarnya) dengan tujuan pembangunan berkelanjutan sehingga secara
bersamaan menciptakan kualitas lingkungan yang baik, kesejahteraan
ekonomi, serta keadilan yang mempertimbangkan kepentingan generasi
sekarang dan masa depan.
Ada juga yang mendefinisikan ekonomi sirkular dengan tema kelangkaan
sumber daya, dampak terhadap lingkungan dan manfaat ekonomi, atau
optimasi sumber daya terkait dengan produksi yang lebih bersih,
meningkatkan nilai siklus teknis dan biologis bahan melalui strategi
melingkar. Konsep ekonomi sirkular mengusung isu penggunaan, perbaikan,
remanufaktur dan daur ulang produk, bahan, dan komponen (Munaro et al.,
2020).
Eko S.A. Cahyanto, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan
Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian,
mengatakan bahwa “Konsep circular economy bukan hanya mendesain
model dengan prinsip zero waste, tetapi juga fokus terhadap faktor dan
penyediaan sumber daya maupun energi yang berkelanjutan.”
Dirjen KPAII menjelaskan, konsep circular economy dapat diaplikasikan
dengan menggunakan pendekatan 5 R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery,
dan Repair). “Adanya konsep rekondisi dan remanufacturing pada barang
modal, serta reuse pada bahan baku dan penolong diharapkan dapat
mengurangi impor pengolahan,” tuturnya.
Prinsip 5R dapat dilakukan melalui pengurangan pemakaian material
mentah dari alam (reduce) melalui optimasi penggunaan material yang dapat
digunakan (reuse) dan penggunaan material hasil dari proses daur ulang
(recycle) maupun dari proses perolehan (recovery) atau dengan melakukan
perbaikan (repair).
Jadi, nantinya circular economy itu tidak mengenal sampah karena terus
berputar, sehingga sumber daya alam digunakan lebih efektif dan efisien, dan
kebijakan ini juga mendorong penggunaan energi alternatif.
BAB III

METODE

3.1 Metode Yang Digunakan


Penulisan paper ini berdasarkan penelitian dengan menggunakan metode
eksplorasi literatur. Metode eksplorasi literatur menyajikan suatu teori terkait
dengan green and economy.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Lingkungan Hidup Di Jawa Tengah


Saat ini dan mungkin di masa yang akan datang, masalah lingkungan
semakin membahayakan kehidupan dan eko sistem yang ada di bumi ini.
Masalah lingkungan yang dihadapi mulai dari polusi udara, air, tanah,
hilangnya keanekaragaman hayati, penipisan lapisan bumi, dan masalah
lingkungan lainnya (Geissdoerfer et al., 2017). Masalah ini tentunya akan
membahayakan kehidupan manusia saat ini maupun generasi selanjutnya.
Berdasarkan data yang diambil Sistem Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional (SIPSN) pada tahun 2012 Provinsi Jawa tengah menjadi
penyumbang timbunan sampah nasional terbanyak dengan jumlah mencapai
3,17 juta ton. Hal ini merupakan peringatan yang sangat serius mengingat
bahwa sampah sangat berbahaya bagi lingkungan.
Salah satu langkah yang dapat diambil Provinsi Jawa Tengah yaitu dengan
konsep 3 R untuk mengurangi limbah industri, limbah masyarakat dan
limbah keluarga (rumah tangga). Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus
semakin intensif mengembangkan program-program untuk mempertahankan
kualitas hidup masyarakat. Program dengan mengusung konsep 3 R
diharapkan mampu mengurangi limbah yang semakin bertambah seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk di jawa tengah.
Konsep 3 R berkembang dan lebih dikenal dengan tag line green
environment atau green economy, atau bahasa lain yang menggunakan kata
“green”. Green dianggap mewakili atau mencerminkan konsep kelestarian
lingkungan. Konsep 3 R yaitu konsep untuk mengintegrasikan kegiatan
ekonomi dengan tujuan terciptanya sustainability atau keberlanjutan. Konsep
3 R, green economy, green environment yang selama ini kita kenal
menggunakan pendekatan ekonomi linear (linear economy). Semakin
meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap keberlangsungan lingkungan
(sustainability), berkembang konsep terbaru yang ditawarkan untuk
mencapai target SDG’s berupa keberlanjutan (sustainability), yaitu ekonomi
sirkular (circular economy).
Berdasarkan hal tersebut bahwa pentingnya penerapan green and circullar
economy dijawa tengah guna mengurangi timbunan sampah yang dihasilkan
provinsi jawa tengah. Yang artinya, dengan penerapan Green and circullar
Economy tetap ada peluang bagian dari produksi atau konsumsi dilepas ke
udara atau sampah pembuangan akhir, walaupun dalam jumlah yang tidak
banyak.
4.2 Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
UNEP menyatakan bahwa penerapan green economy dapat terlihat
melalui: (i) peningkatan investasi public dan private di sektor green, (ii)
peningkatan dalam kuantitas dan kualitas lapangan kerja di sektor green, (iii)
peningkatan GDP dari sektor green, (iv) penurunan penggunaan
energi/sumber daya per unit produksi, (v) penurunan level CO dan polusi
/GDP, dan (vi) penurunan konsumsi yang banyak menghasilkan limbah.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu elemen penting dalam mewujudkan
green economy adalah investasi hijau (green investment). Investasi hijau
menjadi elemen sangat fundamental karena pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang sangat tergantung pada investasi, sehingga motor penggerak
kegiatan produksi bertumpu pada investasi. Meskipun belum ada konsensus
baku, konsep dan prinsip investasi hijau sudah banyak dikembangkan dan
diterapkan secara internasional baik di level business group maupun
pemerintahan.
Dalam menyikapi hal tersebut, Pemeritah Provinsi Jawa Tengah saat ini
tengah menyiapkan kebijakan dan/atau peraturan yang menjadi payung
hukum pelaksanaan investasi hijau di Jawa Tengah. Saat ini belum ada satu
daerah pun yang sudah menyiapkan peraturan khusus terkait investasi hijau.
Kebijakan investasi hijau masih menjadi bagian kebijakan umum dalam
RUPM. Untuk itu pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTSP) melakukan
kegiatan identifikasi masalah untuk perencanaan penanaman modal
berwawasan lingkungan di Jawa Tengah. Kegiatan identifikasi ini
memberikan kerangka berfikir bagi penyusunan kebijakan teknis ke depan.
Untuk itu, kegiatan ini mengkombinasikan antara kajian konseptual dan
penggalian masukan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) yang
relevan baik dari kalangan pemerintahan, pelaku usaha maupun akademisi.
Sebagaimana diatur dalam Pergub Jateng Nomor 52/2015 tentang RUPM
Provinsi Jawa Tengah, arah kebijakan penanaman modal berwawasan
lingkungan (green investment) dalam Pergub Jateng Nomor 52/2015 terdiri
atas sinergi kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup;
pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan,
serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan; pengembangan
ekonomi hijau (green economy); pemberian kemudahan dan/atau insentif
penanaman modal diberikan kepada penanaman modal yang mendorong
upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup; peningkatan penggunaan
teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan secara lebih
terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir; pengembangan wilayah yang
memperhatikan tata ruang dan kemampuan atau daya dukung lingkungan.
Berdasarkan hal ini, perencanaan pengembangan investasi berbasis
lingkungan perlu dilakukan agar investasi berbasis lingkungan menjadi
pilihan investasi yang menarik bagi investor sehingga investasi berbasis
lingkungan (green investment) di Jawa Tengah meningkat dan mitigasi
perubahan iklim dapat terwujud.
Berdasarkan upaya tersebut menghasilkan poin-poin penting terkait
Investasi Hijau dalam beberapa payung hukum tersebut dapat diringkas
sebagai berikut:
Dalam rangka upaya untuk terus mewujudkan green economy atau
ekonomi hijau dan ekonomi sirkular Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan
Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah juga mengadakan kegiatan bertajuk
Green and Circular Economy: Pathways to Central Java Sustainable
Development tersebut juga memberikan ruang terutama bagi kabupaten kota
untuk mengajukan proposal investasi berbagai sektor potensial.
Investment challenge ini menyaring lima daerah yang dinilai terbaik yakni
Kota Tegal (pengolahan limbah bahan beracun berbahaya), Kota Pekalongan
(technopark perikanan), Banjarnegara (industri mocaf), Jepara (industri
garam) dan Boyolali (ikan lele).
Berdasarkan hal tersebut, dapat diihat bahwa Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah sudah mulai untuk mempersiapkan implementasi Green and Circullar
Economy. Terlihat dari adanya beberapa kebijakan penerapan investasi hijau
di Jawa Tengah.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hal tersebut bahwa pentingnya penerapan green and circullar
economy di Jawa Tengah guna mengurangi timbunan sampah yang
dihasilkan Provinsi Jawa Tengah. Yang artinya, dengan penerapan Green and
circullar Economy tetap ada peluang bagian dari produksi atau konsumsi
dilepas ke udara atau sampah pembuangan akhir, walaupun dalam jumlah
yang tidak banyak.
Berdasarkan data yang ada, dapat diihat bahwa Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah sudah mulai untuk mempersiapkan implementasi Green and Circullar
Economy. Terlihat dari adanya beberapa kebijakan penerapan investasi hijau
di Jawa Tengah.
5.2 Saran
Peranan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengimplementasikan
konsep green economy sangat penting. Oleh sebab itu, dalam penerepan
green economy diharapkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bisa
mempersiapkan sebaik mungkin implementasi green and circular economy
secara matang agar penerapannya berjalan dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Che Yoke Ling and Saradha. 2010. Development: The “Green Economy” debate
unfolds. SUNS, edisi 6928, Jum’at, 21 Mei 2010.
UNEP. 2009. Global Green New Deal – An Update for the G20 Pittsburgh
Summit.” UNEP.
http://bulletin.penataanruang.net/upload/data-artikel/data%20bltn%202009.pdf
(diakses 12 Juni 2022)
www.greeneconomics.net (diakses 12 Juni 2022)
www.unep.org (diakses 12 Juni 2022)
www.wpp.com (diakses 12 Juni 2022)
www.smart-tbk.com (diakses 20 Juni 2022)
www.greenpeace.org (diakses 20 Juni 2022)
www.uneo.ch (diakses 25 Juni 2022)

Anda mungkin juga menyukai