Anda di halaman 1dari 8

PAPER

GREEN BUSINESS (BISNIS HIJAU) SECARA BERKELANJUTAN


(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis Hortikultura Berkelanjutan)
Dosen Pembimbing :
Ir. Wasrob Nasruddin, MS.

Disusun oleh:
Muhammad Andi Sopian (02.05.18.018)

AGRIBISNIS HORTIKULTURA
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2020
RANGKUMAN MATERI TENTANG GREEN BUSINESS
Definisi “GREEN COMPANY” Sebuah perusahaan yang memiliki manajemen yang
secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan & pembangunan lingkungan,
keselamatan & kesehatan “Stake Holder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya
sebagai wujud nyata tanggung jawab & upaya memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat dan pembangunan berkelanjutan
Green Strategy :
Strategy bisnis yang selalu memperhatikan aspek perlindungan dan pembangunan
lingkungan , keselamatan dan kesehatan kerja, serta ditunjang suatu sikap „commitment,
involvement, & leadership‟ yang nyata dalam setiap tingkatan dan tindakan organisasi
perusahaan.
Green Process :
Selama proses produksi barang dan atau delivery jasa dalam mata rantai nilai yang
ada (supplier, proses internal dan pelanggan) memiliki dampak negatif yang minimum
terhadap lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Green Employee :
Seluruh anggota organisasi dalam segala tingkatan memiliki pola piker, sikap dan
tindakan yang ramah lingkungan dalam aktifitasnya serta selalu berpijak pada norma
kesehatan dan keselamatan kerja. Kondisi tersebut dapat dicapai apabila terdapat suasana,
program pendidikan dan pola pembinaan yang terencana dan sistematis.
Green Product :
Produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan tidak membahayakan lingkungan,
keselamatan dan kesehatannya.Spesifikasi produk dan delivery-nya diharapkan bersifat
ramah lingkungan, disertai dengan informasi lingkungan, keselamatan dan kesehatan yang
relevan tentang produk. Teknologi Ramah Lingkungan Pertamina terus berupaya menerapkan
teknologi ramah lingkungan sebagai solusi bagi kehidupan berkesinambungan yang dapat
dipertanggungjawabkan :
• Memproteksi lingkungan
• Mengurangi emisi
• Menggunakan sumberdaya secara berkelanjutan
• Mendaur-ulang lebih banyak limbah dan produknya
• Mengelola limbah dengan cara yang benar
Sejak Earth Summit di Rio de Janeiro tahun 1992, perhatian untuk bisnis hijau telah
berkembang Bisnis hijau bentuk dukungan bagi industri berkembang untuk menghemat
penggunaan air, konsumsi material, mengurangi emisi pada air, udara, dan tanah. Pemahaman
ini memastikan bahwa semua industri harus lebih sedikit menggunakan sumber daya yang
mengasilkan emisi dari tahun ke tahun serta melakukan proses perbaikan setiap saat.
Ernst dan Young (2008) mengemukakan untuk memahami bisnis hijau memberikan
terminologi dalam 3 (tiga) kategori:
– Pertama, perusahaan-perusahaan dimana aktivitas perusahaan memproduksikan barang dan
jasa disebut environmental goods and services sector.
– Kedua perusahaan-perusahan yang telah aktif mengidentifikasi langkah-langkah untuk
merubah produk dan atau menuju proses sustainability (green enterprises/companies).
– Ketiga, semua perusahaan yang memposisikan diri ke langkah untuk memperbaiki proses
efisiensi atau mengubah image merek produk mereka
Para pemimpin dunia ini meyakini bahwa ekonomi hijau dapat menjadi alternatif
pemecahan masalah ekonomi yang terjadi saat ini, di mana pembangunan ekonomi yang
terjadi justru berbanding terbalik dengan upaya perbaikan masalah sosial dan lingkungan.
Konsep ekonomi hijau diyakini bisa menyelesaikan masalah ini, yakni pembangunan
ekonomi yang terjadi sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan dan mengurangi
permasalahan sosial, seperti kemiskinan, malnutrisi, dan kurangnya akses terhadap air bersih.
FAKTOR MENDORONG BISNIS HARUS GREEN BAIK PERUSAHAAN
PEMERINTAH MAUPUN BUKAN PEMERINTAH :
• Global environmental pressures dan public awareness,
• Capital markets acceptance,
• Ensuring market demand for clean tech product or sevices,
• Creating environmental-friendly market,
• Providing extra financial to clean tech companies.10 green
sustainable development yang muncul semenjak tahun 1987 adalah mengenai
bagaimana keseluruhan modal hidup (modal ekonomi, politik, budaya-sosial, lingkungan,
manusia-personal) ditransfer secara sama antar generasi. Dalam konsep ini, Serageldin
memaparkan tiga dimensi yang saling terhubung dalam sustainable development, yaitu
dimensi ekonomi, sosial, dan ekologi (Serageldin, 2000).
Dimensi ekonomi meliputi pertumbuhan secara berkelanjutan, modal, dan efisiensi.
Dimensi sosial mencakup pemberdayaan, mobilitas sosial, equity, dan partisipasi. Dimensi
ekologi sebagai dimensi terakhir yang memasukkan unsur sumber daya alam, biodiversity,
integritas ekosistem, dan isu kapasitas di dalamnya. yakni dengan program CPA (collective,
policy,dan alternative). Persoalan-persoalan yang telah dikemukakan sebelumnya dirangkum
oleh penulis dalam tiga program utama penyelesaian.
technology untuk membangkitkan green energy dan menghemat penggunaan fossil
fuel yang secara potensial setiap teknologi ini bisa mengurangi CO2 bumi hingga 10%. 10
teknologi itu mencakup:
Pertama, capturing the wind. Dengan wind turbine, yaitu suatu perlatan yang menconversikan
energi kinetik dari angin menjadi energi mekanik.
Kedua, solar energy. Setiap hari, bumi menerima sinar matahari yang cukup untuk
menghasilkan 7.000 kali melebihi energy yang yang dihasilkan dari fossil fuels.
Ketiga, electricity from the oceans. Tidal energy atau tenaga pasang surut laut adalah bentuk
hydropower yang bisa mengkonversi energi pasang surut laut ke dalam bentuk listrik.
Keempat, combined heat and power. Dalam kondisi yang paling baik, ternyata hanya 60%
dari perusahaan energi fossil fuel berhasil dikonversikan jadi listrik. Sisanya yang 40% hilang
percuma sebagai hawa panas.
Kelima, super efficient homes, Prinsip passivhaus adalah bangunan yang berudara ketat
(airtight) dan sangat maju dalam hal arsitektur eco- friendly. Hasilnya, rumah jenis ini tidak
membutuhkan pemanas ruangan dalam kondisi udara yang dingin dan sedikit sekali
pemakaian AC ketika udara panas.
Keenam, electric cars. Motor penggerak lisrik bisa bekerja 80% lebih efisien dibandingkan
dengan internal combustion engine. Mobil jenis ini akan menjadi lebih ringan dan low
maintenance. Kini nanotechnology bisa mengurangi waktu charging, walaupun keberatan
baterainya belum bisa dikurangi.
Ketujuh, motor fuels from cellulose. Tentu saja yang dimaksud ini bukan bahan bakar yang
beasal dari tumbuhan yang dimakan oleh manusia karena pada akhirnya pengunaanya akan
merusak keseimbangan alam dan bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia. Produk
jenis ini adalah seperti ethanol yang berasal dari sampah pertanian dan tanaman cellulosic
yang cepat tumbuh
Kedelapan, capturing carbon. Alat yang dikenal sebagai carbon capture and storage (CCS)
yang akan menangkap dan memasukkan CO2 ke dalam tanah atau mempergunakan algea
untuk mengsintesis CO2 menjadi produk yang berguna.
Kesembilan, biochar. Biochar adalah arang yang dibuat dengan cara pyrolysis dari bahan
biomass. Pyrolysis adalah dekomposisi thermochemical dari bahan organik dengan
temperatur tinggi tanpa menggunakan oksigen. Arang yang dikelola seperti ini akan mampu
menggantikan pembakaran kayu biasa sebagai alat pemanas di negara berkembang dan
sekaligus bisa mensuburkan tanah.
Kesepuluh, soil and forests memperbaiki metode memasak yang mempergunakan kompor
solar, biogas dan biochar stoves akan membantu memperbaiki hutan, kualitas tanah, air dan
udara.
Rekomendasi CPA (collective-yang melibatkan partisipasi lokal, policy sebagai
legitimasinya, dan alternative bagi pemberdayaan potensi lokal) yang berlandas pada
kreativitas lokal menjadi rekomendasi yang ditawarkan penulis agar industri sawit di
Indonesia dapat mengangkat lebih tinggi konsep sustainable development. Karena
bagaimanapun dampak dari kerusakan lingkungan tidaklah dapat dibatasi, ditahan ataupun
diblok penyebarannya.
Perspektif dalam tiga dimensi sustainable development (ekonomi, sosial, dan natural)
harus bersinergi dan kembali dipertegas bahwa isu konservasi bukanlah isu konservatif yang
memandang pembangunan dari sisi negatif. Akan tetapi pada dasarnya hal ini lebih
merupakan kepedulian bersama semua umat manusia di bumi, temasuk pula untuk generasi
mendatang yang berarti harus mampu berkontribusi dan menjamin terpeliharanya alam
sebagai sistem penunjang kehidupan manusia dan keanekaragaman hayati yang terkandung di
dalamnya.
Berdasarkan berbagai referensi dan kajian dapat disimpulkan bahwa ada 6 (enam)
pilar utama bagi Negara Indonesia yang ingin melaksanakan konsep ekonomi hijau. Ke-enam
pilar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Memberikan prioritas investasi dan pembelanjaan yang bertujuan menstimulus kegiatan
ekonomi hijau.
2) Kebijakan pajak dan penguatan mekanisme pasar dalam investasi energi terbarukan
sebagai instrumen untuk mempromosikan ekonomi ekonomi.
3) Menghentikan belanja negara dan daerah yang baik secara langsung maupun tidak
langsung merusak lingkungan.
4) Membuat desain kebijakan insentif fiskal yang terintegrasi mulai pusat sampai dengan
daerah guna menjadi green investment menjadi lebih murah.
5) Mengalokasikan belanja pemerintah dan mendorong sektor swasta agar melaksanakan
capacity building dan pendidikan kepada pihak-pihak terkait mengenai pentingnya ekonomi
hijau.
6) Memperkuat kerjasama dan tata kelola di tingkat internasional guna terus mendorong
perwujudan ekonomi hijau.
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu potensi untuk
dapat memberi kontribusi pada pelestarian lingkungan. Dengan mengkaitkan konsep Triple
bottom line, green technology dan continuous improvement process diharapkan dapat lebih
memberi pemahaman bagi pelaku UMKM akan arti peran mereka baik bagi lingkungan
maupun bisnisnya.

Perusahaan kecil biasanya masih berkutat dengan masalah operasional sehari-hari,


pencapaian laba, kinerja finansial ataupun tujuan jangka pendek lainnya. Dengan
mengkaitkan green business dalam aktivitas rantai nilainya, maka tujuan jangka pendek
diharapkan akan tercapai dan juga sustainable business – kelestarian usaha sebagai tujuan
jangka panjang juga diharapkan akan terwujud.
KOMPONEN BISNIS HIJAU
• Komponen utama bisnis hijau adalah perusahaan-perusahaan yang memilih profil bisnis ke
arah perbaikan lingkungan yang baik, mengurangi material dan biaya material, menurunkan
ketergantungan pada sumber energi. Dengan demikian, konsumen akan mendapatkan output
green market.
• Perusahaan green akan mengembangkan kebijakan serba green, penerapan manajemen dan
hukum, menetapkan target dan efisiensi sumber energi dan menghasilkan produk yang ramah
lingkungan.
• Motivasi praktik tersebut adalah menghemat dana dan mengurangi ketergantungan pada
lingkungan ekternal, menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, memperbaiki image
perusahaan dan menjalankan program Corporate Social Responsibility
Adapun tindakan yang dilakukan oleh PT.PERTAMINA dalam mewujudkan green
bisnis sebagai berikut:
PROGRAM KONSERVASI AIR
 Reuse Air Limbah
 Konservasi Cadangan Air
 Optimasi backwash
 Cooler
 Manajemen Limbah

Reduce
• Sirkulasi air untuk utk Tera Mobil Tangki melalui pembuatan kolam, menghemat
penggunaan air sebesar 3.000 Liter (TBBM Rewulu)
• Zero Flaring – PEP
• Slludge Oil recovery (Reginery Unit)
• Blending Pelumas Bekas dgn Crude Oil
• Waste Gas Compressor(RU)
• Optimasi boiler dan furnace
• Program Pipanisasi untuk reduksi emisi udara
• Pemanfaatan kertas Bekas

Recycle
• Pemanfaatan material bekas sebagai keramba ikan yang berfungsi sebagai – PT. Badak
LNG Pemanfaatan Padatan Sisa Pembakaran sebagai Pupuk
• Pemanfaatan sampah sebagai Biogas (TBBM Ujung Berung)
• Drill cutting untuk batako (reduce 36%) - PGE Kamojang
• Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk
• Pemanfaatan kemasan Bekas Berbagai inisiatif untuk keberlanjutan keanekaragaman hayati
Flora
• Pelestarian Mangrove : 10.000 pohon 15 ha di Cilacap (RU IV)
• Pogram 100.000 pohon per tahun di seluruh Indonesia
• Budidaya rumput laut EP Sangatta
• Budidaya Sagu di Klamono (EP KTI)
• Budidaya pisang Rutai di Kaltim (TAC Semberah)
• Taman Pintar Di Desa Segarjaya (EP Tambun)
• Budidaya beras (EP Sanga-sanga)
• Budidaya 10.000 bibit karet di Ds Tanjung Tiga (EP Pendopo)
• Penanaman 1700 pohon sawit di Kab. Muara Enim (EP Limau) Fauna
• Budidaya Kepiting di Kampung Laut – Kutowaru (RU IV)
• Budidaya lele di Cilacap (RU IV)
• Budidaya kepiting bakau di Denpasar (M&T Jatim)
• Budidaya itik, ikan, domba (EP Tambun)
• Budidaya itik petelor (EP Pendopo)
• Budidaya Jamur tiram di Desa anak petai dan ikan nila di Gunung Kemala (EP Pendopo).
Tata Guna Lahan
• UBEP Tanjung mulai mengadopsi aktifitas ramah lingkungan pada saat pengeboran dengan
program EFD (Environmentally Friendly Drilling) yang terfokus pada optimasi luas lahan :
pengurangan luas bukaan lahan hingga 75.870 m2
• Konversi 50 Ha lahan eks tambang menjadi areal persawahan di Sangasanga
• Pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan sawit di Kab.Muiara Enim

Anda mungkin juga menyukai