Anda di halaman 1dari 5

Zenita Wulan Nurhida

D-III Kebendaharaan Negara AP

Penugasan Esai

Green Economy: Pelestarian Lingkungan untuk Sumber Perekonomian

Pada paruh kedua tahun 2023, terdapat isu bersama menggantikan keadaaan
pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat yang tinggal di daerah-daerah
tertentu tetap mengenakan masker saat berkegiatan di luar rumah. Isu tersebut adalah
polusi udara. Dalam laporan Air Quality Life Index (AQLI) atau Indeks Kualitas Udara
Kehidupan, disebutkan bahwa pada tahun 2021 Indonesia bersama dengan lima
negara lain yaitu India, Tiongkok, Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria menyumbang
75% beban polusi udara global karena tingginya tingkat polusi dan besarnya populasi
(Greenstone dan Hasenkopf, 2023). Hal ini tampaknya tidak kunjung membaik karena
pada tahun 2023 tingginya particulate matter (PM2.5) di beberapa wilayah di Indonsia
seperti Jabodetabek yang jauh melebihi anjuran batas aman PM2.5 dari WHO menjadi
isu hangat yang membuat pemerintah di region polutan tersebut menerbitkan kembali
kebijakan work from home (WFH) bagi para pegawai. Hal ini dimaksudkan agar
mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor. Namun tentu saja kebijakan
tersebut bukanlah solusi akhir dari permasalahan pencemaran udara karena bukan
hanya kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi karbondioksida, namun juga
aktivitas industri. Belum lagi pencemaran udara hanyalah salah satu contoh
pencemaran lingkungan. Masih terdapat ancaman-ancaman kerusakan lingkungan
lainnya hingga isu pemanasan global dan perubahan iklim. Lantas apa yang bisa
dilakukan?

Dalam perekonomian, telah menjadi fitrah bahwa manusia berorientasi pada


keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini seringnya membuat manusia abai
memperhatikan kelestarian lingkungan yang menjadi sumber kehidupan. Seperti yang
disampaikan Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, dalam keynote speech pada
Kongres X Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) Tahun 2022
bahwa kita harus keluar dari paradigma lama yang menganggap green atau
kelestarian lingkungan sebagai trade-off dari growth atau pertumbuhan ekonomi
(Kementerian Keuangan RI, 2022). Green Economy atau Ekonomi Hijau yang saat ini
menjadi perhatian global dapat diartikan sebagai perekonomian yang meminimalisasi

1
buangan emisi karbondioksida terhadap lingkungan, hemat sumber daya alam, dan
berkeadilan sosial (Kementerian ESDM RI, 2021).

Saat ini pemerintah Indonesia telah mendukung green economy dan


menuangkan dalam beberapa rencana kebijakan. Dalam Webinar Green Economy
Forum 2023, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyampaikan beberapa
terobosan kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam
bertransformasi menuju ekonomi hijau (Kementerian Keuangan RI, 2023). Salah
satunya dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2021 yang
menyiapkan dua instrumen mekanisme pasar dalam mempercepat transformasi
ekonomi hijau (idem). Lebih lanjut Sri Mulyani menjelaskan instrument pertama yaitu
instrument perdagangan, yakni sistem perdagangan karbon yang sifatnya wajib dan
mekanisme offsetting (idem). Instrumen kedua adalah instrument nonperdagangan,
dalam hal ini diperkenalkan instrument result based payment yaitu program yang bisa
mengantarkan penurunan karbondioksida lalu bisa mendapatkan kompensasi result
base payment dan juga pajak karbon (idem). Kebijakan lain yang disiapkan antara lain
aturan penyelenggaraan nilai ekonomi karbon subsektor pembangkit tenaga listrik,
instrumen dan kelembagaan antara lain Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup,
SDG Indonesia One, dan investment authority (idem). Dalam hal investasi di sektor
hijau, Indonesia termasuk negara berkembang yang mengawali menerbitkan
sovereign sukuk green di pasar dunia (idem). Pemerintah juga menerbitkan
instrument pembiayaan hijau melalui green sukuk yang sifatnya retail (idem).

Menurut Tusin (2022) terdapat beberapa tantangan implementasi green economy


yaitu masih bergantungnya ekonomi Indonesia dari ekspor sumber daya batu bara,
kurangnya pemanfaatan potensi enegi terbarukan, minimnya literasi masyarakat
mengenai energi hijau, serta biaya investasi infrastruktur green economy yang tinggi.
Indonesia sebagai negara yang wilayahnya diberikan sumber daya alam yang
melimpah cenderung sangat bergantung terhadap sumber daya alam tersebut. Hal ini
menjadi permasalahan untuk pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan
karena sumber daya tersebut dapat habis. Karena itulah menjadi penting kita agar
memanfaatkan potensi energi terbarukan antara lain seperti energi matahari, energi

2
tekanan air, energi panas bumi, dan bioenergi agar dapat menyukseskan green
economy.

Tantangan penerapan green economy berupa besarnya biaya infrastruktur green


economy telah dan terus coba dijawab oleh Pemerintah dengan menerbitkan sukuk
hijau. Berdasarkan siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Hadi,
2018), hasil penerbitan Sukuk Hijau secara eksklusif didistribusikan untuk proyek
ramah lingkungan sesuai Kerangka Hijau (Green Framework).

Untuk mendukung transformasi green economy di Indonesia, selain penerbitan


kebijakan-kebijakan pro green economy, literasi masyarakat mengenai green
economy ini sangat penting peranannya. Masyarakat yang minim pemahaman
mengenai pentingnya green economy akan sulit untuk mendukung produk-produk
green economy.

Pelestarian lingkungan bukanlah penghambat pertumbuhan ekonomi.


Sebaliknya, lingkungan yang terjaga dapat memberikan sumber-sumber ekonomi
berkelanjutan untuk generasi berikutnya. Selain upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah melalui berbagai skema perekonomian, keuangan, penelitian dan
pengembangan sumber daya alam terbarukan, sangat penting juga literasi dan
dukungan masyarakat. Sehingga semua pihak memiliki peranan penting untuk turut
mengambil bagian dalam transformasi menuju green economy.

3
Daftar Pustaka

Greenstone, Michael dan Christa Hasenkopf. (2023). Air Quality Life Index
2023 Annual Update. https://aqli.epic.uchicago.edu/wp-
content/uploads/2023/08/AQLI_2023_Report-Global.pdf

Hadi, Djati Witjaksono (2018, 10 Desember). Indonesia Terbitkan Green


Sukuk Pertama Di Dunia. Situs web https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-
pers/4654/indonesia-terbitkan-green-sukuk-pertama-di-dunia diakses pada
9 September 2023 pukul 23.40

Kementerian ESDM Republik Indonesia. (2021, 20 September). Mengenal


Lebih Dalam Langkah Aplikasi Ekonomi Hijau di Indonesia. Situs web
https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/seputar-ppsdma/mengenal-lebih-dalam-
langkah-aplikasi-ekonomi-hijau-di-indonesia diakses pada 9 September
2023 pukul 22.15

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2022, 7 Desember). Wamenkeu:


Green Ekonomi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru. Situs web
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-
utama/Green-Ekonomi-Sumber-Pertumbuhan-Ekonomi-Baru diakses pada
tanggal 9 September 2023 pukul 22.05

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2023, 6 Juni). Ini Upaya


Pemerintah Mentransformasikan Ekonomi Hijau. Situs web
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-
utama/Upaya-Pemerintah-Transformasikan-Ekonomi-Hijau diakses pada 9
September 2023 pukul 22.38

Tusin, Umar. (2022, 15 November). Penerapan Green Economy di Indonesia:


Tantangan dan Perkembangan. Situs web https://landx.id/blog/penerapan-
green-economy-di-indonesia-tantangan-dan-perkembangan/ diakses pada
9 September pukul 23.00

4
Hasil cek plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai