KASUS-KASUS TERKAIT
BAB I PENDAHULUAN
Keterlibatan para CEO tersebut bukan tanpa alasan. Sebagaimana yang kita ketahui,
setiap sumber daya alam yang ada di bumi ini dikelola oleh perusahaan. Contohnya di
Indonesia, minyak bumi dan gas diproduksi oleh Pertamina, semen diproduksi oleh
Semen Indonesia, emas dan nikel diproduksi oleh Freeport dan masih banyak perusahaan
lainya. Proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut hampir selalu
menghasilkan emisi yang dapat merusak kualitas lingkungan dan masyarakat. Tidak
hanya perusahaan manufaktur, perusahaan jasa juga berpotensi untuk menghasilkan
emisi seperti perusahaan jasa transportasi.
Selain pencemaran udara, pengolahan sumber daya alam oleh perusahaan juga
menyebabkan deplesi. Deplesi mengancam keseimbangan ekosistem yang akan
berdampak luas bagi lingkungan. Misalnya, pengalihan fungsi hutan untuk kepentingan
produksi perkebunan kelapa sawit. Cadangan minyak bumi dunia juga semakin menipis.
Laporan dari Biritish Petrolium (BP) pada tahun 2014 menunjukan bahwa cadangan
minyak dunia hanya bisa mendukung proses produksi untuk 52 tahun ke depan. Hal ini
menuntut perusahaan yang menggunakan minyak bumi sebagai sumber energi harus
berusaha lebih keras untuk melakukan efisiensi energi.
1
Pengungkapan akuntansi lingkungan di negara-negara berkembang memang masih
sangat kurang karena lemahnya sangsi hukum yang berlaku di negara tersebut. Demikian
pula dengan praktik akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini juga belum
efektif. Cepatnya tingkat pembangunan di masing-masing daerah dengan adanya
otonomi ini terkadang mengesampingkan aspek lingkungan yang disadari atau tidak pada
akhirnya akan menjadi penyebab utama terjadinya permasalahan lingkungan. Para aktivis
lingkungan di Indonesia menilai kerusakan lingkungan yang terjadi selama ini
disebabkan oleh ketidakkonsistenan pemerintah dalam menerapkan regulasi.
Ketidakkonsistenan pemerintah misalnya mengabaikan regulasi mengenai tata ruang.
Kawasan yang seharusnya menjadi kawasan lindung dijadikan kawasan industri,
pertambangan dan kawasan komersial lain. Otonomi daerah telah mengubah kewenangan
bidang lingkungan menjadi semakin terbatas di tingkat kabupaten/kota. Tanpa kontrol
yang kuat dari pemerintah pusat atau provinsi, potensi kerusakan lingkungan akan
semakin besar.
Meskipun standar akuntansi sudah cukup jelas mengatur mengenai biaya lingkungan
hidup, namun kendala terbesar dalam menginternalisasi eksternalitas tersebut adalah
pengukuran nilai cost dan benefit yang ditumbulkan dari aktivitas tersebut. Bukan suatu
hal yang mudah untuk mengukur suatu dampak perusakan lingkungan pada masyarakat
yang ditimbulkan karena polusi udara, limbah cair, kebocoran, perusakan tanaman dan
lainnya yang mana bisaya-biaya tersebut tidak dapat diukur secara akuntasi. Oleh karena
itu pelaksanaan green acoounting dan green business sangat tergantung pada
karakteristik masing-masing perusahaan dalam menganalisis permasalahan lingkungan
hidup sekitarnya.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari green business?
2. Bagaimana karakteristik dari green business?
3. Bagaimana pelaksanaan dari green business?
4. Bagaimana strategi dari green business?
5. Apa pengertian dari green accounting?
6. Bagaimana ruang lingkup green accounting?
7. Apa fungsi dari green accounting?
8. Apa saja sifat dasar green accounting?
9. Apa hubungan corporate social responsibility (CSR) dan green accounting?
10. Apa saja contoh kasus terkait green business dan green accounting?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. GREEN BUSINESS
a. Pengertian
Green business adalah usaha yang mengadopsi prinsip, kebijakan, dan praktek
meningkatkan kualitas hidup para pelanggan, pegawai, komunitas dan lingkungan
hidup, dalam operasionalnya. Green business memberikan solusi atas masalah
lingkungan dan masyarakat. Green business memiliki makna sebagai sebuah proses
untuk mengkonfigurasi ulang proses bisnis dan infrastruktur guna menghasilkan
manfaat yang lebih baik bagi lingkungan, manusia, dan nilai infestasi ekonomis, dan
pada saat yang bersamaan meningkatkan kualitas perilaku manusia, mengurangi emisi
gas, mengurangi eksploitasi atau penyalahgunaan sumber daya alam, menurangi
sampah lingkungan, dan menurunkan kesenjangan sosial. Di dalam green business,
ditekankan bagaimana cara untuk menerapkan atau menciptakan suatu sistem yang
tujuannya mengurangi dampak negatif dari aktivitas suatu perusahaan.
Tujuan utama green business adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas produksi suatu perusahaan dan penggunaan
dari produk perusahaan itu sendiri. Green business memiliki ciri-ciri seperti
menggabungkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam keputusan bisnis, memproduksi
produk atau jasa yang ramah lingkungan, memasok produk dan jasa yang ramah
lingkungan, dan mempunyai komitmen yang kuat untuk mempertahankan prinsip-
prinsip lingkungan dalam menjalankan bisnis.
Green Business adalah bisnis yg dijalankan dengan visi memenuhi kebutuhan
masyarakat namun lebih menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bisnis ini
mempertahankan triple bottom line, yakni Economic sustainability (profit), Ecological
sustainability (planet), dan Socio-cultural sustainability people (including human
rights).
1. People
Sebuah perusahaan didirikan oleh seorang manusia dengan memekerjakan
manusia & untuk memberikan dampak positif bagi manusia pada perusahaan itu
& manusia disekitarnya. Artinya, fokus utama dari pendirian sebuah perusahaan
adalah manusianya, bukan gedung perusahaannya, bukan keuntungan semata,
4
ataupun yang lainnya. Dalam arti lain, bisnis berkelanjutan adalah bisnis yang
5
memanusiakan manusia atau sebuah bisnis yang berorientasi sosial. Biasanya
perusahaan menerapkan konsep “People” pada program CSR pendidikan seperti
beasiswa, pelatihan UKM, & pembinaan ibu rumah tangga.
2. Planet
Global warming, perubahan iklim, penebangan liar, overfishing, semakin sering
kita dengar isu lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Kita tidak bisa serta merta
menyalahkan alam. Ya, semua isu lingkungan yang terjadi tidak lain adalah
kelalaian kita sendiri dalam menjaga alam. Dalam hal ini, bisnis berkelanjutan
adalah bisnis yang ikut berkontribusi menjaga & memerbaiki lingkungan alam,
tidak hanya eksploitasi sumber daya alam demi profit semata, namun tidak
bertanggung jawab.
3. Profit
People & Planet tidak akan dapat dilakukan jika sebuah bisnis tidak memiliki
profit. Profit adalah unsur kunci yang dapat menjembatani antara sebuah bisnis
dengan people & planet. Bagi sebuah perusahaan, profit merupakan tujuan wajib
yang harus dicapai. Tidak ada yang salah, namun tinggal bagaimana pengelolaan
profit itu. Bukan hanya untuk kepentingan perusahaan semata, namun juga untuk
lingkungan alam & sosial.
Melalui jurnal “Comparative Advantage & Green Business”, Ernst & Young
(2008:11) mengemukakan bahwa green business adalah suatu hal yang relatif baru,
dan sebuah istilah yang tidak terdefinisi dengan baik sehingga dapat diinterpretasi
dengan berbagai cara yang berbeda oleh orang atau organisasi yang berbeda. Apa
yang dianggap sebagai ‘green’ oleh sebuah organisasi bisa jadi tidak sama oleh
organiasasi lainnya. Walaupun begitu, inti dasar dari sebuah green business adalah
fokusnya pada keberlanjutan, dalam segi lingkungan dan sumber daya (Ernst &
Young’s Comparative Advantage & Green Business Report, 2012:12).
6
1. Penggunaan sumber daya yang efisien, dapat berupa energi (listrik, bahan bakar
fossil) dan air
2. Pengolahan sampah/waste dan polusi – recycle
3. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan, yang disebut sebagai Clean
Technology ke dalam organisasi.
Green business akan menghasilkan green product. Menurut Octavia (2012) ada
beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dalam green business, yaitu :
a. Harga
Ternyata meski pada umumnya kesadaran konsumen terhadap lingkungan terus
meningkat tetapi harga penawaran produk hijau yang masih tinggi menjadi
pengaruh yang paling tinggi untuk memutuskan membeli green product.
b. Kepercayaan
Selain harga ada juga masalah ketidakpercayaan konsumen pada label “green”
atau ecolabel, konsumen Indonesia sebagian berpendapat bahwa informasi itu
tidak akurat.
c. Edukasi
Informasi mengenai fungsi, manfaat, serta keunggulan dari green product atau
produk yang ramah lingkungan masih rendah, sehingga sebagian konsumen
masih enggan membeli green product dengan harga premium.
d. Target Pasar
Target pasar untuk green product adalah ceruk pasar, karena targetnya adalah
untuk konsumen yang peduli dengan lingkungan dan rela membayar sejumlah
uang untuk membeli green product.
8
a. Harga Premium dengan Harga Terjangkau
Jika produsen tetap menawarkan harga premium maka harus mengedukasi
konsumen adanya extra value dalam produk hijau yang ditawarkan seperti
keunggulan, perbedaan dari non green product atau green product yang
ditawarkan lebih terjangkau, kualitas premium, dan lain-lain.
Target pasar harga premium terbatas pada ceruk pasar. Sedangkan jika produsen
produk hijau menawarkan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen, produsen
cukup mengedukasi perbedaan non green product dengan green product yang
mereka tawarkan. Target pasarnya akan lebih luas dibanding harga premium,
pasarnya lebih massal.
b. Komunikasi dan Edukasi
Memberikan informasi seperti melakukan komunikasi lewat iklan, memberi
edukasi pada konsumen seperti seminar mengenai lingkungan, open factory bagi
pelajar atau masyarakat umum, melibatkan konsumen dalam proses CSR
(Corporate Social Responsibility) misalnya dengan ikut berpartisipasi dalam
acara yang diadakan oleh perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan seperti
penanaman pohon, sepeda santai, gerak jalan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
memberi informasi yang lebih mengenai lingkungan kepada konsumen dan
meningkatkan kepercayaan terhadap produk hijau yang ditawarkan.
10
B. Green Accounting
a. Pengertian Green Accounting
Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk menghubungkan
faktor biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan. Seperti diketahui
bahwa produk domestik bruto mengabaikan lingkungan dalam pembuatan keputusan.
Dalam Environmental Accounting Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri
lingkungan Jepang (2005:3) dinyatakan bahwa akuntansi lingkungan mencakup
tentang pengidentifikasian biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan,
penyediaan sarana atau cara terbaik melalui pengukuran kuantitatif, serta untuk
mendukung proses komunikasi yang bertujuan untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan, memelihara hubungan yang menguntungkan dengan komunitas dan
meraih efektivitas dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan. Ditambahkan
pengertian dari US EPA (1995) akuntansi lingkungan sebagai aspek dari sisi
akuntansi manajemen, mendukung keputusan manajer bisnis dengan mencakup
penentuan biaya, keputusan desain produk atau proses, evaluasi kinerja serta
keputusan bisnis lainnya.
Konsep sistem akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan dalam
skala yang besar maupun skala kecil dalam setiap industri dalam sektor manufaktur
dan jasa. Penerapan akuntansi lingkungan harus dilakukan dengan sistematis atau
didasarkan pada kebutuhan perusahaan. Keberhasilan dalam penerapan akuntansi
lingkungan terletak pada komitmen manajemen dan keterlibatan fungsional. Sebuah
perusahaan tidaklah terlepas dari tanggung jawab lingkungan, karena itu diperlukan
suatu cara untuk mengintegralkan biaya lingkungan misalnya konsep eksternalitas
dimana konsep ini melihat dampak langsung aktivitas suatu entitas terhadap
lingkungan sosial, non-sosial dan ekologis. Langkah awal yang dapat dilakukan
terkait biaya lingkungan adalah dengan mengategorikan jenis biaya terkait dengan
memerhatikan beberapa aspek seperti lokasi situs limbah, jenis limbah berbahaya,
metode pembuangan, dan lainnya. Biaya lingkungan mengandung biaya yang eksplisit
dan implisit. Biaya implisit seperti biaya yang timbul akibat potensi kewajiban yang
muncul.
Sistem penilaian biaya lingkungan dapat membantu memperbaiki keputusan-
keputusan yang terkait dengan keputusan bauran produk, pemilihan input produksi,
penilaian pencegahan pencemaran, evaluasi pengelolaan limbah serta penentuan harga
11
produk. Terdapat beberapa cara untuk mengetahui biaya-biaya lingkungan perusahaan
yaitu dengan mengadopsi sistem akuntansi konvensional, activity based costing, full
cost accounting dan total cost assessment.
12
PROPER. Dengan menggunakan lima peringkat (hitam, merah, biru, hijau, dan
emas) perusaahaan akan diperingkat berdasarkan keberhasilan dalam pengelolaan
limbahnya.
6. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan)
dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum). PSAK ini bertujuan untuk
menciptakan keseragaman dan harmonisasi dalam perlakuan akuntansi penyajian
laporan keuangan perusahaan pengusahaan hutan dan aktivitas pengelolaan
lingkungan hidup pertambangan umum.
15
g. Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Lingkungan
Akuntansi Konvensional Akuntansi Lingkungan
Mengidentifikasi entitas akuntansi Mengidentifikasi kejadian
Mengaitkan aktivitas ekonomi dari ekonomi, sosial dan lingkungan
entitas akuntansi
h. Biaya Lingkungan
Pengungkapan akuntansi lingkungan di mayoritas negara termasuk Indonesia masih
bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang mewajibkan. (Utama, 2006 dalam
Suryono dan Prastiwi,2011). Akuntansi keuangan konvensional menurut Idris (2012)
belum dapat menyajikan informasi asset, liabilitas, pendapatan dan beban atau biaya
yang terkait dengan pelestarian lingkungan.
Kendala terkait biaya lingkungan yaitu:
1. Pengungkapan masih bersifat sukarela. Perusahaan terlebih dahulu akan
mempertimbangkan manfaat dan biaya atas pengungkapan informasi lingkungan.
Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, maka
perusahaan dengan sukarela akan mengungkapkan informasi tersebut (Darwin,
2004). Hal ini berimplikasi pula pada luas dan kedalaman pengungkapan
informasi lingkungan. Jika informasi tersebut bersifat “bad news” maka
perusahaan mempertimbangkan untuk tidak mengungkapkan hal tersebut.
2. Akuntansi lingkungan belum dianggap sebagai bagian integral dalam operasional
perusahaan sehingga beban lingkungan yang timbul tidak diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok produksi dan atau tambahan biaya operasional tidak
16
langsung. Padahal, pada hakekatnya biaya lingkungan adalah biaya yang muncul
akibat kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
menghasilkan barang atau jasa. Bila perusahaan tidak melakukan kegiatan
produksi, maka biaya lingkungan ini tidak akan muncul. Keadilan ekonomi tidak
akan terjadi jika penurunan fungsi lingkungan oleh suatu agen ekonomi
(produsen), harus ditanggung oleh agen ekonomi lain (individu atau masyarakat)
yang tidak ikut menikmati manfaat (benefit) dari suatu produk yang dihasilkan.
Bila biaya lingkungan ini dibebankan pada produk yang dihasilkan, maka harga
pokok produksinya harga jualnya tentu akan naik pula (Idris, 2012).
A. Green Architecture
Green architecture mengandung arti bahwa semua produk Bakrieland, baik
perumahan, hotel maupun perkantoran, dirancang secara ramah lingkungan.
Penerapan hal ini meliputi:
1. Green Area Design
Green area design diharapkan dapat tercapai dengan mentargetkan minimal 20%
pengembangan kawasan sebagai ruang terbuka hijau dan menanam jenis tanaman
yang menghasilkan O2 dan menyerap CO2, serta berbagai polutan seperti logam
berat, debu, belerang. Sehubungan dengan hal ini, Bakrieland melakukan studi
karakteristik dan bekerjasama dengan badan terkait mengenai jenis tanaman yang
merupakan karakter wilayah proyek, menerapkan konsep global, dan melakukan
supervisi terhadap implementasinya.
Contoh pelaksanaan:
21
Bogor Nirwana Residence (BNR) memiliki 60% ruang terbuka hijau dari lahan
proyek seluas 1.200 hektar. BNR juga mengembangkan program penangkaran
satwa (rusa dan unggas) dan program peduli lingkungan berupa penanaman
pohon yang melibatkan masyarakat setempat.
Nirwana Bali Resort yang berlokasi di daerah Tabanan, Bali, memiliki luasan
hijau hingga 70%. Sekitar 15 ha dari total lahan dipertahankan sebagai lahan
sawah.
Pullman Legian Nirwana Suites & Residence memiliki 45% area hijau.
Rasuna Epicentrum melakukan penghijauan kawasannya antara lain dengan
menghijaukan lahan tidur, membangun pembiakan tanaman, dan membuat roof
top garden.
2. Green Building and Construction
Gedung dan konstruksi yang ramah terhadap lingkungan dibangun dengan
memperhatikan aspek pencahayaan, suhu, dan akustik dalam suatu disain yang
terintegrasi. Penerapan program ini selain mendorong penghematan energi juga
ditujukan untuk mempertahankan keselarasan dengan nilai-nilai budaya
masyarakat melalui disain arsitekturnya.
Contoh pelaksanaan:
22
dengan menerapkan konsep 3 R (reduce, reuse, recycle). Green operation mencakup
program-program berikut:
1. Waste Water Treatment and Reuse Program
Program ini menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pencemaran
oleh air limbah domestik sebagai penyumbang terbesar terhadap pencemaran kota
di Indonesia. Melalui program ini, air limbah diolah secara individual (on site
treatment) sebelum dibuang ke saluran umum, sehingga melestarikan sumber daya
air. Penerapan program Waste Water Treatment and Reuse diwujudkan dalam 3
(tiga) bentuk kegiatan, yaitu pengolahan air limbah domestic menggunakan sistem
bio-filter anaerob-aerob (gray waste water treatment), pengolahan air limbah hitam
(black waste water treatment) dengan menggunakan septic tank biologi, serta
konservasi air dengan membuat lubang biopori, kolam resapan, dan revitalisasi
kanal untuk mengelola dan melestarikan sumber air dan mencegah banjir.
Contoh pelaksanaan:
Rasuna Epicentrum membangun kolam resapan air, sewage treatment dan water
treatment plant, membuat biopori, serta melakukan revitalisasi sungai Cideng.
Nirwana Bali Resort melakukan pengolahan sisa limbah air dan pemanfaatan air
hujan dengan menggunakan sistem water treatment untuk digunakan kembali
sebagai pengairan lapangan golf. Dari kebutuhan air sebesar 3.000 m3 per hari,
hanya 500 m3 berasal dari tanah. Resor ini juga dikembangkan dengan tingkat
kepadatan bangunan yang rendah, sehingga kondisi asli alam tetap terjaga untuk
penyerapan air hujan.
2. Waste Domestic Program
Program ini mengelola permasalahan sampah kawasan secara komprehensif
dengan focus menyelesaikan masalah sampah dan memberikan nilai ekonomis bagi
pengelolanya. Ke depan, direncanakan bahwa pengelolaan sampah akan dilakukan
dengan menggunakan teknologi yang mengacu kepada komposisi sampah dan
pengelolaan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Pengelola dapat
memperoleh pendapatan dari retribusi sampah serta hasil olahan sampah yang
bernilai ekonomis.
Contoh pelaksanaan:
23
Saat ini Rasuna Epicentrum telah membuat Tempat Penampungan Sampah
Sementara (TPS) di setiap blok dan di dekat WTP Kali Cideng, dengan
memisahkan sampah organic dan non organik.
3. Energy Efficiency Program
Program ini bertujuan mengurangi penggunaan energi berbahan bakar fosil,
menghasilkan energy yang ramah lingkungan dan membantu program pemerintah
dalam penghematan energi.
Contoh pelaksanaan:
b. PT Semen Padang
24
nagari untuk penanaman pohon gaharu. Gaharu merupakan salah satu komoditi
yang sangat bagus prospeknya. Selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
pohon gaharu juga sangat bagus untuk lingkungan terutama bagi paru-paru
bumi.
Untuk menjalankan program CSR yang termasuk dalam “Elok Nagari” ini,
maka Semen Padang menggandeng pihakpihak terkait yaitu dengan Dekanat
Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Serah terima secara simbolis bantuan sarana air bersih ini diserahkan oleh
Kepala Biro CSR Semen Padang, Iskandar Z. Lubis didampingi Kepala Bidang
Bina Lingkungan H. Sensurianus kepada Kepala Desa Rangai, Juanta, SSos,
disaksikan ratusan warga desa.
25
Tahun 2014, Semen Padang meraih Asean Energy Award 2014 yang diserahkan
Menteri Energi Brunei Darussalam pada rangkaian acara The 32 th Asean
Ministers on Energy Meeting (AMEM) and Related Meetings di Hotel Don Chan
Palace,Vientiane, Laos, 22 September 2014 lalu. Sebelumnya, Semen Padang juga
meraih Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) tahun 2013.
Selama Tahun 2014, kegiatan yang telah dilakukan untuk menciptakan industri
hijau adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan Polusi
Semen Padang menjamin operasi bisnis ramah lingkungan, selaku industri
manufaktur disektor persemenan, tindakan pencegahan polusi atas udara, air dan
tanah menjadi suatu sangat prioritas.
26
Dalam mengurangi dampak lingkungan, Semen Padang menjalankan prinsif 3R
(Reduce, Reuse and Recycle), Hal ini terlihat dari program inovasi untuk me-
Reduce biaya pemakaian energi listrik, seperti penggantian bola neon dengan
LED, pemakaian oli bekas menjadi pelumas dan pembangunan WHRPG (Waste
Heat Recovery Power Generator) yang merupakan Power Plant yang
berkapasitas rencana 12 MW, dari pemakaian uap panas dari kiln. Segala
kegiatan ini dilakukan untuk menghemat energi dan memanfaatkan limbah.
Pengawasan limbah padat dan cair dikelola oleh Biro Keselamatan Kesehatan
Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Departemen Utilitas dan Jaminan
Kualitas. Semua limbah dipilah antara LB3 atau bukan LB3, sehingga bisa
diperlakukan sesuai prosedur penanganan yang tepat terhadap limbah tersebut.
27
Semen Padang mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang besifat memberi nilai atas
lingkungan hidup, pelayanan pemulihan masalah ekosistem serta upaya
pemanfaatan sumber daya alam, seperti tanah, air dan udara secara
berkelanjutan.
28
PENUTUP
Green business adalah usaha yang mengadopsi prinsip, kebijakan, dan praktek
meningkatkan kualitas hidup para pelanggan, pegawai, komunitas dan lingkungan hidup,
dalam operasionalnya. Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk
menghubungkan faktor biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan. Green
accounting masih relatif baru di bidang akuntansi keuangan dan terus berkembang. Namun,
keberadaannya dianggap semakin penting untuk menghadapi tantangan bisnis saat ini dan
masa depan. Memang di beberapa penelitian tidak ada hubungan yang signifikan antara
kinerja keuangan dan kinerja lingkungan. Tetapi, menurut penulis, paradigma kapitalisme
akuntansi yang memandang kinerja keuangan adalah segalanya harus dialihkan. Sudah
saatnya inisiatif pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab setiap pihak (terutama
perusahaan) yang mendapatkan manfaat yang disediakan lingkungan itu sendiri.
29
lingkungan guna meningkatkankredibilitas pelaporan.
5. Mengembangkan mekanism Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan
penerapan kewajiban lingkungan. Melalui pembentukan komite CSR dalam komponen
governance, diharapkan pelaksanaan green accounting dan sustainability reporting akan
lebihhandal dan mengalami peningkatan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Yoli (2016). Green Business and Green Accounting. Diakses melalui
https://www.academia.edu/25393350/Green_Business_and_Green_Accounting pada 18
November 2021.
Khairoh, Annisa (2018). Green Business and Green Accounting Serta Kasus-Kasus Terkait.
Diakses melalui https://id.scribd.com/document/393292454/Green-Business-and-
Green-Accounting pada 18 November 2021.
31