Anda di halaman 1dari 14

Greenpreneurship dan

Manajemen limbah
Dosen Pengampu : RAIZKY RIENALDY PRAMASHA S.E , M.E
Kelompok 12

Anggota:
1. KURNIA DWI CAHYANI (2051040082)
2. M. RIDHO RONI NOER (2051040279)
3. M. FIGO ANANDA (2051040089)
4.JUNICE ESTI PRATIWI (2051040406)
TABLE OF CONTENTS

01
Greenpreneurship

02 03
Eco-effisiency dan Manajemen Limbah dalam
Greenpreneurship pandangan Greenpreneurship
Greenpreneurship
• Kewirausahaan hijau merupakan sudut pandang sosial ekonomi yang
diharapkan mampu memodernisasi lingkungan dan ekonomi sehingga
bisa merubah kualitas hidup (Fithriyana & Fahmy, 2022).

• Kewirausahaan “hijau” adalah perusahaan yang memproduksi produk


ramah lingkungan, untuk mengurangi pengeluaran mereka dan
menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan, harus
mengadopsi teknik penghematan penggunaan energi. Kewirausahaan
hijau didefinisikan sebagai upaya untuk meminimalkan jejak lingkungan,
yaitu total biaya lingkungan dan sosial yang diakibatkan oleh aktivitas
kewirausahaan manusia (Hall et al., 2010).
• Penelitian tentang "kewirausahaan hijau" telah dimulai sekitar dekade terakhir abad
yang lalu. Biasa disebut sebagai "hijau", ia juga disebut "kewirausahaan eko" ,
"kewirausahaan ekologis" , dan "keberlanjutan kewirausahaan". Namun, semakin banyak
sumber daya sastra tentang masalah ini, tidak berfokus pada gagasan "hijau" itu
sendiri, tetapi pada penciptaan definisi yang diterima luas tentang hal itu dan dengan
demikian melemahkan tujuan utamanya - melestarikan lingkungan. Isaak
mendefinisikan "kewirausahaan hijau" sebagai suatu sistem yang mengubah bisnis
yang terlibat secara sosial dan lingkungan melalui inovasi signifikan.
• Dean dan McMullen di sisi lain, menggambarkannya sebagai proses mendefinisikan
dan menemukan kemungkinan ekonomi agar kegagalan dalam aspek ekologi dapat
diperbaiki. Shaltegger berpikir tentang "kewirausahaan hijau" (ia berbicara tentang
"ecoentrepreneurship") sebagai menciptakan nilai di seluruh "inovasi dan produk
ekologi". Selain itu, menurut pendapatnya, kebutuhan tersebut harus berorientasi
pasar dan untuk mengekspresikan motivasi pengusaha untuk tetap "ramah
lingkungan". Ilmuwan Australia Michael Schaper, yang dikenal karena penelitian
mendalamnya di bidang bisnis ekologi, merangkum berbagai aspek untuk membentuk
konsep keseluruhan untuk "kewirausahaan hijau ".
• Kewirausahaan ramah lingkungan dapat didefinisikan sebagai perusahaan baru
yang memulai dalam jasa lingkungan atau industri produksi, yang berfokus pada
sumber daya alam atau kondisi alam seperti ekowisata, daur ulang, pengolahan
air limbah, dan keanekaragaman hayati (Nikolaou et al.2011). pergeseran
paradigma produksi dan konsumsi terhadap produk dan layanan hijau pada
akhirnya membutuhkan kewirausahaan 'hijau' di pasar (Farinelli et al., 2011). Tren
perusahaan baru (Chigrin, 2014; Chygryn, 2016) yang berusaha mengatasi
tantangan ini menunjukkan bahwa berfungsinya perusahaan secara
berkelanjutan dimungkinkan adanya kesepakatan bersama pada kepentingan
sosial-ekonomi dan ekologis mereka. Pengusaha hijau atau ecopreneur sebagai
pemecah masalah lingkungan dan agen perubahan sosial juga dapat ditunjukkan
untuk menargetkan solusi pada tingkat yang berbeda, selaras dengan Zahra et
al. (2009) kategorisasi.
• Adapun Indikator jiwa green entrepreneur yakni: (1) Perkembangan
yang bersih (clean growth). (2) Tanggung jawab sosial perusahaan.
(3) Eco-friendly (perusahaan ramah lingkungan) (Wikaningtyas et al.,
2018). Jadi, penjelasan indikator jiwa green entrepreneur adalah (1)
Memiliki prinsip ingin menciptakan suatu usaha yang dapat
membantu meminimalisir adanya pencemaran lingkungan. (2) Sikap
peduli lingkungan dan cinta kebersihan. (3) Tingkat kepedulian
sosialnya tinggi sehingga usaha yang diciptakan bisa sukses di masa
mendatang.
Eco-effisiency dan
Greenpreneurship
• Terdapat filosofi "Hamemayu Hayuning Bawana" ini dapat diterjemahkan melalui
falsafah Gemi Nastiti Ngati-ati yang secara umum diartikan hemat, cermat dan
hati-hati. Hal ini berarti bahwa dalam memanfaatkan limpahan sumber daya alam
harus dilakukan dengan hemat (Gemi) bukan pelit, teliti/cermat (Nastiti) bukan
mengulur waktu, berhati-hati (Ngati-ati) bukan mencurigai. Eko Efisiensi
merupakan salah satu perwujudan dari falsafah Gemi Nastiti Ngati-ati yang
merupakan upaya untuk menghasilkan produk berupa barang dan jasa dengan
menggunakan sumber daya secara lebih hemat serta menghasilkan limbah yang
minimal atau sama sekali tidak ada limbah. Dengan demikian akan diperoleh
keuntungan ganda yaitu efisien secara ekonomis dan efisien secara
ekologi/lingkungan.
Prinsip-prinsip Eko Efisiensi :
1. Mengurangi penggunaan bahan baku dan biaya
2. Mengurangi penggunaan energi dan biaya produk
3. Mengurangi penyebaran racun dan resiko kesehatan
4. Memperpanjang umur produk dan memperluas peluang pasar
5. Optimalisasi penggunaan sumber daya yang terbarukan secara
berkesinambungan dan meminimalisasi dampak
6. Meningkatkan kemampuan daur ulang bahan dan
meminimalkan biay
7. Meningkatkan pelayanan produk/jasa layanan
Cara-cara penerapan Eko Efisiensi :
a. Re-Think yaitu suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal
kegiatan akan beroperasi.
b. Reuse atau penggunaan kembali dengan suatu teknologi yang memungkinkan
suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan secara fisika,
kimia dan biologi.
c. Reduction atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang
dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal produksi.
d. Recovery adalah upaya untuk memisahkan suatu bahan/energi dari suatu
limbah untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa
perlakuan secara fisika, kimia dan biologi.
e. Recycling atau daur ulang adalah upaya untuk memanfaatkan limbah dengan
memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan
Karakteristik Green Entrepreneur
• Berani mengambil resiko untuk mewujudkan idenya.
• Memiliki motivaasi dan kepedulian yang besar untuk memecahkan masalah
lingkungan hidup atau masalah sosial disekelilingnya.
• Menempatkan upaya memecahkan masalah lingkungan hidup atau masalah sosial
tersebut sebagai kegiatan utama bisnisnya.
• Memiliki stategi yang dapat membawa keuntungngan bagi usahannya sekaligus
memberi solusi bagi lingkungan hidup dan masalah sosial.
• Mengupayaka kontribusi positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan
masyarakat.

Suatu bisnis yang menerapkan konsep green entrepreneurship


dihapkan memberikan dampak pada 5 hal ini: people, planet,
practice, produnce, dan profit.
Manajemen Limbah dalam pandangan
Greenpreneurship

Persoalan utama proses produksi adalah limbah yang dihasilkan. Oleh karena itu tuntutan saat
ini adalah zero waste atau proses produksi minim limbah. Hal ini dapat dilakukan dilakukan
dengan memulai tahapan sumber produksi yang minim menghasilkan limbah. Artinya, bahan
baku yang baik berpengaruh pada hasil dengan limbah minim dan proses produksi yang baik
juga berpengaruh terhadap hasil akhir dan minimalisasi limbah.
Ada beberapa aspek komponen pengolahan limbah hasil produksi:
1. Reduce
Prinsip reduce adalah meminimalisasi limbah, terutama hasil akhir proses produksi.
2. Reuse
Prinsip reuse adalah upaya pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan selama proses
produksi.
3. Recycle
Prinsip recycle adalah proses daur ulang dari limbah yang telah dihasilkan sehingga bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan lain tanpa mengurangi produksi.
Ada beberapa manfaat yang sangat menguntungkan bagi manusia
ketika menyadari pentingnya pengolahan sampah dengan baik.
Kelima manfaat pengolahan sampah tersebut antara lain:
1. Mengehemat energy
2. Mengurangi polusi
3. Menghemat SDA
4. Memiliki nilai ekonomis
5. Menghemat uang
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai