Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Bisnis hijau (Green business) adalah sebuah istilah yang mungkin tidak


asing namun tak banyak juga orang yang paham. Sederhananya bisnis hijau adalah
sebuah pendekatan lingkungan dan sosial dalam menjalankan aktifitas bisnis agar
terjadi keberlanjutan bagi generasi mendatang akan tersedianya sumber-sumber
daya alam. Bayangkan jika aktifitas bisnis terus menerus merusak alam, anak cucu
kita bisa makin sengsara. Tak heran untuk mengenalkan konsep hijau ini banyak
digelar perhelatan akbar sekelas ekspo bertemakan bisnis hijau di gedung-gedung
pameran paling bergengsi di kota-kota besar.

Sehingga semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya


melaksanakan aktivitas bisnis yang tidak menimbulkan efek negatif kepada
masyarakat, lingkungan sosial dan perekonomian secara keseluruhan. Harapannya,
dengan menerapkan konsep hijau maka aktifitas bisnis mulai dari produksi sampai
barang jadi bahkan bagaimana memasarkannya, menjadi ramah lingkungan serta
peduli sosial dan tetap mendapatkan uang. Bisnis yang berdasarkan produk
berbahan baku ramah lingkungan ataupun daur ulang sudah menjadi tren saat ini
dan masa yang akan datang.

Bisnis hijau terlahir dari adanya kesadaran terhadap  Merebaknya kasus-


kasus kerusakan lingkungan mulai dari yang kecil sampai ke tahap yang bersifat
serius di indonesia merupakan dampak dari terakumulasinya kerusakan dalam
jangka waktu yang relatif lama. Berbagai faktor menjadi penyebab terjadinya
kerusakan lingkungan tersebut, mulai dari prilaku individu yang tidak care terhadap
alam sampai pada masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang
mengekploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan sumber
daya alam yang tidak ramah lingkungan telah menyebabkan terjadinya berbagai
bencana lingkungan antara lain banjir, longsor, kenaikan temperatur, perubahan
iklim, dan cuaca buruk yang melanda sebagian wilayah Indonesia yang terjadi
beberapa hari ini. Rusaknya lingkungan juga selaras dengan banyaknya
pengangguran dan tingginya tingkat kemiskinan

Ide bisnis hijau pilihannya sangat beragam, sebab pada dasarnya semua
bisnis dapat dijalankan. Karena itu inovasi diperlukan untuk menciptakan metode,
cara yang berbeda dari yang sudah ada. Inovasi diperlukan dari sekedar kreatifitas,
sebab bagaimanapun juga bisnis harus menghasilakan keuntungan. Kreatif
menciptakan ide-ide baru, namun tak bisa mengkomersilkannya tentulah bukan cara
berbisnis yang baik.
Green business memiliki makna sebagai sebuah proses untuk
mengkonfigurasi ulang proses bisnis dan infrastruktur guna menghasilkan manfaat
yang lebih  baik bagi lingkungan, manusia, dan nilai infestasi ekonomis, dan pada
saat yang bersamaan meningkatkan kualitas perilaku manusia, mengurangi emisi
gas, mengurangi eksploitasi atau penyalahgunaan sumber daya alam, menurangi
sampah lingkungan, dan menurunkan kesenjangan sosial. Di dalam green business,
ditekankan bagaimana cara untuk menerapkan atau menciptakan suatu sistem yang
tujuannya mengurangi dampak negatif dari aktivitas suatu perusahaan.

Tujuan utama green business adalah untuk mengurangi bahkan


menghilangkan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas produksi suatu perusahaan
dan penggunaan dari produk perusahaan itu sendiri. Green business memiliki ciri-ciri
seperti menggambungkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam keputusan bisnis,
memproduksi produk atau jasa yang ramah lingkungan, memasok produk dan jasa
yang ramah lingkungan, dan mempunyai komitmen yang kuat untuk
mempertahankan prinsip-prinsip lingkungan dalam menjalankan bisnis.

Dalam dunia bisnis Islam menekankan adanya moralitas seperti persaingan


yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-nilai moralitas
tersebut dalam bisnis merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku bisnis. Bagi
seorang muslim, nilai-nilai ini merupakan refleksi dari keimanannya kepada Allah,
bahkan Rasulullah memerankan dirinya sebagai muhtasib di pasar dalam berbisnis.
Beliau menegur langsung transaksi perdagangan yang tidak mengindahkan nilai-
nilai moralitas. 

Konsep bisnis hijau islam ini diharapkan menjadi jalan keluar. Menjadi
jembatan antara pertumbuhan pembangunan, keadilan sosial serta ramah
lingkungan dan hemat sumber daya alam. Tentunya konsep ekonomi hijau baru
akan membuahkan hasil jika kita mau merubah perilaku

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan Bisnis hijau.


2. Apasajakah tantangan, strategi dan solusi dalam Bisnis hijau.
DEVINISI-DEVINISI

Pendekatan yang dilakukan oleh pelaku bisnis untuk mempertahankan


kesinambungan dalam aktivitasnya yang berwawasan lingkungan dikenal dengan
bisnis hijau (green business) (Sulistyowati, 2002). those business that, across the
whole economy, have made efforts to introduce low-carbon, resource efficient,
and/or re-manufactured products, processes, services and business models, which
allow them to operate and deliver in a significant;y more sustainable way than their
closest competitors” (Ernst & Young, 2008 dalam Khotimah & Darsin, 2012.)
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dalam Octavia (2012)
bahwa “Greening business management” adalah strategi pengelolaan lingkungan
yang terpadu yang meliputi pengembangan struktur organisasi, sistem dan budidaya
dalam suatu kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati seluruh
peraturan tentang pengelolaan lingkungan, termasuk pengelolaan bahan baku,
pengolahan limbah, penggunaan sumberdaya alam yang efektif, penggunaan
teknologi produksi yang menghasilkan limbah minimal serta menerapkan komitmen
kesadaran lingkungan bagi seluruh karyawan dalam organisasinya.
 “Greening Business Management” adalah strategi pengelolaan
lingkungan yang terpadu yang meliputi pengembangan struktur organisasi, sistem
dan budidaya dalam suatu kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati
seluruh peraturan tentang pengelolaan lingkungan, termasuk pengelolaan bahan
baku, pengolahan limbah, penggunaan sumberdaya alam yang efektif, penggunaan
teknologi produksi yang menghasilkan limbah minimal serta menerapkan komitmen
kesadaran lingkungan bagi seluruh karyawan dalam organisasinya (Sari dan
Raharja, 2012).
Dalam buku Introduction to E-Business Management and Strategy (Combe,
2006 dalam dalam Khotimah & Darsin, 2012), Combe mendefinisikan Electronic
business (e-business) sebagai penggunaan internet untuk jaringan
dan memberdayakan proses bisnis, perdagangan elektronik, komunikasi
organisasi dan kolaborasi dalam perusahaan dan dengan pelanggan, pemasok, dan
pemangku kepentingan lainnya. E-bisnis memanfaatkan
internet, intranet, extranet dan jaringan lain untuk mendukung proses komersial
mereka. Sedangkan electronic commerce (e-commerce) adalah pembelian dan
penjualan, pemasaran dan pelayanan produk dan jasa melalui jaringan komputer
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Bisnis hijau

Saat ini, pelaksanaan bisnis hijau belum dalam pencapaian yang baik.
Masih banyak para pelaku bisnis yang masih berpegang pada ekonomi
konvensional. Menurut Mutamimah (2011) Saat ini, bisnis hijau masih dipahami
sangat sempit dan diimplementasikan secara terpotong-potong, baru terbatas pada
aktivitas jangka pendek dan hanya setiap ada even.

Tetapi tidak dipungkiri pula terdapat beberapa perusahaan yang mulai


menerapkan bisnis hijau. Dalam tulisan Sari dan Raharja (2012) menyatakan bahwa
berdasarkan pengalaman dari beberapa industri, maka  ada empat alasan yang
menjadi penyebab bisnis harus meletakan masalah lingkungan sebagai aspek yang
penting dalam usahanya, yaitu:
a.    Lingkungan dan efisiensi.
Dengan adanya kesadaran bahwa sumber daya alam (materi dan energi)
sangat terbatas, maka apapun juga harus dilakukan untuk mengurangi
penggunaannya;
b.   “Image” lingkungan.
Mempunyai sikap positif terhadap lingkungan merupakan suatu hal yang
baik untuk dapat menumbuhkan “image” yang selanjutnya untuk memperbesar
“market share”;
c.    Lingkungan dan peluang pasar.
Dengan adanya tuntutan pasar terhadap pelaku bisnis dan dunia usaha
dalam hal Sistem Manajemen Lingkungan (SML), yang selanjutnya dikembangkan
menjadi pemberian sertifikasi ISO 14001, maka hal ini memberikan dampak positif
pada dunia usaha.;
d.   Ketaatan terhadap peraturan lingkungan
Meskipun “law enforcement” pemerintah masih lemah, namun demikian
apabila terjadi pelanggaran dalam pengelolaan lingkungan ataupun adanya
pengaduan masyarakat akibat dampak dari suatu aktivitas industri, maka akan
berdampak negatif terhadap reputasi industri tersebut

Ada asosiasi kuat antara tindakan perusahaan lingkungan dan tanggung


jawab sosial, akan mempertinggi perilaku pembelian pada konsumen hijau. Strategi
hijau mendorong pembelian sehingga dapat meningkatkan penerimaan dari
penjualan. Menurut Hosein (2011:542) kegiatan pemasaran hijau akan
memungkinkan perusahaan lebih bersinar di bandinkan pesaing mereka dengan
menawarkan produk-produk baru dengan keuntungan tambahan, di pasar baru.
Implementasi bisnis yang ramah lingkungan dapat menjadi keunggulan bersaing
diantara persaingan yang ketat, karena produk yang ditawarkan mempunyai nilai
tambah ramah lingkungan dibandingkan pesaing.
Adapun menurut (Putri, 2010) beberapa alasan mengapa banyak
perusahaan yang menerapkan green innovation dalam bisnis hijau. Pertama-tama,
mereka memiliki niat dan punya kesadaran sosial yang tinggi terhadap green
innovation. Kedua, masyarakat semakin berkembang ke arah green consumer.
Ketiga, green innovation adalah peluang yang menarik. Keempat, adanya Protokol
Kyoto yang mewajibkan negara maju untuk mengurangi emisi karbonnya sebesar 6-
8% hingga tahun 2012.

2.2 Tantangan Bisnis Hijau

Dalam mewujudkan green and clean terdapat tantangan yang dapat


dikatakan tidak mudah untuk diselesaikan, mulai dari masalah yang bersifat teknis
hingga konsep ekonomi dan politik yang disebutkan sebelumnya. Dari segi ekonomi
misalnya, solusi ekonomi Kapitalisme dalam menjaga lingkungan selama ini hanya
tertuju kepada bagaimana pembangunan yang ada bersifat ramah lingkungan
(friendly environment). Selain itu, juga mengatur bagaimana investasi-investasi yang
ada tidaklah pada kegiatan yang dapat membahayakan lingkungan.

Namun, dua solusi (pembangunan dan investasi yang ramah lingkungan) di


atas terasa dilematis. Karena dalam paradigma ekonomi kapitalis-liberalis adalah
bagaimana mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Hal tersebut
dilakukan atas asumsi, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan semakin
tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat.

Padahal, pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin tidaklah sejalan dengan


pembangunan dan investasi yang ramah lingkungan yang menimbulkan kehati-
hatian dalam melaksanakan aktivitas ekonomi. Begitupula  halnya dengan investasi.
Lihat saja bagaimana perkembangan investasi selama ini yang lebih cenderung
mengejar profit oriented semata. Sebagai contoh investasi di bidang energi
terbarukan yang ramah lingkungan, masih terbilang sangat kecil .

Bisnis hijau akan menghasilkan produk hijau. Menurut Octavia(2012) ada


beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dalam bisnis hijau, yaitu :
a.    Harga
Ternyata meski pada umumnya kesadaran konsumen terhadap lingkungan
terus meningkat tetapi harga penawaran produk hijau yang masih tinggi menjadi
pengaruh yang paling tinggi untuk memutuskan membeli produk hijau.
b.   Kepercayaan
Selain harga ada juga maslah ketidakpercayaan konsumen pada label
“hijau” atau ecolabel, konsumen Indonesia sebagian berpendapat bahwa informasi
itu tidak akurat.
c.    Edukasi
Informasi mengenai fungsi, manfaat, serta keunggulan dari  produk hijau
atau produk yang ramah lingkungan masih rendah, sehingga sebagian konsumen
masih enggan membeli produk hijau dengan harga premium.
d.   Target Pasar
Target pasar untuk produk hijau adalah ceruk pasar, karena targetnya
adalah untuk konsumen yang peduli dengan lingkungan dan rela membayar
sejumlah uang untuk membeli produk hijau.

2.3 Strategi Bisnis Hijau

Apa yang harus dilakukan jika akan mengembangkan bisnis hijau. Berikut
beberapa langkah yang harus dilakukan dalam bisnis hijau di
Indonesia (Octavia, 2012)  :

a.    Harga Premium dengan Harga Terjangkau


Jika produsen tetap menawarkan harga premium maka harus mengedukasi
konsumen adanya extra value dalam produk hijau yang ditawarkan seperti
keunggulan, perbedaan dari produk non hijau maupun produk hijau yang ditawarkan
lebih terjangkau, kualitas premium, dan lain-lain.
Target pasar harga premium terbatas pada ceruk pasar. Sedangkan jika
produsen produk hijau menawarkan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen,
produsen cukup mengedukasi perbedaan produk non hijau dengan produk hijau
yang mereka tawarkan. Target pasarnya akan lebih luas dibanding harga premium,
pasarnya lebih massal.
b.   Komunikasi dan Edukasi
Memberikan informasi seperti melakukan komunikasi lewat iklan, memberi
edukasi pada konsumen seperti seminar mengenai lingkungan, open factory bagi
pelajar atau masyarakat umum, melibatkan konsumen dalam proses CSR
(Corporate Social Responsibility) misalnya dengan ikut berpartisipasi dalam acara
yang diadakan oleh perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan seperti
penanaman pohon, sepeda santai, gerak jalan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
memberi informasi yang lebih mengenai lingkungan kepada konsumen dan
meningkatkan kepercayaan terhadap produk hijau yang ditawarkan.

2.4 Solusi Bisnis hijau Untuk Pencapaian Green Ekonomi

Menurut ketua program studi Manajemen Unissula, Mutamimah (2011) dalam


mengimplementasikan bisnis hijau diperlukan keseriusan dan komitmen
stakeholders, misalnya dukungan pemerintah mengenai produk yang boleh dijual
dengan standar green, dukungan dan kesadaran masyarakat, perusahaan, serta
perbankan. Lebih lanjut Muhammad Islam (2011) mengemukakan bahwa dalam
palaksanaan ekonomi hijau ini peran masing-masing stakeholders mulai dari
kalangan pemerintahan, swasta/perusahaan, akademisi dan masyarakat sipil
sangatlah penting, berikut ini adalah gambaran peran-peran dari stakeholders:
a.    Pengambil kebijakan (pemerintah) memiliki peranan yang cukup sentral khususnya
dalam merumuskan serangkaian peraturan mengenai Ekonomi Hijau yang aplikatif
sampai kepada peraturan teknis pelaksanaan Ekonomi Hijau, termasuk
menerjemahkannya kedalam pembahasan anggaran belanja negara.
b.   Pihak swasta atau perusahaan dapat memanfaatkan dan menindaklanjuti inovasi-
inovasi ramah lingkungan dari kalangan akademisi untuk diproduksi secara masal
dan dipasarkan kepada masyarakat umum. Selain itu mengoptimalkan pengelolaan
dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk digunakan dalam upaya
pelestarian lingkungan.
c.    Masyarakat sipil berperan untuk turut mengkampanyekan konsep ekonomi hijau
sehingga dapat selektif untuk membatasi penggunaan produk yang dapat
mencemari lingkungan dan membentuk pola konsumsi yang ramah terhadap
lingkungan, serta semakin banyak masyarakat yang terbentuk kesadarannya untuk
menjadi green konsumen.
d.   Perbankan, diharapkan dapat memasukan faktor yang merusak kelestarian
lingkungan kedalam penilaian kelayakan usaha, serta melakukan diversifikasi bunga
yang lebih tinggi kepada kegiatan usaha atau konsumsi yang dapat merusak
lingkungan dan sebaliknya memberikan bunga yang lebih rendah untuk proses
produksi dan konsumsi yang berdampak pada kelestarian lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai